Anda di halaman 1dari 12

GARCINIA SEBAGAI ANTIOBESITAS

A.Garcinia
Sejak dahulu Garcinia telah digunakan oleh penduduk Asia untuk keperluan kuliner
sebagai bumbu dan penambah rasa pada masakan menggantikan asam atau lemon. Buah
Garcinia mengandung asam hidroksisitrat (HCA), asam hidroksisitrat lakton, asam sitrat
dan asam oksalat. Garcinia mengandung zat aktif sebagai anti kanker, anti inflamasi, anti
ulseratif, anti hipokolesterolemik, antioksidan (Chuah dkk,2013).
Garcinia memiliki banyak spesies, seperti G. indica, G. atroviridis, G.cambogia.
Garcinia merupakan tanaman dengan kingdom Plantae, ordo Malphigiales, family
Clusiodeae, genus Garcinia. Garcinia telah terbukti memperbaiki sindrom metabolik
melalui perbaikan profil lipid, penurunan tekanan darah dan perbaikan kadar gula darah
(Meera dkk, 2013).
Garcinia mengandung zat aktif berupa alkaloid, flavonoid, fenolik, saponin, tanin,
karbohidrat dan protein juga asam-asam organik seperti asam tartarik, asam sitrat, dan
asam malat. Asam hidroksisitrat (HCA) merupakan asam organik utama dalam buah yang
berkhasiat sebagai antilipidemik dan antiobesitas. HCA terdapat sekitar 10-30% dalam
buah Garcinia. Selain unsur karbohidrat yang biasa terdapat pada tanaman dalam bentuk
polisakarida, pada Garcinia juga terdapat asam amino bebas, dalam jumlah kecil, sekitar
< 60 mg dalam 100 g buah Garcinia. Asam-asam amino itu adalah arginin, asparagin,
glutamin, treonin, glisin, prolin, asam gama-amino butirat, leusin, isoleusin, ornitin, dan
lisin (Meera dkk, 2013).
Zat aktif asam hidroksisitrat dari tanaman Garcinia telah dikenal di berbagai
negara dapat berakibat positif bagi kesehatan. Meskipun bukan merupakan tanaman asli
Indonesia, Garcinia saat ini banyak digunakan oleh rakyat Indonesia, Garcinia indica dan
Garcinia cambogia berasal dari India, sedangkan Garcinia atroviridis berasal dari daerah
Asia Selatan. Khasiat Garcinia terbukti sebagai antiobesitas, anti ulserogenik, anti jamur,
anti mikroba, antioksidan, anti diabetes, anti inflamasi dan anti kanker. Pada penderita
obesitas, Garcinia dapat mencegah komplikasi karena sifatnya sebagai anti inflamasi,
memperbaiki resistensi insulin dan mengurangi stres oksidatif. Sebagai anti obesitas,
Garcinia dapat menekan nafsu makan, meningkatkan oksidasi lemak dan meningkatkan
keluaran energi (energy expenditure). Asam hidroksisitrat (HCA) sebanyak 30% terdapat
pada bagian perikarp buah Garcinia (Chuah dkk, 2013).

B.Mekanisme Antiobesitas dari Garcinia


Garcinia indica, Garcinia cambogia dan Garcinia atroviridis memiliki efek
antiobesitas dengan menekan nafsu makan, memberikan rasa kenyang, menurunkan
kecepatan oksidasi lemak dan menurunkan sintesis lemak de novo (Chuah dkk, 2013).
Efek anti obesitas dari Garcinia terjadi melalui mekanisme: (1) regulasi serotonin dan
penekanan asupan makanan, (2), penurunan lipogenesis de novo, (3) peningkatan
oksidasi lemak, (4) downregulation gen-gen yang berhubungan dengan obesitas.

Gambar 1. Mekanisme Antiobesitas dari Garcinia (Chuah dkk, 2013)


Asam hidroksisitrat dalam Garcinia akan meningkatkan keluaran energi total
(energy expenditure atau EE) tanpa menurunkan kecepatan keluaran energi saat istirahat
(resting energy expenditure atau REE). Garcinia meningkatkan kecepatan oksidasi
karbohidrat sehingga ketersediaan asam-asam lemak untuk dideposit sebagai jaringan
adiposa terhambat (sintesis de novo), selanjutnya karena penimbunan lemak terhambat
maka jaringan lemak yang telah ada akan dioksidasi sebagai sumber energi sehingga
terjadi peningkatan kecepatan oksidasi lemak. Garcinia akan menurunkan sintesis
glikogen karena terganggunya mekanisme konversi sitrat menjadi oksaloasetat dan asetil
ko-A. Penurunan sintesis glikogen oleh hepar akan membuat otak meningkatkan sintesis
serotonin sehingga nafsu makan dapat ditekan. HCA akan menekan reuptake 5-hidroksi
triptamin yang dilepaskan oleh otak. Penurunan asetil ko-A akan menurunkan sintesis
asam-asam lemak dan sintesis kolesterol. Mekanisme lebih jauh lagi, diketahui bahwa
Garcinia dapat menurunkan kadar insulin dan leptin sehingga asupan glukosa menurun.
HCA dapat ditemukan dalam bentuk asam lemak bebas atau bentuk lakton. Dalam bentuk
asam lemak bebas sifatnya tidak stabil dan dapat berubah bentuk menjadi lakton. Agar
lebih stabil, asam lemak bebas dari HCA berikatan dengan garam dalam bentuk garam
natrium, magnesium, kalsium atau kalium (Chuah dkk, 2013).

C. Asam Hidroksisitrat (HCA) sebagai Zat Aktif pada Garcinia


HCA merupakan asam utama dalam buah Garcinia. HCA menghambat enzim ATP
sitrat liase pada ekstramitokondria. Enzim ini mengubah sitrat menjadi oksaloasetat dan
asetil Ko-A. Penurunan kadar asetil Ko-A akan menurunkan kadar malonil Ko-A
sehingga akan menurunkan efek feedback negative pada enzim karnitin asiltransferase.
Jika sintesis asil Ko-A rantai panjang terhambat karena ketersediaan asetil Ko-A
menurun, maka nafsu makan akan menurun. Rantai panjang asil Ko-A merupakan
substrat bagi bekerjanya enzim CTP-1. Asil ko-A rantai panjang merupakan mediator
appetite. Terhadap susunan saraf pusat, maka HCA akan menurunkan neuropeptida Y
(NPY) yang berperan pada pengaturan nafsu makan (Onakpoya dkk, 2011).
Mekanisme penurunan berat badan dari ekstrak Garcinia yaitu zat aktif HCA
melalui penurunan lipogenesis dengan menghambat enzim adenosis trifosfat sitrat liase
yang bekerja mengubah asetil koenzim-A sehingga menghambat sintesis asam lemak.
HCA juga meningkatkan kemampuan atlit dalam olah raga dengan cara meningkatkan
oksidasi lemak dan menurunkan aktivitas metabolism karbohidrat dan menekan nafsu
makan (Onakpoya dkk, 2011).
Penelitian oleh Heymsfield dkk (1998) memberikan 3 g Garcinia cambogia
(mengandung 1500 mg HCA) setiap hari disertai diet tinggi serat dan diet rendah kalori
selama 12 minggu dibandingkan dengna placebo pada 135 subyek obes dengan IMT 32
kg/m2 mendapatkan hasil penurunan berat badan sebesar 4,1 kg, sedangkan pada subyek
yang diberikan plasebo, terjadi penurunan berat badan sebesar 3,2 kg. Penurunan massa
lemak pada subyek yang diberi Garcinia turun sebanyak 2,16% sedangkan pada
kelompok plasebo turun sebesar 1,44% (Heymsfield dkk, 1998).
Penelitian oleh Mattes dan Bormann memberikan 2,4 g Garcinia cambogia
(mengandung 1,2 g HCA) setiap hari pada 89 wanita dengan berat badan lebih selama 12
minggu, diperoleh penurunan berat badan yang lebih besar pada kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Mattes dan Bormann, 2000).
Penelitian lain yang memberikan HCA pada 89 wanita dengan berat badan lebih
selama 12 minggu dengan dosis 3 kali 2 kaplet sehari dengna kaplet Garcinia
mengandung 400 mg sehingga total dosis yang diberikan sebesar 2,4 mg (1,2 g HCA)
setiap hari. Pada akhir penelitian diperoleh penurunan berat badan sebesar 3.7±3.1 kg,
sedangkan kelompok kontrol mengalami penurunan berat badan sebesar 2.4±2.9 kg
(Semwal dkk, 2015).
Pemberian 3 g ekstrak Garcinia cambogia yang mengandung 50% asam hidroksi
sitrat pada pasien dengan IMT 32 kg/m 2 mendapatkan hasil penurunan berat badan yang
lebih baik dibandingkan dengan pemberian plasebo (Pittler dan Ernst, 2004).
Penelitian Hayamizu di Jepang yang memberikan 1 g HCA sekali sehari selama 8
minggu pada 40 penderita obesitas dengan indeks massa tubuh > 25 kg/m 2, ternyata
membuktikan penurunan secara tidak bermakna dibandingkan dengan pemberian
plasebo. Heymsfield et al pada tahun 1998 di Amerika Serikat memberikan 1,5 g HCA
sekali sehari selama 12 minggu pada 135 penderita obesitas mendapatkan rata-rata
penurunan berat badan 3,2 kg. Presuss et al di India pada tahun 2004 memberikan 2,8 g
HCA selama 8 minggu pada 30 penderita obesitas dan mendapatkan rata-rata penurunan
berat badan sebesar 5,5 kg. Tidak terdapat efeks samping serius. Keluhan subjek
penelitian adalah mual, kembung, pusing, rasa panas di perut dan ruam pada kulit.
Penelitian Kovacs et al tahun 2001 di Belanda melaporkan bahwa pemberian 1,5 g HCA
pada 11 penderita obesitas selama 2 minggu menyebabkan penurunan berat badan sekitar
1,5 kg (Onakpoya dkk, 2011).

