Anda di halaman 1dari 3

Langit Kelabu Di Atas Kali Kuto

Sri pandan itu gadis nan cantik rupawan. Dengan diiringi dua pengikutnya, dia mencari
saudaranya yang terpisah semenjak kecil. Dalam perjalanannya, Sri Pandan bertemu Ki Ageng
dan Nyi Ageng, lalu menginap sementara di rumah Ki Ageng. Mereka bercengkrama akrab
sekali dan Ki Ageng pun memberikan nasehat-nasehat kepada Sri Pandan mengenai tujuan
hidup dan berbagai hal lainnya.
Tiba saatnya berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, Ki Ageng memberi pesan kepada
Sri Pandan agar berjalan ke arah utama dengan menyusuri Sungai Damar lalu mengikuti air
leri (air bekas cucian beras). Sri Pandan dan dua pengikutnya melanjutkan perjalanan sambil
tertatih-tatih, menyusuri Sungai Damar dengan semak-semak ilalang yang lebat dan mengikuti
aliran air leri lalu berhenti dan menghilang di bawah pohon ploso dekat semak-semak ilalang.
Anehnya, semak-semak ilalang tempat berhentinya air leri tersebut berubah menjadi istana nan
megah dengan beberapa prajurit dan senopati yang telah siap menyambut kedatangan mereka.
Sri Pandan pun merasa bingung dan heran karena beberapa prajurit dan senopati yang sangat
menghornatinya itu meminta Sri Pandan untuk menjadi raja di Negeri Plosokuning dengan
sebutan “Puteri Weleri”.
Adapun Pangeran Benawa, seorang raja muda dari Negeri Roban Siluman yang gagah
perkasa dan sakti yang tertarik oleh kecantikan Sri Pandan karena sering muncul dimimpinya
walaupun mereka belum pernah bertemu. Lalu raja pun menyuruh Ragil, seorang pengembara
muda gagah dan tampan yang ingin mengabdi kepada raja untuk melamar Sri Pandan.
Perjalanan menuju Negeri Plosokuning dengan diiringi beberapa prajurit dari Negeri Roban
Siluman, dan tidak ada hambatan sama sekali. Saat matahari tergelincir ke barat, tibalah mereka
di gerbang Negeri Plosokuning. Ragil dan beberapa prajuritnya langsung menemui sang ratu,
dan ratu pun terkejut mendengar bahwa Pangeran Benawa bermaksud akan menyuntingnya
melalui Ragil, lalu ratu pun segera menemui Ragil di Bangsal Agung.
Saat bertemu dengan Ragil, anehnya Sri Pandan memandang wajah Ragil dengan tatapan
yang tajam seakan tak berkedip dengan senyum menawan dan langsung tertarik dengan Ragil,
dan tidak tertarik dengan Pangeran Benawa yang bermaksud akan menyuntingnya. Kemudian
Sri Pandan meminta Ragil untuk menjadi pendamping hidupnya. Pangeran Benawa marah
sekali melihat hal itu dari kaca benggala miliknya. Lalu Pangeran Benawa datang ke Negeri
Plosokuning menyeret Ragil dari depan Sri Pandan dan menghajar Ragil sampai badannya
bersimpah darah. Meskipun terkena bantingan, pukulan, ataupun tendangan badan Ragil tetap
segar dan tidak pernah membalas serangan dari Pangeran Benawa. Ia masih dapat berjalan dan
tidak mengeluh walau darah terus mengucur dari sekujur tubuhnya dan tenaga Ragil seperti
tenaga banteng yang tak mau menyerah dan semakin kuat. Maka dari itu, Pangeran Benawa
menyebut nama Ragil menjadi banteng dan langsung pergi meninggalkan Ragil begitu saja di
tengah hutan, dan menuju ke arah selatan Bukit Sumurpitu.
Untung Ragil yang terluka parah ditolong oleh Pangeran Sambong yang kemudian
diangkat menjadi anak. Nama Ragil pun diganti menjadi Raden Bagus Banteng. Setelah sehat,
Pangeran Sambong membekali pusaka Jalak Plangkang Kurungan yang akan membantu
menunjukkan keberadaan Benawa untuk membalas dendam Ragil kepada Pangeran Benawa.
Berkat bantuan pusaka Pangeran Sambong, akhirnya Ragil menemui Pangeran Benawa.
Terjadilah perkelahian yang sengit diantara Raden Bagus Banteng dan Pangeran Benawa.
Karena kecerobohan Ragil, pusaka tersebut masuk ke dalam kedung dan terjebak di perangkap
Pangeran Benawa di sebuah goa, Ragil pun panik dan tidak berani mengejar Benawa lagi. Lalu
Ragil pun segera memerintahkan prajurit menemui Pangeran Sambong untuk meminta bantuan
karena pusaka yang dipegang oleh Ragil telah hilang.
Mendengar berita hilangnya pusaka Jalak Plengkang Kurungan, Pangeran Sambong pun
mengkhawatirkannya dan langsung mengambil pusaka Sabuk Inten lalu menuju ke tempat
Ragil berkelahi. Dalam perkelahian itu Pangeran Benawa pun tewas atas bantuan dari Pangeran
Sambong. Tewasnya Pangeran Benawa menimbulkan dendam dihati para pengikutnya. Untung
saja pengikut itu tidak berhasil mencelakakan Raden Bagus Banteng dan Sri Pandan.
Tidak terima atas tewasnya Pangeran Benawa, maka salah satu patih dari Negeri Roban
Siluman dengan menemui Ki Rajegwesi untuk membantu membalaskan dendam kepada
Pangeran Sambong. Terjadilah perkelahian sengit antara Ki Rajegwesi dan Pangeran Sambong.
Akan tetapi, Ki Rajegwesi bukanlah tandingan yang sepadan dengan Pangeran Sambong.
Mengetahui Ki Rajegwesi berniat akan membunuhnya untuk membalaskan dendam
kematian Pangeran Benawa atas permintaan patih Negeri Roban Siluman, maka Pangerang
Sambong pun memberi empat syarat yang harus dipenuhi oleh Ki Rajegwesi. Yang pertama
buatkan liang lahat untuk Pangeran Sambong di Negeri Sambongan. Kedua, datangkan para
pengkhianat Negeri Sambong. Ketiga, jagalah harta milik Pangeran Sambong jangan sampai
ada yang boleh mengambilnya. Keempat, boyong anak dan istri Pangeran Sambong ke
padepokan kemangi. Setelah ketiga syarat dipenuhi oleh Ki Rajegwesi, Pangeran Sambong pun
mendadak menusukkan pusaka Sabuk Inten ke perutnya sendiri. Maka, tewaslah Pangeran
Sambong di tangannya sendiri.
Ada satu syarat yang belum terpenuhi yaitu Ki Rajegwesi harus memboyong anak dan
istri Pangeran Sambong ke padepokan kemangi, akan tetapi mereka melarikan diri dan Ki
Rajegwesi pun berusaha mencari mereka dan gagal dalam memenuhi syarat keempat dari
Pangeran Sambong.
Kejadian itu menimbulkan berbagai penderitaan bagi pengikut Pangeran Benawa dan
Pangeran Sambong, serta meninggalkan kenangan pahit yang tak mungkin terlupakan. Langit
pun kelabu diatas kali kuto.

Anda mungkin juga menyukai