Anda di halaman 1dari 22

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

MAKALAH GEOFISIKA PERTAMBANGAN


“METODE MAGNETIK”

OLEH

KELOMPOK 4
1. TIAN APRILIA AKSA MAHADI (R1A116035)
2. LA ODE RIDWAN (R1A116036)
3. ENDANG SAFITRI (R1A116038)
4. MUHAMAD ARLIN (R1A116040)
5. SITTI NABILA (R1A116042)
6. WA ODE JATI ILMADARAJAT (R1A116043)
7. MICHAEL EL SHAMYR (R1A116047)

KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan
menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika
mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh
pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada. Secara umum, metode
geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif
dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif
dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respon yang
dilakukan oleh bumi.
Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan
pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik. Variasi ini disebabkan oleh
adanya variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi. Selain itu
variasi medan magnetik bisa disebabkan oleh adanya perubahan struktur geologi
setempat. Metode omagnetik merupakan salah satu metode yang masih banyak
digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu perlu adanya pembahasan khusus mengenai
metode magnetik ini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai teori-teori dasar,
pengolahan data, maupun interpretasi dari metode magnetik ini, sehingga dipeoleh
pengetahuan lebih rici dan detail mengenai metode magentik yang dapat diaplikasikan
dan dimanfaatkan dalam dalam berbagai bidang keilmuan terutama dalam ilmu
geosaintis.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaituu:
1. Apa pengertian umum dari metode magnetik?
2. Apa teori-teori dasar yang digunakan dalam metode magnetik?
3. Bagaimanakah metode pengukuran dan pengemabilan data magnetik?
4. Bagaimana pengolahan dan interpretasi dari metode magnetik?
5. Apa keunggulan dan kelemahan dari metode magnetik?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini adalah memberikan pengetahuan yang lebih
kepada pembaca mengenai salah satu metode geofisika yaitu metode magnetik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Metode Magnetik


Metode magnetik adalah salah satu metode geofisika yang dijadikan survey
awal sebelum melakukan survei yang lebih lanjut. Metoda magnet ini dilakukan
dengan cara mengukur intensitas medan magnet yang terjadi pada batuan-batuan yang
ada di sekitarnya akibat adanya proses induksi medan magnet bumi yang sudah ada
secara alami di bumi ini. Metode ini digunakan untuk mengetahui keadaan struktur
perlapisan bawah tanah.
Dalam aplikasinya, metode magnetik mempertimbangkan variasi arah dan
besar vektor magnetisasi. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan
melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan
pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi (Blakely, 1995).

2.2 Sejarah Perkembangan Metode Magnetik


Sejarah perkembangan Metode Magnetik telah dikenal sekitar 400 tahun yang
lalu. Orang yang pertama kali melakukan penelitian magnetisasi bumi secara ilmiah
adalah Sir William Gilbert (1540 – 1603). Gilbert adalah orang yang pertama kali
melihat bahwa medan magnet bumi ekivalen dengan arah utara – selatan sumbu rotasi
bumi. Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk
melokalisir endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi.
Hasil penelitiannya kemudian dibukukan oleh Thalen (1879) dengan judul :”The
Examination Of Iron Ore Deposite By Magnetik Measurement” yang kemudian
menjadi pionir bagi pengukuran magnetisasi bumi (Geomagnet). Variasi intensitas
medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik dibawah permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan
geologi yang mungkin teramati. Pengukuran intensitas medan magnetik dapat
dilakukan di darat, laut maupun udara. Susceptibilitas magnet batuan adalah harga
magnet suatu batuan terhadap pengaruh magnet, yang pada umumnya erat kaitannya
dengan kandungan mineral dan oksida besi. Semakin besar kandungan mineral
magnetit di dalam batuan, akan semakin besar harga susceptibilitasnya. Metoda ini
sangat cocok untuk pendugaan struktur geologi bawah permukaan dengan tidak
mengabaikan faktor kontrol adanya kenampakan geologi di permukaan dan kegiatan
gunung api.