D. Efek Hipolipidemik dari Garcinia


Sifat hipolipidemik dari Garcinia terjadi melalui zat aktif HCA yang menghambat
aktivitas enzim sitrat liase yang secara tidak langsung menghambat sintesis asam lemak
dan sintesis trigliserida karena terganggunya metabolism karbohidrat. Selain itu sifat
HCA yang menghambat enzim amilase pankreas dan enzim alfa glukosidase di usus halus
akan menurunkan metabolism karbohidrat dan lemak (Semwal dkk,2015).
Sifat Garcinia sebagi antilipidemik atau hipolipidemik terjadi pada pemberian
ekstrak buahnya yang diberikan secara oral dengan dosis 10 mg/kg BB/hari selama 45
hari pada tikus. Aktivitas ini diduga terjadi pada zat aktif flavonoid berhubungan dengan
penurunan lipogenesis dan peningkatan kecepatan degradasi lemak. Fraksi lemak yang
diuji menunjukkan penurunan. Penelitian lain pada tikus yang juga diterapi dengan
deksametason dengan dosis ekstrak buah Garcinia yang jauh lebih besar, 1000 mg/kg
BB/hari selama 8 hari secara oral menunjukan efek hipolipidemik (Semwal dkk,2015).
Pemberian deksametason menyebabkan peningkatan trigliserida dan kolesterol total.
Sehingga pemberian dengan dosis 4,5% ekstrak buah Garcinia untuk tiap diet tinggi
lemak yang diberikan pada tikus tersebut menunjukkan perbaikan profil lipid dan
penurunan kadar aktivitas serum alanine transferase (ALT), aspartate aminotransferase
(AST) dan gama-glutamil transferase (Ω-GT) (Semwal RB, Semwal DK, Vermaak I,
Viljoen A, 2015).
Pemberian pada tikus pada penelitian lainnya menunjukkan peningkatan oksidasi
lemak dan penurunan penggunaan karbohidrat pada pemberian 10% 10 mg HCA dalam
bentuk murni. Sedangkan pemberian garam HCA dalam bentuk trisodium sitrat sebesar
2% dari total diet pada tikus selama 15 hari menunjukkan penurunan asupan makanan,
berat badan, dan serum trigliserida (Semwal dkk, 2015).
Penelitian pada wanita obes dengan pemberian 50% ekstrak Garcinia cambogia
sebesar 800 mg 3 kali sehari selama 60 hari menunjukkan penurunan kadar trigliserida.
Pemberian 300 mg HCA selama 14 hari dapat menurunkan berat badan dan asupan energi
selama 24 jam pada manusia. Pemberian paling singkat selama 5 hari dengan kadar 250
g/hari pada wanita menunjukkan peningkatan metabolism lemak saat aktivitas fisik.
Penelitian Anton dkk membuktikan HCA berperan pada asupan makanan, rasa kenyang,
penurunan berat badan dan stress oksidatif dengan dosis 2800 mg/hari dan 5600 mg/hari.
Pemberian HCA selama 3 hari dengan dosis 500 mg/hari dapat menurunkan sintesis
lemak de novo pada manusia saat terjadi asupan karbohidrat dan kalori total berlebihan
(Semwal dkk, 2015).
Pemberian paling singkat selama 5 hari dengan kadar 250 g/hari pada wanita
menunjukkan peningkatan metabolism lemak saat aktivitas fisik. Penelitian Anton dkk
membuktikan HCA berperan pada asupan makanan, rasa kenyang, penurunan berat badan
dan stress oksidatif dengan dosis 2800 mg/hari dan 5600 mg/hari. Pemberian HCA
selama 3 hari dengan dosis 500 mg/hari dapat menurunkan sintesis lemak de novo pada
manusia saat terjadi asupan karbohidrat dan kalori total berlebihan (Semwal dkk, 2015).

E. Percobaan Hipolipidemik Garcinia pada Tikus


Percobaan yang dilakukan pada tikus albino Wistar yang diberikan HCA dengan
konsentrasi 1,1, 3,7 dan 5,5 mmol/kg BB/hari selama 8 minggu dengan asupan makanan
sejumlah kalori yang biasa diberikan ternyata tikus mengalami penurunan asupan
makanan dibandingkan dengan kelompok tikus yang tidak diberikan HCA. Penurunan
berat badan pada tikus yang diberikan HCA menunjukkan perbedaan bermakna
dibandingkan dengan tikus yang tidak diberikan HCA. Penelitian lain membuktikan
bahwa pemberian HCA dengan konsentrasi 10 mikromol hingga 1 milimol dapat
menghambat ambilan serotonin ([3H]-5 hidroksitriptamin) atau serotonin pada otak tikus
secara invitro sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Penelitian lain oleh Ranjith dkk
pada tikus dengan pemberian 300-1500 mg/kg BB dan dalam bentuk HCA lakton
sebanyak 212-1063 mg/kg BB dapat menurunkan asupan makanan dan berat badan tanpa
menunjukkan gejala-gejala toksisitas. Pemberian ekstrak HCA dengan dosis 200 dan 400
mg/kg BB/hari selama 5 minggu pada tikus terbukti secara bermakna menurunkan berat
badan Pemberian 300 mg HCA selama 14 hari dapat menurunkan berat badan dan asupan
energi selama 24 jam pada manusia (Semwal dkk, 2015).
Pemberian 2-20 mol HCA pada tikus selama 7-10 hari terbukti menghambat
sintesis asam lemak oleh hati. HCA merupakan inhibitor kuat untuk enzim sitrat liase dan
inhibitor kuat sintesis asam lemak. HCA yang bekeja di luar mitokondria akan
menghambat pembentukan asetil Ko-A dari oksaloasetat sehingga sintesis asam lemak
oleh hati terganggu. Pemberian 0,28 mmol HCA perkg BB pada tikus secara in vitro
terbukti menghambat aktivitas enzim sitrat liase sebesar 50%. HCA menghambat
masuknya sitrat dari mitokondria ke sitosol. Pemberian 1 mmol/kg BB HCA pada tikus
terbukti menurunkan kecepatan sintesis asam lemak oleh hati yang diukur dengan metode
isotop H2O (Lowenstein, 1971).

F. Penghambatan enzim ATP sitrat liase.


ATP sitrat liase merupakan enzim ekstramitokondria yang mengkatalisis
pemecahan sitrat menjadi oksaloasetat dan asetil Ko-A. Dengan terhambatnya aktivitas
enzim ATP sitrat liase maka ketersediaan 2 unit karbon yang dibutuhkan untuk langkah
awal biosintesis asam lemak dan kolesterol terhambat. Sebagai hasil akhirnya,
ketersediaan sumber karbon untuk sintesis glikogenpun terhambat. HCA merubah sinyal
yang dikeluarkan oelh otak sehingga terjadi peningkatan kadar serotonin sehingga nafsu
makan terhambat. Efek HCA pada nafsu makan terjadi (Semwal dkk, 2015).

Siklus kreb adalah serangkaian reaksi berurutan pada mitokondria yang


mengoksidasi asam asetat atau asetil ko-A untuk menghasilkan energi dalam bentuk
ikatan fosfat (Adenosin Tri Fosfat atau ATP). Asetil ko-A berasal dari proses glikolisis ata
pemecahan molekul glukosa (Semwal dkk, 2015).
.
Gambar 2. Siklus Kreb sebagai Lintasan Bersama Metabolisme Karbohidrat dan
Lemak (Semwal dkk, 2015).

Kerja HCA pada Siklus Kreb


Asam hidroksi asetat (HCA) adalah konstituen utama dalam buah Garcinia
cambogia. HCA merupakan inhibitor kompetitif dari enzim sitrat liase. Enzim ini
mengkatalisis pemecahan sitrat menjadi oksaloasetat dan asetil-KoA di luar mitokondria.
Aktivitas HCA akan menurunkan pool asetil-KoA sehingga menurunkan ketersediaan 2
unit karbon yang dibutuhkan untuk biosintesis asam lemak dan kolesterol. Sehingga HCA
dikatakan juga menghambat lipogenesis. Di luar mitokondria, sitrat akan diubah menjadi
malonil–KoA, sehingga penurunan konsentrasi malonil-KoA di sitosol akan
meningkatkan oksidasi asam lemak (Loon dkk, 2000).

SINTESIS ASAM LEMAK DE NOVO

Sintesis asam lemak de novo adalah jalur endogen sintesis lemak melalui proses
pengubahan karbohidrat dan protein menjadi asam-asam lemak. Asetil Ko-A dari siklus
Krebs akan mengalami proses pembentukan asam-asam lemak. Pembentukan asam lemak
de novo yang utama berasal dari asam palmitat (16:0), yang melalui proses desaturasi dan
atau elongasi akan terbentuk asam palmitoleat (16:1n-7), asam cis-vaccenic (18:1n-7),
asam stearat (18:0), dan asam oleat (18:1n-9). Asam lemak (16:1n-9) akan meningkat
pada diet tinggi lemak, rendah karbohidrat (Wu, dkk, 2011).

GaMBAR 3. Sintesis Asam Lemak dari Asetil Ko-A oleh Siklus Krebs (Kovacs dan
Westerterp-Plantenga, 2006).

Lipogenesis de novo adalah pembentukan lemak dari karbohidrat. Jalur enzimatik


yang mengubah karbohidrat menjadi lemak (lipogenesis de novo) membutuhkan enzim-
enzim yang aktivitasnya tidak terbatas. Sedangkan tubuh memiliki enzim yang jumlahnya
terbatas untuk pengubahan lemak menjadi karbohidrat. Semakin banyak karbohidrat yang
dikonsumsi secara berlebihan, maka lipogenesis de novo oleh hati akan semakin besar
jumlahnya, asalkan jumlah karbohidrat yang ada tidak lebih kecil dari keluaran energi
total (total energy expenditure) (Hellerstein, 1999).
Asam hidroksisitrat (HCA) bekerja pada proses penurunan berat badan melalui
kapasitas penurunan sintesis lemak de novo. Suatu penelitian oleh Kovacs dan Westerterp
–Plantenga pada tahun 2006 memberikan diet tinggi lemak dengan total kalori sesuai
dengan kebutuhan energi dengan komposisi 60% lemak, 25% karbohidrat dan 25%
protein selama 3 hari pada 10 orang laki-laki usia 24 tahun dengan IMT 21,8, kg/m 2
selama 7 hari berikutnya subjek penelitian diberikan diet tinggi karbohidrat dengan
komposisi 5% lemak, 85% karbohidrat dan 10% protein dengan total kalori 130-175 %
lebih tinggi dari kebutuhan (overfeeding). Selama overfeeding, subjek diberikan 3 x 500
mg HCA atau placebo. Setiap tahap pemberian kalori diukur kecepatan metabolismenya
dan respiratory quotientnya (RQ) dalam respiration chamber dengan alat kalorimetri.
Peningkatan berat badan kedua kelompok penelitian adalah 2,9 kg pada kelompok HCA
dan 2,8 kg pada kelompok placebo, sedangkan RQ yang merupakan perbandingan
banyaknya karbondioksida dengan oksigen yang dioksidasi selama proses metabolism
yang dinyatakan dengan angka melebihi 1 menunjukkan banyaknya karbohidrat yang
dioksidasi (RQ >1). Pada hari ke 9 perlakuan, diketahui keluaran energi total selama 24
jam lebih rendah pada kelompok HCA dibandingkan dengan kelompok plasebo dan
metabolism saat istirahat lebih rendah pada kelompok HCA pada pengukuran sepanjang
malam dalam respiration chamber. Selain itu nilai RQ non-protein (karbohidrat dan
lemak), keseimbangan lemak dan kecepatan sintesis lemak lebih rendah pada kelompok
HCA dibandingkan plasebo, sehingga disimpulkan bahwa pemberian HCA pada diet
tinggi karbohidrat dengan jumlah kalori melebihi kebutuhan energi dapat menurunkan
kecepatan sintesis lemak de novo (Kovacs dan Westerterp-Plantenga, 2006).

Efek Samping
Dari berbagai penelitian dilaporkan penggunaan dosis HCA melebihi 2,8 g/hari
bersifat toksik dengan gejala-gejala saluran pencernaan, gatal-gatal di sekitar mulut,
pusing dan mual pada manusia, sedangkan pada hewan percobaan dilaporkan telah terjadi
penurunan jumah limfosit dan sel-sel fibroblast tikus (Chuah dkk, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Chuah LO, Yeap SK, Ho WY, Beh BK, Alitheen NB. 2012. In Vitro and In
Vivo Toxicity of Garcinia or Hydroxycitric Acid: A Review. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine :1-12.

Chuah LO, Ho WY, Beh BK, Yeap SK. 2013. Updates on Antiobesity Effect of Garcinia
Origin (−)-HCA. Hindawi Publishing Corporation. Evidence-Based Complementary and
Alternative Medicine.:1-17.

DEPKES-RI, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2005.


Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. DEPKES. Jakarta.

Gogoi A, Gogoi N, Neog B. 2014. ESTIMATION OF (-)-HYDROXYCITRIC ACID


(HCA) IN GARCINIA LANCEAEFOLIA ROXB. USING NOVEL HPLC
METHODOLOGY . International Journal of Pharmaceutical Science and Research.Vol.
5, Issue 11.

Harborne, J. B. 1984. Metode Fitokimia penuntun cara moderen menganalisis tumbuhan


terbitan kedua. ITB. Bandung.

Hellerstein MK. De novo lipogenesis in humans: metabolic and regulatory aspects. Eur J
Clin Nutr 1999 Apr;53 Suppl 1:S53-65.

Heymsfield SB, Allison DB, Vasselli JR, Pietrobelli A, Greenfield D, Nunez C. 1998.
“Garcinia cambogia (hydroxycitric acid) as a potential antiobesity agent,” Journal of the
American Medical Association, vol. 280, no. 18:1596–1600.

Kovacs EM, Westerterp-Plantenga MS. Effects of (-)-hydroxycitrate on net fat synthesis


as de novo lipogenesis. Physiol Behav,2006 Jul 30;88(4-5):371-81. Epub 2006 May 24.

Loentein JMF. 1971. Effect of ( -)-Hydroxycitrate on Fatty Acid Synthesis by Rat Liver
in Viva. The Journal of Biological Chemistry, 246:629-632

Loon LCJ, Rooijen JJM, Niesen B, Verhagen H, Saris WHM, dan Wagenmakers AJM.
2000. Effects of acute ()-hydroxycitrate supplementation on substrate metabolism at rest
and during exercise in humans. Am J Clin Nutr,72:1445–50.

Manurung S, Barung E, Bodhi W. 2015. EFEK ANTIHIPERGLIKEMIA DARI


EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP TIKUS
PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus L.) YANG DIINDUKSI
SUKROSA) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado.
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/...

Mattes RD, Bormann L. 2000. “Effects of (-)-hydroxycitric acid on appetitive variables,”


Physiology and Behavior. vol. 71, no. 1-2:87–94.
Meera A, Prakash SJ, Prakash SO. 2013. Garcinia Indica for Metabolic Syndrome-a
Review. International Journal of Experimental Pharmacology. Vol 3,Issue 2:57-60.

Onakpoya I, Hung SK, Perry R, Wider B, Ernst E. 2011. The Use of Garcinia Extract
(Hydroxycitric Acid) as a Weight loss Supplement: A Systematic Review and Meta-
Analysis of Randomized Clinical Trials. Journal of Obesity:1-9.

Semwal RB, Semwal DK, Vermaak I, Viljoen A. 2015. A comprehensive scientific


overview of Garcinia cambogia. Fitoterapia, 102:134–148

Wu JH, Lemaitre RN, Imamura F, King IB, Song X, Spiegelman D, Siscovick DS,
Mozaffarian D. 2011. Fatty acids in the de novo lipogenesis pathway and risk of coronary
heart disease: the Cardiovascular Health Study. Am J Clin Nutr. 2011 Aug;94(2):431-8.

Anda mungkin juga menyukai