Anda di halaman 1dari 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batu Saluran Kemih 2.1.

1 Definisi Batu Saluran Kemih (BSK) adalah


penyakit dimana didapatkan masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di
dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Batu ini terbentuk
dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat, atau sistein.18 BSK dapat berukuran dari
sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Batu yang berukuran kecil biasanya tidak menimbulkan gejala
dan biasanya dapat keluar bersama dengan urine ketika berkemih. Batu yang berada di saluran kemih
atas (ginjal dan ureter) menimbulkan kolik dan jika batu berada di saluran kemih bagian bawah
(kandung kemih dan uretra) dapat menghambat buang air kecil. Batu yang menyumbat ureter, pelvis
renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang
hebat di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut juga daerah kemaluan
dan paha sebelah dalam). Hal ini disebabkan karena adanya respon ureter terhadap batu tersebut,
dimana ureter akan berkontraksi yang dapat menimbulkan rasa nyeri kram yang hebat.19 2.2 Sistem
Kemih Universitas Sumatera Utara Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya
proses penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zatzat yang
masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urine (air kemih).20 Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal
dan ureter), dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).21 Gambar sistem saluran
kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut: Sumber: www.detikhealth.com Gambar 1.
Sistem Saluran Kemih Pada Manusia 2.2.1 Saluran Kemih Atas a. Ginjal Universitas Sumatera Utara
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti
kacang berwarna merah tua, panjangnya sekitar 12,5 cm dan tebalnya sekitar 2,5 cm (kurang lebih
sebesar kepalan tangan).23 Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang terletak di
bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum melekat langsung pada dinding belakang
abdomen.20 Setiap ginjal memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal
yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih.23 Setiap ginjal terdiri atas 1-4
juta nefron.21 Selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter.20 Fungsi yang lainnya adalah ginjal
dapat menyaring limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah, membantu
mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan Kalsium.18 Ginjal mengatur komposisi kimia dari
lingkungan dalam melalui suatu proses majemuk yang melibatkan filtrasi, absorpsi aktif, absorpsi pasif,
dan sekresi. Filtrasi terjadi dalam glomerulus, tempat ultra filtrate dari plasma darah terbentuk. Tubulus
nefron, terutama tubulus kontortus proksimal berfungsi mengabsorpsi dari substansisubstansi yang
berguna bagi metabolisme tubuh, sehingga dengan demikian memelihara homeostatis lingkungan
dalam. Dengan cara ini makhluk hidup terutama manusia mengatur air, cairan intraseluler, dan
keseimbangan osmostiknya.21 Gangguan fungsi ginjal akibat BSK pada dasarnya akibat obstruksi dan
infeksi sekunder. Obstruksi menyebabkan perubahan struktur dan fungsi pada traktus urinearius dan
dapat berakibat disfungsi atau insufisiensi ginjal akibat kerusakan dari paremkim ginjal.18 Universitas
Sumatera Utara Berikut ini adalah gambar anatomi ginjal normal dan ginjal dengan BSK : Gambar 2.
Anatomi Ginjal Normal dan Ginjal dengan BSK b. Ureter Ureter merupakan saluran kecil yang
menghubungkan antara ginjal dengan kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang ± 25-30 cm,
dengan penampang ± 0,5 cm.20 Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada
pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih.
BSK dapat tersangkut dalam ureter di ketiga tempat tersebut, yang mengakibatkan nyeri (kolik ureter).