2.3 Teori Dasar Magnetik


Dasar teori dari metode geomagnetik adalah Gaya Coulomb. Jika dua buah
benda atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m1
dan m2, maka gaya magnetik yang dihasilkan adalah :
m1m2
F r
r 2 1
Dimana :
F : Gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan kuat medan magnet m1 dan
m2.
μ : Permeabilitas medium yang melingkupi kedua magnet.
r : Jarak kedua magnet.
m1 : kuat kutub magnet 1.
m2 : kuat kutub magnet 2.

a). Gaya Magnetik


Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb antara dua kutub magnetik
m1 dan m2 (e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk :
m1m2
F= r (dyne) …(1)
or 2
dengan o adalah permeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan
berharga satu.
b). Kuat Medan Magnet
Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang berjarak r dari m1 didefinisikan
sebagai gaya persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan sebagai :
m1
H = F/ m2 = r (oersted) …(2)
o r 2
c). Momen Magnetik
Bila dua buah kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet
+p dan –p, keduanya terletak dalam jarak l, maka momen magnetik M dapat dituliskan
sebagai :
M = p l r1 = M r1 …(3)
dengan M adalah vektor dalam arah unit vektor r1 dari kutub negatif ke kutub positif.
d). Intensitas Kemagnetan
Benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan dari sejumlah momen-
momen magnetik. Bila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan luar, benda
tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Oleh karena itu intensitas kemagnetan
I adalah tingkat kemampuan menyearahnya momen-momen magnetik dalam medan
magnet luar, atau didefinisikan sebagai momen magnet persatuan volume :
I=M/V …(4)
e). Suseptibilitas Kemagnetan
Tingkat suatu benda magnetik untuk mampu dimagnetisasi ditentukan oleh
susebtibilitas kemagnetan atau k, yang dituliskan sebagai :
I=kH …(5)
Besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang
dipergunakan dalam metode magnetik. Harga k pada batuan semakin besar apabila
dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat
magnetik.
f). Induksi Magnetik
Bila benda magnetik diletakkan dalam medan magnet luar H, kutub-kutub
internalnya akan meyearahkan diri dengan H dan terbentuk suatu medan magnet baru
yang besarnya adalah :
H’ = 4p kH …(6)
Medan magnet totalnya disebut dengan induksi magnet B dan dituliskan
sebagai :
B = mr H …(7)
dengan mr = 1 + 4p k dan disebut sebagai permeabilitas relatif dari suatu benda
magnetik.
Satuan B dalam emu adalah gauss, sedangkan dalam geofisika eksplorasi
dipakai satuan gamma (g), dengan 1 g = 10-5 gauss = 1 nT.
g). Potensial Magnetostatik
Potensial magnetostatik didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk
memindahkan satu satuan kutub magnet dari titik tak-terhingga ke suatu titik tertentu
dan dapat dituliskan sebagai :
r
A(r) = - 

H(r) dr …(8)

Untuk benda tiga dimensi, material didalamnya memberikan sumbangan


momen magnetik persatuan volume M(r). Jadi potensialnya merupakan hasil integral
sumbangan momen dwikutub persatuan volume dan dapat dituliskan sebagai :
1
A(ro) = - 
v
M(r) 
r0  r
dV

 1
=-M
 
v
r0  r
dV …(9)

Dan medan magnet benda sebagai penyebab timbulnya anomali dapat


dituliskan sebagai :
1
H(ro) =  
v
M(r) 
r0  r
dV …(10)

h). Medan Magnet Bumi


Bumi berlaku seperti sebuah magnet sferis yang sangat besar dengan suatu
medan magnet yang mengelilinginya. Medan itu dihasilkan oleh suatu dipole magnet
yang terletak pada pusat bumi. Sumbu dipole ini bergeser sekitar 11o dari sumbu rotasi
bumi, yang berarti kutub utara geografis bumi tidak terletak pada tempat yang sama
dengan kutub selatan magnetik bumi. Menurut IGRF (2000), melalui perhitungan
posisi simetris dimana dipole magnetik memotong permukaan bumi, letak kutub utara
magnet bumi adalah 79,3 N, 71,5 W dan 79,3 S , 108,5 E untuk kutub selatan.
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis yang dapat diukur
yaitu arah dan intensitas kemagnetannya. Parameter fisis itu adalah deklinasi magnetik
D, intensitas horisontal H dan intensitas vertikal Z. Dari elemen-elemen ini, semua
parameter medan magnet lainnya dapat dihitung.
Parameter yang menggambarkan arah medan magnetik adalah deklinasi D
(sudut antara utara magnetik dan utara geografis) dan inklinasi I (sudut antara bidang
horisontal dan vektor medan total), yang diukur dalam derajat. Intensitas medan
magnetik total F digambarkan dengan komponen horisontal H, komponen vertikal Z
dan komponen horisontal kearah utara X dan kearah timur Y. Intensitas medan
magnetik bumi secara kasar antara 25.000 – 65.000 nT. Untuk Indonesia, wilayah yang
terletak di utara ekuator mempunyai intensitas  40.000 nT, sedangkan yang di selatan
ekuator  45.000 nT.
Gambar 1. Elemen magnetik bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu sehingga untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standard nilai yang
disebut dengan International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui
tipa 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata
pada daerah luasan sekitar 1 juta km yang dilakukan dalam waktu satu tahun.
Medan magnet bumi terdiri dari tiga bagian, yaitu :
1. Medan utama (Main field)
Pengaruh medan utama magnet bumi  99% dan variasinya terhadap waktu sangat
lambat dan kecil.
2. Medan luar (external field)
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi
di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena sumber
medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan
terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini tehadap waktu jauh lebih cepat.
Beberapa sumber medan luar antara lain :
 Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11 tahun
 Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan pasang surut
matahari dan mempunyai jangkau 30 nT
 Variasi harian dengan periode 25 jam yang berhubungan dengan pasang surut
bulan dan mempunyai jangkau 2 nT
 Badai magnetik yang bersifat acak dan mempunyai jangkau sampai dengan
1000 nT
3. Anomali Medan Magnetik
Variasi medan magnetik yang terukur di permukaan merupakan target dari survey
magnetik (anomali magnetik). Besarnya anomali magnetik berkisar ratusaan sampai
dengan ribuan nano-tesla, tetapi ada juga yang yang lebih besar dari 100.000 nT
yang berupa endapan magnetik. Secara garis besar anomali ini disebabkan oleh
medan magnetik remanen dan medan magnet induksi. Medan magnet remanen
mempunyai peranan yang besar pada magnetisasi batuan yaitu pada besar dan arah
medan magnetnya serta sangat rumit diamati karena berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan yang dialami sebelumnya. Sisa kemagnetan ini disebut dengan Normal
Residual Magnetism yang merupakan akibat dari magnetisasi medan utama.
Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan dari keduanya,
bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka
anomalinya bertambah besar, demikian pula sebaliknya. Dalam survei magnetik, efek
medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan magnet kurang dari 25 %
medan magnet utama bumi.
Adanya anomali magnetik menyebabkan perubahan dalam medan magnet total
bumi dan dapat dituliskan sebagai :
HT = HM + HA … (11)

dengan
HT = medan magnetik total bumi
HM = medan magnetik utama bumi
HA = medan anomali magnetik
Bila besar HA << HT dan arah HA hampir sama dengan arah HT maka anomali
magnetik totalnya adalah:
T = HT – HM … (12)

Gambar 2. Vektor yang menggambarkan medan anomali (FA), medan utama (FM) dan
medan magnet total (FT) (Robinson, 1988).
.
2.4 Sifat Kemagnetan Pada Bahan
Sifat kemagnetan pada suatu bahan bersumber dari pergerakan elektron dari atom.
Terdapat dua jenis pergerakan elektron yaitu gerak orbital disekitar inti atom dan gerak
spin disekitar sumbunya. Masing-masing jenis pergerakan tersebut mempunyai momen
magnetik. Momen magnetik suatu atom merupakan penjumlahan secara vektor dari
momen magnetik semua elektron dalam atom tersebut. Jika momen magnetik dari
elektron-elektron tersebut berorientasi sehingga momen magnetiknya saling
menghilangkan, maka atom tersebut secara keseluruhan tidak memiliki momen
magnetik. Sementara itu, jika keadaan saling menghilangkan momen magnetik tersebut
hanya sebagian, maka atom tersebut mempunyai momen magnetik. Kondisi tersebut
memunculkan sifat magnetik yang berbeda pada suatu bahan. Sifat-sifat magnetik
tersebut yaitu :
1. Diamagnetik
Diamagnetik merupakan mineral alam yang tidak mempunyai momen magnetik,
sehingga kemagnetannya sangat lemah. Atom-atom bahan diamagnetik mempunyai
kulit elektron terisi penuh. Setiap elektron berpasangan dan mempunyai spin yang
berlawanan dalam tiap pasangan, sehingga tidak mempunyai momen magnet. Jika ada
medan magnet dari luar yang menginduksi bahan itu, maka elektron tersebut akan
berputar dan menghasilkan medan magnet lemah yang melawan medan
penginduksinya seperti yang disebutkan dalam Hukum Lenz. Oleh karena itu, bahan
diamagnetik mempunyai suseptibilitas negatif dan tidak bergantung pada medan H.

Gambar 3. Bentuk magnetisasi bahan diamagnetik (Jiles, 2005).

2. Paramagnetik
Paramagnetik terdapat dalam suatu bahan yang memiliki kulit elektron terluar yang
belum penuh yakni ada elektron yang spinnya tidak berpasangan, sehingga jika
terdapat medan luar, spin tersebut akan berputar dan menghasilkan medan magnet yang
mengarah searah medan magnet luar.

Gambar 4. Bentuk magnetisasi pada bahan paramagnetik (Jiles, 2005).

3. Ferromagnetik
Pada bahan ferromagnetik terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh satu
elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan luar.
Gambar 4. Bentuk magnetisasi pada bahan ferromagnetik (Jiles dalam
Jahidin, 2005).

2.5 Metode Pengambilan Data Magnetik


Penyelidikan magnet biasanya dilakukan di darat, di udara dan di laut. Teknik
lapangannya tentu saja berbeda ketiga jenis survey ini, walaupun operasi di udara dan
di laut pada umumnya melakukan penelitian yang sama juga peralatan rekamannya
sama pula. Karena pembacaan dan pengumpulan data lapangan sangat mudah
dilakukan, penyelidikan cara ini biasanya dipergunakan dalam penyelidikan-
penyelidikan pendahuluan. Maksudnya secara garis besarnya, setelah ini biasanya
dilanjutkan dengan penyelidikan lebih detail pada daerah-daerah yang dianggap
prospektip. Secara bersamaan, cara ini dapat pula dipadukan dengan cara penyelidikan
yang lain.
1. Penyelidikan dari udara
Biasanya dilakukan untuk memetakan daerah yang luas. Hasilnya dapat
memberikan petunjuk untuk penyelidikan selanjutnya. Alat yang digunakan
biasanya adalah flux-gate magnetometer, nuclear precession. Kepekaan alat yang
dipergunakan biasanya lebih tinggi (1-5 gamma) dari pada yang dipergunakan di
darat (10-20 gamma). Penyebab utama mungkin biaya penyelidikan dari udara
jauh lebih mahal, pengukuran dapat dilakukan jauh diatas permukaan. Pengukuran
dilakuakan terhadap medan magnetik total sebab untuk mengukur salah satu
komponen, baik vertikal ataupun horizontal, presisi posisi sangat menentukan, dan
ini sukar dilakukan pada penyelidikan ini. Ketinggian penerbangan diketahui dari
altimeter, pola lintasan diatur memotong struktur geologi yang diperkirakan, dan
pembacaan diulang secara overlap untuk menghindari/mengetahui perubahan
secular yang berlangsung sewaktu-waktu. Hal ini dapat dilakukan pula dengan
bantuan magnetometer lain yang ditempatkan di darat sebagai pengecekkan
menentukan lokasi/posisi pesawat yang biasanya dibantu dengan pemotretan-
pemotretan dari udara secara bersamaan waktunya. Adakalanya dilakukan dengan
radar, sehingga posisi pesawat secara tepat dapat ditentukan. Hasil pembacaan
dilakukan secara periodik, kira-kira 1 detik. Tentunya cara penyelidikan ini ada
baiknya dan buruknya.
2. Penyelidikan di laut.
Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton magnetometer.
Alatnya biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300 meter dibelakang kapal,
maksudnya untuk menghindari pengaruh dari kapal tersebut. Kedalamannya alat
sekitar 15 meter di bawah permukaan air laut. Penyelidikan laut memerlukan biaya
yang mahal. Kegunaannya terasa apabila secara bersamaan dilakukan pula
misalnya penyelidikan cara gaya berat. Sasarannya ialah untuk memberikan
konfigurasi struktur geologi di bawah dasar laut. Disamping itu juga
mempersiapkan peta geomagnet regional
3. Penyelidikan di darat
Cara penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua dilakukan orang.
Letak dan penyebaran titik-titik pengamatan disesuaikan dengan sasaran yang
akan dicapai. Biasanya dikombinasi dengan penyelidikan gaya berat sebab
kerapatan titik pengamatan hampir sama. Alat untuk penyelidikan di darat adalah
flux-gate magnetometer, alat ini paling praktis mudah dibawa dan dipidah-
pindahkan serta dapat cepat dibaca. Jarak titik pengamatan dapat dekat sekali
sekitar 10 meter tergantung pada perkiraan besarnya sasaran yang dicari. Yang
seringkali diukur dalam penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan magnet
bumi. Kadang- kadang medan total pun dapat diukur dengan menggunakan proton
magnetometer. Pembacaan ulang dilakukan setiap satu atau dua jam pada tempat-
tempat yang pernah diukur sebelumnya. Maksudnya untuk mengetahui dan
mengoreksi terhadap variasi secara secular. Anomali yang harus diperhatikan
biasanya lebih dari 500 gamma. Rata-rata kepekaan alat sekitar 10 gamma. Sebab
itu benda-benda besi disekitar alat akan mengganggu selam pembacaan, hal ini
harus dihindarkan. Keadaan topografipun sangat berpengaruh pada pengukuran,
begitu pula susceptibilitas bahan tubuh magnet menentukan pula besar kecilnya
pengukuran medan magnet yang diteliti

2.6 Metode Pengukuran Data Magnetik


Dalam melakukan pengukuran magnetik, peralatan paling utama yang
digunakan adalah magnetometer. Peralatan ini digunakan untuk mengukur kuat medan
magnetik di lokasi survei. Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer
(PPM) yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Peralatan lain
yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik adalah Global Positioning System
(GPS). Peralatan ini digunaka untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi
bujur, lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi suatu titik lokasi
menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal satelit karena sinyal satelit
menjangkau daerah yang sangat luas dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah
dan jurang.
Beberapa peralatan penunjang lain yang sering digunakan di dalam survei
magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :
a. Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan selatan dari medan magnet
bumi.
b. Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan dan letak titik pengukuran pada
saat survei magnetik di lokasi
c. Sarana transportasi
d. Buku kerja, untuk mencatat data-data selama pengambilan data
e. PC atau laptop dengan software seperti Surfer, Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama dilakukan adalah
menentukan base station dan membuat station - station pengukuran (usahakan
membentuk grid - grid). Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi
pengukuran, kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station - station
pengukuran di setiap lintasan, pada saat yang bersamaan pula dilakukan pengukuran
variasi harian di base station.

2.7 Pengolahan Data Magnetik


Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap
titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan
topografi.

1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan
magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu
hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran
data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi.
Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data
medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif,
maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang
terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap
dituliskan dalam persamaan
ΔH = Htotal ± ΔHharian

2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari
tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan
medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai
medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan
magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan
dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah
terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai.
Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut:

ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0
Dimana H0 = IGRF

3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik
sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei magnetik tidak mempunyai aturan yang
jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan
membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma
segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas
magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya
persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska
sebagai
ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 - ΔHtop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang
terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi.
Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar
dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data
anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis
kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur
dar suatu bidang pembanding tertentu.

4. Reduksi ke Bidang Datar


Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka
data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus direduksi
atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses
pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke
bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen
(equivalent layer) dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana
setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely, 1995).

5. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan proses
transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar ke bidang datar lainnya yang
lebih tinggi. Pada pengolahan data magnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter
tapis rendah, yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal yang
berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar di permukaan topografi
yang tidak terkait dengan survei. Proses pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena
ini dapat mereduksi anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau
struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini.

6. Koreksi Efek Regional


Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang menjadi target
survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan anomali magnetik lain yang
berasal dari sumber yang sangat dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali
magnetik ini disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target survei, maka dilakukan
koreksi efek regional, yang bertujuan untuk menghilangkan efek anomali magnetik
regioanl dari data anomali medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk memperoleh anomali regional
adalah pengangakatan ke atas hingga pada ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta
kontur anomali yang dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan
pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.

