Anda di halaman 1dari 10

https://www.facebook.

com/BankDonorOrganIndonesia/posts/728864997194989
TRANSPLANTASI
Menurut pandangan agama
Dan aturan hukum
Di dalam dunia kedokteran, transplantasi (pencangkokan) dapat diartikan sebagai usaha
memindahkan sebagian dari bagian tubuh (jaringan atau organ) dari satu tempat ke tempat lain. Dari
pengertian tersebut transplantasi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Transplantasi jaringan
seperti pencangkokan kornea mata.
Transplantasi organ seperti pencangkokan ginjal, jantung, dan sebagainya Berdasarkan hubungan
genetik antara donor dengan resipien. Teknik transplantasi, dimungkinkan untuk memindahkan
suatu organ atau jaringan tubuh manusia yang masih berfungsi baik, baik dari orang yang masih
hidup maupun yang sudah meninggal, ke tubuh manusia lain.
Dalam penyembuhan suatu penyakit, adakalanya transpalntasi tidak dapat dihindari dalam
menyelamatkan nyawa si penderita. Dengan keberhasilan teknik transplantasi dalam usaha
penyembuhan suatu penyakit dan dengan meningkatnya keterampilan dokter – dokter dalam
melakukan transplantasi, upaya transplantasi mulai diminati oleh para penderita dalam upaya
penyembuhan yang cepat dan tuntas. Untuk mengembangkan transplantasi sebagai salah satu cara
penembuhan suatu penyakit tidak dapat bagitu saja diterima masyarakat luas. Pertimbangan etik,
moral, agama, hukum, atau social budaya ikut mempengaruhinya.
Transplantasi berasal dari bahasa Inggris to transplant, yang berarti to move from one place to
another, bergerak dari satu tempat ke tempat lain.
Adapun pengertian menurut ahli ilmu kedokteran, Transplantasi ialah pemindahan jaringan atau
organ dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Yang dimaksud Jaringan disini ialah kumpulan sel-
sel (bagian terkecil dari individu) yang sama dan mempunyai fungsi tertentu. Yang dimaksud dengan
Organ ialah kumpulan jaringan yang mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan
yang mempunyai fungssi tertentu, seperti jantung, hati, dan lain-lain. (Solusi Problematika Aktual
Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484)
Transplantasi ialah pemindahan organ tubuh yamg masih mempunyai daya hidup sehat untuk
menggantikan organ tubuh yang tidak sehat dan tidak berfungsi lagi dengan baik. Dengan rumusan
lain Transplantasi ialah pemindahan (pencangkokan) alat dan atau jaringan tubuih manusia (hewan)
yang masih berfungsi untuk menggantikan organ tubuh resipien yang sudah tidak berfungsi, dalam
rangka pengobatan atau upaya penyelamatan pihak resipien yang masih bisa ditolong.
MACAM-MACAM TRANSPLANTASI :
1. Dilihat dari segi mana transplantasi diperoleh, maka dapat dibedakan sbb :
a. Pencangkokan organ tubuhnya sendiri (ototransplantasi), artinya organ yang dicangkokan dari
tubuhnya sendiri, seperti mengambil kulit kepala atau paha untuk dipindahkan ke tangan dsb.
b. Pencangkokan organ tubuh manusia yang satu kepada manusia yang lainnya.
c. Pencangkokan tubuh hewan kepada manusia (heterotransplantasi), seperti dari simanse kepada
manusia.
Mengenai pencangkokan tubuh manusia yang satu kepada manusia yang lainnya dapat
diklasifikasikannya menjadi 3 (tiga) tipe :
a. Donor dalam keadaan hidup sehat.
b. Donor dalam keadaan hidup koma.
c. Donor dalam keadaan mati.
Sedangkan pencangkokan dari organ tubuh hewan dapat dibedakan menjadi
a. Hewan yang najis.
b. Hewan yang suci.
Dilihat dari segi dasar motif transplantasi dapat dibedakan :
a. Penyembuhan penyakit kronis yang mengancam jiwa.
b. Pemulihan cacat tubuh / praktek kedokteran.
c. Hanya ingin memperoleh kenikmatan dan pemuasan individual semata.
Melihat dari pengertian diatas, kita bisa membagi transplantasi itu pada 2 (dua) bagian :
1. Transplantasi Jaringan, seperti pencangkokan cornea mata.
2. Transplantasi Organ, seperti pencangkokan ginjal, jantung dan sebagainya.
Melihat dari hubungan genetik antara donor (pemberi jaringan atau organ yang ditransplantasikan)
dan resipien (orang yang menerima pindahan jaringan atau organ), ada 3 (tiga) macam
pencangkokan, yaitu :
1. Auto Transplantasi, yaitu transplantasi dimana donor resipiennya satu individu.
Seperti seorang yang pipinya dioperasi, untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging
dari bagian badannya yang lain dalam badannya sendiri.
2. Homo Transplantasi, yakni dimana transplantasi itu si donor dan resipiennya individu
yang sama jenisnya, (jenis disini bukan jenis kelamin, tetapi jenis manusia dengan
manusia). Pada homo transplantasi ini bisa terjadi donor dan resipiennya dua
individu yang masih hidup; bisa juga terjadi antara donor yang telah meninggal dunia
yang disebut cadaver donor, sedang resipien masih hidup.
3. Hetero Transplantasi, yaitu donor dan resipiennya dua individu yang berlainan
jenisnya, seperti transplantasi yang donornya adalah hewan sedangkan resipiennya
manusia. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484)
Pada kasus auto transplantasi hampir selalu tidak pernah mendatangkan reaksi penolakan,
sehingga jaringan atau organ yang ditransplantasikan hampir selalu dapat dipertahankan oleh
resipien dalam jangka waktu yang cukup lama.
Pada homo transplantasi dikenal adanya 3 (tiga) kemungkinan :
1. Apabila resipien dan donor adalah saudara kembar yang berasal dari satu telur, maka
transplantasi hampir selalu tidak menyebabkan reaksi penolakan. Pada golongan ini
hasil transplantasinya serupa dengan hasil transplantasi pada auto transplantasi.
2. Apabila resipien dan donor adalah saudara kandung atau salah satunya adalah orang
tuanya, maka reaksi penolakan pada golongan ini lebih besar daripada golongan
pertama, tetapi masih lebih kecil daripada golongan ketiga.
3. Apabila resipien dan donor adalah dua orang yang tidak ada hubungan saudara, maka
kemungkinan besar transplantasi selalu menyebabkan reaksi penolakan.
Pada waktu sekarang homo transplantasi paling sering dikerjakan dalam klinik, terlebih-lebih dengan
menggunakan cadaver donor, karena :
1. Kebutuhan organ dengan mudah dapat dicukupi, karena donor tidak sulit dicari.
2. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat pesat, terutama dalam bidang
immunologi, maka reaksi penolakan dapat ditekan seminimal mungkin.
Pada hetero transplantasi hampir selalu menyebabkan timbulnya reaksi penolakan yang sangat
hebat dan sukar sekali diatasi. Maka itu penggunaannya masih terbatas pada binatang percobaan.
Tetapi pernah diberitakan adanya percobaan mentransplantasikan kulit babi yang sudah di-
iyophilisasi untuk menutup luka bakar yang sangat luas pada manusia. Sekarang hampir semua
organ telah dapat ditransplantasikan, sekalipun sebagian masih dalam taraf menggunakan binatang
percobaan, kecuali otak, karena memang tehnisnya sulit. Namun demikian pernah diberitakan
bahwa di Rusia sudah pernah dilakukan percobaan mentransplantasikan “kepala” pada binatang
dengan hasil baik. (Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, HL. 484-485)
MACAM-MACAM DONOR TRANSPLANTASI
1. TRANSPLANTASI AUTOLOGUS, yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain dalam tubuh
itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi.
2. TRANSPLANTASI ALOGENIK, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang sama
spesiesnya, baik ada hubungan keluarga atau tidak.
3. TRANSPLANTASI SINGENIK, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang identik,
misalnya pada kasus kembar identik.
4. TRANSPLANTASI XENOGRAFT, yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain yang tidak sama
spesiesnya.
HUKUM TRANSPLANTASI ORGAN
1. Transplantasi organ dari donor yang masih hidup, hukumnya boleh-boleh saja ( mubah / jaiz)
