Anda di halaman 1dari 7

Bioteknologi 3 (1): 1-7, Mei 2006, ISSN: 0216-6887, DOI: 10.

13057/biotek/c030101

Efek Imunostimulator Propolis terhadap


Proliferasi Limfosit T dan Viabilitas Sel Tumor
Mammae Mencit secara in Vitro
Immunostimulator effect of propolis on T lymphocyte
proliferation and the mammary tumor cells’ viability in
mice in vitro

ERMA MUSBITA TYASTUTI, SUTARNO1,♥, KUSMARDI2

1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta 57126


2 Bagian Imunopatologi Universitas Indonesia (UI) Jakarta 10430

Diterima: 12 Desember 2006. Disetujui: 23 Pebruari 2006.

ABSTRACT

The development of new medicines as immunostimulator agent has being


increased according to the development of lethal diseases, for example
tumor that suppress the immune responses. Propolis, which is resinous
substance produced by honeybees known to have antimicrobial, anti-
inflammatory, antioxidant, immunostimulator, and anti-tumor activities.
The aims of this experiment were to study the effect of propolis as
immunostimulator agent in proliferation of mice-suffered with mammary
tumor T lymphocyte and the mammary-tumor cells’ viability after been
treated with stimulated T lymphocyte. Three different dozes of propolis
used in this experiment were 0.5 µg/mL, 1.5 µg/mL, 4.5 µg/mL, and added in
cell culture to measure the proliferation of T lymphocyte. Proliferation
activity of T lymphocyte was examined with 3-(4.5-dimethyl-2-thiazolyl)-
2.5-diphenyl-2H-tetrazolium bromide (MTT) assay. Data was analyzed by
using Analysis of Variance (ANOVA) then followed by Duncan Multiple
Ranges Test (DMRT) 5%. The result showed that the proliferation of T
lymphocyte was increased after addition of propolis. The highest OD of T
lymphocyte was reached in addition of propolis 4.5 µg/mL (2.363). In the
examination of mice-mammary tumor cells’ viability, stimulated T
lymphocyte was added to tumor cells culture and the results showed that
the viability of tumor cells was decreased according to the increasing of T
lymphocyte proliferation. The lowest tumor cells’ viability was reached in
addition of stimulated T lymphocyte with propolis 4.5 µg/mL (4.667).
♥ Alamat korespondensi:
Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126
Tel. & Fax.: +62-271-663375.
Keywords: immunostimulator, OD of T lymphocyte, propolis, tumor cells
e-mail: biology@mipa.uns.ac.id viability, T lymphocyte.

PENDAHULUAN kanker yang paling sering ditemukan dan


menjadi penyebab utama kematian karena
Tumor merupakan kelompok sel abnormal di kanker (Romieu et al., 1990). The American Cancer
dalam kumpulan sel-sel normal yang tumbuh Society memperkirakan telah terjadi 30% kejadian
secara otonom dan tidak terkendali (Lukitto, kanker payudara (178.700 kasus) dan 16%
1984; Pinchuk, 2002). Tumor terbagi menjadi dua antaranya menyebabkan kematian (43.500 kasus)
kelompok yaitu benigna (tumor jinak) dan pada tahun 1998 di Amerika (Xie et al., 1999).
maligna (tumor ganas/kanker) (Lukitto, 1984). Kanker payudara terjadi saat sel-sel pada
Pada wanita, kanker payudara adalah jenis payudara mulai berkembang dengan tidak
32 Bioteknologi 3 (1): 1-7, Mei 2006

terkendali dan selanjutnya mampu menyerang telah dibuktikan oleh para ilmuwan Maroko
jaringan-jaringan di dekatnya atau bahkan dalam Rhajaoui et al. (2001) bahwa ekstrak
menjalar ke seluruh tubuh (Koestedjo,1984). propolis mampu menghambat pertumbuhan
Pertumbuhan jaringan kanker berkaitan erat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
dengan lemahnya immunologic surveillance yang Kemampuan propolis dalam melawan
dilakukan oleh sistem imun baik selular maupun mikrobia dan menstimulasi sistem imun karena
humoral (Kresno, 2001). kandungan flavonoidnya yang tinggi. Nijveldt et
Telah banyak terapi yang dikembangkan al. (2001) menyatakan bahwa flavonoid termasuk
untuk mengatasi kanker payudara, antara lain dalam kelompok senyawa alamiah dengan
dengan operasi pembedahan, kemoterapi, terapi struktur fenol yang bervariasi dan dapat
radiasi, terapi hormonal dan terapi biologis ditemukan dalam buah, sayuran, kacang-
(Sindutrisno, 1984; Goan, 1984). Dari beberapa kacangan, kulit kayu, akar, batang, bunga, teh
jenis terapi yang telah tersebut di atas belum dan anggur. Menurut Johnson dan Maddipati,
didapat hasil yang memuaskan dan memiliki (1998); dan Miller dan Rice-Evans (1995) senyawa
efek samping yang merugikan, sehingga perlu flavonoid dari tumbuhan mempunyai aktivitas
dicari alternatif lain dalam usaha pengobatan anti-oksidan yang sangat berguna bagi kesehatan
penyakit tersebut salah satunya dengan manusia. Sedangkan Miller (1996) menyatakan
penggunaan bahan-bahan yang bersifat bahwa flavonoid mempunyai berbagai efek,
imunostimulator. Imunostimulasi berhubungan seperti imunstimulan, antitumor, anti-HIV,
dengan peningkatan respon imun spesifik atau antioksidan, antiradang, antidiare, antifungal,
non spesifik. Penambahan dapat secara intrinsik, antihepatotoksik, antihiperglikemi, dan
yaitu timbul dari dalam hospes, atau ekstrinsik vasodilator. Karena kandungan flavonoidnya
dan akibat sekunder dari pengaruh eksogen. yang tinggi maka propolis merupakan
Bahan-bahan yang mampu memacu peningkatan antioksidan yang kuat. De la Fuente dan Victor
respon imun disebut imunostimulator (Fudenberg (2000) mendapatkan hasil bahwa antioksidan
et al., 1978). mampu menstimulus sistem imun dengan
Salah satu bahan alamiah yang berperan meningkatkan perlekatan serta kemotaksis dari
sebagai imunosimulator adalah propolis, yang limfosit. Sedangkan menurut Hegazi et al. (1995),
dihasilkan oleh lebah madu. Lebah madu (Apis flavonoid dalam propolis terbukti meningkatkan
mellifera) adalah spesies yang berasal dari Eropa, persentase fagositosis makrofag pada ayam yang
Timur Tengah dan Afrika. Lebah madu terserang Newcastle disease.
membentuk koloni tahunan yang sangat besar di Semakin tingginya angka kejadian
pohon-pohon berlubang atau tempat-tempat tumor/kanker payudara dan belum adanya
berlubang lainnya (Delaplane dan Mayer, 2000). terapi yang tepat bagi penanganan penyakit ini,
Kehidupan lebah madu sangat tergantung pada maka penelitian efek imunostimulator propolis
bunga sebagai sumber pakannya. Hampir semua pada limfosit T terhadap viabilitas sel tumor
tanaman bunga pada umumnya adalah sumber mammae mencit secara in vitro perlu untuk
pakan lebah madu. Lebah pekerja dilakukan.
mengumpulkan empat macam bahan tanaman
yaitu nektar, tepung sari, propolis dan air
(Febriana et al., 2003). BAHAN DAN METODE
Propolis adalah substansi seperti lem yang
dibentuk oleh lebah madu dari resin tumbuhan Waktu dan tempat
yang mempunyai kemampuan sebagai Penelitian dilaksanakan pada bulan
antimikrobia (Ikeno et al. 1991; Koo et al., 2000) September 2005, di Laboratorium Ilmu Hayati
dan antiviral (Amoros et al., 1994; Cowan, 1999) , LPPT UGM, Yogyakarta.
selain itu juga berfungsi sebagai antiinflamasi
(Gregory et al., 2000; Mirzoeva dan Calder, 1996), Bahan
antimalaria (Wijayanti et al., 2003), Sebagai sumber T-limfosit dan sel tumor,
hepatoprotektif dengan aktivitas biologis digunakan mencit GR bertumor kelenjar
melawan tumor (Dumitrescu et al., 1993; Orsolic mammae transplantabel setelah 2 minggu
et al., 2003, Suzuki et al., 2002), antikanker (Su et transplantasi berasal dari Laboratorium Patologi
al., 1994) dan menstimulus sistem imun Eksperimental Bagian Patologi Anatomik FKUI.
(Bankova, 2000; Custadio et al., 2003; Harish et al., Propolis komersial merk Propolis Gold Psynergy,
1997). Kemampuan anti-bakteri dari propolis UK dengan kandungan propolis 20%. Phosphat
TYASTUTI dkk. – Efek imunostimulator propolis 33

Bovine Serum (PBS), RPMI-1640 (FBS, Glutamin, µL/sumuran di dalam inkubator CO2 5% 370C
Penicillin, Streptomycin), HCl 2 M, akuades, selama 3 hari dengan penambahan propolis
NH4Cl, 3-(4,5-dimethyl-2-thiazolyl)-2,5-diphenyl- (Morgan dan Darling, 1993).
2H-tetrazolium bromide (MTT), Isopropanolol, Pemberian propolis pada kultur limfosit T.
metanol, Giemsa 20 % Propolis diberikan pada medium pertumbuhan
biakan T limfosit mencit untuk menjadi dosis
Cara kerja perlakuan sebagai berikut:
1. Kelompok kontrol tanpa penambahan propolis
Rancangan percobaan 2. Kelompok dosis A, dengan pemberian 0,5
Penelitian ini merupakan penelitian µg/mL propolis
eksperimental laboratoris dengan menggunakan 3. Kelompok dosis B, dengan pemberian 1,5
4 perlakuan masing-masing 3 ulangan. µg/mL propolis
4. Kelompok dosis C, dengan pemberian 4,5
Pelaksanaan percobaan µg/mL propolis
Sterilisasi propolis. Propolis disaring dengan Kemudian kultur sel diinkubasi pada 37ºC dalam
menggunakan syringe 0.5µ,agar terpisah dari inkubator CO2 5% selama 3 hari (Kalra et al.,
endapan dan hanya didapatkan cairan kental. 2004).
Propolis yang sudah disaring kemudian Analisis OD limfosit T. Limfosit T yang telah
disimpan di dalam tabung eppendorp. Semua dikultur ditambahkan MTT dengan konsentrasi 5
kegiatan di atas dilakukan di dalam laminair air mg/mL, sebanyak 10µL setiap sumuran. Inkubasi
flow untuk menghindari kontaminasi. dilanjutkan selama 4 jam. Reaksi dihentikan
Kultur limfosit T. Limfosit T diisolasi dari dengan menambah isopropanolol 0,04 M
limfa mencit. Limfa yang telah bersih sebanyak 100µL/sumuran. Hasilnya dibaca pada
dimasukkan ke dalam cawan petri steril ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm.
kemudian ke dalam limfa disuntikkan spit yang Kultur sel tumor. Sel tumor mammae mencit
berisi medium dan ditekan untuk mengeluarkan dikultur dalam mikroplate yang berisi RPMI
sel-sel limfosit. Setelah limfosit dikeluarkan dari 1640 yang mengandung FBS, Glutamin,
limfa, kapsul limfa dibuang dan suspensi limfosit Penicillin, Streptomycin dengan konsentrasi
dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril dan 5x104 sel/mL dan diinkubasi dalam inkubator
disentrifus pada 2500 rpm selama 5menit. CO2 5% 370C selama 24 jam. Setelah proses
Supernatan dibuang, dan ditambahkan NH4Cl inkubasi selesai akan terlihat bahwa sel tumor
untuk melisis eritrosit ,lalu disentrifus pada 2500 yang mampu hidup akan menempel di dasar
rpm selama 5menit. Supernatan dibuang, plate. Sel tumor yang menempel kemudian
endapan dicuci dengan 2 mL RPMI dan dicuci dengan RPMI 1640 dan siap digunakan
disentrifus pada 2500 selama 5menit. Proses untuk uji viabilitas sel tumor (Kaeida et al., 1989).
pencucian ini dilakukan 2 kali. Supernatan Uji viabilitas sel tumor. Ke dalam kultur sel
dibuang, endapan ditambahkan 1 mL RPMI . tumor ditambahkan 10µl kultur limfosit T yang
Kolom untuk menyaring limfosit T disiapkan telah disiapkan pada cara kerja (d) kemudian
dan dijenuhkan dengan medium RPMI dan diinkubasi dalam inkubator CO2 5% 370C selama
didiamkan hingga medium membasahi nilon 4 jam untuk melisiskan sel tumor. Setelah 4 jam
woll. Kemudian suspensi limfosit dimasukkan ke plate dicuci dengan PBS, sel tumor yang terlisis
dalam kolom berisi nilon woll dan diinkubasi oleh limfosit T akan lepas dari dasar plate sedang
selama 30 menit. Setelah 30 menit suspensi yang tidak terlisis akan tetap menempel di dasar
dipindahkan ke dalam tabung reaksi steril plate. Sel tumor yang tetap menempel di dasar
dengan cara menekan spuit menggunakan piston plate difiksasi dengan metanol lalu diwarnai
secara perlahan-lahan, prosedur ini bertujuan dengan larutan Giemsa. Sel tumor yang
untuk memisahkan limfosit T dari limfosit B. terwarnai Giemsa dihitung dibawah mikroskop.
Kemudian pada suspensi limfosit T ditambahkan (Kaeida et al., 1989).
RPMI 3 mL dan disentrifus pada 2500 rpm
selama 5 menit. Endapan diambil dan Analisis data
ditambahkan 1 mL RPMI, lalu dihitung jumlah Data OD limfosit T dan viabilitas sel tumor
sel dengan menggunakan haemacytometer dianalisis dengan ANOVA untuk mengetahui
hingga didapatkan sel dengan kepadatan 1 x 106 ada tidaknya beda nyata. Bila ada beda nyata
sel/mL. Setelah dihitung suspensi sel siap dilanjutkan dengan uji DMRT untuk mengetahui
dikultur pada mikroplate 24 dengan volume 500 letak perbedaannya.
34 Bioteknologi 3 (1): 1-7, Mei 2006

HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan proliferasi. Menurut Pinchuk


(2002) limfosit T yang aktif menghasilkan
Proliferasi limfosit T setelah pemberian propolis limfokin, IL-2 yang berfungsi memicu poliferasi
Propolis yang digunakan dalam penelitian ini limfosit baik secara autokrin maupun parakrin.
adalah jenis propolis komersial dengan kadar IL-2 juga berfungsi meningkatkan efek sitotoksik
propolis 20%. Sedangkan limfosit T didapatkan sel T sitotoksik dan merangsang produksi IFN.
dari limfa mencit yang bertumor mammae. IL-2 diproduksi terutama oleh sel T helper dan
Limfa tersebut tampak berbeda dari limfa dapat dirangsang produksinya dengan
normal, yaitu tampak lebih besar dan berwarna pemberian imunostimulator.
lebih merah. Limfa yang telah diambil kemudian
dibersihkan dari lemak-lemak yang masih
menempel agar tidak mengganggu proses 3,000
selanjutnya. Penambahan propolis pada kultur C
limfosit T memicu proliferasi. Hasil analisis B
2,000

OD Limfosit T
terhadap OD limfosit T ditunjukkan pada Tabel 1. A

Tabel 1. Proliferasi limfosit T setelah pemberian


1,000
propolis dalam beberapa dosis perlakuan.
kontrol
OD Proliferasi limfosit T
Dosis perlakuan 0,000
(Rerata + SD)
Perlakuan
Kontrol 0,318 + 0,008a
A (0,5µg/mL) 1,533 + 0,035b
B (1,5 µg/mL) 1,979 + 0,090c Gambar 1. Proliferasi limfosit T setelah pemberian
C (4,5µg/mL) 2,363 + 0,054d propolis berbagai dosis. Keterangan: Kontrol: OD
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama limfosit T tanpa penambahan propolis, A: OD limfosit
menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT T dengan penambahan propolis 0,5 µg/mL, B: OD
pada taraf uji 5%. limfosit T dengan penambahan propolis 1,5 µg/mL, C:
OD limfosit T dengan penambahan propolis 4,5
µg/mL.
Hasil analisis OD proliferasi menggunakan
ANOVA yang dilanjutkan dengan uji DMRT
Pengaruh pemberian propolis terhadap
dengan taraf uji 5% (Tabel 1) menunjukkan
proliferasi limfosit T tergantung pada besarnya
bahwa pemberian propolis dalam berbagai dosis
dosis. Pada pemberian propolis dengan dosis
berpengaruh nyata terhadap OD limfosit T pada
terendah, yaitu 0,5µg/mL sudah menunjukkan
tiap-tiap perlakuan dibandingkan dengan
perbedaan bermakna terhadap kontrol dan terus
kontrol. OD limfosit T tertinggi terjadi pada
meningkat seiring peningkatan dosis pemberian
pemberian propolis 4,5µg/mL. Hasil tersebut
propolis. Pada perlakuan ini tidak ditemukan
sesuai dengan pernyataan Rubinstein et al. (1997)
indikasi terjadinya supresi oleh propolis.
bahwa pada dosis 4,5µg/mL propolis mampu
Kemampuan propolis sebagai imunosimulator
menstimulus respon imun secara optimal dalam
tidak terlepas dari kandungan bahan aktif di
penelitian in vitro yang dilakukan terhadap
dalamnya yang didominasi oleh flavonoid. Ugar
mencit yang menderita HIV. Secara keseluruhan
et al.(2004) menyatakan bahwa kandungan
pemberian propolis meningkatkan OD limfosit T
flavonoid dalam propolis menyebabkan propolis
(Gambar 4.).
berfungsi sebagai antimikroba, antioksidan,
Penambahan propolis pada kultur limfosit T
antiinflamasi, antitumor dan imunostimulator.
mampu meningkatkan proliferasi limfosit T.
Peningkatan proliferasi limfosit T dalam
Dalam hal ini propolis telah terbukti berfungsi
kondisi imunosupresi yang sering ditemukan
sebagai imunostimulator. Hal ini sesuai dengan
pada penderita penyakit sangat penting karena
pernyataan Gu (2005) bahwa pemberian propolis
mampu meningkatkan kemampuan melawan
mampu meningkatkan jumlah limfosit T. Hal
penyakit. Pada penderita tumor peningkatan
yang sama juga dinyatakan oleh Wijayanti (2005)
jumlah limfosit T sangat penting mengingat
bahwa penambahan bahan yang bersifat
perannya dalam menghambat perkembangan
imunostimulator akan meningkatkan respon
dan pertumbuhan sel-sel tumor sehingga
pada limfosit dan menyebabkan pembelahan sel
penggunaan imunostimulator dapat dijadikan
sehingga terjadi proliferasi. Penggunaan limfosit
alternatif sebagai usaha peningkatan jumlah
T yang telah teraktifasi pada mencit bertumor
TYASTUTI dkk. – Efek imunostimulator propolis 35

limfosit T. Limfosit T yang aktif mampu meng- tumor berpengaruh nyata terhadap viabilitas sel
hasilkan TNF-α yang berfungsi menekan tumor dibandingkan kontrol. Penambahan
pertumbuhan sel tumor, meningkatkan pertum- limfosit T terstimulasi propolis 0,5µg/mL tidak
buhan dan ekspresi IL-2R dan menstimulasi berbeda nyata terhadap penambahan limfosit T
poduksi IFN-γ yang juga berperan menghambat terstimulasi propolis 1,5µg/mL. Viabilitas sel
pertumbuhan sel tumor. Meningkatnya tumor terendah terdapat pada penambahan
proliferasi limfosit T menyebabkan peningkatan limfosit T terstimulasi propolis 4,5µg/mL sebesar
jumlah TNF-α sehingga pertumbuhan sel tumor 4,667. Viabilitas sel tumor yang dipapari limfosit
semakin mudah ditekan (Alexander et al., 1993; T yang terstimulasi propolis berbagai dosis dapat
Gu, 2005; Urban, 1982). Propolis dalam hal ini dilihat pada Gambar 2.
sebagai bahan yang mampu berperan sebagai
imunostimulator juga layak untuk
diperhitungkan menjadi salah satu bahan alami
12 T.P0
yang menjadi solusi bagi usaha-usaha

Viabilitas Sel Tumor


T.P1
penanganan penyakit dengan imunoterapi. 10
T.P2
Namun perlu diperhatikan bahwa zat yang 8
mampu meningkatkan respon pada satu sistem
6
dapat bersifat supresif pada sistem lain. T.P3
4
Viabilitas sel tumor setelah dipapari dengan limfosit T 2
yang terstimulasi propolis 0
Untuk membuktikan peranan limfosit T yang Perlakuan
telah distimulasi propolis dalam melawan tumor
maka limfosit T yang sebelumnya telah Gambar 2. Viabilitas sel tumor setelah dipapari
distimulasi propolis dengan berbagai dosis limfosit T yang telah terstimulasi propolis berbagai
kemudian dipaparkan pada kultur sel tumor. dosis. Keterangan: T.P0: sel tumor yang dipapari
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa limfosit T tanpa penambahan propolis, T.P1: sel tumor
semakin besar proliferasi limfosit T yang yang dipapari limfosit T terstimulasi 0,5µg/mL
menyebabkan semakin besar jumlah limfosit T propolis, T.P2: sel tumor yang dipapari limfosit T
terstimulasi 1,5µg/mL propolis, T.P3: sel tumor yang
maka semakin rendah pula viabilitas sel tumor.
dipapari limfosit T terstimulasi 4,5µg/mL propolis.
Hasil dapat dilihat pada Tabel 2.
Penurunan viabilitas sel tumor terjadi karena
Tabel 2. Viabilitas sel tumor setelah dipapari limfosit T
limfosit T yang terstimulasi propolis aktif
yang telah distimulasi propolis dalam berbagai dosis.
berproliferasi dan mensekresikan limfokin yang
Viabilitas sel tumor berperan dalam penghambatan pertumbuhan sel
Dosis perlakuan tumor. Semakin tinggi proliferasi limfosit T maka
(Rerata + SD)
Tanpa propolis (T.P0) 12,000 + 1,732a semakin rendah viabilitas sel tumor. Hal ini
0,5µg/mL propolis (T.P1) 9,667 + 1,527b sesuai dengan pernyataan Rohrer et al. (1999)
1,5µg/mL propolis (T.P2) 8,333 + 0,577b semakin banyak jumlah limfosit T yang aktif
4,5µg/mL propolis (T.P3) 4,667 + 0,577c semakin besar jumlah bahan-bahan penghambat
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pertumbuhan sel tumor (TNF-α, IFN-γ, dan IL-
menunjukkan tidak beda nyata dengan uji DMRT
2R) yang terekspresikan sehingga sel tumor
pada taraf uji 5%.
semakin mudah ditekan perkembangannya.
Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) diproduksi oleh
Hasil analisis viabilitas sel tumor
limfosit T yang aktif dan bersama-sam dengan
menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan
Interferon-γ (IFN-γ) bersifat sitotoksik terhadap
uji DMRT dengan taraf uji 5% (Tabel 2)
sel tumor. IFN-γ sangat berperan dalam
menunjukkan bahwa penambahan limfosit T
pertahanan terhadap serangan tumor karena
terstimulasi propolis dengan dosis 4,5µg/mL
mampu meningkatkan ekspresi MHC kelas I dan
pada kultur sel tumor berpengaruh nyata
II yang berperan dalam pengenalan antigen yang
terhadap viabilitas sel tumor, yaitu viabilitas sel
dihasilkan oleh sel tumor. Penurunan viabilitas
tumor menurun secara signifikan dibandingkan
sel tumor dapat terjadi karena limfosit T
kontrol dan perlakuan lain. Penambahan limfosit
memiliki fungsi pengontrolan terhadap
T terstimulasi propolis 0,5µg/mL dan limfosit
pertumbuhan sel tumor. Thome dan Tschopp
terstimulasi propolis 1,5µg/mL pada kultur sel
36 Bioteknologi 3 (1): 1-7, Mei 2006

(2001) menyatakan bahwa fungsi pengontrolan membahayakan dan relatif tidak menimbulkan
limfosit T terhadap pertumbuhan sel tumor alergi. Ghisalberti (1979) melaporkan dalam
dapat terjadi secara langsung yang dilakukan suatu penelitian bahwa pemberian ekstrak eter
oleh subset limfosit T sitotoksik (CTL) dengan propolis pada mencit dengan dosis 0,35 mg/g
mensekresi limfokin yang berpengaruh langsung berat badan tidak menunjukkn gejala alergi.
dalam melisis sel tumor melalui pengrusakan Sedangkan pada pemberian eter dan alkohol
membran dan nukleus. Fungsi pengontrolan juga ekstrak didapatkan Lethal Dosage50 (LD50) sebesar
terjadi secara tidak langsung yang dilakukan 0,7 mg/g berat badan setelah 19 jam perlakuan.
oleh limfosit T helper. Subset limfosit ini selain Penyebab kematian adalah kerusakan sistem
menghasilkan limfokin (TNF-α dan IFN-γ) yang respirasi. Sebagai pembanding, pemberian
mengaktifkan sel efektor lain, CTL, makrofag, procaine pada mencit dengan dosis yang sama
NK, limfosit B dan menginduksi terjadinya menyebabkan kematian 60% hewan uji dalam
respon inflamasi (Kresno, 2001). Menurut Urban waktu yang lebih singkat.
et al. (1982), limfosit T memegang peranan yang Pada perkembangan penggunaan bahan-
sangat penting pada pertahanan terhadap tumor. bahan imunostimulator timbul ketakutan karena
Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian adanya anggapan bahwa jika sistem imun terus
terhadap mencit nude yang tetap mampu menerus distimulasi akan menyebabkan
mengekspresikan sel Natural Killer (NK) seperti perkembangan sel-sel imun yang tidak
mencit normal tetapi tidak mampu terkendali dan mengakibatkan penyakit
mengekspresikan limfosit T. Hasil penelitian ini autoimun (Thome dan Tschopp, 2001). Ketakutan
menunjukkan bahwa tumor tumbuh lebih cepat ini seharusnya tidak perlu terjadi karena bila
pada mencit nude dibandingkan dengan fungsi imun sudah kembali normal maka bahan-
pertumbuhan tumor pada mencit normal. Hasil bahan imunostimulator tidak lagi bekerja
penelitian tersebut membuktikan bahwa limfosit meningkatkan kekebalan tubuh. Pinchuk (2002)
T berperan menghambat pertumbuhan sel mengatakan hal tersebut terjadi karena sistem
tumor.Melemahnya sistem imun pada penderita imun bersifat self limitation yaitu respon imun
tumor menyebabkan semakin mudah sel tumor akan terhenti dengan sendirinya jika antigen
berkembang. Kasus tersebut mendorong para sudah dihilangkan. Perkembangan bahan
peneliti untuk menemukan bahan-bahan yang imunostimulator di Indonesia seharusnya lebih
berfungsi menguatkan sistem imun karena ditingkatkan karena negara ini memiliki potensi
sistem imun yang kuat sangat dibutuhkan untuk bahan-bahan yang dapat berperan sebagai
menghasilkan respon yang baik (Cilento, 2001). imunostimulator, selain dapat menekan biaya
Dalam perkembangan kasus penyakit tumor, penyembuhan juga menekan resiko pasca
usaha penyembuhan dengan imunotherapi penyembuhan.
semakin dibutuhkan karena proses
penyembuhan dengan metode-metode yang
sudah sering dilakukan (operasi pengangkatan KESIMPULAN
tumor dan kemoterapi) belum memberikan hasil
yang optimal bahkan menimbulkan efek negatif Propolis meningkatkan proliferasi limfosit T
pasca perlakuan. Belum lagi besarnya biaya yang dan berfungsi sebagai imunostimulator.
harus dikeluarkan untuk melakukan upaya Proliferasi tertinggi terjadi pada pemberian
penyembuhan dengan metode-metode tersebut. propolis dosis 4,5 g/mL. Sedangkan proliferasi
Propolis sebagai salah satu bahan yang telah terendah pada pemberian propolis dengan dosis
terbukti sebagai imunostimulator dapat 0,5 µg/mL. Penambahan limfosit T terstimulasi
dijadikan bahan alternatif yang dapat propolis pada kultur sel tumor menurunkan
dipergunakan dalam imunoterapi pada kasus viabilitas sel tumor, hasil ini menujukkan
timbulnya tumor. Penelitian ini membuktikan propolis berfungsi sebagai antitumor secara
bahwa propolis berpotensi menjadi bahan sekunder. Viabilitas sel tumor tertinggi setelah
antitumor secara sekunder dengan dipapari limfosit T yang terstimulasi propolis
meningkatkan proliferasi limfosit T yang aktif terdapat pada perlakuan sel tumor yang terpapar
memproduksi limfokin yang dapat menghambat limfosit T tanpa penambahan propolis.
dan menekan pertumbuhan sel tumor. Propolis Sedangkan viabilitas sel tumor terendah terdapat
yang terbentuk dari kumpulan resin tumbuhan pada perlakuan sel tumor yang terpapar limfosit
yang disekresikan oleh lebah mengandung T terstimulasi propolis 4,5 g/mL.
banyak kandungan bahan alamiah yang tidak
TYASTUTI dkk. – Efek imunostimulator propolis 37

DAFTAR PUSTAKA 2002. Effects of compounds found in propolis on


Streptococcus mutans growth and glucosyltransferase
Alexander, J.P., S. Kudoh, K.A. Melsop, T.A. Hamilton, M.G. activity. Antimicrobial Agents and Chemotherapy 46 (5): 1302-1309.
Edinger, R.R. Tubbs, D. Sica, L. Tuason, E. Klein, and Kresno dan S. Boedina. 2001. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur
R.M. Bukowski. 1993. T-cells infiltrating renal cell Laboratorium. Ed.4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
carcinoma display poor proliverative response even Lukitto, P. 1984. Pengertian tentang tumor ganas. Dalam:
though they can produce interleukin 2 and express Koestedjo, R. dan H.R. Soemartono (ed.). Diagnosa Dini
interleukin 2 receptors. Cancer Research 53 (6): 1380-1387. Penyakit Kanker dan Cara Menanggulanginya. Bandung:
Amaros, M., E. Lurton, J. Boustie, L. Girre, F. Sauvager, and Penerbit Alumni.
M. Cormier. 1994. Comparison of the anti-herpes simplex Miller, A.L. 1996. Antioxidant flavonoids: structure, function
virus activities of propolis and 3-methyl-but-2-enyl and clinical usage. Alt Medical Review 1 (2): 103-111.
caffeate. Journal of Natural Product 57 (5): 644-647 Miller, N. J. and C. Rice-Evans. 1995. Antioxidant activity of
Bankova V. 2000. Determining quality in propolis samples. resveratrol in red wine. Clinical Chemistry 41: 1789
Bee Informed 7 (2): 1-8. Mirzoeva, O.K., and Calder, P.C. 1996. The effect of propolis
Cilento, R. 2001. Book Review: Natural Compounds in Cancer and its components on eicosanoid production during the
Therapy by John Boik. Journal of ACNEM 20 (2): 17-18 inflammatory response. Prost. Leuk. Ess. Fatty Acids. 55: 441-449.
Cowan, MM. 1999. Plant products as antimicrobial agents. Morgan S. J. and D.C. Darling. 1993. Animal Cell Culture.
Clinical Microboilogy Reviews. 12 (4): 564- 582. Oxford: Bios Sci Pb Ltd.
Custadio A.R., M.M.C. Ferreira, G. Negri, and A. Salatino. Nijdvelt, R. J., E. van Nood, D.E.C. van Horn, P.G. Boelens, K.
2003. Clustering of comb and propolis waxes based on van Norren, and P.A.M. van Leeuwen. 2001. Flavonoids:
the distribution of aliphatic constituents. Journal of a review of probable mechanisms of action and potential
Brazilian Chemical Society 14 (3): 354-357. applications. Amercan Journal of Clinical Nutrition 74 (4): 418-425.
De la Fuente, M. and V.M. Victor. 2000. Anti-oxidants as Orsolic, N., Knezevic, A., Sver, L., Terzic, S., Hackenberger, B.
modulators of immune function. Immunology and Cell K., and Basic, I. 2003. Influence of honey bee products on
Biology 78: 49-54. transplantable murine tumours. Veterinary and
Dumitrescu, M., I. Crisan, and V. Esanu. 1993. The Comparative Oncology 1 (4): 216.
mechanism of antiherpetic action of an aqueous propolis Pinchuk, G. 2002. Theory and Problems of Immunology. New
extract II. The action of the lectins of an aquoeus propolis York: McGraw-Hill Companies, Inc.
extract. Review of Roum. Virology 44: 49-54. Rhajaoui M., H. Oumzil, M. Faid, M. Lyagoubi, and A.
Febriana, S., E. Mahajoeno, S. Listyawati. 2003. Perbandingan Benjouad. 2001. Antibacterial activity of Morrocan
produksi telur ratu lebah (Apis mellifera ligustica) propolis extracts. Science Letters 3 (3): 1-3
antara perkawinan alami dengan inseminasi buatan Rohrer, J.W., A.L. Barsoum, D.L. Dyess, J.A. Tucker, and J.H.
setelah dan tanpa pemberian karbon dioksida. BioSMART Coggin, Jr. 1999. Human breast carcinoma patients develop
5 (2): 115-119 clonable oncofetal antigen specific effector and regulatory
Fudenberg, H.H., D.D. Snels, J.J. Caldwell, and J.V. Wells. T lymphocytes. Journal of Immunology 162: 6880-6892
1978. Basic and Clinical Immunology. 2nd Ed. Los Altos: Romieu, I., Berlin, J. A., and Colditz, G. 1990. Oral
Lange Medical Publications. contraceptives and breast cancer. Cancer 66: 2253-2263.
Ghisalberti, E. L. 1979. Propolis: a review. Bee World 60: 59-84. Sindutrisno. 1984. Peranan Radioterapi pada Penyakit
Goan, T.T. 1984. Peranan Khemoterapi pada Penyakit Kanker. Kanker. Dalam: Koestedjo, R. dan H.R. Soemartono (ed.).
Dalam: Koestedjo, R. dan H.R. Soemartono. (ed.). Diagnosa Diagnosa Dini Penyakit Kanker dan Cara Menanggulanginya.
Dini Penyakit Kanker Dan Cara Menanggulanginya. Bandung: Penerbit Alumni.
Bandung: Penerbit Alumni. Su, Z.Z. J. Lin, D. Grunberger, and P.B. Fisher. 1994. Growth
Gregory, S., N. Piccolo, M. Piccolo, and M. Hegger. 2002. suppression and toxicity induced by caffeic acid
Comparison of propolis skin cream to silver sulfadiazine: phenethyl ester (CAPE) in type 5 adenovirus-transformed
alternative to antibiotics in treatment of minor burns. rat embryo cells correlate directly with transformation
Journal of Alternative and Complementary Medicine 8 (1): 77-83. progression. Cancer Research 54 (7): 1865-1870.
Gu, Yeun-hwa. 2005. Antioxidant activity and anti-tumor Suzuki, I., I. Hayashi, T. Takaki, D.S. Groveman, and Y.
immunity by Agaricus, propolis and paffia in mice. Fujimiya. 2002. Antitumor and anticytopenic effects of aqueous
Suzuka: University of Medical Science. extracts of propolis in combination with chemotherapeutic
Harish, Z., A. Rubinstein, M. Golodner, M. Elmaliah, and Y. agents. Cancer Biotherapy & Radiopharmacy 17 (5): 553-562
Mizrachi. 1997. Suppresion of HIV-1 replication by Thome, M. and J. Tschopp. 2001. Regulation of lymphocyte
Propolis and its immunoregulatory effect. Drugs proliferation and death by FLIP. Nature 1: 42-57
Experimental Clinic Research 23 (2): 89-96 Ugar, A. and T. Arslan. 2004. An in vitro study on microbial
Hegazi, A.G., H.F. El Miniawy, and F.A. El Miniawy. 1995. activity of propolis from Mugla Province in Turkey.
Effect of some honey bee products on immune response Journal of Medicinal Foods 7 (1): 90-94.
of chicken infected with virulent NDV. Egyptan Journal of Urban, J.L., R.C. Burton, J.M. Holland, M.L. Kripke, and H.
Immunology 2 (2): 79-86. Schreiber. 1982. Mechanisms of syngeneic tumour rejection;
Ikeno, K., T. Ikeno, and C. Miyazawa. 1991. Effects of propolis Susceptibility of host-selected progressor variants to
on dental caries in rats. Caries Research 25 (5): 347-351. various immnological effector cells. Journal of Experimental
Johnson J.L. and K.R. Maddipati 1998. Paradoxial effects of Medicine 155: 557-573
resveratrol on two Prostaglandin H synthases. Wijayanti, M.A., E. Herdiana, dan S.Y. Mardihusodo. 2003.
Prostaglandin and Other Lipid Mediator 156: 131-143. Efek bee propolis terhadap infeksi Plasmodium berghei
Kaeida, T., K. Yamada, and N. Yamawaki. 1989. Processs for pada mencit Swiss. Berkala Ilmu Kedokteran 35 (2): 81-89.
Producing Cytotoxic T-cells and Compositins Produced by Said Wijayanti, L. 2005. Aktivitas proliferasi limfosit setelah
Process. Washington, D.C.: United States Patent. imunisasi intranasal protein terlarut Toxoplasma selama
Koestedjo, R. 1984. Tumor ganas payudara. Dalam: Koestedjo, infeksi Toxoplasma gondii. BioSMART 7 (1): 9-13
R. dan H.R. Soemartono (Ed.). Diagnosa Dini Penyakit Xie, B., S.W. Tsao, and Y.C. Wong. 1999. Sex hormone-
Kanker dan Cara Menanggulanginya. Bandung: Penerbit Alumni. induced mammary carcinogenesis in female noble rats:
Koo, H., PL. Rosalen, J.A. Cury, Y.K. Park, and W.H. Bowen. the role of androgens. Carcinogenesis 20 (8): 1597-1606.

Anda mungkin juga menyukai