Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOKIMIA KLINIK
PEMERIKSAAN KREATININ DALAM DARAH

Kelompok :5
Kelas : Farmasi 3 B
Anggota kelompok :
 Indah Permatasari (31115081/Pembahasan 1, Kesimpulan)
 Hilmy Muhammad (31116071/Hasil Pengamatan, Alat dan Bahan, Prosedur)
 Nopi Yanti (31116080/Editor, Daftar Isi)
 Rifa Khoerunnisa (31116085/Pembahasan 2, Kesimpulan)
 Syafiatin Miska M (31116094/Cover, Kata pengantar, Dasar teori, Daftar Pustaka)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayahNya hasil pratikum kami yang berjudul “Pemeriksaan Kadar Kreatinin dalam
darah” dapat terselesaikan. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang dialami dalam
proses pengerjaannya, tetapi Alhamdulillah laporan ini berhasil terselesaikan dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Tak lupa ucapan terimakasih kepada pembimbing yang telah membantu dalam
mengerjakan makalah ini. Terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam laporan pratikum ini. Semoga
dapat menjadi sesuatu yang berguna.
Berbagai masukan dan pendapat dari orang-orang yang membaca laporan pratikum
ini sangat diharapkan demi perbaikan selanjutnya dan menjadi yang lebih baik.

Tasikmalaya, 13 November 2018

Penulis
A. Dasar teori

Ginjal merupakan organ ekskresi yang berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem
urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama
dengan air dalam bentuk urin. Umumnya, terdapat sepasang ginjal yang terletak dibelakang
perut, atau abdomen (Sloane, 1995)

Komponen ginjal menyaring darah dinilai dengan perhitungan. Laju Filtrasi Ginjal (LFG)
atau juga dikenal sebagai Glomerular Filtration Rate (GFR). Bilai nilai LFG-nya 90, fungsi
ginjal masih dikategorikan 90% baik, dianggap masuk dalam kriteria kondisi normal.
Kemampuan fungsi ginjal tersebut dihitung dari kadar kreatinin dan kadar nitrogen urea (Blood
Urea Nitrogen / BUN) di dalam darah. Bila fungsi ginjal menurun, kadar kreatinin di dalam
darah akan meningkat. Kadar kreatinin normal dalam plasma darah adalah 0,6 sampai 1,2
mg/dL (Alam dan Iwan, 2007).

Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang
dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan
kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan
sekresi. Konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar
dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal (Corwin, 2001). Kreatinin
merupakan limbah kimia molekul yang dihasilkan dari metabolisme otot. Kreatinin disintesis
di hati dari metionin, glisis, dan arginin, dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang
berikatan dalam bentuk kreatinin fosfat (Pambela, 1998). Kreatinin berkolerasi positif dengan
protein tubuh, sehingga jumlah kreatinin yang keluar semakin banyak menunjukkan jumlah
protein tubuhnya semakin besar pula. Oleh karena itu, kreatinin yang dikeluarkan lewat urin
dapat digunakan untuk menduga kandungan protein tubuh tanpa terlebih dahulu memotong
trernak (Rahmawati et.al., 2009).
Hasil buangan kreatinin pada hewan normal adalah kreatinin yang sangat bergantung pada
filtrasi glomerulus. Ekskresi kreatinin dalam urin pada individu sehat sedikit bervariasi dari hari
ke hari. Besarnya ekskresi kreatinin melalui urin dianggap menggambarkan masa otot aktif total
dan pemeriksaan kreatinin urin digunakan sebagai pemeriksaan sangat kasar akan ketepatan
pengumpulan contoh urin 24 jam (Yanuar et al., 2010).
Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan
dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.
Sintesis ATP (adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah
menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan
pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya
difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin (Brooker, 2008).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lama dan
perlahan-lahan, ditandai dengan penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) dan penurunan Test
Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit. Pada keadaan ini kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan hasilhasil metabolisme tubuh terganggu sehingga sisa–sisa metabolisme tersebut
terakumulasi dan menimbulkan gejala klinik sebagai sindrom uremik (peningkatan kadar ureum
dan kreatinin darah (Sidabutar dan Suhardjono, 1992)

Etiologi gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan
ireversibel yang berasal dari berbagai penyakit. Penyakit metabolik (diabetes mellitus sebesar
34 %, hipertensi sebesar 21 %, penyakit peradangan (glomerulonefritis sebesar 17 %), infeksi
sebesar 3,4 %, penyakit ginjal polikistik sebesar 3,4 % (Price dan Wilson, 2006).

Kegagalan ginjal dikarenakan kerusakan ginjal ditandai dengan gejala adanya protein
dalam urin (proteinuria atau albuminuria), darah dalam urin (hematuria) dan kenaikan tingkat
urea atau kreatinin (sisa produksi metabolisme protein) dalam darah (Reksodiputro dan
Prayoga, 2001).

Kadar ureum darah penderita GGK yang melebihi 90/100 mg/dL dan kadar kreatinin yang
tinggi menimbulkan rasa mual, muntah dan selera makan yang menurun (anoreksia). Kondisi
ini menyebabkan asupan protein penderita gagal ginjal kronik tidak adekuat, sehingga terjadi
malnutrisi protein. Malnutrisi protein penderita gagal ginjal kronik dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas (Sidabutar dan Suhardjono, 1992).

Penderita gagal ginjal kronik dengan asupan protein yang tidak cukup tubuh cenderung
akan menggunakan simpanan protein dalam otot sehingga akan terjadi katabolisme protein.
Pemecahan protein darah yang berlebihan akan menyebabkan peningkatan kadar ureum dan
kadar kreatinin dalam darah (Baron, 2001).

Ureum dan kreatinin merupakan senyawa kimia yang menandakan fungsi ginjal masih
normal (Rahman, 2007). Kreatinin merupakan metabolisme endogen yang berguna untuk
menilai fungsi glomerulus. Kreatinin diproduksi dalam jumlah yang sama dan diekskresi
melalui urin setiap hari. Dengan nilai normal kreatinin < 1,5 mg/dl dan ureum 10 – 50 mg/dl.
Ureum merupakan produk nitrogen yang dikeluarkan ginjal berasal dari diet dan protein. Pada
penderita gagal ginjal, kadar ureum memberikan gambaran tanda paling baik untuk timbulnya
ureum toksik dan merupakan gejala yang dapat dideteksi dibandingkan kreatinin (Nasution,
2006).

B. Prinsip Percobaan

Kreatinin + Asam Pikrat Kompleks kreatinin pikrat

C. Daftar Pustaka

Alam, Syamsir dan Iwan H. 2007. Gagal Ginjal. PT Gramedia. Jakarta.

Baron, DN. 2001. Kapita Selekta Patologi Klinik. Penerbit : EGC. Jakarta : 126 – 139

Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patfisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dewi, Fitri Farita., E. Rianto, A. Purnomoadi. 2010. Pengaruh Kandungan Ampas Teh Dalam
Konsentrat Terhadap Ekskresi Kreatinin Pada Sapi Peranakan Ongole (PO). Fakultas
Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

Kaneko, J.J. 1999. Clinical Biochemistry Of Domestic Animal. Academic Press Inc. San Diego.

Lehninger, A. L. 2000. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Nasution, 2006, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara
Pambela, E.S. 1998. Creatinine And The Kidney. Kanisius. Yogyakarta.

Price, Wilson. 2006. Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC. Jakarta

Rahmawati, K.S., E. Rianto., S. Mawarti., A. Purnomoadi. 2009. Keluaran Kreatinin Lewat Urin
Dan Hubungannya Dengan Protein Tubuh Pada Domba Pada Berbagai Imbangan Protein
– Energi. Fakultas Peternakan UNDIP. Semarang.

Reksodiputro, H dan Prayoga, N. 2001. Eritropoesis dalam Ilmu Penyakit Dalam. Edisi : III.
Penerbit : FKUI. Jakarta : 494.

Sidabutar RP, Suhardjono,1992. Gagal Ginjal Kronik. Dalam ; Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II,
FKUI, Jakarta : 348-357.

Sloane, Ethel. 1995. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Yanuar, Tegar E. 2010. Kadar Urea Nitrogen Urin Dan Kreatinin Urin Pada Banteng (Bos
javanicus) Di Kebun Binatang Surabaya. Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR. Surabaya.

Lampiran

Reagen kreatinin 1 Reagen kreatinin 2 Sampel serum


Pencampuran reagen 1 Pencampuran reagen 2 Penambahan serum

Hasil absorbansi 2 Hasil absorbansi 1

Anda mungkin juga menyukai