Anda di halaman 1dari 3

Pendahuluan

Belakangan ini kegiatan eksplorasi migas di Indonesia masih terkonsentrasi di cekungan-


cekungan besar yang sudah terbukti menghasilkan seperti di daerah Cekungan Sumatra Selatan,
Cekungan sumatra tengah, Cekungan Kutai di Kalimantan Timur dan masih banyak lagi.
Cekungan-cekungan besar tersebut memang mengandung potensi migas yang besar namun
seiring berjalannya waktu cadangan migas di cekungan sebesar apapun pasti akan habis
dikarenakan kebutuhan migas dunia khususnya Indonesia yang terus meningkat. Oleh karena itu,
diperlukan penigkatan kegiatan eksplorasi agar menutupi kekurangan akan kebutuhan minyak
dan gas bumi. Peningkatan eksplorasi minyak dan gas tidak hanya berupa peningkatan teknologi
dalam eksplorasi dan eksploitasinya, tetapi juga harus diiringi dengan pengembangan konsep dan
ilmu geologi. Salah satu cekungan di Indonesia yang saat ini dalam masa kajian eksplorasi
adalah cekungan Buton yang terletak di Sulawesi Tenggara.

Pulau Buton merupakan pulau yang terletak di tepi barat laut Banda di Provinsi Sulawesi
Tenggara. Pulau ini memiliki panjang sekitar 155 km dan lebar antara 15-60 km. Buton dibagi
menjadi tiga bagian utama yaitu Selatan, Utara dan Tengah. Dibagian Selatan Pulau Buton terdiri
dari lembah dan pegunungan berarah timur laut dan topografi karts. Bagian Utara terdiri oleh
horseshoe-shaped ring yang menyebar ke arah selatan cekungan Lambale. Bagian Tengah terdiri
dari satuan pegunungan utara dan perbukitan rendah. Kegiatan eksplorasi khususnya minyak dan
gas bumi di cekungan Buton telah dimulai sejak tahun 1969. Sampai sekarang kegiatan
eksplorasi minyak dan gas bumi di cekungan Buton masih terus berlanjut guna mencari dan
mengembangkan potensi migas yang ada di pulau tersebut.
GEOLOGI REGIONAL

Geomorfologi Regional

Berdasarkan geomorfologinya (Sikumbang dan Santoyo, 1981 dan Davidson,


1991) yang diakibatkan oleh pengaruh struktur dan litologi, Buton dibagi menjadi tiga
zona yaitu;

 Zona Buton Utara, yang didominasi oleh daratan rendah dan pegunungan pantai
berbentuk tapal kuda dengan dikelilingi gunung-gunung sepanjang utara, barat,
timur dimana tren umum pegunungan tersebut adalah baratlaut-tenggara.
 Zona Buton Tengah, didominasi oleh deretan pegunungan lebar dibentuk dari
barisan pegunungan yang sedikit melengkung sepanjang Utara-Selatan dengan
tren kea rah utara, sedangkan sepanjang pantai barat terdiri dari topografi dengan
relief rendah yang berarah timur-laut
 Zona Buton Selatan, terdiri dari topografi yang berupa lembah dan bukit dngan
trend mengaraj timur-laut, teras-teras terumbu yang terangkat dan topografi karts
yang berupa haystack (perbukitan gamping) dan ditulang punggungi oleh
Pegunungan Kapantoreh

Pulau Buton terletak di lepas pantai tenggara Sulawesi. Pulau ini diyakini berasal
dari dua fragmen mikro benua yang terpisah. Pertama meliputi Pulau Buton bagian timur
dan Tukang Besi dan yang kedua meliputi Pulau Buton bagian barat dan Pulau Muna
(Davidson, 1991). Didominasi dari karbonat pra-Neogen yang ditindih oleh sedimen
Neogen (pada dasarnya laut) dan batu kapur terumbu yang berumur Kuarter. Bagian
bawah pada pulau Buton mengandung detritus yang cukup besar menunjukan afinitasnya
dengan pengendapan tepi benua. Tetapi, menuju bagian atas secara bertahap digantikan
oleh karbonat klastik yang berasal dari dalam air. Pola ini terbentuk dikarenakan
pengangkatan Pulau Buton jauh dari tepi benua dan disertai dengan intrusi tubuh batuan
beku. Korelasi stratigrafi dengan pulau-pulau lain di sepanjang Zona Sesar Sorong
(misalnya. Buru dan Seram) menunjukkan bahwa Buton, berasal dari batas benua
Australia / Papua Nugini dan bertabrakan dengan lempeng Sulawesi selama kurun
Miosen Awal. Tumbukan antara Buton-Muna berlanjut ke Miosen Akhir tetapi tidak
begitu kuat. Deformasi erlangsug selama Neogen pertama sebagai ke;anjutan dari
penyusutan akibat sesar geser dan gabungan beberapa lipatan serta bekas dari blok sesar
pada strike slip dan dip slip fault.

STRUKTUR GEOLOGI
Daerah Sulawesi Tenggara tersusun atas fragmen-fragmen mikrokontinental yang
saling berdekatan (Muna, Buton dan Tukang Besi). Fragmen ini dianggap sebagai
fragmen yang berasal dari Kepulauan Guinea Australia yang bertabrakan langsung
dengan Pulau Sulawesi selama awal Pilosen hingga Miosen Tengah . (PERTAMINA –
BEICIP, 1992).

Anda mungkin juga menyukai