Anda di halaman 1dari 14

DATA EPIDEMIOLOGI

Nomor Registrasi : 0002792


Nama : Tn. A.S
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Komp. Pasar Baru Yotefa, Abepura
Agama : Islam
Suku Bangsa : Bugis
Pendidikan : SMA
Status Pekerjaan : POLRI
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2018
Pemberi Informasi : Pasien

1
BAB I
LAPORAN PSIKIATRI

1.1 RIWAYAT PSIKIATRI

Berdasarkan:
- Autoanamnesis dan heteroanamnesis: Dilakukan pada tanggal 23 Januari 2018

1. Keluhan Utama
Autoanamnesa (Pasien) : merasa akan mati
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RS. Bhayangkara dengan diagnosa PTSD (post
traumatic stress disorder). Pasien baru pertama kali berobat ke poli RSJD Abepura
dengan keluhan sering merasa cemas, sering merasa seperti jantung berdebar-debar,
kepala pusing, keringat dingin, rasa seperti tercekik, pasien mengaku saat serangan
tersebut muncul tiba-tiba. Pasien juga merasa takut dan merasa seperti hampir mati.
Pasien juga merasa seperti ada yang terlepas atau keluar dari dalam tubuhnya. Gejala-
gejala ini biasa berlangsung sekitar 15 menit. Pasien mengaku mulai merasakan
gejala-gejala tersebut sudah sejak 7 bulan yang lalu saat paman pasien meninggal
dunia 3 hari setelah proses lamaran adik ipar pasien. Menurut pasien perjodohan adik
iparnya yang menyebabkan paman pasien meninggal.
Sejak kejadian itu pasien juga mengaku sering merasa sedih dan lemas dan juga
merasa tidak percaya diri. Saat serangan muncul pasien tidak dapat mengerjakan
aktivitas sehari-hari pasien baik di rumah maupun di kantor namun saat tidak terjadi
serangan pasien dapat melakukan aktivitasnya seperti biasa.
Pasien tidak mendengar adanya bisikan-bisikan atau bentuk halusinasi lainnya.
Istri pasien juga mengatakan tidak ada perubahan perilaku aneh lainnya pada pasien
seperti berteriak-teriak atau berbicara sendiri selain sering bersedih, merasa takut,
sulit bernapas dan penurunan minat untuk beraktivitas bila serangan itu muncul.
Pasien juga mengaku tidak merasa takut pada keramaian.
Saat perasaan sedih atau takut muncul pasien selalu berusaha untuk
mengalihkan pikirannya pada hal lain seperti berbincang-bincang dengan teman atau
keluarga atau bermain dengan anaknya namun tidak bisa.

2
3. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien :
- Anak : pasien mengaku sejak kecil tidak pernah sakit berat.
- Dewasa : pasien mengaku tidak pernah sakit berat
- Riwayat Trauma : tidak ada riwayat trauma
4. Riwayat Penggunaan Zat
Pasien tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi alkohol namun
merokok
5. Riwayat Keluarga
Pada keluarga tidak ada yang memiliki kondisi seperti pasien.

Genogram

Pasien merupakan anak ke


empat dari lima bersaudara.

Keterangan
Perempuan :
Laki-laki :
Pasien :

3
6. Riwayat Pribadi
1. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)
- Tidak ada masalah atau kelainan dalam kehamilan. Pasien dilahirkan dengan
usia kehamilan yang cukup bulan dan dilahirkan secara spontan, tanpa
kecacatan maupun trauma lahir. Semasa bayi, pasien mendapat ASI yang
cukup dan tidak memiliki masalah makan.
- Tumbuh kembang pasien sama dengan teman- teman sebayanya.
2. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 11 tahun)
Masa kanak-kanak pasien sesuai dengan teman-teman sebayanya. Menurut
pengakuan pasien gemar bermain bersama teman dan mempunyai banyak teman.
3. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
- Hubungan keluarga: Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya.
- Hubungan sebaya : pasien memiliki banyak teman
- Riwayat sekolah : pendidikan terakhir pasien SMA. Pasien tidak memiliki
permasalahan disekolah baik kepada guru maupun teman kelasnya.
- Perkembangan motorik dan kognitif : pasien tidak memiliki kesulitan saat
belajar.
- Masalah fisik atau emosional : tidak ada masalah.
4. Masa dewasa
- Riwayat pendidikan : pasien mengaku lulusan SMA
- Riwayat pekerjaan : POLRI
- Aktivitas sosial : Pasien mengaku mempunyai banyak teman dan sering
bergaul dengan teman-teman kantor dan tetangga sekitar tempat tinggal pasien.

4
1.2 STATUS GENERALIS
a. Pemeriksaan Fisik
KU : Tampak cemas
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 80 x/mnt
 Suhu : 36,7 C
 Respirasi : 22 x/mnt
Kulit : Tidak Ada Kelainan
Kepala : Tidak Ada Kelainan
 Mata : Tidak Ada Kelainan
 Hidung : Tidak Ada Kelainan Telinga
 Mulut dan tenggorokan : Tidak Ada Kelainan
Leher
 JVP : Tidak Ada Kelainan
 Struma : Tidak Ada Pembesaran
 KGB : Tidak Ada Pembesaran
Thoraks
 Paru - Paru : Tidak Ada Kelainan
 Jantung : Tidak Ada Kelainan

Abdomen : Tidak Ada Kelainan

Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan


Ekstremitas : Akral Hangat, Oedem (-/-)
Keadaan neurologis : Reflek Fisiologis (+), Reflek Patologis (-)

b. Pemeriksaan Laboratorium: tidak dilakukan

5
1.3 STATUS PSIKIATRIKUS
a. Kesadaran Compos Mentis Pasien secara sadar penuh terhadap
lingkungan serta memberikan reaksi yang
memadai.
b. Orientasi Orang : Baik Pasien mampu mengenali orang sekitarnya
dan datang bersama istri dan anaknya ke
rumah sakit bertemu dokter dan suster,
pasien mampu mengenal orang disekitar
pasien .
Tempat :baik Pasien mengatakan ini adalah poli rumah
sakit jiwa abepura.
Waktu : baik Pasien tepat dalam menyebutkan waktu: hari
selasa, 23 Januari 2018 pada siang hari.
c. Penampilan Cukup bersih, Pasien laki-laki, tinggi badan ± 170 cm, BB:
menggunakan pakaian 78 kg, berkulit sawo matang, memakai baju
sesuai usia pasien kaos warna hitam, celana jeans pendek.
d. Roman muka Appropriate Ekspresi wajah pasien sesuai dengan emosi
yang ditunjukkan
e. Perilaku Kontak : Ada Pasien melihat orang yang mengajaknya
terhadap bicara. Pasien menjawab saat ditanya.
pemeriksa Rapport : Adekuat Pasien menjawab pertanyaan yang
ditanyakan dengan nyambung.
Sikap terhadap Pasien mau menjawab pertanyaan yang di
pemeriksa : Kooperatif ajukan pemeriksa. Jika ditanya jawabannya
pasien diutarakan sesuai pertanyaan.
f. Atensi Baik Pasien fokus pada setiap pertanyaan yang
diberi dan menjawab pertanyaan dengan
baik, dengan penjelasan yang cukup.
g. Bicara Artikulasi : jelas Intonasi ucapan terdengar jelas
Kecepatan bicara : Pasien menjawab pertanyaan dengan
normal perlahan dan tidak terlalu cepat.
h. Emosi Mood :Disforia Suasana perasaan pasien yang tidak
menyenangkan (cemas).

6
Afek : Appropriate Pada pasien dapat dilihat ekspresi emosi
sesuai dengan pembicaraan.
i. Persepsi Ilusi :tidak ada
Halusinasi :tidak ada
Depersonalisasi: ada Saat serangan pasien merasa ada yang
keluar/terlepas dari tubuhnya
j. Pikiran Bentuk : Realistik Pasien menjelaskan siapa dirinya sesuai
dengan kenyataan secara keseluruhan.
Isi : Waham (-)
Arus : koherensia Kalimat pembicaraan pasien dapat dipahami
k. Memori & Konsentrasi :Baik Pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan.
fungsi kognitif Memori :Baik Pasien mengingat kejadian dengan baik dari
masa kanak-kanak hingga dewasa.
l. Tilikan Tilikan IV Pasien menyadari dirinya sakit dan butuh
bantuan namun tidak memahami penyebab
sakitnya.

1.4 FORMULASI DIAGNOSIS


- Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan pasien ditemukan
adanya masalah yang muncul yang mengakibatkan perubahan sikap, perilaku dan
emosi pada pasien. Perubahan pola perilaku dan psikologis pada pasien saat ini
memenuhi kriteria diagnostik F41.0 Gangguan Panik (Anxieta Paroksismal
Episodik) berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Gangguan Jiwa di Indonesia.

a. Diagnosis Banding :
- Gangguan cemas menyeluruh
b. Diagnosis multiaxial
 Axis I : F41.0 Gangguan Panik (Anxieta Paroksismal Episodik)
 Axis II : Tidak ada
 Axis III : Tidak ada
 Axis IV : Tidak ada

7
 Axis V : GAF 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik, masih dapat beraktivitas dan
produktif)

1.5 RENCANA TERAPI


a. Farmakologis
- Alprazolam 0,5 mg 3x1/hari
b. Psikoterapi
c. Sosioterapi

1.6 PROGNOSIS
a. Ad vitam : bonam
b. Ad fungsionam : bonam
c. Ad sanationam : dubia at bonam

8
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana mendiagnosis kasus ini?


Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV (DSM IV)
diagnosis serangan panik adalah : Adanya satu periode ketakutan sangat hebat atau
kegelisahan dimana 4 (empat) atau lebih gejala-gejala dibawah ini dapat ditemukan
dan mencapai puncaknya dalam waktu 10 menit :
1. Palpitasi, jantung terasa berat dan peningkatan denyut jantung.
2. Keringat banyak.
3. Menggigil atau gemetaran.
4. Perasaan nafasnya pendek atau tertahan-tahan.
5. Merasa tercekik.
6. Nyeri dada.
7. Mual atau rasa tidak nyaman diperut.
8. Merasa pusing, goyang / hoyong, kepala terasa ringan atau nyeri.
9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita), atau depersonalisasi (merasa terpisah dari
diri sendiri).
10. Takut kehilangan kendali diri atau menjadi gila.
11. Takut mati
12. Parestesia (menurunnya sensasi).
13. Merasa kedinginan atau merah kepanasan.
Diagnosis Gangguan Panik menurut DSM IV adalah :
A. Harus ada 1 dan 2 kriteria dibawah ini :
1. Adanya Serangan Panik yang tidak diharapkan secara berulang-ulang.
2. Paling sedikit satu Serangan Panik diikuti dalam jangka waktu 1 bulan (atau
lebih) oleh satu (atau lebih) keadaan-keadaan berikut :
a) Kekhawatiran yang terus menerus tentang kemungkinan akan mendapat
serangan panik.
b) Khawatir tentang implikasi daripada serangan panik atau akibatnya (misal:
hilang kendali diri, mendapat serangan jantung atau menjadi gila).
c) Adanya perubahan yang bermakna dalam perilaku sehubungan dengan
adanya serangan panik.
B. Ada atau tidak adanya agorafobia.
9
C. Serangan Panik tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari satu zat (misal:
penyalahgunaan zat atau obat-obatan) atau kondisi medis umum (hipertiroid).
D. Serangan Panik tidak bisa dimasukkan pada gangguan mental emosional lain.
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama
bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus
ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat dalam masa kira-kira satu
bulan :
1. Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya.
2. Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situation)
3. Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala anxietas pada periode diantara
serangan-serangan panik (meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga
“anxietas antipsikotik” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu
yang mengkhawatirkan akan terjadi.

2.2 Apa saja diagnosa banding dalam kasus ini?


- Gangguan Cemas Menyeluruh
Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR :
1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,
sepanjanghari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau
kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya
3. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini
(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak
terjadi selama enam bulan terakhir).
Catatan : hanya satu nomor yang diperlukan pada anak :
a) Kegelisahan
b) Merasa mudah lelah
c) Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
d) Iritabilitas
e) Ketegangan otot
f) Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan
tidakmemuaskan)

10
4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I, misalnya
kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan panik
(seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum (seperti pada fobia
sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh
dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan anxietas perpisahan),
penambahan berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik
berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius
(seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi
semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.
5. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang
bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
6. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya
hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III sebagai


berikut:
1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas
atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free
floating” atau “mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit
konsentrasi, dan sebagainya);
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-
debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan
sebagainya).
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan
(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan cemas
11
Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode
depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau
gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).

2.3 Bagaimana penatalaksanaan pasien dalam kasus ini?


a. Farmakologis

PENGGOLONGAN
1. Obat Anti-Panik TRISIKLIK, e.g. Imipramine, Clomipramine.
2. Obat Anti-Panik BENZODIAZEPINE, e.g. Alprazolam
3. Obat Anti-Panik RIMA (Reversible Inhibitors of Monoamine Oxydase-A), e.g.
Moclobemide
4. Obat Anti-Panik SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors), e.g.
Sertraline, Fluoxetine, Paroxetine, Fluvoxamine, Citalopram.

Efek samping obat Anti-Panik golongan TRISIKLIK dapat berupa :


 Efek anti-histaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)
 Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria,
penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual, sinus takikardia, dll)
 Efek anti-adrinergik alfa (perubahan EKG, hipotensi ortostatik)
 Efek neurotoksis (tremor halus, kejang-epileptik, agitasi, insomnia) Oleh karena
itu sebelum penggunaan obat perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium
yang teliti, terutama fungsi hati dan ginjal serta pemeriksaan EKG dan EEG,

12
untuk mencegah pengaruh buruk dari efek samping obat tersebut (khususnya pada
penderita usia lanjut, anak-anak dengan riwayat kejang). “Lethal Dose” Trisiklik
Imipramine lebih dari 1-2 gram/hari (lebih kecil pada anakanak dan usia lanjut,
atau yang sudah ada penyakit organik sebagai penyulit). Jumlah tersebut sekitar
10 kali “therapeutic dose” maka itu tidak bioleh memberikan obat dalam jumlah
besar kepada penderita gangguan panik yang disertai gejala depresi (tidak lebih
dari dosis seminggu), dimana penderita seringkali sudah ada pikiran untuk bunuh
diri. Pada keadaan overdosis dapat terjadi Intoksikasi Trisiklik dengan gejala-
gejala eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, “toxic confusional state”
(confusion, delirium, disorientation). Lihat Bab obat anti-derpesi, “Atropine Toxic
Syndrome”.
Obat pilihan pada diagnosis ini adalah golongan Benzodiazepine yaitu
Alprazolam, dipilih karena awitan kerjanya cepat. Dikonsumsi biasanya antara 4-6
minggu. Setelah itu secara perlahan-lahan diturunkan dosisnya sampai akhirnya
dihentikan.
b. Psikoterapi:
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya agar
pasien memahami kondisi dirinya dan memahami cara menghadapinya serta
memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur
c. Sosioterapi:
Memberi penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang
keadaan pasien dan menciptakan lingkungan yang kondusif

13
DAFTAR PUSTAKA

Sadock, Benjamin J, Virgina A. Kaplan & Sadoc’k Synopsis Of Psychiatry:


Behavioral/ Clinical Psyciatry. 10th Edition. New York. Lippincot
William & Wilkins. 2007. P.777-858

Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III,


pedomandiagnostik F30-39 : Gangguan Suasana Perasaan/Mood
(GangguanAfektif). Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya.2001. H.58-69

Kaplan, Harold I, Benjamin J. Sadock, ahli bahasa Wicaksana M. Ilmu


Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Binapura Aksara. 2002. h73-8

14

Anda mungkin juga menyukai