dengan syarat :
a. Tidak mafsadat / membahayakan bagi dirinya.
b. Si pendonor sudah baligh dan berakal serta berdasar atas sukarela.
c. Organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menentukan
kelangsungan hidup penyumbang, seperti jantung, hati dan kedua paru-paru.
d. Tidak boleh menyumbangkan dua atau satu buah testis (buah dzakar), karena sel-
sel kelamin yang terdapat dalam organ-organ reproduktif – yaitu testis pada laki-
laki dan indung telur pada perempuan– merupakan substansi yang dapat
menghasilkan anak. Islam mengharamkan pencampuradukan / penghilangan
nasab.(DR. Yusuf Qordhowi, Fatwa-fatwa Kontemporer )
2. Transplantasi dari donor yang telah meninggal.
Ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ada yang mengharamkan dan ada yang menghalalkan,
seperti halnya pendapat DR. Yusuf Qordhowi yang menyatakan boleh, dalam bukunya; Fatwa-fatwa
Kontemporer.
3. Bagaimana hukumnya memberikan donor organ kepada orang non-muslim ?.
Boleh. Asal bukan orang kafir harby dan bukan orang murtad.
4. Bolehkah memperjual-belikan organ tubuh ?. Tidak boleh.
5. Bolehkah mewasiatkan organ tubuh setelah mati ?. Boleh.
6. Bolehkah seorang wali atau ahli warits mendonorkan sebagian organ tubuh mayit ?. Boleh.
Kecuali jika si mayit pernah berwasiat untuk tidak mendonorkan organ tubuhnya.
7. Bolehkah mencangkokkan organ tubuh orang non-muslim kepada orang muslim ?. Boleh dan
tidak ada larangan.
8. Bolehkah mencangkokkan organ binatang najis ke tubuh orang muslim ?. Boleh, jika memang
darurat.
( Alasan-alasan hukum selengkapnya, mulai pertanyaan no. 1 s/d 8 bisa Anda perhatikan dalam
buku “Fatwa-fatwa Kontemporer”, karya DR. Yusuf Qordhowi ).
Pandangan 5 (lima) agama di Indonesia tentang Transplantasi Organ pada umumnya
“diperbolehkan” dan sangat dianjurkan, karena merupakan sumbangan kemanusiaan yang sangat
terpuji dan merupakan wujud kasih sayang sesama manusia.
Hukum yang Berhubungan dengan Motif dilakukannya Transplantasi :
1. Apabila transplantasi dilakukan dengan tidak ada hajat syar’I, yakni untuk pengobatan, maka
hukumnya haram. Sebab ada unsur “taghoyyurul khilqoh” (perubahan ciptaan) dan dikhawatirkan
mencerminkan sikap tidak rela menerima taqdir Illahi.
2. Apabila ada hajat syar’iyyah, umpamanya transplantasi organ tubuh dengan tujuan untuk
memulihkan cacat/penyakit yang menyempitkan kehidupan, yang termasuk masalah hajiyah
(primer), maka hukumnya boleh dengan urutan syarat-syarat sbb:
a. Diambilkan dari hewan, selain manusia.
b. Diambil dari dirinya sendiri, dengan ketentuan tidak membahayakan.
c. Diambilkan dari manusia yang sudah mati yang martabatnya lebih rendah,
kemudian yang sederajat.
3. Apabila transplantasi organ tubuh dengan tujuan menghindari kematian, untuk menyelamatkan
nyawa seseorang, maka hal ini adalah termasuk unsur dhoruriyat, yakni unsur primer dalam
kehidupan manusia, seperti seseorang yang menderita penyakit jantung atau ginjal yang sudah
mencapai stadium gawat, maka ia dapat mati sewaktu-waktu. Karenanya boleh dilakukan
transplantasi atas dasar keadaan darurat.
( Saifuddin Mujtaba, al-Masailul Fiqhiyah, Rausyan Fikr, Jombang, 2009. HL. 317 )
Transplantasi Menurut Islam
Pandangan 5 (lima) agama di Indonesia tentang Transplantasi Organ pada umumnya
“diperbolehkan” dan sangat dianjurkan, karena merupakan sumbangan kemanusiaan yang sangat
terpuji dan merupakan wujud kasih sayang sesama manusia.
TRANSPLANTASI MENURUT PROTESTAN
Hal itu tertulis dalam Kitab Matius 22:38-39:
Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap akal budimu. Kasihilah sesama
manusia seperti dirimu sendiri.
Transplantasi Menurut Kristen
Pada umumnya Gereja memperkenankan transplantasi organ tubuh, adalah Injil Kehidupan,
menurut pandangan Iman Kristen transplantasi organ merupakan salah satu bentuk perbuatan yang