18 Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah
terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke
dalam kandung kemih (vesica urinearia).20 Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui
suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup
Universitas Sumatera Utara sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam
kandung kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di tampung dan
terkumpul di dalam kandung kemih.18 2.2.2 Saluran Kemih Bawah a. Kandung Kemih Kandung kemih
merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di
depan organ pelvis lainnya sebagai tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal melalui
ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah.23 Dalam menampung air kemih kandung
kemih mempunyai kapasitas maksimal yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450
ml.3 Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan mengkerut. Ketika kosong atau
setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi
maka kandung kemih akan berada pada abdomen di atas pubis.22 Dimana ukurannya secara bertahap
membesar ketika sedang menampung jumlah air kemih yang secara teratur bertambah. Apabila
kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan pesan untuk
berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan
membuka dan akan diteruskan keluar melalui uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung
kemih berkontrasksi yang menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air
kemih keluar menuju uretra.18 Universitas Sumatera Utara b. Uretra Saluran kemih (uretra) merupakan
saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm. Uretra pada lakilaki
terdiri dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika merupakan
saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih
luas dan makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra
membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan
saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm.20 Pada wanita, uretra terletak di
belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Muara uretra pada
wanita terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran
ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-laki.20 2.2.3 Penyebab Pembentukan Batu
Saluran Kemih Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan BSK
yaitu : 2,24,25 a. Teori Fisiko Kimiawi Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya
proses kimia, fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa Universitas
Sumatera Utara terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di saluran
kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan batu, yaitu: a.1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan dasar terpenting dan
merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik
endapannya maka terjadi supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya
akan terbentuk batu. Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu bahan
yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang suatu saat akan terjadi
kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh
jumlah bahan pembentuk BSK yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH
air kemih. a.2 Teori Matrik Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat maupun kalsium fosfat
akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu.
Benang seperti labalaba terdiri dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada
benang menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan Universitas Sumatera Utara semakin
membesar. Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu. a.3 Teori Tidak
Adanya Inhibitor Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor organik terdapat
bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin,
dan tamma-horsefall glikoprotein sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan
uropontin. Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang paling kuat
adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat yang dapat larut
dalam air. Inhibitor mencegah terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal
kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua buah-buahan tetapi kadar
tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi
pembentukan BSK, sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi supersanturasi. a.4
Teori Epitaksi Pada teori ini dikatakan bahwa kristal dapat menempel pada kristal lain yang berbeda
sehingga akan cepat membesar dan menjadi batu campuran. Keadaan ini disebut nukleasi heterogen
dan merupakan kasus yang paling sering yaitu kristal kalsium oksalat yang menempel pada kristal asam
urat yang ada. Universitas Sumatera Utara a.5 Teori Kombinasi Banyak ahli berpendapat bahwa BSK
terbentuk berdasarkan campuran dari beberapa teori yang ada. a.6 Teori Infeksi Teori terbentuknya BSK
juga dapat terjadi karena adanya infeksi dari kuman tertentu. Pengaruh infeksi pada pembentukan BSK
adalah teori terbentuknya batu survit dipengaruhi oleh pH air kemih > 7 dan terjadinya reaksi sintesis
ammonium dengan molekul magnesium dan fosfat sehingga terbentuk magnesium ammonium fosfat
(batu survit) misalnya saja pada bakteri pemecah urea yang menghasilkan urease. Bakteri yang
menghasilkan urease yaitu Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus. Teori pengaruh infeksi lainnya adalah teori nano bakteria dimana penyebab
pembentukan BSK adalah bakteri berukuran kecil dengan diameter 50-200 nanometer yang hidup dalam
darah, ginjal dan air kemih. Bakteri ini tergolong gram negatif dan sensitif terhadap tetrasiklin. Dimana
dinding pada bakteri tersebut dapat mengeras membentuk cangkang kalsium kristal karbonat apatit dan
membentuk inti batu, kemudian kristal kalsium oksalat akan menempel yang lama kelamaan akan
membesar. Dilaporkan bahwa 90% penderita BSK mengandung nano bakteria. b. Teori Vaskuler 2,18,20
Universitas Sumatera Utara Pada penderita BSK sering didapat penyakit hipertensi dan kadar kolesterol
darah yang tinggi, maka Stoller mengajukan teori vaskuler untuk terjadinya BSK, yaitu : b.1 Hipertensi
Pada penderita hipertensi 83% mempunyai perkapuran ginjal sedangkan pada orang yang tidak
hipertensi yang mempunyai perkapuran ginjal sebanyak 52%. Hal ini disebabkan aliran darah pada
papilla ginjal berbelok 180˚ dan aliran darah berubah dari aliran lamine r menjadi turbulensi. Pada
penderita hipertensi aliran turbelen tersebut berakibat terjadinya pengendapan ion-ion kalsium papilla
(Ranall’s plaque) disebut juga perkapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu. b.2 Kolesterol
Adanya kadar kolesterol yang tinggi dalam darah akan disekresi melalui glomerulus ginjal dan tercampur
didalam air kemih. Adanya butiran kolesterol tersebut akan merangsang agregasi dengan kristal kalsium
oksalat dan kalsium fosfat sehingga terbentuk batu yang bermanifestasi klinis (teori epitaksi). Menurut
Hardjoeno (2006), diduga dua proses yang terlibat dalam BSK yakni supersaturasi dan nukleasi.
Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam jumlah yang besar dalam urine,
yaitu ketika volume urine dan kimia urine yang menekan pembentukan menurun. Pada proses nukleasi,
natrium hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion kalsium dan oksalat
Universitas Sumatera Utara kemudian merekat (adhesi) di inti untuk membentuk campuran batu. Proses
ini dinamakan nukleasi heterogen. Analisis batu yang memadai akan membantu memahami mekanisme
patogenesis BSK dan merupakan tahap awal dalam penilaian dan awal terapi pada penderita BSK.12
2.2.4 Klasifikasi Batu Saluran Kemih Komposisi kimia yang terkandung dalam batu ginjal dan saluran
kemih dapat diketahui dengan menggunakan analisis kimia khusus untuk mengetahui adanya kalsium,
magnesium, amonium, karbonat, fosfat, asam urat oksalat, dan sistin. a. Batu kalsium 3,26 Kalsium
adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK.
Batu ini kadang-kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran, misalnya
dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut.
Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau
darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu: a.1 Whewellite
(monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang
tinggi pada air kemih. a.2 Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu batu
berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite. Universitas Sumatera Utara b. Batu asam
urat26,3 Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien biasanya berusia > 60
tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena keadaan tersebut dapat
meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat
bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa).
Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan
berhasil dengan terapi kemolisis. c. Batu struvit (magnesium-amonium fosfat) 3,18,26 Batu struvit
disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih.
Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang dapat
menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-20% pada penderita BSK Batu
struvit lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya
konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
penting untuk membilas bakteri dan menurunkan supersaturasi dari fosfat. d. Batu Sistin 18,26
Universitas Sumatera Utara Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal.
Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino,
sistin, arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat
juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena
imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan pembentukan batu,
pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin
dalam air kemih. 2.3 Epidemiologi Penyakit Batu Saluran Kemih 2.3.1 Distribusi dan Frekuensi
Berdasarkan data dari Urologic Disease in America pada tahun 2000, insidens rate tertinggi kelompok
umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada kelompok umur 55-64 tahun 11,2
per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74 tahun 10,7 per-100.000 populasi.
Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih atas adalah pada jenis
kelamin laki-laki 74 per-100.000 populasi, sedangkan pada perempuan 51 per-100.000 populasi.
Insidens rate tertinggi kelompok umur berdasarkan letak batu yaitu saluran kemih bawah adalah pada
kelompok umur 75-84 tahun 18 per-100.000 populasi, tertinggi kedua adalah kelompok umur 65-74
tahun 11 per-100.000 populasi. Insidens rate tertinggi jenis kelamin berdasarkan letak batu yaitu saluran
kemih bawah adalah Universitas Sumatera Utara jenis kelamin laki-laki 4,6 per-100.000 populasi
sedangkan pada perempuan 0,7 per- 100.000 populasi.4 Analisis jenis batu berdasarkan jenis kelamin di
Amerika Serikat pada tahun 2005, jenis kelamin laki-laki dengan batu kalsium 75%, batu asam urat
23,1%, batu struvit 5%, dan batu cysteine 0,5%, sedangkan pada perempuan jenis batu kalsium 86,2%,
batu asam urat 11,3%, batu struvit 1,3%, dan batu cysteine 1,3%. Analisis jenis batu berdasarkan jenis
kelamin di Australia Selatan pada tahun 2005 yaitu pada jenis kelamin laki-laki jenis batu kalsium oksalat
73%, batu asam urat 79%, sedangkan pada perempuan jenis batu struvit 58%. Analisis jenis batu
berdasarkan kelompok umur, jenis batu kalsium oksalat 50-60 tahun, batu asam urat 60-65 tahun dan
batu struvit 20-55 tahun.7 Penelitian yang dilakukan oleh Hardjoeno dkk pada tahun 2002-2004 di RS
dr.Wahidin Sudirohusodo Makasar berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin
laki-laki 79,9 % sedangkan wanita 20,1%.12 Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2007 jumlah pasien
rawat inap BSK 113 orang, berdasarkan kelompok umur proporsi tertinggi adalah kelompok umur 46-60
tahun 39,8%, berdasarkan jenis kelamin proporsi tertinggi adalah jenis kelamin laki-laki 80,5%, dan
berdasarkan jenis batu proporsi yang tertinggi adalah jenis batu kalsium oksalat 100%, struvite 96,5%,
dan Cystine 66,4% .27 2.3.2 Determinan Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya BSK pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah faktor intrinsik, yaitu
keadaan Universitas Sumatera Utara yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu
pengaruh yang berasal dari lingkungan disekitarnya.3 a. Faktor Intrinsik Faktor intrinsik adalah faktor
yang berasal dari dalam individu sendiri. Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin,
keturunan, riwayat keluarga. a.1 Umur Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-
50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60 tahun. Penyebab pastinya belum
diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia, proporsi BSK 69% pada kelompok
umur 20-49 tahun. Menurut Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-50
tahun.3 a.2 Jenis kelamin Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien laki-laki tiga
kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki
disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada lakilaki yang lebih panjang dibandingkan perempuan,
secara alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada
air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon testosterone yang
dapat meningkatkan produksi oksalat endogen di hati, serta Universitas Sumatera Utara adanya hormon
estrogen pada perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. 3 Insiden BSK di Australia
pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000 populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per
100.000 populasi.7 a.3 Heriditer/ Keturunan Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam
terjadinya penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor keturunan tersebut sampai
sekarang belum diketahui secara jelas. Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sedney Australia
berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada perempuan 22,7%.7 b. Faktor
Ekstrinsik 3,13 Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar individu seperti geografi,
iklim, serta gaya hidup seseorang. b.1 Geografi Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang
tinggal di daerah pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi oleh
masyarakat dimana sumber air bersih tersebut banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium,
magnesium, dan sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK di suatu tempat
dengan tempat lainnya. Faktor geografi mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi predoposisi kejadian
BSK. b.2 Faktor Iklim dan Cuaca Universitas Sumatera Utara Faktor iklim dan cuaca tidak berpengaruh
langsung, namun kejadiannya banyak ditemukan di daerah yang bersuhu tinggi. Temperatur yang tinggi
akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih
yang meningkat dapat menyebabkan pembentukan kristal air kemih. Pada orang yang mempunyai kadar
asam urat tinggi akan lebih berisiko menderita penyakit BSK. b.3 Jumlah Air yang di Minum Dua faktor
yang berhubungan dengan kejadian BSK adalah jumlah air yang diminum dan kandungan mineral yang
terdapat dalam air minum tersebut. Bila jumlah air yang diminum sedikit maka akan meningkatkan
konsentrasi air kemih, sehingga mempermudah pembentukan BSK. b.4 Diet/Pola makan Diperkirakan
diet sebagai faktor penyebab terbesar terjadinya BSK. Misalnya saja diet tinggi purine, kebutuhan akan
protein dalam tubuh normalnya adalah 600 mg/kg BB, dan apabila berlebihan maka akan meningkatkan
risiko terbentuknya BSK. Hal tersebut diakibatkan, protein yang tinggi terutama protein hewani dapat
menurunkan kadar sitrat air kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik, konsumsi protein
hewani yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan memicu terjadinya hipertensi. b.5
Jenis Pekerjaan Kejadian BSK lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk dalam
melakukan pekerjaannya. b.6 Kebiasaan Menahan Buang Air Kemih Universitas Sumatera Utara
Kebiasaan menahan buang air kemih akan menimbulakan statis air kemih yang dapat berakibat
timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman pemecah urea dapat
menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit. 2.4 Gejala – Gejala Batu Saluran Kemih Manisfestasi klinik
adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu
menghambat aliran urine, terjadi obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala demam,
menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya sedikit dan secara perlahan
akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).28
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu : 3,28,29 a. Rasa Nyeri Lokasi nyeri tergantung dari letak batu.
Rasa nyeri yang berulang (kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai
nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang disertai mual dan muntah, maka pasien
tersebut sedang mengalami kolik ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar
biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering ingin merasa berkemih, namun
hanya sedikit urine yang keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter. Universitas Sumatera Utara b. Demam Demam terjadi karena adanya kuman
yang beredar di dalam darah sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal.
Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit. c.
Infeksi BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat obstruksi dan statis di
proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella,
Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. d. Hematuria dan kristaluria Terdapatnya sel
darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat
membantu diagnosis adanya penyakit BSK. e. Mual dan muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas
(ginjal dan ureter) seringkali menyebabkan mual dan muntah. 2.5 Penatalaksanaan Medis Batu Saluran
Kemih Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan jenis
batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang terjadi.30
Batu dapat dikeluarkan dengan cara Universitas Sumatera Utara medikamentosa, pengobatan medik
selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.3 2.5.1
Medikamentosa Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan
diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.3 Dengan cara
mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau lebih jauh
meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air
sehari.30 2.5.2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan Analgesia dapat diberikan
untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid
seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti
ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan
untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada
pengangkatan batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis
untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya.23 2.5.3 ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) 3,18 Merupakan
tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang
dialirkan melalui tubuh untuk memecah Universitas Sumatera Utara batu. Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal,
batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran
kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan
lama rawat inap di rumah sakit. 2.5.4 Endourologi Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal
untuk mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran
kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui
uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :3
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam
saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil. b. Litotripsi adalah
memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam
buli-buli. c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-
uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini. d. Ekstrasi Dormia
adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang Dormia. Universitas
Sumatera Utara 2.5.5 Tindakan Operasi Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu
tidak merespon terhadap bentuk penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama
dari tindakan pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu : 30 a.
Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal b.
Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter c. Vesikolitomi
merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia d. Uretrolitotomi
merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra 2.6 Pencegahan Batu Saluran
Kemih Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan
sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga.
Tindakan pencegahan tersebut antara lain : 2.6.1 Pencegahan Primer 30,31 Tujuan dari pencegahan
primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK dengan cara mengendalikan faktor
penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah
menderita Universitas Sumatera Utara penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari
terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih
dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam air kemih. Serta
olahraga yang cukup terutama bagi individu yang pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis. 2.6.2
Pencegahan Sekunder Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan
penyakit agar tidak menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang
yang telah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak
dini. Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan
radiologis. Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ yang
bersangkutan :26 a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam
(tidak selalu). b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul (flank
tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju
kandung kemih. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah
leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain
itu, nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam Universitas Sumatera Utara urat dapat
terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada
pH urine lebih dari 7,2.23 Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis
yaitu:3,23,30 a. Sinar X abdomen Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.
Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu
dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan
dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal. b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd. c. Ultrasonografi (USG) USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan
adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang
alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu
ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu. d. Computed Tomographic (CT) scan Universitas
Sumatera Utara Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi
batu. 2.6.3 Pencegahan Tersier31 Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak
terjadi komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak
bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan
agar orang tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang
telah rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi
kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya. Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai