OLEH
KELOMPOK 4
1. TIAN APRILIA AKSA MAHADI (R1A116035)
2. LA ODE RIDWAN (R1A116036)
3. ENDANG SAFITRI (R1A116038)
4. MUHAMAD ARLIN (R1A116040)
5. SITTI NABILA (R1A116042)
6. WA ODE JATI ILMADARAJAT (R1A116043)
7. MICHAEL EL SHAMYR (R1A116047)
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1
=-M
v
r0 r
dV …(9)
dengan
HT = medan magnetik total bumi
HM = medan magnetik utama bumi
HA = medan anomali magnetik
Bila besar HA << HT dan arah HA hampir sama dengan arah HT maka anomali
magnetik totalnya adalah:
T = HT – HM … (12)
Gambar 2. Vektor yang menggambarkan medan anomali (FA), medan utama (FM) dan
medan magnet total (FT) (Robinson, 1988).
.
2.4 Sifat Kemagnetan Pada Bahan
Sifat kemagnetan pada suatu bahan bersumber dari pergerakan elektron dari atom.
Terdapat dua jenis pergerakan elektron yaitu gerak orbital disekitar inti atom dan gerak
spin disekitar sumbunya. Masing-masing jenis pergerakan tersebut mempunyai momen
magnetik. Momen magnetik suatu atom merupakan penjumlahan secara vektor dari
momen magnetik semua elektron dalam atom tersebut. Jika momen magnetik dari
elektron-elektron tersebut berorientasi sehingga momen magnetiknya saling
menghilangkan, maka atom tersebut secara keseluruhan tidak memiliki momen
magnetik. Sementara itu, jika keadaan saling menghilangkan momen magnetik tersebut
hanya sebagian, maka atom tersebut mempunyai momen magnetik. Kondisi tersebut
memunculkan sifat magnetik yang berbeda pada suatu bahan. Sifat-sifat magnetik
tersebut yaitu :
1. Diamagnetik
Diamagnetik merupakan mineral alam yang tidak mempunyai momen magnetik,
sehingga kemagnetannya sangat lemah. Atom-atom bahan diamagnetik mempunyai
kulit elektron terisi penuh. Setiap elektron berpasangan dan mempunyai spin yang
berlawanan dalam tiap pasangan, sehingga tidak mempunyai momen magnet. Jika ada
medan magnet dari luar yang menginduksi bahan itu, maka elektron tersebut akan
berputar dan menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan
penginduksinya seperti yang disebutkan dalam Hukum Lenz. Oleh karena itu, bahan
diamagnetik mempunyai suseptibilitas negatif dan tidak bergantung pada medan H.
2. Paramagnetik
Paramagnetik terdapat dalam suatu bahan yang memiliki kulit elektron terluar yang
belum penuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan, sehingga jika
terdapat medan luar, spin tersebut akan berputar dan menghasilkan medan magnet yang
mengarah searah medan magnet luar.
3. Ferromagnetik
Pada bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh satu
elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.
Gambar 4. Bentuk magnetisasi pada bahan ferromagnetik (Jiles dalam
Jahidin, 2005).
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu
hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran
data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi.
Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif,
maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang
terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap
dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan
medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan
dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah
terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai.
Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut:
ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik
sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei magnetik tidak mempunyai aturan yang
jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan
membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma
segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas
magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya
persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska
sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang
terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi.
Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar
dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data
anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis
kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur
dar suatu bidang pembanding tertentu.
5. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang
lebih tinggi. Pada pengolahan data magnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter
tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang
berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi
yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena
ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau
struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini.
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penulisan makalah ini yaitu
1. Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran variasi intensitas medan magnetik yang disebabkan oleh adanya
variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi.
2. Dasar teori dari metode geomagnetik adalah Gaya Coulomb. Jika dua buah benda
atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m1 dan
m2, maka gaya magnetik yang dihasilkan adalah :
m1m2
F r
r 2 1
3. Pengukuran magnetik dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan uatama
yaitu magnetometer yang mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei dengan
salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang
digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Untuk pengambilan
datanya dapat dilakukan di darat, laut, maupun udara.
4. Pengolahan data magnetik dapat dilakukan dengan memperoleh nilai anomali
medan magnetik yang diinginkan, dengan melakukan koreksi terhadap data medan
magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran,
yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi, serta reduksi bidang atas,
koreksi efek regional. Sedangkan interpretasi data magnetik terbagi menjadi dua,
yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif.
5. Kelebihan metode magnetik yaitu efektif digunakan untuk mempelajari daerah
yang dicurigai mempunyai potensi Geothermal dan data acquitsition dan data
procesing yang dilakukan tidak serumit metoda gaya berat. Sedangkan kekurangan
dari metode ini yaitu data yang diperoleh bisa berbeda dengan kenyataan yang
sebenarnya di bawah permukaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh, dkk. 2013. Pendugaan Jenis Batuan Bawah Permukaan Daerah Bendungan
Karangkates Menggunakan Metode Geomagnetik. Jurnal Fisika FMIPA
Universitas Brawijaya
Anonim, 2014. Buku lapangan praktikum geofisika Universitas Halu Oleo Kendari.
Studi kasus lapangan Bayat. UGM, Yogyakarta
Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge
University Press
Ismail, 2010. Metode Geomagnet. Penerbit UNM. Surakarta
Telford, 1976, Applied Geophysics, USA, Cambridge University Press
Suntoko, dkk. 2012. Pendeteksian Keberadaan Struktur Sesar Pada Batuan Vulkanik
Dengan Metode Magnetik. Jurnal Eksplorium. Volume 33 Nomor 2.