Anda di halaman 1dari 4

BAB II

GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

2.1 Lokasi dan Ketersampaian Wilayah Pertambangan

PT Lime Hemston merupakan salah satu pemilik izin usaha pertambangan (IUP)
di wilayah Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Untuk mencapa lokasi
penambangan PT Lime Hemston jika dari Institut Teknologi Bandung kampus
Ganesha maka kita akan melalui Jl. Layang Pasupati and Jl. Dr. Djunjunan to Jl.
Tol Pasteur in Sukaraja selama lim belas meint, dilanjutkan dengan melalui Jl. Tol
Purbaleunyi, Jl. Tol Cipularang, Jl. Raya Pantura/Jl. Tol Jakarta - Cikampek dan
Jl. Tol Jagorawi menuju Jl. Raya Mayor Oking Jaya Atmaja in Citeureup lalu
keluar di excit Jl. Tol Jagorawi, perjalanan ini sekitar 2,5 sampai dengan 3 jam
dan dilanjutkan melalui Jl. Raya Mayor Oking Jaya Atmaja to your destination in
Karang Asem Timur selama kurang lebih 15 menit maka akan tiba dilokasi
penambangan PT Lime Hemston.

Gambar 2.1, Lokasi ketersampaian PT Lime Hemston


(Sumber: www.google.co.id/maps )

2.2 Geologi Regional


Zona Bogor, zona ini membentang mulai dari Rangkasbitung melalui Bogor,
Purwakarta, Subang, Sumedang, Kuningan dan Manjalengka. Daerah ini merupakan
perbukitan lipatan yang terbentuk dari batuan sedimen tersier laut dalam membentuk
suatu Antiklonorium, dibeberapa tempat mengalami patahan yang diperkirakan pada
zaman Pliosen-Plistosen sezaman dengan terbentuknya patahan Lembang dan
pengangkatan Pegunungan Selatan. Zona Bogor sekarang terlihat sebagai daerah
yang berbukit-bukit rendah di sebagian tempat secara sporadis terdapat bukit-bukit
dengan batuan keras yang dinamakan vulkanik neck atau sebagai batuan intrusi
seperti Gunung Parang dan Gunung Sanggabuwana di Plered Purwakarta, Gunung
Kromong dan Gunung Buligir sekitar Majalengka. Batas antara zona Bogor dengan
zona Bandung adalah Gunung Ciremai (3.078 meter) di Kuningan dan Gunung
Tampomas (1.684 meter) di Sumedang. Batuan Zona Bogor terdiri dari banyak
macam, yaitu:
 Tufa dan Breksi : tufa batuapung, breksi tufaan bersusunan andesit, batupasir
tufa, lempung tufaan dengan kayu terkersikkan dan sisa tumbuhan, batupasir
berstruktur cross bedding.
 Formasi Bojongmanik: batupasir, tufa batuapung, napal dengan moluska,
batugamping, batulempung dengan lempung bitumen dan sisipan lignit dan sisa
damar. Tebal satuan ini diperkirakan mencapai 550 meter. Fosil dalam
batulempung adalah plankton yang menunjukkan umur Miosen Tengah. Satuan
ini dikorelasikan dengan formasi Subang di daerah Subang.
 Anggota Batugamping Formasi Bojongmanik: batugamping mengandung
moluska. Satuan ini berupa lensa-lensa dalam formasi Bojongmanik yang
umurnya setara dengan Miosen Tengah.
 Anggota Breksi Formasi Cantayan: breksi polymict dengan fragmen andesit -
basal dan batugamping koral. Sisipan batupasir sela dibagian atas, tebal satuan
1700 meter. Anggota ini ditindih secara selaras oleh formasi Bojongmanik dan
menindih selaras formasi Klapanunggal. Umur anggota breksi ini Miosen
Tengah.
 Formasi Klapanunggal: terutama batugamping terumbu padat dengan
foraminifera besar dan fosil - fosil lainnya termasuk moluska dan echinodermata.
Umur satuan ini diduga setara dengan formasi Lengkong dan Bojonglopang di
zona pegunungan selatan yaitu Miosen Awal. Formasi ini menjemari dengan
formasi Jatiluhur dan di bagian timur lembar ketebalannya mencapai 500 meter.
 Formasi Jatiluhur: Napal dan serpih lempungan dengan sisipan batupasir kuarsa,
bertambah pasiran ke arah timur. Bagian atas formasi ini menjemari dengan
formasi Klapanunggal dan berumur Miosen Awal.
Lokasi penambangan ini berada di anggota batu gamping yang termasuk dalam
Formasi Bojong manik. Kondisi geologi di sekitar lokasi adalah seperti diuraikan
pada Peta Geologi Daerah Jakarta skala 1:50.000 dan Peta Geologi Daerah Bogor
skala 1:100.000 (Effendi dkk., 1998).
Lapisan bawah tanah terdiri batuan sedimen. Secara local, batuan Tersier dilapisi
oleh unconsolidated deposits atau timbunan berumur kuarter. Kandungan batuan
berumur kuarter di lokasi terdiri dari pasir, sedimen, dan tanah lempung dengan
ketebalan berkisar kurang dari dua sampai dengan lebih dari duabelasmeter. Batuan
tersier mengandung batukapur dengan ketebalan 60 m dan mudstone dengan
ketebalan 90 m. Batuan tertua yaitu Basalt Gunung Dago tersusun atas basalt
piroksen, terkekarkan dan lapuk, terendapkan tidak selaras oleh Formasi Jatiluhur
yang tersusun atas napal dan serpih lempungan dan sisipan batupasir kuarsa. Di
atasnya diendapkan Formasi Klapanunggal dimana bagian bawahnya menjemari
dengan Formasi Jatiluhir berumur Miosen Awal. Formasi Klapanunggal tersusun
atas batugamping terumbu padat dengan foraminifera besar dan fosil-fosil lainnya
termasuk Moluska dan Ekinodermata.
Umur satuan ini setara dengan Formasi Lengkong dan Bojonglopang di lajur
pegunungan selatan, Fauzielly (2000) membagi fasies batugamping menjadi : (1)
Fasies Coral Algae Boundstone, (2) Fasies Algae Formaninifera Besar Packestone-
Grainstone, (3) Fasies Coral Boundstone Algae Boundstone Foraminifera
Grainstone-Packstone, (4) Fasies Algae-Foram Besar Packstone-Grainstone.
Penelitian mengenai fasies dan diagenesa telah dilakukan oleh Praptisih dkk (2009)
yang menyimpulkan bahwa daerah penelitian mempunyai fasies antara lain : Fasies
Boundstone, Fasies Packstone, Fasies Rudstone, dan Fasies Breccias Limestone.
Bentuk perlapisan pada beberapa lokasi singkapan memperlihatkan struktur sedimen
silang siur (Subardja dan Sumawijaya, 2010). Daerah studi terdiri dari 2 fasies
batugamping, yaitu fasies packstone dan boundstone, proses diagenesa yang teramati
adalah sementasi, mikritisasi, kompaksi, pelarutan tekstur batuan dari halus sampai
kasar, di beberapa lokasi singkapan memperlihatkan porositas gua (vuggy) dengan
diameter 10 cm sampai beberapa meter menyerupai rekahan vertical. Analisis
porositas memperlihatkan bahwa ditemukan porositas interkristalin dan moldik
dengan besaran bervariasi. Jenis porositas yang teramati antara lain: porositas jenis
vuggy dengan interartikel, porositas ini mendominasi beberapa fasies batugamping.
Klapanunggal, dengan besaran sangat bervariasi terutama untuk porositas jenis
vuggy.

2.3 Kondisi Hidrologi dan Iklim


Sebelum dilakukan penambangan, batugamping atas umumnya memiliki rekahan yang
intensif akibat proses karstifikasi, sehingga menjadikan zona ini mempunyai porositas
(sekunder) yang berfungsi untuk mengalirkan air yang meresap dari tanah di atasnya,
kemudian mengalir ke gua bawah tanah melalui rekahan yang terbentuk di bawah
(bedrock). Air mengalir sebagai sungai bawah tanah, secara alami keluar ke
permukaan sebagai mata air yang bisa diidentifikasi pada mataair sungai Cikukulu.
Kawasan karst pascatambang akan ditandai dengan adanya perubahan morfologi,
hilangnya batugamping permukaan yang mempunyai porositas besar menyebabkan
penurunan muka airtanah karena hilangnya zona batugamping rekahan intensif yang
sebelumnya terisi airtanah yang berakibat menghilangnya mataair bagian hilir.
Karakter pergerakan air di kawasan karst, seperti halnya daerah penambangan
Citeureup adalah melalui system retakan, celahan, dan gua, sehingga airtanah akan
bergerak lebih cenderung bersifat turbulen. Air yang mengalir melalui lorong-lorong
gua dapat dianggap sebagai akuifer utama yang berbenuk sungai bawah tanah dengan
keluaran dalam bentuk mataair yang dicirikan dengan adanya sungai Cikukulu yang
keluar dari gua.
Sebagian kecil air tanah mengalir melalui ruang antar butir atau retakan sempit yang
dikenal sebagai air perkolasi. Air perkolasi di kawasan karst bergerak dengan
kecepatan beragam tergantung pada derajat karstifikasi dan jaringan system
percelahan yang sudah terjadi (Kusumayudha, 2003).

Berdasarkan kondisi topografi dan letak wilayah yang berada di lintang dekat
khatulistiwa, kondisi iklim di wilayah PT Lime Hemston adalah tropis dengan suhu
rata-rata tahun 250 C. Musim yang terjadi adalah musim penghujan yang terjadi dari
November hingga April, dan musim kemarau yang terjadi dari Mei hingga Oktober.
Pada musim penghujan, suhu di kawasan penambangan berkisar antara 26,40 C sampai
dengan 27,50 C dengan curah hujan rata-rata 150 mm. Sedangkan di musim penghujan,
suhu berkisar antara 260 C sampai dengan 280 C dengan curah hujan rata-rata 300 mm.
Arah angina adalah dari barat laut ke tenggara. Keadaan iklim di PT Lime Hemston
perlu diketahui untuk mempersiapkan pengelolaan sistem penyaliran dan pengelolaan
air tambang yang baik agar tidak mengganggu keberjalanan produksi tambang.

2.4 Keadaan Endapan


Pola persebaran batugamping, yaitu membentuk lapisan yang memanjang searah
topografi dari utara ke selatan dengan strike/dip sekitar N135E/330. Ketebalan
batugamping sangat bervariasi dan terkonsentrasi di bagian barat dari IUP dan
mendekati batas dari IUP tersebut.

Dalam menentukan cadangan, digunakan metode block. Dalam menghitung jumlah


cadangan, digunakan bantuan program Datamine Studio 3 dalam menggambarkan
penampangnya. Dari sini kemudian dilakukan pernghitungan volume overburden dan
jumlah cadangan batugamping.
Cara perhitungan cadangan tertambang dilakukan dengan menggunakan model
perhitungan computer yaitu menggunakan Datamine Studio 3 dimana berdasarkan
data-data eksplorasi berupa peta topografi, blok model lapisan batugamping, serta
ketebalan rata-rata lapisan batugamping, maka akan didapat jumlah cadangan
batugamping tertambang. Jumlah cadangan batugamping tertambang yang diperoleh
yang terdapat di daerah PT Lime Hemston adalah sekitar 10.605.958 ton dengan
targer produksi tiap tahunnya sekitar 1.000.000 ton batu gamping.

Anda mungkin juga menyukai