terpuji karena dapat membantu orang yang kesehatan tubuhnya terganggu atau sakit dan juga ingin
menyelamatkan jiwa seseorang. Apabila donor organ tubuh adalah seorang yang telah meninggal
dunia, maka tidak timbiul masalah normal. Seorang yang mungkin berkehendak untuk mendonorkan
tubuhnya dan memperuntukkannya bagi tujuan-tujuan yang berguna, yang secara moral tidak
bercela dan bahkan luhur dan punya keinginan untuk menolong orang yang sakit dan menderita
maka keputusan ini tidak dikutuk melainkan dibenarkan. Kaitan transplantasi organ menurut Firman
Tuhan :
Kejadian 2 : 21 – 22 , lalu Tuhan Allah membuat manusia itu tidur nyenyak, ketika ia tidur, Tuhan
Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.
TRANSPLANTASI MENURUT KATOLIK
Pencangkokan ditegaskan Paus Yohanes Paulus I pada September 1978:
Mendonorkan anggota tubuh setelah meninggal adalah sumbangan kemanusiaan yang mulia dalam
rangka memperbaiki dan memperpanjang hidup sesamanya.
Katolik melihat organ jaringan donasi / sebagai tindakan amal dan cinta. Transplantasi secara moral
dan etis dapat diterima oleh Vatikan.
TRANSPLANTASI MENURUT HINDU
Tertulis dalam kitab Dharma Sastra Sarasamuccaya, antara lain Saras III. 39 :
Sudah menjadi hukum keluarga bahwa saat kematian telah tiba tinggallah jasmani yang tidak
berguna dan pasti dibuang. Maka itu, berusahalah berbuat berdasarkan darma sebagai sahabatmu
untuk mengantarkan engkau ke dunia bahagia kekal.
Menurut ajaran Hindu transplantasi organ tubuh dapat dibenarkan dengan alasan, bahwa
pengorbanan (yajna) kepada orang yang menderita, agar dia bebas dari penderitaan dan dapat
menikmati kesehatan dan kebahagiaan, jauh lebih penting, utama, mulia dan luhur, dari keutuhan
organ tubuh manusia yang telah meninggal. Tetapi sekali lagi, perbuatan ini harus dilakukan diatas
prinsip yajna yaitu pengorbanan tulus iklas tanpa pamrih dan bukan dilakukan untuk maksud
mendapatkan keuntungan material.
Prinsip kesadaran utama yang diajarkan dalam agama Hindu adalah bahwa badan identitas kita
yang sesungguhnya bukanlah badan jasmani ini, melainkan adalah Jiwatman (roh). Badan jasmani
merupakan benda material yang dibangun dari lima zat (Panca Maha bhuta) dan akan hancur
kembali menyatu ke alam makrokosmos dan tidak lagi mempunyai nilai guna. Sedangkan Jiwatman
adalah kekal, abadi, dia tidak mati pada saat badan jasmani ini mati, senjata tidak dapat
melukaiNya, api tidak bisa membakarNya, angin tidak bisa mengeringkan-Nya dan air tidak bisa
membasahi-Nya.
Dari sudut pandang Agama Hindu transplantasi organ tubuh manusia diperkenankan dengan dasar
alasan kemanusiaan secara sukarela untuk menolong nyawa manusia lain, yang tidak
diperkenankan menjadikan organ tubuh manusia sebagai objek jual beli secara komersial. Tindakan
transplantasi harus didahului dengan serangkaian prosedur yang harus dilalui oleh pasien, selain
prosedur test kesehatan terdapat prosedur yang wajib dilakukan oleh pasien yaitu membuat
persetujuan secara tertulis tentang kesediannya menjalani transplantasi organ. Agama Hindu tidak
melarang umatnya untuk melaksanakan transplantasi organ tubuh dengan dasar yajna
(pengorbankan tulus iklas dan tanpa pamrih) untuk kesejahteraan dan kebahagiaan sesama umat
manusia. Transplantasi sebagai salah satu bentuk pelaksanaan ajaran Panca Yajna terutama
Manusa Yajna serta disesuaikan dengan adat desa setempat karena Agama Hindu sangat fleksibel
dan mengikuti perkembangan zaman.
TRANSPLANTASI MENURUT BUDHA
Berdana berupa organ merupakan Dana Paramita, yang dapat meningkatkan nilai kehidupan
manusia di dalam kehidupan yang akan datang.
Transplantasi Menurut Hukum Positif
Aspek hukum Transplantasi organ Pengaturan mengenai transplantasi organ dan atau jaringan
tubuh manusia telah diatur dalam hukum positif di Indonesia. Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan bagi pelaku pelanggaran baik yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dan dalam
Pasal 81 ayat (1)a, Pasal 81 ayat (2)a, Pasal 80 ayat (3), dan sanksi administratif terhadap pelaku
pelanggaran yang melakukan transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh manusia yang diatur
dalam Pasal 20 ayat (2) PP No. 81 Tahun 1981 tentang Bedah Mayat Klinis dan Bedah Mayat
Anatomis serta UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang,
yang berisi ketentuan mengenai jenis perbuatan dan sanksi pidana bagi pelaku yang terdapat dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11, Pasal 13, dan Pasal 17, dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 120.000.000, (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000, (enam ratus
juta rupiah).
UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 64
(1) Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh, implan obat dan/atau alat kesehatan, bedah plastik dan rekonstruksi, serta
penggunaan sel punca.
(2) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk dikomersialkan.
(3) Organ dan/atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 65
(1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
tertentu.
(2) Pengambilan organ dan/atau jaringan tubuh dari seorang donor harus memperhatikan kesehatan
pendonor yang bersangkutan dan mendapat persetujuan pendonor dan/atau ahli waris atau
keluarganya.
(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 66
Transplantasi sel, baik yang berasal dari manusia maupun dari hewan, hanya dapat dilakukan
apabila telah terbukti keamanan dan kemanfaatannya.
Pasal 67
(1) Pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara pengambilan dan pengiriman spesimen atau bagian
organ tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 68
(1) Pemasangan implan obat dan/atau alat kesehatan ke dalam tubuh manusia hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan serta dilakukan di
fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
(2) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan pemasangan implan obat dan/atau
alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 192
Setiap orang yang dengan sengaja memperjualbelikan organ atau jaringan tubuh dengan dalih apa
pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama
10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
MASALAH TRANSPLANTASI ORGAN BABI
Sebuah penelitian ilmiah berhasil dipertahankan dalam forum ujian disertasi doktor di Universitas
Airlangga. Hasil penelitian itu adalah bahwa tulang rawan babi efektif untuk mengganti gigi manusia.
Sementara hasil pengujian tim klinis RS. Dr. Sardjito Yogyakarta membuktikan bahwa katup jantung
babi paling sesuai sebagai pengganti katup jantung manusia.
PERTANYAAN.
Bagaimana hukum transplantasi organ babi (khinzir) untuk menggantikan organ sejenis/lainnya
pada manusia ?
JAWABAN :
1. Transplantasi gigi dengan organ babi dan sejenisnya, hukumnya tidak boleh. Sebab masih
banyak benda lain yang bisa digunakan sebagai pengganti dan karena belum sampai pada tingkat
kebutuhan yang mendesak.
2. Transplantasi dengan organ babi untuk menggantikan organ sejenisnya pada manusia,
hukumnya tidak boleh, kecuali jika sangat diperlukan dan tidak ada organ lain yang seefektif organ
babi tersebut, Maka hukumnya boleh menurut pendapat Imam Romli, Imam Asnawi dan Imam
Subki. Adapun menurut Imam Ibnu Hajar, orang yang menerima transplantasi tersebut harus
ma’shum.(Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Hasil Muktamar NU, Hal. 483)
REFERENSI
1. Dalam Kitab Hasyiyah al-Jamal ‘alal Manhaj, juz I, Hal. 416-417
2. Dalam Kitab Nihayatul Muhtaj, juz II, Hal. 21
. 3. Dalam Kitab Fathul Jawad Hal. 26.
Semoga bermanfaat,..
Salam sejahtera,
Bankdoi@dr.com
LikeComment
Share
11 people like this.
Comments

Fatwa Tentang Hukum Donor Organ Tubuh


‫اار ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫س‬ْ ِ‫ب‬
Baru-baru ini berita di media massa mengabarkan bahwa seorang ayah menarik
perhatian umum di depan pintu masuk RSCM, Bunderan HI,
dll. hendak menjajakan ginjalnya untuk ditukar dengan sejumlah uang. Konon
uang itu akan dipakai untuk menebus ijasah anaknya yang ditahan oleh pihak
pesantren. Secara sosial, tindakan si ayah tadi langsung direspon dengan
mengalirnya aneka dukungan dan simpati. Artikel ini hanya akan meninjau
tindakan serupa dari sisi syari'at, mudah-mudahan bisa menambah pencerahan
bagi pembaca, amin. Donor adalah seseorang yang menyumbangkan darah,
jaringan, atau organ untuk transplantasi. Pada transplantasi ginjal, donor mungkin
seseorang yang baru saja meninggal atau seseorang yang masih hidup.

1. Sejarah Perjalanan Donor Organ

 Definisi donor organ. Permasalahan transplantasi organ tubuh manusia


merupakan salah satu masalah yang paling mengundang perdebatan dalam
dunia medis. Secara definitif, .
 Dijadikan komoditas. Permasalahan muncul ketika yang ingin mendonorkan
adalah orang yang masih hidup. Secara etika biomedis (bioethical atau
bioetika) hal tersebut sering dianggap tidak dapat dibenarkan. Argumentasi-
argumentasi dari hukum negara hingga hukum agama dimajukan untuk
menentang kemungkinan adanya donor organ oleh orang yang masih hidup
ini. Sangat mungkin, pendonor adalah orang yang secara kemampuan
ekonomi tergolong orang tidak mampu dan menjual organ tubuhnya untuk
mendapatkan uang. Selain itu, dikhawatirkan akan adanya perdagangan
organ (organ trafficking) yang sarat dengan tindak kejahatan. Masih banyak
argumentasi lain yang menjadi dasar untuk menolak adanya transplantasi
organ oleh pendonor yang masih hidup.
 Kebutuhan dan permintaan organ selalu meningkat. Sejak berhasil
melakukan transplantasi organ kepada pasien gagal ginjal pada 1954, donor
organ dan studi tentang cangkok organ tubuh semakin berkembang
pesat. Selain ginjal, kini beragam organ tubuh seperti hati, mata, jantung
juga sudah bisa ditransplantasi. Permasalahan muncul pada kebutuhan akan
organ yang terus meningkat dari waktu ke waktu sedangkan organ siap
donor tak signifikan jumlahnya. Untuk menjawab hal tersebut salah satu
langkah yang ditawarkan adalah membuka “pasar transplantasi organ”
sehingga organ tubuh berlaku layaknya barang pada umumnya dan
karenanya dapat diperjual-belikan. Pertanyaan yang sering muncul muncul
adalah, apakah sebenarnya organ tubuh dapat dikategorikan sebagai properti
yang dapat diperjualbelikan? Dalam sebuah tulisan yang memancing
kontroversi, Introducing Incentives in the Market for Live and Cadaveric
Organ Donations (2007), dua ekonom, Gary S. Becker dan Julio Jorge Elias,
mengintroduksi kemungkinan adanya pasar donor organ tubuh. Becker dan
Elias mengategorikan organ tubuh sebagai properti yang dapat
diperjualbelikan dan adanya insentif berupa uang atau insentif moneter
(monetary incentive ) pada pendonor (mati maupun hidup) memungkinkan
terpecahkannya masalah permintaan atas organ tubuh bagi para pasien yang
mengalami kegagalan organ dengan tercapainya equilibrium antara
penawaran dan permintaan di “pasar organ tubuh”.

Lalu bagaimana hukum Islam memandang donor organ? Bolehkah seorang Muslim
mendonorkan tubuhnya? Serta apakah seorang Muslim boleh menjual organ
tubuhnya?

2. Fatwa Para Ulama Tentang Donor Organ dan Mata.


1. Syekh Qardhawi.

 Termasuk shadaqah sekiranya murni menolong. Secara khusus, ulama


terkemuka, Syekh Yusuf al-Qardhawi pun telah menyampaikan fatwanya
terkait donor organ tubuh. Menurut Syekh al-Qardhawi, tindakan seorang
Muslim yang mendonorkan salah satu ginjalnya yang sehat kepada Muslim
lainnya yang menderita gagal ginjal dapat dibenarkan syara'. ''Bahkan terpuji
dan berpahala bagi yang melakukannya,'' kata dia. Menurutnya, Islam tak
membatasi sedekah pada harta semata-mata, bahkan
semua kebaikan merupakan sedekah. ''Maka mendermakan sebagian organ
tubuh termasuk kebaikan (sedakah),'' ujar Syekh al-Qaradhawi.
 Tidak boleh jika akan menimbulkan bahaya. Mendonorkan organ tubuh
kepada orang lain ada syaratnya. Seseorang menjadi tak boleh mendonorkan
organ tubuhnya, jika akan menimbulkan bahaya, kemelaratan dan
kesengsaraan pada dirinya. ''Oleh karena itu, tidak diperkenankan seseorang
mendonorkan organ tubuh yang cuma satu-satunya seperti hati atau
jantung, karena tak akan mungkin hidup tanpa organ tersebut,'' tegas
Qardhawi.
 Tidak boleh diperdagangkan. Mendonorkan organ tubuh boleh dilakukan
kepada orang Muslim dan non-Muslim, kecuali pada kafir harbi yang
memerangi umat Islam. Qardhawi pun melarang seorang Muslim menjual
organ tubuhnya. Sebab, kata dia, tubuh manusia itu bukanlah harta yang
dapat dipertukarkan dan ditawar-tawarkan, sehingga organ manusia menjadi
obyek perdagangan dan jual-beli.

2. MUI (Majelis Ulama Indonesia)

 Dibolehkan jika mendesak. Para ulama di Tanah Air dalam forum Ijtima
Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia III Tahun 2009, telah menetapkan; hukum
melakukan transplatasi kornea mata kepada orang yang membutuhkan
adalah diperbolehkan, apabila sangat dibutuhkan dan tidak diperoleh upaya
medis lain untuk menyembuhkan.
 Manusia bukan pemilik organ. ''Pada dasarnya, seseorang tak mempunyai
hak untuk mendonorkan anggota tubuhnya kepada orang lain, karena ia
bukan pemilik sejati atas organ tubuhnya. Akan tetapi, karena untuk
kepentingan menolong orang lain, dibolehkan dan dilaksanakan sesuai
wasiat,'' demikian salah satu bunyi butir fatwa MUI itu.
 Orang hidup haram mendonorkan matanya. Para ulama dalam fatwanya juga
menyatakan, orang yang hidup haram hukumnya mendonorkan kornea mata
atau organ tubuh lainnya kepada orang lain.
 Bolehnya berwasiat untuk mendonor. Ijtima ulama memperbolehkan
seseorang berwasiat untuk mendonorkan kornea matanya kepada orang lain,
dan diperuntukkan bagi orang yang membutuhkan dengan niat tabarru'
(prinsip sukarela dan tidak bertujuan komersial).

3. PP.Muhammadiyah:

 Bolehnya wasiat hendak mendonor mata. Majelis Tarjih dan Tajdid PP


Muhammadiyah dalam fatwanya membolehkan seseorang berwasiat untuk
mendonorkan matanya. Muhammadiyah memandang, hukum Islam dapat
membenarkan donor kornea mata yang diwasiatkan seseorang ketika
meninggal dunia. Sebab, hal itu dapat membawa kemaslahatan bagi
penderita yang menerima sumbangan kornea mata. ''Hendaknya, mereka
yang berwasiat untuk mendonorkan kornea matanya benar-benar ikhlas
untuk memperoleh ridha-Nya. Jangan berkecenderungan komersial,''
demikian salah satu bunyi fatwa Muhammadiyah terkait masalah itu. Selain
itu, Muhammadiyah juga menekankan, bagi donor yang mempunyai ahli
waris, harus mendapatkan izin dari keluarganya. Hal itu untuk menghindari
keberatan dari ahli waris. ''Kecuali bagi donor yang ketika hidup telah
menyatakan sukarela menyumbangkan kornea matanya dengan persaksian
ahli waris,'' tegas Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

4. PBNU

 Orang hidup haram mendonorkan mata. Para ulama NU juga telah


membahas masalah donor bola mata mayit untuk mengganti bola mata
orang buta pada Muktamar NU ke-23 di Solo, Jawa Tengah, pada 25-29
Desember 1962. Para ulama dalam fatwanya juga menyatakan, orang yang
hidup haram hukumnya mendonorkan kornea mata atau organ tubuh lainnya
kepada orang lain.
 Haram mengambil bola mata dan organ mayat. Dalam fatwanya, para ulama
NU menegaskan, haram hukumnya mengambil bola mata mayit, walaupun
mayit itu tidak terhormat, seperti orang murtad. ''Demikian pula, haram
menyambung anggota organ tubuh dengan organ tubuh lainnya, karena
bahayanya buta itu tak sampai melebihi bahayanya merusak kehormatan
mayit,'' tegas ulama NU dalam fatwanya.

‫ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ‬
“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku
mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”
Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.
Sumber:
www.republika.co.id. telah diedit untuk keselarasan.
http://www.academia.edu/8338634/Pasar_Organ_Tubuh_Manusia_Sebuah_Tawaran

Anda mungkin juga menyukai