Anda di halaman 1dari 2

Mantan narapidana ialah seseorang yang pernah melakukan tindak kejahatan dan

menyebabkan kerugian bagi masyarakat baik itu kerugian secara ekonomi, psikologis
maupun sosial. Lembaga Pemasyarakatan adalah bentuk pidana penjara yang berfungsi
sebagai wadah untuk belajar kembali (resosialisasi) bagi narapidana untuk mempersiapkan
diri mereka baik secara fisik maupun mental untuk terjun kembali kemasyarakat dengan
baik serta dapat berperan wajar dengan masyarakat lainnya. Laminatang (1984, hlm. 181)
menyatakan bahwa:
Lembaga-lembaga pemasyarakatan bukan saja sebagai tempat untuk semata- mata
memidana orang, tetapi sebagai tempat untuk membina dan mendidik orang-orang
terpidana, agar mereka setelah selesai menjalankan pidananya, mempunyai kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di luar lembaga pemasyarakatan sebagai warga
negara yang baik dan taat pada hukum yang berlaku.
Berdasarkan hal tersebut, penjatuhan hukuman pidana kepada pelaku kejahatan sudah
sepatutnya diberikan untuk membina dan mendidik kembali para pelaku kejahatan, sehingga
mereka menyadari kesalahan yang mereka perbuat dan tidak mengulanginya kembali di
kemudian hari.
Mantan narapidana memiliki harapan untuk dapat berinteraksi dan menjalani
kehidupan yang lebih baik bersama masyarakat selepas masa tahanannya. Namun,
penerimaan kembali mantan narapidana oleh masyarakat bukanlah perkara mudah. Sebagai
orang yang pernah melakukan kejahatan, tentu pemberian stigma negatif dari masyarakat
menimbulkan ketakutan bagi mantan narapidana untuk berbaur kembali di tengah
masyarakat.
Mantan narapidana sebagai orang yang pernah melakukan pelanggaran terhadap
norma tentu tidak lepas dari perhatian masyarakat. Masyarakat tersebut yang masih
menyimpan pertanyaan, apakah mantan narapidana tersebut sudah benar- benar berubah
dari segala kesalahan masa lalunya? Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang akan
menimbulkan pandangan atau stigma negatif dari masyarakat tempat mantan narapidana
tersebut tinggal. Stigma negative tersebut akan diberikan oleh masyarakat yang masih takut
dan belum percaya akan perubahan mantan narapidana setelah keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Stigma negative dari masyarakat terhadap mantan narapidana
mengakibatkan munculnya sikap pesimis bagi mantan narapidana. Seperti yang dipaparkan
dalam jurnal If One Doesn’t Get You Another One Will”: Formerly
Incarcerated Persons’ Perceptions of Discrimination oleh Thomas Lebel (2011)
vol.20 no.10. Lebel (2011) menyimpulkan jika “ada permasalahan sosial tentang stigma dan
diskriminasi kepada tahanan, yaitu ketika kategori individu mencoba beradaptasi, maka
yang ditemui ialah diskriminasi dan konsekuensi yang dihadapi ialah ketidakpercayaan,
kebencian, dan permusuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ratusan tahanan dirilis
setiap tahun dan mereka menemukan bahwa diri mereka diskriminasi.” Sikap pesimistis
dapat memunculkan kecanggungan bagi mantan narapidana untuk menjalani kehidupan di
masyarakat. Rasa kecanggungan itu memungkinkan mantan narapidana kembali melakukan
tindakan kejahatan karena mereka merasa ditolak oleh masyarakat. Walaupun demikian,
tidak sedikit mantan narapidana yang mampu beradaptasi kembali di lingkungan masyarakat
untuk mengubah stigma bahwa tidak semua mantan narapidana selalu menjadi orang jahat.
Oleh karena itu, seorang narapidana seharusnya mampu beradaptasi kembali dengan
masyarakat sekitarnya.
Adaptasi terhadap sosial dan budaya ialah salah satu proses sosial yang diperlukan
dalam kehidupan sosial. Hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi sosial mantan
narapidana baik dengan individu lain maupun dengan kelompok lain. Adaptasi sosial
adalah salah satu bentuk penyesuaian diri dalam lingkungan sosial. Gerungan (2009, hlm.
59) mengungkapkan penyesuaian dapat bermakna:
Mengubah diri pribadi sesuai dengan keadaan lingkungan atau bermakna mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan pribadi. Adaptasi sosial akan terjadi pada
individu yang datang pada kelompok sosial yang berbeda dengan kondisi sosial
daerah asalnya sehingga mengharuskannya melakukan adaptasi sosial untuk
melakukan interaksi dengan kondisi lingkungan kelompok sosial yang baru
tersebut.

Sejalan dengan pendapat Gerungan tersebut, Azani (2012) dalam jurnal yang
Gambaran Psychlogical Well-Being Mantan Narapidana vol 1, no. 1 mengenai enam
dimensi dalam psikologi dari mantan narapidana selepas keluar dari lembaga
pemasyarakatan. Azani (2012) menjelaskan bahwa “setiap mantan narapidana yang lepas
menjalani masa tahanan akan mendapatkan tekanan secara psikologis dan memaksa mereka
untuk berubah sertaberadaptasi dengan lebih baik lagi sebagai masyarakat.”
Memiliki kehidupan yang harmonis dan berhubungan baik dengan masyarakat
adalah dambaan bagi setiap orang terutama mantan narapidana. Hal tersebut didambakan
karena sejatinya sebagai makhluk sosial, mantan narapidana juga membutuhkan pengakuan
atas keberadaannya di tengah masyarakat. Oleh karena itu, proses
adaptasi yang baik di dalam masyarakat itulah yang nantinya akan mampu mengubah stigma
negatif masyarakat terhadap mantan narapidana.
Banyak kasus kejahatan yang ada di dalam masyarakat, beberapa kasus yang
dianggap sangat meresahkan diantaranya adalah pembunuhan, perampokan dan narkotika.
Kasus-kasus tersebut merupakan kasus yang dianggap sangat berbahaya dan sering terjadi di
tengah-tengah masyarakat. Keterlibatan individu ke dalam kasus tersebut dapat
memungkinkan penolakan dan pandangan negatif dari masyarakat. Hal itu karena semakin
berat kasus kejahatan yang dilakukan individu maka semakin berat pula penerimaan dirinya
di tengah masyarakat. Selain itu, perbedaan latar belakang kehidupan dan kasus kejahatan
dari individu akan sangat memengaruhi mereka dalam beradaptasi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pola Adaptasi Mantan Narapidana dalam Kehidupan
Bermasyarakat”.

Anda mungkin juga menyukai