1. Klinis
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:
Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi
( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab,
capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.
2. Laboratorium
Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.
Demam Dengue
Ruam kulit
Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.
Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.
o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock). (WHO, 2011)
Tata Laksana Tersangka DBD
Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh karna itu
masyarakat atau orang tua diharapkan waspada jika melihat gejala yang merupakan gejala
awal DBD. Tanda dan gejala awal DBD adalah demam tinggi mendadak tanpa sebab yang
jelas, terus menerus, badan lemah, dan anak tampak lesu. Pertama-tama tentukan adalah
kegawatdaruratan yaitu tanda syok:
1. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung,
sedangkan kuku jai menjadi biru
2. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menjadi turun dan apatis, sopor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral.
3. Perubahan nadi baik frekuensi maupun ampliudonya. Nadi menjadi cepat dan
lembut sampai tidak bisa diraba karena kolaps sirkulasi.
6. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.
Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari disertai uji tourniquet positif (DBD derajat 1)
atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBD derajat II) dapat
di kelola seperti bagan di atas.
Sumber : IDAI (2012) Adapun kriteria memulangkan pasien adalah:
Sumber : IDAI (2012) Pada pasien syok, pemberian oksigen 2 liter per menit
harus dilakukan dengan menggunakan masker. Pemberian transfusi darah
diberikan pada keadaan manifestasi perdarahsn yang nyata. Penurunan hematokrit
(dari 50% ke 40%) tanpa perbaikan klinis walau diberikan cairan menunjukkan
tanda adanya perdarahan. Pemberian darah dilakukan untuk menaikkan
konsentrasi sel darah merah sedangkan plasma segar dan atau suspensi trombosit
untuk pasien dengan DIC. DIC biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan
perdarahan masif. DIC dipicu oleh hiponatremia dan asidosis metabolik sehingga
pada keadaan syok berat sebaiknya dilakukan perbaikan pada asidosis sebelum
berkembang menjadi DIC. Tatalaksana DBD derajat III & IV selanjutnya dapat
dilihat di gambar 2.9. (IDAI, 2012)
Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus di monitor dan di evaluasi secara teratur
untuk menilai hasil pengobatan. Hal- hal yang harus di perhatikan pada
monitoring adalah nadi, tekanan darah, respirasi dan temperature harus di catat
setiap 15-30 menit atau lebih sering sampai syok teratasi.kadar hematokrit harus di
pantau tiap 4-6 jamsampai keadaan klinis pasien stabil.
Tatalaksana syok perlu dilakukan secara agresif dan simultan mulai dari ABC
hingga resusitasi cairan untuk meningkatkan preload yang diberikan secara cepat dan
kurang dari sepuluh menit. Resusitasi cairan paling baik dilakukan pada tahap syok
hipovolemik kompensasi, sehingga mencegah terjadinya syok dekompensasi dan
ireversibel.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203
– 206 adalah:
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal
tidak boleh diberikan
Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
a. Oral ad libitum atau
b.1 Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan
BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg
bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
b.2 Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –
banyaknya dan sesering mungkin.
b.3 Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu
24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain :
- antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
- antipiretik untuk anti panas
- darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.
Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.
g. Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg BB/1
jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T > 80, N < 120 x/menit),
akral dingin maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi
maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24 jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak,
maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi.
Untuk kasus – kasus yang sudah memperoleh cairan 60 mg/Kg BB/2 jam
pikirkan bahaya overload dan kemampuan kontraksi yang kurang. Dalam hal
ini klien perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan Dopamin.
Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri koloid dan
segera rujuk.
Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syok. Hal ini dapat
terjadi karena: