Anda di halaman 1dari 15

UJIAN AKHIR SEMESTER

SEMESTER GASAL 2017/2018

Nama : Etik Yuliarini Widodo Mata Kuliah : Filsafat Ilmu


NIM : 011724653008 Dosen : Dr. Joni Haryanto., M.Si
Program Studi : S2 Ilmu Kedokteran

1. Ontologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (Agustina, 2008)


Ontologi suatu bidang ilmu adalah hakekat pengetahuan yang menjadikan
asumsi dasar suatu kebenaran bidang ilmu tertentu. Ontologi didefinisikan
sebagai studi tentang konsep realitas yang dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu.
Ontologi kesehatan reproduksi adalah bidang area yang bergerak untuk
memahami, mendalami dan mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi, termasuk penanganan berbagai masalah reproduksi manusia. Bukan
hanya pada tingkat individu tetapi juga tingkat masyarakat, dapat dinyatakan
bahwa reproduksi individu atau masyarakat tersebut sehat. Individu atau
masyarakat mempunyai sistem reproduksi yang sehat, fungsi reproduksi yang
sehat dan proses reproduksi yang sehat.
Seperti bidang kedokteran dan kesehatan lainnya, kesehatan reproduksi
akan menatap manusia sebagai objek. Tubuh manusia yang disebut sebagai
‘geometri tubuh’ mempunyai empat dimensi, meliputi: pertama, dimensi
kesinambungan waktu dengan masalah utama reproduksi; kedua, dimensi
kesinambungan ruang dengan masalah utama regulasi dan control populasi yang
juga disebut sebagai masalah “politik”; ketiga, dimensi kemampuan untuk
menahan hasrat yang merupakan persoalan internal tubuh; keempat, kemampuan
merepresentasikan tubuh kepada sesama yang merupakan persoalan ekstenal
tubuh. Keempat dimensi tubuh ini terkait erat dengan bidang area kesehatan
reproduksi dan bidang kesehatan lain yang terintegrasi di dalamnya yaitu
kesehatan seksual. Menurut WHO, kesehatan seksual tidak terpisahkan dari
kajian kesehatan reproduksi, Karena sebagai akibat munculnya berbagai penyakit
menular seksual, termasuk HIV dan AIDS, peningkatan kepedulian kesehatan
masyarakat terhadap berbagai kejadian kekerasan yang berhubungan dengan
jender (gender-related violance) serta berbagai masalah disfungsi seksual. Hal
tersebut menekankan pada perlu perhatian terhadap penanggulangan karena

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 1


sangat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Pemenuhan hak azasi manusia dalam bentuk hak kesehatan seksual dan
kesehatan reproduksi menjadi hal yang esensial.
Bidang yang menggeluti berbagai penyakit system reproduksi seperti
infeksi dan keganasan murni merupakan bidang ilmu kedokteran. Ketika
penelusuran dilakukan terhadap penyebab infeksi atau keganasan pada system
dan organ reproduksi, maka berbagai masalah yang menyertai dan
melatarbelakanginya juga menyangkut berbagai aspek kesehatan lain, seperti
gizi, sosiologi, ekonomi, antropologi dan humaniora. Kejadian kekerasan dalam
rumah tangga atau perdagangan manusia (human trafficking), juga membuat
kesehatan reproduksi ikut berperan. Jelaslah bahwa bidang kesehatan reproduksi
tidak dapat berdiri,dia akan menelaah dan menanggulangi berbagai masalah
kesehatan reproduksi bersama bidang ilmu lain. Untuk mengatasi permasalahan
yang ada, mereka saling melengkapi dan mendukung dengan satu tujuan
menciptakan reproduksi yang sehat.
2. Epistemologi Ilmu Kesehatan Reproduksi (Agustina, 2008)
Epistemologi atau sejarah perkembangan keilmuan dalam menelaah asal
mula dan ruang lingkup suatu ranah pengetahuan yang berupaya menjawab
pertanyaan ‘bagaimana ilmu pengetahuan didapatkan dan dibangun?’. Dengan
kata lain epistemologi adalah sarana, sumber, metoda menggunakan langkah
maju menuju ilmu pengetahuan. Epistemologi kesehatan reproduksi bermula dari
kepedulian Maria Stopes dan Margaret Sange pada kematian ibu yang tinggi di
dalam masyarakat yang ternyata berhubungan dengan kelahiran yang tinggi.
Teknologi pengaturan keluarga yang ditemukan kemudian, pada mulanya
mendapatkan tantangan yang berkepanjangan, tetapi jasa kedua tokoh keluarga
berencana dunia tersebut akhirnya diakui oleh dunia. Teknologi keluarga
berencana berkembang sejalan dengan perkembangan dunia kedokteran.
Pengaturan keluarga tidak terbatas pada upaya membatasi atau menjarangkan
kelahiran, tetapi juga menciptakan teknologi untuk mendapatkan anak, karena
tidak semua orang mempunyai kemudahan dan mampu mendapatkan keturunan
secara alami. Bantuan mendapatkan keturunan bermula dari penemuan teknologi
inseminasi buatan atau AI (Artificial Insemination), yang diikuti teknologi
fertilisasi di luar atau IVF (In Vitro Fertilization) dan transfer embrio atau ET
(Embryo Transfer). Temuan teknologi yang paling mutakhir adalah teknologi

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 2


kloning. Berbagai temuan teknologi tersebut tidak dapat langsung diaplikasikan
kepada manusia, tetapi melalui serangkaian percobaan pada hewan. Adopsi
teknologi kedokteran hewan yang diakui selangkah lebih maju daripada teknologi
kedokteran manusia merupakan sesuatu yang lazim, mengingat teknologi yang
bertujuan untuk kemaslahatan umat manusia tujuan dari suatu ilmu pengetahuan.
Pertambahan jumlah penduduk yang merupakan keberhasilan proses
reproduksi manusia bagaikan dua sisi mata uang. Di satu pihak, dia merupakan
proses yang menguntungkan, di lain pihak merupakan ancaman. Reproduksi yang
tidak terkendali akan mengancam persediaan sumber daya alam, sehingga
memunculkan teknologi pengendalian, berbagai alat kontrasepsi. Serangkaian
konferensi kependudukan, yang selalu memasukkan masalah kesehatan
reproduksi ke dalam agenda pertemuan. Agenda tersebut meliputi keluarga
berencana, pencanangan hak kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi, yang
diharapkan dapat diretifikasi setiap negara anggota.
Ketika kesehatan seksual berintegrasi dengan kesehatan reproduksi, maka
hak-hak kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi, yang merupakan bagian
dari hakhak azasi manusia diretifikasi oleh negara. Mengabaikan hak tersebut
akan berdampak pada munculnya masalah yang berakar pada kepedulian
terhadap kesehatan reproduksi yang rendah. Sebagai contoh, pengabaian
kesehatan reproduksi remaja berdampak pada akses pelayanan kesehatan
reproduksi remaja yang rendah. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab tingkat
infeksi kasus baru berbagai penyakit menular seksual, termasuk HIV dan AIDS
yang tinggi. Penyakit AIDS/HIV yang sampai kini belum ditemukan obat
penyembuhnya, merupakan fakta yang seharusnya menjadi strategi andalan untuk
menyadarkan remaja mencegah penularan virus yang mematikan tersebut. Obat –
obat sangat mahal yang hanya berguna memperpanjang usia penderita AIDS
tersebut pasti tidak akan memecahkan masalah. Berbagai temuan pada rangkai
penelitian di ranah kesehatan reproduksi adalah sangat berharga dan tidak dapat
diabaikan dalam upaya membangun strategi pemecahan berbagai masalah
kesehatan reproduksi yang ada.

3. Axiology Ilmu Kesehatan Reproduksi (Agustina, 2008)


Aksiologi adalah nilai-nilai (values) yang merupakan tolok ukur
kebenaran ilmiah yang menjadikan etik dan moral sebagai dasar normatif dalam

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 3


penelitian, penggalian dan aplikasi ilmu. Aksiologi adalah nilai tujuan
pemanfaatan dan penggunaan pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan
dan kebutuhan hidup manusia. Sejalan dengan perkembangan zaman, ketika nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
negara pada suatu ketika, maka pe-rilaku manusia atau masyarakat akan
mengadopsi keserbabolehan yang ada. Perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan, seperti tidak membuang sampah sembarangan, melaporkan unggas
yang mati mendadak segera, atau mencuci tangan merupakan hal umum yang
mudah diadopsi oleh masyarakat. Namun, berbagai fakta empiris menunjukkan
bahwa kepatuhan masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sementara,
berbagai perilaku yang tabu dibicarakan secara publik, membutuhkan regulasi
lebih rumit yang mengundang pro dan kontra. Seperti undang-undang pornografi
dan pornoaksi yang hingga kini tidak diketahui keberadaan dan kelanjutannya.
Tampaknya, kepedulian negara terhadap perilaku seksual masih
dilingkupi oleh tradisi tabu. Padahal informasi dini yang baik dan benar akan
membekali remaja dengan sikap, pengertian cara pengambilan keputusan terbaik
untuk diri sendiri. Pengertian bahwa tubuh adalah area privasi diri, memberikan
rasa memiliki dan menyayangi. Hal tersebut dapat mencegah tindakan gegabah,
seperti melakukan seks sebelum menikah, mencoba obat-obat terlarang, atau
bahkan terlibat dalam kegiatan pornoaksi.Banyak penelitian membuktikan bahwa
Pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja justru menjauhkan remaja dari
prilaku coba-coba. Dengan memberitahu berbagai akibat yang terjadi jika salah
melangkahkan, diharapkan remaja berfikir jernih untuk melakukan berbagai
tindakan yang berisiko berbahaya terhadap kesehatan.
Kesehatan reproduksi merupakan ranah terapan keilmuan kedokteran dan
kesehatan yang berkembang dengan dukungan dan integrasi berbagai ranah
keilmuan lain, meliputi ilmu farmasi, gizi, promosi kesehatan, teknologi
kedokteran, dan teknologi informasi yang secara canggih menginformasikan
temuan dan terobosan baru di bidang kesehatan umum dan kesehatan reproduksi.

4. Kebenaran yang hakiki dari Ilmu Kesehatan Reproduksi (Atabik, 2014)


Kata kebenaran dapat digunakan sebagai suatu kata benda yang konkret
maupun abstrak. Jadi ada dua pengertian kebenaran, yaitu (1) kebenaran yang
berarti

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 4


nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan (2) kebenaran dalam arti lawan dari
keburukan (ketidakbenaran). Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam
kehidupan human. Sebagai nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia.
Artinya sifat manusiawi atau martabat kemanusiaan (human dignity) selalu
berusaha “memeluk” suatu kebenaran. Kebenaran adalah fidelity to objektive
reality (kesesuaian pikiran dengan kenyataan).
Kebenaran intelektual yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari
keterlibatan ilmu dengan bidang-bidang kehidupan. Kebenaran merupakan ciri
asli dari ilmu itu sendiri. Poedjawiyatna (dikutip oleh Mawardi) mengatakan
bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut
kebenaran. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Dalam
kehidupan manusia, kebenaran adalah fungsi rohaniah. Manusia di dalam
kepribadian dan kesadarannya tak mungkin hidup tanpa kebenaran. Berdasarkan
scope potensi subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu menjadi :
a. Tingkatan kebenaran indera adalah tingkatan yang paling sederhanan dan
pertama yang dialami manusia
b. Tingkatan ilmiah, pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping
melalui indara, diolah pula dengan rasio
c. Tingkatan filosofis, rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam
mengolah kebenaran.
d. Tingkatan religius, kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha
Esa dan dihayati oleh kepribadian dengan integritas dengan iman dan
kepercayaan
Keempat tingkat kebenaran ini berbeda-beda wujud, sifat dan kualitasnya
bahkan juga proses dan cara terjadinya, disamping potensi subyek yang
menyadarinya. Potensi subyek yang dimaksud disini ialah aspek kepribadian
yang menangkap kebenarna itu. Misalnya pada tingkat kebenaran indera, potensi
subyek yang menangkapnya ialah panca indera.
Berdasarkan scope potensi subjek dalam ilmu kesehatan reproduksi,
tingkatan kebenaran dari keilmuan ini adalah tingkatan ilmiah, karena selain
ditangkap oleh panca indera juga diolah dan diuji kebenarannya dengan rasio atau
penelitian ilmiah untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Sebjek dari ilmu
kesehatan reproduksi adalah alat dan fungsi reproduksi, baik pada laki-laki
maupun perempuan, yang merupakan bagian integral dari sistem tubuh manusia
lainnya serta hubungannya secara timbal balik dengan lingkungannya

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 5


(Pangkahila, 2005). Kebenaran dari Ilmu kesehatan reproduksi adalah kebenaran
ilmiah Tentu saja untuk mendapat kebenaran yang hakiki dari ilmu yang
mempunyai kebenaran ilmiah adalah melalui penelitian ilmiah. Jadi agar
kebenaran tersebut dapat muncul maka harus melalui proses-proses atau
prosedur.- prosedur baku yang harus dilalui yaitu tahapan-tahapan untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah, yang pada hakikatnya berupa teori, melalui
metodologi ilmiah yang baku sesuai dengan sifat dasar ilmu. Maksudnya, adalah
setiap ilmu secara tegas menetapkan jenis objek secara ketat apakah objek itu
berupa hal konkrit atau abstrak. Selain itu ilmu menetapkan langkah - langkah
ilmiah sesuai dengan objek yang dihadapinya itu.
5. Obyek filsafat ilmu dan karakteristik mahasiswa yang diinginkan para
philoshoper.
Filsafat memiliki dua obyek pemikiran, yaitu obyek materian dan obyek formal
(Diktat Filsafat Ilmu, 2018)
a. Obyek material, yaitu materi atau bahan yang menjadi obyek penyelidikan

filsafat, maupun bagi segala turunan filsafat itu sendiri, misalnya,


pengetahuan atau ilmu. Jadi, dengan kata sifat “material” tidak dimaksudkan
sebagai bahan-bahan materi bagi sebuah pekerjaan, tetapi “pokok soal” atau
“pangkal pikir” yang merupakan bahan atau obyek pemikiran filsafat itu
sendiri.
Materi atau obyek studi filsafat itu meliputi segala sesuatu realitas
(manusia), baik berupa kenyataan fisik (inderawi), benda dan aktifitas alam,
intelektual (intelektif), pengalaman, tradisi, adat, budaya, bahasa, pikiran,
pengetahuan harian, maupun ide, gagasan, atau teori, kegiatan - kegiatan
manusia, norma-norma hidup, hukum, ideologi, politik, sistem kepercayaan,
aspek kejiwaan, baik yang ada maupun yang bisa diadakan oleh pikiran
manusia itu sediri. Tegasnya, obyek atau material yang menjadi bahan
pemikiran filsafat adalah tertuju pada segala hal, sejauh bisa dijangkau oleh
indera maupun pikiran manusia. The Liang Gie (1996: 341), antara lain,
menunjukkan adanya 6 (enam) jenis obyek material, yaitu; ide abstrak, benda
fisik, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda.
Filsafat, dalam hal ini, menjadikan manusia sebagai obyek dan fokus
pemikirannya yang memekarkan. Manusia adalah obyek tetapi sekaligus
subyek bagi pemikirannya. Filsafat selalu bertanya dan merenung tentang
manusia, apakah manusia dan bagaimana “ada” maupun “cara beradanya”.

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 6


Filsafat selalu berusaha menjelajahi hakikat manusia, asal usulnya, fenomena
kesenangan, suka-cita, dan aneka penderitaannya, serta bagaimana hidup
manusia setelah mati.
b. Obyek Formal, adalah sudut pandang filsafat atau metode dan cara kerja yang
digunakan dalam rangka mengbongkar, menyingkap, dan mengolah setiap
bahan atau materi pemikiran (obyek material), guna dapat
mengembangkannya menjadi pengetahuan yang teruji dan tertata secara
sistematis dalam bentuk pengetahuan umum maupun pengetahuan ilmiah atau
jenis-jenis ilmu yang bersifat spesifik namun saling terkait. Jadi, obyek
formal menunjuk pada kemampuan dalam mengkritisi, mengkaji, memahami,
menganalisis, mensintesis, dan mengkonstruksi setiap sistem ide atau “peta
kognitif” yang tersimpan di balik segala penampakan bahan atau materi
(obyek material) yang dihadapinya menjadi sistem-sistem pemikiran,
pengetahuan, dan ilmu utuh dan spesifik.
Karakteristik mahasiswa yang diinginkan para philoshoper Contohnya
Mahasiswa Sebagai Pemikir Sejati. Mahasiswa, bukan sekedar sebuah gelar
intelektual, tetapi tanda keberadaan actual sebagai pemikira sejati. Kesadaran diri
dan pengembangan diri sebagai homo sapiens membuat para mahasiswa bergerak
dari sekedar sebuah "keberadaan kodrati" atau "keberadaan potensial" menjadi
"keberadaan aktual" sebagai pemikir sejati yang mampu menyumbang bagi
pengembangan ilmu, kebudayaan, dan kesejahteraan masyarakat. Melelui
pengembangan diri sebagai pemikir sejati, mahasiswa mampu menyumbang bagi
pemenuhan keterbatasan kodratinya serta membudayakan diri dan alam
lingkungannya menjadi pribadi dan lingkungan yang bermartabat serta
berbudaya. Pikiran membuat mausia mampu melakukan transendensi diri
sehingga mampu membebaskan diri dari berbagai determinasi dan represi, baik
yang bersifat alami, tradisi, provokasi, maupun "penyakit peradaban" yang ingin
membelenggu dan memperbudak manusia secara utuh dan sitematis.
Mahasiswa sebagai pemikir, hendak membuktikan bahwa manusia,
dengan pikirannya, bukan saja mampu mengetahui rahasia alam, tetapi mampu
menguasainya dan "menanganinya". Manusia, dengan pikirannya, sebagai
"tenaga budaya" mampu membangun berbagai sistem berpikir, sistem
pengetahuan, dan sistem keilmuan yang mampu menempatkannya sebagai aktor

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 7


zaman. Manusia, dengan pikirannya, mampu membudayakan diri dan alam
lingkungannya menjadi manusia dan alam lingkungan yang berbudaya. Hanya
manusia berpikir lah yang mampu membangun sebuah "keberadaan" yang khas
manusiawi bagi diri dan lingkungannya (bd. Watloly: 2001: 21-37). Jadi, Homo
sapiens adalah tanda kesadaran manusia akan otonomi dan kreatifitas dirinya
yang melahirkan kemampuan manusia untuk bernalar, mencerap, mengamati,
mengingat, membayangkan, menganalisis, memahami, merasa, membangkitkan
emosi, menghendaki, melakukan sintesis, abstraksi, serta mengadakan suatu
perhitungan menuju ke masa depan.
Mahasiswa, karena itu, harus mengolah pemikirannya secara teratur dan
bertahap, untuk mencapai tahap-tahap kepuasan inteketual yang dipersyaratkan
dalam mewujudkan dirinya selaku pemikir yang ilmuwan, bukan pemikir biasa.
Mereka, justru itu, harus membangun sebuah tradisi berpikir dalam hidup
aktualnya, untuk dapat mewujudkan jatidirinya selaku "master" berpikir. Mereka
mengeksperimentasi pemikiran dengan cara mengkritik, menganalisis, mengkaji,
menggugat, serta menguji pikiran dan pandangan, termasuk dalamnya, ideologi-
ideologi, tradisi, atau ajaran-ajaran yang ada, untuk mengambil keputusan-
keputusan intelektual yang baru, sebagai taha-tahap berpikir progresif menuju
pencapaian pikiran atau pengetahuan-pengetahuan baru di dalam hidupnya. Ciri
berpikir yang dimaksud, yaitu berpikir secara rasional (bukan subyektif-
emosional), terstruktur, metodik, dan logis untuk menghasilkan kategori-kategori
pemikiran sehat, lurus, dan obyektif. Melalui itu, mahasiwa akan melihat dirinya
di dalam teater pemikirannya sendiri dengan aneka penyiasatan hidup untuk
mencapai kesuksesan.

6. Fenomena segitiga Bermuda (Triangle Bermuda) (Ma’ruf, 2018)


Fenomena segitiga bermuda (Triangle Bermuda) yaitu sebuah wilayah
lautan di Samudra Atlantik seluas 1,5 juta mil² atau 4 juta km² yang membentuk
garis Segitiga, wilayah ini terletak di teritorial Britania Raya sebagai titik di
sebelah Utara, Puerto Riko, teritorial Amerika Serikat sebagai titik di sebelah
Selatan, dan Miami, negara bagian Florida, Amerika Serikat sebagai titik di
sebelah barat.

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 8


Asal kata Segitiga Bermuda, diciptakan oleh penulis Vincent Gaddis pada
tahun 1964 ketika ia menulis sebuah cerita sampul untuk majalah Argosy tentang
menghilangnya Penerbangan 19 secara misterius. Segitiga Bermuda ini juga
dikenal sebagai 'Segitiga Setan' atau 'Pulau Setan',
Sejarah mengatakan bahwa Christopher Columbus adalah salah satu
saksi keanehan Segitiga Bermuda ini. Ketika kapalnya, Nina, Pinta dan Santa
Maria berlayar melintasi kawasan itu pada tahun 1492, dilaporkan bahwa kompas
Columbus bergerak kacau dan bahwa mereka melihat cahaya aneh di angkasa.
Kejadian bersejarah lain yang sampai sekarang masih ada tentang segitiga
Bermuda adalah penemuan kembali Mary Celeste, kapal layar ini ditemukan
telah ditinggalkan di tengah laut pada tahun 1892, kira-kira 400 mil diluar
jalurnya dari New York menuju ke Genoa, tak ada tanda-tanda keberadaan 10
orang awaknya atau apa yang terjadi pada mereka, karena sekocinya juga hilang,
kemungkinan besar mereka meninggalkan Mary Celeste karena amukan badai
yang mereka perkirakan tidak akan dapat ditahan oleh kapal itu, tetapi apa yang
semakin membuat segitiga Bermuda ini bertambah misterius adalah karena kapal
itu tidak berada di dekat segitiga Bermuda, tetapi ditemukan di lepas pantai
Portugal.
Legenda segitiga Bermuda semakin terkenal dengan hilangnya
penerbangan 19, lima pesawat pembom hilang dalam misi latihan rutin, demikian
juga tim penyelamat yang mencari mereka yang terdiri dari enam pesawat
terbang dengan 27 awak, hilang tanpa jejak, tidak ditemukan serpihan
penerbangan 19 itu. Ada kurang lebih 200 kecelakaan besar dan aneh yang
menambah kemisteriusan kawasan itu. Segitiga bermuda sangat misterius dan
aneh. Banyak kejadian misterius terjadi disana, antara lain :

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 9


o 1840 : HMS Rosalie
o 1872 : The Mary Celeste, salah satu misteri terbesar

lenyapnya beberapa kapal di segitiga bermuda


o 1909 : The Spray
o 1917 : SS Timandra
o 1918 : USS Cyclops (AC-4) lenyap di laut berbadai, namun

sebelum berangkat Menara pengawas mengatakan bahwa


lautan tenang sekali, tidak mungkin terjadi badai, sangat baik
untuk pelayaran
o 1926 : SS Suduffco hilang dalam cuaca buruk
o 1938 : HMS Anglo Australian menghilang. Padahal laporan

mengatakan cuaca hari itu sangat tenang


o 1945 : Penerbangan 19 menghilang
o 1952 : Pesawat British York transport lenyap dengan 33
penumpang
o 1962 : US Air Force KB-50, sebuah kapal tanker, lenyap
o 1970 : Kapal barang Perancis, Milton Latrides lenyap; berlayar
dari New Orleans menuju Cape Town.
o 1972 : Kapal Jerman, Anita (20.000 ton), menghilang dengan
32 kru
o 1976 : SS Sylvia L. Ossa lenyap dalam laut 140 mil sebelah
barat Bermuda.
o 1978 : Douglas DC-3 Argosy Airlines Flight 902, menghilang
setelah lepas landas dan kontak radio terputus
o 1980 : SS Poet; berlayar menuju Mesir, lenyap dalam badai
o 1995 : Kapal Jamanic K (dibuat tahun 1943) dilaporkan

menghilang setelah melalui Cap Haitien


o 1997 : Para pelayar menghilang dari kapal pesiar Jerman
o 1999 : Freighter Genesis hilang setelah berlayar dari Port of
Spain menuju St Vincent.
Pandangan filsafat pada fenomena segitiga bermuda menurut pendekatan
eksplanasi analogi. Beberapa beranggapan, mungkin di kawasan ini terdapat
sebuah gangguan atmosfir di udara berupa lubang di langit. Di lubang itulah
pesawat terbang masuk tanpa sanggup untuk keluar lagi. Dari misteri “Lubang di
Langit” ini membentuk sebuah teori tentang adanya semacam perhubungan
antara dunia dengan dimensi lain. Lubang di langit ini dianalogikan seperti
lubang hitam yang terbentuk di ruang angkasa yang memiliki kekuatan untuk
menghisap/menelan benda-benda yang berada didekatnya.

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 10


Selain itu, banyak orang meyakini jika di lautan segitiga bermuda ada
sebuah angin berkekuatan besar yang berhembus dan dianalogikan seperti angin
tornado. Kekuatan angin itu bahkan diduga mampu menghisap pesawat maupun
kapal laut yang melintas di sana sehingga mampu menariknya masuk ke dalam
lautan bermuda.
Perusahaan asuransi laut Lloyd‟s of London menyatakan bahwa segitiga
bermuda bukanlah lautan yang berbahaya dan sama seperti lautan biasa di seluruh
dunia, asalkan tidak membawa angkutan melebihi ketentuan ketika melalui
wilayah tersebut. Penjelasan tersebut dianggap masuk akal, ditambah dengan
sejumlah pengamatan dan penyelidikan kasus.
Beberapa laporan mengatakan bahwa sebanyak 1.000 jiwa telah hilang
dalam 500 tahun terakhir dan bahwa lebih dari 50 kapal dan 20 pesawat telah
hilang dalam 1 abad terakhir. Angkatan Laut AS dan Coast Guard mengatakan
ada bukti kegiatan yang tidak biasa di daerah tersebut.
Setelah banyak teori mistis dan mitos mengenai segitiga bermuda, ada
salah satu yang dianggap cukup masuk akal. Teori itu adalah segitiga bermuda
merupakan penghasil gas metana terbesar di dunia. Metana adalah sebuah
senyawa yang begitu kuat dan tentunya berbahaya. Bahkan bahaya metana
dianggap beberapa ilmuwan lebih berbahaya daripada karbondioksida (CO2).
Penelitian ini dianggap masuk akal karena laut merupakan penghasil metana
paling besar di alam selain di lapisan es atau tanah. Bahkan pada tahun 1981,
sebuah uji coba seolah membenarkan jika segitiga bermuda memiliki kandungan
metana dalam jumlah besar. Yang bisa menjadi penyebab banyak pesawat dan
kapal laut hilang di sana.
Kesimpulannya Fenomena Segitiga Bermuda adalah misteri yang belum
terpecahkan hingga saat ini. Peristiwa banyaknya kehilangan tanpa jejak di
Segitiga Bermuda adalah fakta yang telah menyebabkan munculnya banyak teori
dan spekulasi. Rasa penasaran pun memicu banyak pihak untuk mencari
pencerahan. Berbagai opini dan teori bermunculan entah salah atau benar.
Banyak yang berpikir Segitiga Bermuda, yang juga dikenal sebagai Segitiga
Setan sebagai daerah "khayalan" atau "Imajiner". Bahkan, dewan resmi bidang
geografi AS bahkan tidak mengakui keberadaan Segitiga Bermuda. Namun,
dalam wilayah imajiner tersebut, berdasarkan fakta Segitiga Bermuda adalah

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 11


tempat yang sangat nyata di mana selusin kapal, pesawat dan orang-orang telah
menghilang tanpa penjelasan berarti.
7. Yunani mengembangkan kebenaran dari mythos, Cina mengembangkan
kebenaran dari confuse dan India mengembangkan kebenaran dari kitab
weda (Atabik, 2014)
Ada tiga teori kebenaran yg ketiganya tentunya memiliki kajian yang tidak
serupa, yaitu:
a. Teori kebenaran ilmiah
Ilmu pengetahuan (ilmiah) tidak bersifat absolut. Kebenaran ilmu
pengetahuan dapat diterima selama tidak ada fakta yang menolak
kebenarannya. Kebenaran ilmu pengetahuan bersifat pragmatis. Ilmu
pengetahuan dipandang benar dan dianggap sebagai pengetahuan yang sahih
sepanjang tidak ditolak kebenarannya dan bermanfaat bagi manusia. Ilmu
pengetahuan juga tidak selalu memberikan jawaban yang memuaskan
terhadap masalah-masalah manusia. Ilmu pengetahuan mempunyai berbagai
keterbatasan dan keterbatasan inilah yang memerlukan bantuan filsafat dalam
memberikan jawaban.
b. Teori Kebenaran filsafat
Kebenaran filsafat penting untuk diperhatikan. Ada empat teori
kebenaran menurut filsafat, yaitu teori Korespondensi, Teori Koherensi, Teori
Pragmatisme, dan Teori Kebenaran Illahiah atau agama. Ketiga teori pertama
mempunyai perbedaan paradigma. Teori koherensi mendasarkan diri pada
kebenaran rasio, teori korespondensi pada kebenaran faktual, dan teori
pragmatisme fungsional pada fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri.
Tetapi ketiganya memiliki persamaan. Yaitu pertama, seluruh teori melibatkan
logika, baik logika formal maupun material (deduktif dan induktif), kedua
melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu, dan ketiga menggunakan
pengalaman untuk mengetahui kebenaran itu.Kebenaran ini diperoleh dengan
melakukan perenungan kefilsafatan dan bersumber dari rasio sehingga
menghasilkan kebenaran yang bersifat subyektif dan solipsistik, sehingga
tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan semua pihak. Untuk
permasalahan-permasalahan tertentu filsafat juga tidak dapat memberikan
jawaban yang memuaskan, maka manusia mencari jawaban yang pasti
dengan berpaling kepada agama. Contoh negara yang menggunakan teori

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 12


kebenaran filsafat adalah Yunani mengembangkan kebenaran dari mythos dan
Cina mengembangkan kebenaran dari confuse.
Tokoh Filsuf Yunani yg mengembangkan kebenaran dari mitos antara
lain Sokrates yg mengatakan “manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan
segala benda yang ada itu ada tujuannya, begitu juga dengan hidup manusia.
Keadaan dan tujuan manusia adalah kebaikan sifatnya dan kebaikan
budinya”. Sementara Plato mengatakan “Tujuan hidup adalah untuk mencapai
kesenangan, tetapi kesenangan hidup di sini bukanlah memuaskan hawa
nafsu. Kesenangan hidup diperoleh dengan pengetahuan yang tepat tentang
nilai barang-barang yang dituju. Di bawah cahaya idea kebaikan dan
keindahan orang harus mencapai terlaksananya keadilan dalam pergaulan
hidup. Antara kepentingan orang-orang dan kepentingan masyarakat tidak
boleh ada pertentangan”. Aristoteles mengatakan “realitas yang objektif tidak
saja tertangkap dengan ‘pengertian’, tetapi juga sesuai dengan dasar-dasar
metafisika dan logika yang tertinggi. Dasar metafisika dan logika tersebut ada
tiga. Pertama, semua yang benar harus sesuai dengan ‘adanya’ sendiri. Tidak
mungkin ada kebenaran kalau di dalamnya ada pertentangan. Keadaan ini
disebut sebagai hukum identika. Kedua, apabila ada dua ‘pernyataan’ tentang
sesuatu, di mana yang satu meng’ia’kan dan yang lain menidakkan, tentu
hanya satu yang benar. Keadaan ini disebut hukum penyangkalan. Ketiga,
antara dua pernyataan yang bertentangan ‘mengiakan dan meniadakan’, tidak
mungkin ada pernyataan yang ketiga. Keadaan ini disebut hukum
penyingkiran yang ketiga”. Inti dari pernyataan ketiga tokoh filsuf Yunani di
atas adalah bahwa kebaikan dan keadilan akan berkembang menjadi
kebenaran.
Tokoh Cina yg mengembangkan kebenaran dari confuse adalah Kung
Fu-Tzu. Dasar pemikiran confuse adalah “dunia ini dibangun atas dasar-dasar
moral. Jika masyarakat secara moral rusak, maka tatanan alam tersebut juga
akan terganggu sehingga terjadilah perang, banjir, gempa dan sebagainya”,
dan “seseorang itu asalnya adalah baik dan akan kembali ke sifat yang baik”.
Konsep - konsep utama confuse adalah tentang kebenaran/kebajukan,
kesusilaan, bijaksana dan layak dipercaya yang semuanya mengarah untuk
mengembangkan kebenaran.
c. Teori kebenaran agama

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 13


Dalam teori kebenaran agama digunakan wahyu yang bersumber dari
Tuhan. Sebagai makluk pencari kebenaran, manusia dapat mencari dan
menemukan kebenaran melalui agama.Dengan demikian, sesuatu dianggap
benar bila sesuai dan koheren dengan ajaran agama atau wahyu sebagai
penentu kebenaran mutlak. kebenaran agama bersifat mutlak karena berasal
dari sesuatu yang mutlak dan memberi penyelesaian yang memuaskan bagi
banyak pihak. Agama memberi kepastian yang mantap terhadap suatu bentuk
kebenaran karena kebenaran agama didasarkan pada suatu kepercayaan.
Agama mengandung sistem credo atau tata kepercayaan tentang sesuatu yang
mutlak di luar manusia. Agama dengan kitab suci dan hadits nya dapat
memberikan jawaban atassegala persoalan manusia, termasuk kebenaran.
Contoh negara yang menggunakan teori kebenaran agama adalah India
mengembangkan kebenaran dari kitab weda.
Dalam kitab weda bertuliskan Realisasi Atman yang berarti Atman
adalah prinsip kecerdasan. Atman adalah kerangka akal budi yang meresapi
setiap makhluk dan alam semesta. Realisasi Atman berarti realisasi dan
transformasi diri dalam memahami kebenaran tertinggi. Realisasi Atman
berarti mencapai moksa sastra, yaitu mencapai pengetahuan spiritual yang
dapat menuntun pencari kebenaran sejati meraih moksa (bebas dari belenggu
duniawi dan materi untuk sampai kepada Para Vidya [pengetahuan yang
absolut]) setelah menyeberangi lautan samsara. Jadi di dalam kitab weda
diajarkan bagaimana cara memperoleh kebenaran tertinggi.
Dengan mempelajari tiga kajian kebenaran ini (Ilmiah, Agama, Filsafat)
diharapkan mampu menerapkan pola pikir yang “elegan”. Karena tidak dapat
dipungkiri bahwa salah satu faktor penyebab “kemorosotan moral” yang
menjangkit hidup manusia yaitu karena kurang mengenalnya kebenaran yang
mampu mengarahkan pola pikirnya dalam bertindak. Harapannya, dengan
mengetahuin kebenaran ilmiah, agama, dan juga kebenaran filsafat, manusia
sebagai mahluk pembelajar dapat tertuntun dalam mengenal Tuhannya serta dapat
meresapi tiga kajian kebenaran tersebut agar dapat dijadikan acuan atau panutan
dalam meraih tatanan hidup yang “sesuai”.

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 14


DAFTAR PUSTAKA

Agustina, F.M.T. 2008. Tinjauan Filsafat Kesehatan Reproduksi. Jurnal Kesehatan


Masyarakat Nasional. 3(3):126-132.

Atabik, Ahmad. 2014. Teori Kebenaran Perspektif Filsafat Ilmu. Jurnal Fikrah.
2(1):253-271.

Diktat Filsafat Ilmu. 2018. (online) diakses pada tanggal 3 Desember 2018 pukul 21.00
WIB
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/48c8b900998237e1fd58e
be75b742bcb.pdf.

Ma’ruf. 2018. Fenomena Segitiga Bermuda Menurut Pandangan Filsafat dan Sains.
Jurnal Filsafat Indonesia. 1(2):80-84.

S2 ILMU KESEHATAN REPRODUKSI 15

Anda mungkin juga menyukai