2.8 Interpretasi Data Magnetik


Secara umum interpretasi data magnetik terbagi menjadi dua, yaitu
interpretasi kualitatif dan kuantitatif.
1. Interpretasi kualitatif didasarkan pada pola kontur anomali medan magnetik yang
bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur geologi bawah
permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan magnetik yang dihasilkan
ditafsirkan berdasarkan informasi geologi setempat dalam bentuk distribusi benda
magnetik atau struktur geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan
geologi yang sebenarnya.
2. Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau model dan
kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui pemodelan matematis.
Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada beberapa cara dimana antara satu
dengan lainnya mungkin berbeda, tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh,
sasaran yang dicapai dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang
biasa digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan tiga
dimensi.

2.9 Kelebihan dan Kekurangan Metode Magnetik


1. Kelebihan Metode Magnetik
a) Metode ini sensitive terhadap perubahan vertikal, umumnya digunakan
untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat hydrothermal yang
kaya akan mineral ferromagnetik, struktur geologi. Umumnya tubuh
intrusi, urat hydrothermal kaya akan mineral ferromagnetik (Fe3O4,
Fe2O3) yang memberi kontras pada batuan sekelilingnya.
b) Mineral-mineral ferromagnetik akan kehilangan sifat kemagnetannya bila
dipanasi mendekati temperatur Curie oleh karena itu efektif digunakan
untuk mempelajari daerah yang dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
c) Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak serumit metoda gaya
berat. Penggunaan filter matematis umum dilakukan untuk memisahkan
anomaly berdasarkan panjang gelombang maupun kedalaman sumber
anomaly magnetik yang ingin diselidiki.
2. Kekurangan Metode Magnetik
Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau
penamaannya sama, dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik yang
spesifik akibat peristiwa geologi yang dialaminya. Sehingga bisa memberikan
data yang didapat bisa berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya di bawah
permukaan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh pada penulisan makalah ini yaitu
1. Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang didasarkan pada
pengukuran variasi intensitas medan magnetik yang disebabkan oleh adanya
variasi distribusi batuan termagnetisasi di bawah permukaan bumi.
2. Dasar teori dari metode geomagnetik adalah Gaya Coulomb. Jika dua buah benda
atau kutub magnetik terpisah pada jarak r dan muatannya masing-masing m1 dan
m2, maka gaya magnetik yang dihasilkan adalah :
m1m2
F r
r 2 1
3. Pengukuran magnetik dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan uatama
yaitu magnetometer yang mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei dengan
salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM) yang
digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total. Untuk pengambilan
datanya dapat dilakukan di darat, laut, maupun udara.
4. Pengolahan data magnetik dapat dilakukan dengan memperoleh nilai anomali
medan magnetik yang diinginkan, dengan melakukan koreksi terhadap data medan
magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran,
yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi, serta reduksi bidang atas,
koreksi efek regional. Sedangkan interpretasi data magnetik terbagi menjadi dua,
yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif.
5. Kelebihan metode magnetik yaitu efektif digunakan untuk mempelajari daerah
yang dicurigai mempunyai potensi Geothermal dan data acquitsition dan data
procesing yang dilakukan tidak serumit metoda gaya berat. Sedangkan kekurangan
dari metode ini yaitu data yang diperoleh bisa berbeda dengan kenyataan yang
sebenarnya di bawah permukaan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, dkk. 2013. Pendugaan Jenis Batuan Bawah Permukaan Daerah Bendungan
Karangkates Menggunakan Metode Geomagnetik. Jurnal Fisika FMIPA
Universitas Brawijaya
Anonim, 2014. Buku lapangan praktikum geofisika Universitas Halu Oleo Kendari.
Studi kasus lapangan Bayat. UGM, Yogyakarta
Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications, Cambridge
University Press
Ismail, 2010. Metode Geomagnet. Penerbit UNM. Surakarta
Telford, 1976, Applied Geophysics, USA, Cambridge University Press
Suntoko, dkk. 2012. Pendeteksian Keberadaan Struktur Sesar Pada Batuan Vulkanik
Dengan Metode Magnetik. Jurnal Eksplorium. Volume 33 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai