Anda di halaman 1dari 3

DEFINISI

Pada saat lahir, tali pusat di klem atau diikat. Dalam beberapa hari kemudian akan mengerut, kering
dan lepas. Area bekas tempatnya melekat sembuh dan membentuk umbilikus atau pusat. Kadang-
kadang bakteri memasuki tempat ini dan terjadi suatu infeksi yang disebut omfalitis (Hamilton,
1995). Omfalitis diartikan sebagai eritema (merah, bengkak, dan/ atau panas) pada kulit perut di
sekitar umbilikal dengan jarak lebih dari 5mm dari umbilikus (Janssen, 2003).

ETIOLOGI

Radang pada daerah umbilikus, yang mungkin disebabkan oleh bakteri piogen, serius terutama
karena adanya bahaya penyebaran hematogen atau peluasan ke hati atau peritoneum (Behrman et
al., 1999). Organisme penyebab infeksi umbilikus adalah Staphylococcus aureus, Eschericia coli atau

Sreptococcus grup B (Cunningham et al., 2009).

EPIDEMIOLOGI

Keadaan ini sangat umum ditemukan di negara berkembang,sekitar tiga perempat kasus disebabkan
oleh polymicrobial. Pemantauan tentang penyebab omfalitis ini sangat penting karena isu perawatan
tali pusat saat ini adalah perawatan kering tanpa penggunaan antiseptik secara rutin (Gallagher,
2000). Laporan terbaru dari Janssen (2003) menyebutkan terjadi peningkatan angka kematian bayi
dari 59% menjadi 85% akibat omfalitis.

PATOFISIOLOGI

Infeksi adalah proses saat organismeyang mampu menyebabkan penyakit masuk kedalam tubuh atau
jaringan dan menyebabkan trauma atau kerusakan. Pada saat terjadinya bakteri pada daerah
umbilikus dibutuhkan:

a. Inokulum bakteri, (biasanya 100.000 organisme per ml eksudat atau per gram jaringan, atau per
mm2 daerah permukaan.

b. Lingkungan yang rentan terhadap bakteri (air, elektrolit, karbohidrat, hasil pencernaan protein dan
darah).

c. Hilangnya resistensi pejamu terhadap infeksi (sawar fisik yang terganggu, respon biokimiawi/
humoral yang menurun, respon selular yang menurun)

Selain itu bakteri juga mempunyai sekresi yang dapat menimbulkan beberapa efek. Senyawa
yang dikeluarkan adalah sebagai berikut:

a. Enzim (misalnya hemolisin, streptokinase, hialuronidase)

b. Eksotoksin (dilepaskan oleh bakteri intak terutama Gram positif misalnya tetanus)

c. Endotoksin (lipopolisakarida (LPS) dilepaskan dari dinding sel saat kematian bakteri.

Infeksi juga memiliki perjalanan alamiah seperti:

a. Timbulnya respon inflamasi (rubor/ kemerahan, tumor/ pembengkakan, dolor/ nyeri, kalor/panas)
b. Resolusi: reaksi inflamasi menetap dang menghilang, langsung kejaringan sekitar, sepanjang
daerah jaringan luka, melalui system limfatik (limfangitis) , melalui aliran darah

c. Pembentukan abses: terkumpulnya pus pada satu tempat

d. Organisasi: jaringan granulasi, fibrosis, jaringan parut

e. Infeksi yang kronis: menetapnya organisme pada jaringan menimbulkan respon inflamasi kronis.

D. GEJALA KLINIS

Daerah umbilikus basah, berbau dan mengeluarkan sedikit cairan. Area disekitar umbilikus menjadi
bengkak. Cairan yang dikeluarkan meningkat, baunya meningkat dan pasien juga mengalami
demam Karen terjadinya infeksi (Hamilton, 1995). Manifestasi umum penyakit mungkin
minimal (eritema periumbilikalis), walaupun telah terjadi septikimia atau hepatitis (Behrman et al.,
1999). Bayi yang terinfeksi tali pusatnya, pada tempat tersebut biasanya akan mengeluarkan nanah
dan pada bagian sekitar pangkal tali pusat akan terlihat merah dan dapat disertai dengan edema.
Pada keadaan yang berat infeksi dapat menjalar ke hati (hepar) melalui ligamentum falsiforme dan
menyebabkan abses yang berlipat ganda. Pada keadaan menahun dapat terjadi granuloma
pada umbilikus. Jika tali pusat bayi bernanah atau bertambah bau, berwarna merah, panas,
bengkak, dan ada area lembut di sekitar dasar tali pusat seukuran uang logam seratus rupiah, ini
merupakan tanda infeksi tali pusat (Gallagher, 2000).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanda – tanda paling dini dari infeksi ini tidak boleh dispelekan sediaan apus untuk pemeriksaan
kultur serta test sensitivitas harus segera dikerjakan (Cunningham et al., 2009). Hasil apus pus
omfalitis adalah bakteri batang Gram negative, sesuai dengan pola kuman yang sering menginfeksi
bayi baru lahir (Janssen, 2003).

F. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

a. Selulitis pada dinding abdomen anterior

b. Septicemia neonatal

c. Luka bakar pada perut

G. DIAGNOSA

Kasus infeksi umbilikus pada bayi yang baru lahir mungkin tidak memperlihatkan tanda-tanda infeksi,
sehingga diagnosis tidak mudah ditegakkan (Cunningham et al., 2009).

H. PENATALAKSANAAN

Mandi atau pemakaian triple dye setiap hari pada pangkal tali pusat dan kulit sekitarnya dapat
mengurangi insidens infeksi umbilikus. Pengobatan meliputi terapi antibakteri segera dan jika ada
pembentukan abses dilakukan irisan dan drainase bedah (Behrman et al., 1999).Pemberian antibiotik
lokal (misalnya semprotan Neotracin) harus dimulai secepat mungkin disamping pemberian
antibiotic sistemik (Farrer, 1999). Pada perawatan umbilkus harus dialkukan tindakan aseptik yang
keta. Sebagian dokter memberikan salep basitrasin atau triple dye. Providone – Iodium

yang dioleskan setiap hari juga efektif (Cunningham et al., 2009).

I. KOMPLIKASI

Flebitis vena porta dapat terjadi, yang nantinya mengakibatkan hipertensi porta ekstrahepatik
(Behrman et al., 1999). Infeksi umbilikus yang berat (omfalitis) pada neonatus dapat
menyebabkan kematian (Farrer, 1999). Selain itu kegagalan organ, thrombosis vena porta dan
mionekrosis merupakan komplikasi dari infeksi umbilicus (Janssen, 2003).

DAFTAR PUSTAKA

Berhman, R.E; Kliegman, R.M dan Arvin, A.M. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15 volume 1
dan 2. Jakarta : EGC

Helen Farrer., 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC, 187

Cunningham, Gary F. 2009. Obstetri Williams edisi 21 volume 1. Jakarta : EGC.

Janssen, Patricia A. et al. 2003. To Dye or Not to Dye: A Randomized, Clinical Trial of a Triple
Dye/Alcohol Regime Versus Dry Cord Care. PEDIATRICS, Vol. 111, No. 1: 15-20. Diakses dari

http://pediatrics.aappublications.org/cgi/reprint/111/1/15.pdf. Tgl 13 April 2013

Gallagher, Patrick G. 2000, Last Updated: August 18, 2006. Omphalitis. Diakses dari
http://www.emedicine.com/ped/topic1641.htm. Tgl 14 April 2013 Hamilto, M.P. 1995. Dasar - dasar
Keperawatan Maternitas Edisi 6.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai