Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis:

1. Klinis
Gejala klinis berikut harus ada, yaitu:

 Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7
hari

 Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:

o uji bendung positif

o petekie, ekimosis, purpura

o perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

o hematemesis dan atau melena

 Pembesaran hati

 Syok, ditandai nadi cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi
( 20 mmHg), hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab,
capillary refill time memanjang (>2 detik) dan pasien tampak gelisah.

2. Laboratorium

 Trombositopenia (100 000/μl atau kurang)

 Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan


manifestasi sebagai berikut:

o Peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar

o Penurunan hematokrit ≥ 20%, setelah mendapat terapi cairan

o Efusi pleura/perikardial, asites, hipoproteinemia.

 Dua kriteria klinis pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya
peningkatan hematokrit) cukup untuk menegakkan Diagnosis Kerja DBD.

Demam Dengue

Demam tinggi mendadak Ditambah gejala penyerta 2 atau lebih:


 Nyeri kepala

 Nyeri retro orbita

 Nyeri otot dan tulang

 Ruam kulit

 Meski jarang dapat disertai manifestasi perdarahan

 LeukopeniaUji HI >1280 atau IgM/IgG positif

 Tidak ditemukan tanda kebocoran plasma (hemokonsentrasi, efusi pleura, asites,


hipoproteinemia).

Tatalaksana Demam Dengue


Sebagian besar anak dapat dirawat di rumah dengan memberikan nasihat perawatan pada orang
tua anak. Berikan anak banyak minum dengan air hangat atau larutan oralit untuk mengganti
cairan yang hilang akibat demam dan muntah. Berikan parasetamol untuk demam. Jangan
berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-obatan ini dapat merangsang perdarahan. Anak
harus dibawa ke rumah sakit apabila demam tinggi, kejang, tidak bisa minum, muntah terus-
menerus.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosis Dengue Haemoragic Fever (DHF) dapat dilakukan
pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah dijelaskan sebelumnya juga
dapat ditegakan dengan pemeriksaan laboratorium yakni :
- Trombositopenia (< 100.000 / mm3) , Hb dan PCV meningkat (> 20%)
leukopenia (mungkin normal atau leukositosis), isolasi virus, serologis (UPF
IKA, 1994).
- Pemeriksaan serologik yaitu titer CF (complement fixation) dan anti bodi HI
(Haemaglutination ingibition) (Who, 1998 ; 69), yang hasilnya adalah
 Pada infeksi pertama dalam fase akut titer antibodi HI adalah kurang dari 1/20
dan akan meningkat sampai < 1/1280 pada stadium rekovalensensi pada
infeksi kedua atau selanjutnya, titer antibodi HI dalam fase akut > 1/20 dan
akan meningkat dalam stadium rekovalensi sampai lebih dari pada 1/2560.
 Apabila titer HI pada fase akut > 1/1280 maka kadang titernya dalam stadium
rekonvalensi tidak naik lagi. (UPF IKA, 1994 ; 202)
- Pada renjatan yang berat maka diperiksa : Hb, PCV berulangkali (setiap jam atau
4-6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan) faal haemostasis x-foto dada,
elektro kardio gram, kreatinin serum.
- Laboratorium:
Trombositopenia (< 100.000/ uL) dan terjadi hemokonsentrasi lebih dari 20%.

Secara singkat, pemeriksaan penunjang yang menunjukkan DHF :


a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3
5) Protein darah rendah
6) Ureum PH bisa meningkat
7) NA dan CL rendah

b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).


c. Rontgen thorax : Efusi pleura.
d. Uji test tourniket (+)

2.1.9 Penatalaksaan DHF Pada Anak


Pada dasarnya pengobatan pasien Dengue Haemoragic Fever (DHF) bersifat
simtomatis dan suportif (Ngastiyah, 12995 ; 344)
Dengue Haemoragic Fever (DHF) ringan tidak perlu dirawat, Dengue Haemoragic
Fever (DHF) sedang kadang – kadang tidak memerlukan perawatan, apabila orang
tua dapat diikutsertakan dalam pengawasan penderita di rumah dengan kewaspadaan
terjadinya syok yaitu perburukan gejala klinik pada hari 3-7 sakit ( Purnawan dkk,
1995 ; 571)
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue (UPF IKA, 1994 ; 203)
yaitu:
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang–kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati uji torniquet positif/negatif,
kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan Ht/PCV meningkat.
- Panas disertai perdarahan- perdarahan.
- Panas disertai renjatan.

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue tanpa syok


Anak dirawat di rumah sakit

 Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu, untuk
mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare.

 Berikan parasetamol bila demam. Jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena obat-
obatan ini dapat merangsang terjadinya perdarahan.

 Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:

o Berikan hanya larutan isotonik seperti Ringer laktat/asetat

o Kebutuhan cairan parenteral

 Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam

 Berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam

 Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam

o Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam

o Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah


cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24–48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan
setelah pemberian cairan.

 Apabila terjadi perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
terkompensasi (compensated shock). (WHO, 2011)
Tata Laksana Tersangka DBD

Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/gejalanya tidak spesifik, oleh karna itu
masyarakat atau orang tua diharapkan waspada jika melihat gejala yang merupakan gejala
awal DBD. Tanda dan gejala awal DBD adalah demam tinggi mendadak tanpa sebab yang
jelas, terus menerus, badan lemah, dan anak tampak lesu. Pertama-tama tentukan adalah
kegawatdaruratan yaitu tanda syok:

1. Kulit pucat, dingin dan lembab terutama pada ujung jari kaki, tangan dan hidung,
sedangkan kuku jai menjadi biru

2. Anak yang semula rewel, cengeng dan gelisah lambat laun kesadarannya
menjadi turun dan apatis, sopor dan koma. Hal ini disebabkan kegagalan
sirkulasi serebral.

3. Perubahan nadi baik frekuensi maupun ampliudonya. Nadi menjadi cepat dan
lembut sampai tidak bisa diraba karena kolaps sirkulasi.

4. Tekanan nadi menjadi 20 mmHG atau kurang.

5. Tekanan sistolik pada anak menurun menjadi 80 mmHg atau kurang.

6. Oliguria sampai anuria karena menurunnya perfusi darah yang meliputi arteri
renalis.

Apabila tidak di temukan tanda kegawatdaruratan, periksa uji tourniquet, apabila


pemeriksaan uji taurniquet positif, lanjutkan pemeriksaan trombosit, apabila trobmbosit
<100.000/ul pasien dirawat untuk observasi . apabila uji tourniquet positif dengan
trombosit > 100.000/ul atau normal atau uji tourniquet negatif, pasien boleh pulang
dengan pesan untuk datang setiap hari sampai demam hilang. Jika terjadi penurunan Hb
dan atau peningkatan Ht, segera rawat. Bila perlu berikan minum 50 ml/kgBB dalam 4-
6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi teratasi berikan 80-100 ml/kgBB untuk
rumatan dalam 24 jam.hematokrit harus di periksa minimal satu kali sejak hari sakit
ketiga sampai suhu normal kembali.

Penggantian Volume Plasma


Dasar patogenesis DBD adalah perembesan Plasma, yang terjadi pada fase penurunan
suhu. Namun demikian penggantian cairan harus dilakukan dengan hati-hati.
Kebutuhan cairan awal dihitung untuk 2-3 jam pertama, sedangkan pada kasus syok
lebih sering (30-60 menit). Secara umum, volume yang di butuhkan adalah jumlah
cairan rumatan ditambah 5-8%.
Cairan intravena dibutuhkan apabila:
1. Anak terus-enerus muntah, tidak mau minum peroral, ditakutkan terjadi dehidrasi
dan mempermudah syok.
2. Nilai hematokrit cenderung menigkat pada pemeriksaan berkala
Jenis Cairan
Jenis cairan kristaloid yang di rekomendasikan olehh WHO adalah larutan Ringer
Laktat atau dextrosa 5% dalam larutan RL, Ringer Asetat atau dextrosa 5% dalam
larutan ringer Asetat, NaCl 0,9 % atau dextrosa 5% dalam larutan NaCl. Sedangkan
larutan koloid adalah dextran-40 dan plasma darah.

Sumber: IDAI 2012


7. Alur Tatalaksana Pemberian Cairan DHF Derajat I dan II

Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari disertai uji tourniquet positif (DBD derajat 1)
atau disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit (DBD derajat II) dapat
di kelola seperti bagan di atas.
Sumber : IDAI (2012) Adapun kriteria memulangkan pasien adalah:

1. pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa


antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit
stabil.
2. Tiga hari setelah syok teratasi,jumlah trombosit > 50.000/ul dan cenderung
meningkat, serta tidak dijumpai distres pernafasan (disebabkan oleh efusi
pleura atau asidosis) (IDAI, 2012). Pemberian cairan intravena dapat
dihentikan apabila hematokrit telah turun, sekitar 40%. Jumlah urin
12ml/kgBB/jam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaan sirkulasi
membaik (IDAI, 2012). Sedatif dapat diberikan untuk menenangkan pasien
tapi keadaan gelisah akan hilang dengan sendiri nya apabila pemberian cairan
sudah adekuat dan perfusi jaringan membaik (IDAI, 2012).

Alur Tatalaksana DBD derajat II dengan peningkatan Ht 20%

Sumber : IDAI (2012) Pada pasien syok, pemberian oksigen 2 liter per menit
harus dilakukan dengan menggunakan masker. Pemberian transfusi darah
diberikan pada keadaan manifestasi perdarahsn yang nyata. Penurunan hematokrit
(dari 50% ke 40%) tanpa perbaikan klinis walau diberikan cairan menunjukkan
tanda adanya perdarahan. Pemberian darah dilakukan untuk menaikkan
konsentrasi sel darah merah sedangkan plasma segar dan atau suspensi trombosit
untuk pasien dengan DIC. DIC biasanya terjadi pada syok berat dan menyebabkan
perdarahan masif. DIC dipicu oleh hiponatremia dan asidosis metabolik sehingga
pada keadaan syok berat sebaiknya dilakukan perbaikan pada asidosis sebelum
berkembang menjadi DIC. Tatalaksana DBD derajat III & IV selanjutnya dapat
dilihat di gambar 2.9. (IDAI, 2012)

Monitoring

Tanda vital dan kadar hematokrit harus di monitor dan di evaluasi secara teratur
untuk menilai hasil pengobatan. Hal- hal yang harus di perhatikan pada
monitoring adalah nadi, tekanan darah, respirasi dan temperature harus di catat
setiap 15-30 menit atau lebih sering sampai syok teratasi.kadar hematokrit harus di
pantau tiap 4-6 jamsampai keadaan klinis pasien stabil.

Alur Tatalaksana DBD derajat III dan IV

Sumber: IDAI 2012

Tatalaksana syok perlu dilakukan secara agresif dan simultan mulai dari ABC
hingga resusitasi cairan untuk meningkatkan preload yang diberikan secara cepat dan
kurang dari sepuluh menit. Resusitasi cairan paling baik dilakukan pada tahap syok
hipovolemik kompensasi, sehingga mencegah terjadinya syok dekompensasi dan
ireversibel.

Cairan kristaloid diberikan 10-30ml/kgBB/6-10 menit kemudian lihat tekanan darah


apabila tekanan darah masih rendah (hipotensi) ulangi pemberian cairan kristaloid
apabila normotensi diberikan tetesan rumatan kemudian dilakukan pemeriksaan urin
apabila didapati >1ml/kgBB/jam maka diberikan tetesan rumatan, apabila
<1ml/kgBB/jam dan anuri, diulangi pemberian kristaloid kemudian dilakukan
pengecekan urin kembali. Pemasangan CVP dilakukan ketika volume yang diberikan
lebih dari 50-100ml/kgBB dalam 1-2 jam pertama untuk menilai fungsi miokard. Bila
CVP <10mmHg berarti fungsi miokard masih baik dan resusitasi cairan dapat
diteruskan. Bila CVP >10mmHg berarti terdapat disfungsi miokard atau penurunan
kontraktilitas ventrikel kanan, peningkatan resistensi vaskular paru (afterload
ventrikel kanan) atau syok kardiogenik sehingga diperlukan pemberian obat-obatan
resusitasi seperti epinefrin, sodium bikarbonat, dopamin, glukosa, kalsium klorida,
atropin, atau dobutamin (Darwis, 2003).

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA, 1994 ; 203
– 206 adalah:
Hiperpireksia (suhu 400C atau lebih) diatasi dengan antipiretika dan “surface
cooling”. Antipiretik yang dapat diberikan ialah golongan asetaminofen,asetosal
tidak boleh diberikan
Umur 6 – 12 bulan : 60 mg / kali, 4 kali sehari
Umur 1 – 5 tahun : 50 – 100 mg, 4 sehari
Umur 5 – 10 tahun : 100 – 200 mg, 4 kali sehari
Umur 10 tahun keatas : 250 mg, 4 kali sehari.
a. Oral ad libitum atau
b.1 Infus cairan ringer laktat dengan dosis 75 ml / kg BB / hari untuk anak dengan
BB < 10 kg atau 50 ml / kg BB / hari untuk anak dengan BB < 10 10 kg
bersama – sama di berikan minuman oralit, air bauh susu secukupnya
b.2 Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak –
banyaknya dan sesering mungkin.
b.3 Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu
24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg
 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
 50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
Obat-obatan lain :
- antibiotika apabila ada infeksi sekunder lain
- antipiretik untuk anti panas
- darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan Syok


 Perlakukan hal ini sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secarra nasal.

 Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti Ringer laktat/asetat secepatnya.

 Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB


secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-
20ml/kgBB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.

 Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi; berikan transfusi darah/komponen.

 Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

 Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah
banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak daripada
pemberian yang terlalu sedikit.

Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF IKA,


1994 ; 203 – 206 adalah.
a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi
teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan
Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus
tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu
( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan
kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut :
 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg
 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
 60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.
 50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi
masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau
yang lainnya) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30
mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan
cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah
masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 ml/Kg BB/ 1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/ 1 jam. Dan
dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan
umum membaik dilanjutkan dengan cairan RL dengan perhitungan sebagai
berikut : kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Sedangkan penatalaksanaan Dengue Haemoragic Fever (DHF) menurut UPF
IKA, 1994 ; 203 – 206 adalah.
a. Berikan cairan RL sebanyak 30 ml/Kg BB/1 jam, bila keadaan baik (T > 80
mmHg dan nadi < 120 x/menit, akral hangat lanjutkan dengan RL sebanyak 10
ml/Kg BB/1 jam. Jika keadaan umum tidak stabil infus RL dilanjutkan sampai
perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
b. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum masih
buruk. Tensi tak terukur dan nadi tak teraba maka klien harus dipasang infus 2
tempat dengan maksud satu tempat untuk RL 10ml/Kg BB/1 jam dan tempat
lain untuk pemberian plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya)
sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam selama 1 jam. Jika keadaan umum membaik
lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
c. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum masih
buruk. Tensi tak terukur secara palpasi dan nadi teraba cepat lemah, akral
dingin maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam. Jika keadaan umum
membaik lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
d. Apabila setelah pemberian Rl 30 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan umum membaik
tetapi tensi terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi > 120 x/menit akral hangat
atau akral dingin maka klien ini sebaiknya diberikan plasma atau plasma
ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat
diulangi maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24 jam. Jika keadaan umum membaik
lanjutkan pemberian RL dengan perhitungan sebagai berikut :
Kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi
sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
Perhitungan kebutuhan cairan seperti yang tertera pada 2.a.
e. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 10 ml/Kg BB/1
jam tidak menunjukkan perbaikan T = 0, N = 0 maka klien ini perlu
dikonsultasikan ke bagian anestesi untuk dievaluasi kebenaran cairan yang
dibutuhkan apabila sudah sesuai dengan yang masuk. Dalam hal ini perlu
monitor dengan pemasangan CVP, gunakan obat Dopamin, Kortikosteroid dan
perbaiki kelainan yang lain.
f. Jika tata laksana grade IV setelah 2 jam sesudah plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 20 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg BB/1
jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T < 80, N > 120 x/menit),
maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma ekspander (dextran L
atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam. Jika reaksi perbaikan tidak
tampak, maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi.

g. Jika tata laksana grade IV sesudah memperoleh plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan RL 30 ml/Kg BB/1
jam belum menunjukkan perbaikan yang optimal (T > 80, N < 120 x/menit),
akral dingin maka klien ini perlu diberikan lagi plasma atau plasma ekspander
(dextran L atau lainnya) sebanyak 10 ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulangi
maksimal sampai 30 ml/Kg BB/24 jam. Jika reaksi perbaikan tidak tampak,
maka klien ini perlu dikonsultasikan ke bagian anestesi.
Untuk kasus – kasus yang sudah memperoleh cairan 60 mg/Kg BB/2 jam
pikirkan bahaya overload dan kemampuan kontraksi yang kurang. Dalam hal
ini klien perlu diberikan Lasix 1 mg/Kg BB/kali dan Dopamin.

Tatalaksana komplikasi perdarahan

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak, beri koloid dan
segera rujuk.

Penanganan kelebihan cairan

Kelebihan cairan merupakan komplikasi penting dalam penanganan syok. Hal ini dapat
terjadi karena:

 kelebihan dan/atau pemberian cairan yang terlalu cepat


 penggunaan jenis cairan yang hipotonik
 pemberian cairan intravena yang terlalu lama
 pemberian cairan intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan kebocoran
yang hebat.
 Tanda Awal:
o Napas cepat
o Tarikan dinding dada kedalam
o Efusi pleura luas
o Asites
o Edema periorbita atau jaringan lunak

 Prognosis Prognosis demam dengue berhubungan dengan antibodi yang


didapat atau infeksi awal dengan virus yang menyebabkan terjadinya DBD
(Halstead, 2011). Keparahan terlihat dari usia, dan infeksi awal terhadap
serotipe dengue virus yang lain sehingga dapat mengakibatkan komplikasi
hemorhagik yang parah (Levin & Weinberg, 2009). Prognosis di tentukan
juga oleh lamanya penanganan terhadap terjadinya syok pada sindroma syok
dengue (SSD). Prognosis baik jika diatasi maksimal 90 menit. Prognosis
akan terlihat buruk jika melebihi 90 menit (Citraresmi et al., 2007
16

Anda mungkin juga menyukai