Anda di halaman 1dari 4

Persyaratan Kesehatan Dalam Pengelolaan Limbah Padat

Berbasis Masyarakat

Makalah ini diajukan untuk Ujian Mata Kuliah Kesehatan Lingkungan

Disusun oleh :

Syifa Nurul Asma 20/466216/PKU/18843

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2020
Apakah persyaratan kesehatan dalam pengelolaan limbah padat berbasis masyarakat?

Sampah (limbah padat) adalah hasil sampingan dari kegiatan manusia yang dibuang
dan sudah tidak digunakan lagi. Berdasarkan UU no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan
sampah, Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat.
Sampah/limbah padat dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu sampah anorganik, organik
dan bahan berbahaya dan beracun. Sampah anorganik adalah limbah padat yang sulit terurai
secara biologis, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya. Sampah
organik adalah sampah yang dapat membusuk atau terurai secara alamiah, misalnya: sisa
makanan, daun, buah dan sebagainya. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah
limbah yang mudah terbakar, mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia,
seperti batu baterai, bohlam, kemasan cat, pelumas kendaraan dan sebagainya (Suseno et al.,
2016).
Bahan berbahaya dan beracun (B3) pada limbah padat didefinisikan
sebagai bahan yang sifatnya atau konsentrasinya baik secara langsung atau tidak langsung
dapat mencemari merusak lingkungan hidup, kesehatan hidup manusia serta, makhluk
lain (Utomo, 2012). Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 menyatakan karakteristik
limbah B3 antara lain bersifat: a) mudah meledak; b) mudah terbakar; c) reaktif; d) beracun;
e) menyebabkan infeksi; dan f) bersifat korosif (Sidik et al., 2019).

Pengelolaan sampah bisa dilakukan dengan prinsip Reuse, Reduce, dan Recycle (3 R)
1. Reuse (menggunakan kembali) adalah penggunaan kembali sampah secara langsung,
baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
2. Reduce (mengurangi) adalah mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah.
3. Recycle (mendaurulang) adalah memanfaatkan kembali dan mengolah sampah agar
bisa digunakan lagi(Subekti, 2010)
Persyaratan kesehatan dalam pengelolahan limbah padat berbasis masyarakat adalah
dengan memilah sampah sehingga bahan berbahaya dan beracun dapat terpilah sejak awal.
Dalam skala rumah tangga, sebaiknya setiap keluarga memiliki 3 jenis kantung sampah
sesuai dengan jenis sampah/limbah padat. Kemudian untuk sampah organik bisa dijadikan
kompos/ pupuk. Sampah anorganik bisa digunakan ulang, dan sampah B3 sejak awal sudah
terpilah sehingga tidak membahayakan sekitar. Hal ini memudahkan pekerja di tempat
pemilahan sampah (TPS) sekaligus dapat mengurangi jumlah penumpukan sampah di tempat
pembuangan akhir (TPA).
Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat adalah suatu pendekatan
pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat,
direncanakan, dilaksanakan, dikontrol dan dievaluasi Bersama oleh masyarakat (Subekti,
2010). Oleh karena itu hal ini membutuhkan kesadaran diri dari masyarakat dan adanya
kontrol oleh tokoh masyarakat dan evaluasi bersama.
Tidak hanya dalam pemilahan namun juga dari pengurangan sampah, yaitu dengan
mengurangi tingkat produksi sampah misalnya dengan membawa tas belanja untuk
mengurangi penggunaan kantong plastik atau penggunaan lap kain untuk mengurangi
penggunaan tisu. Masyarakat ikut berperan dengan cara mengelola sampah sejak di rumahnya
masing-masing dengan mengurangi tingkat produksi sampah, memilah, mengompos, dan
kegiatan lainnya. Sehingga pengelolaan sampah ini dilakukan sejak masih di hulu yaitu
dalam setiap rumah tangga, sampai ke hilir yaitu di TPA. Minimasi atau pengurangan sampah
tidah hanya berpengaruh pada berkurangnya penggunaan bahan namun dapat memberikan
keuntungan lain pada proses seperti mengurangi dampak lingkungan pada pembuangan
sampah (Kurnia et al., 2015).
Limbah padat seperti sampah rumah tangga yang memiliki sifat B3 tidak sedikit,
namun tidak semua produk mencantumkan dalam kemasan bahwa produk tersebut termasuk
B3 (Sidik et al., 2019). Praktek pengelolaan limbah B3 yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 101 tahun 2014. Produk batu baterai dan bohlam adalah beberapa contoh
produk rumah tangga yang mengandung B3. Limbah B3 rumah tangga ini dapat
membahayakan manusia sendiri saat mengolah apabila sejak awal tidak dipilah, sehingga
persyaratan Kesehatan utama dalam mengolah limbah padat adalah telah terpilahnya limbah
dari bahan beracun dan berbahaya.

Referensi

Kurnia, M., Khikmah, S. N., & Farida. (2015). Evaluasi Pengelolaan Sampah Berbasis
Masyarakat. Prosiding Bidang Sosial Ekonomi Dan Psikologi The 2nd University
Research Colloquium, 217–226.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1510
Sidik, H., Konety, N., & Aditiany, S. (2019). Membangkitkan Semangat Peduli Lingkungan
Melalui Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun (B3) Rumah Tangga Di
Rancaekek. Kumawula: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1(1), 62.
https://doi.org/10.24198/kumawula.v1i1.19485
Subekti, S. (2010). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat. Subekti,
Sri, 24–30. https://doi.org/10.1109/GLOCOM.2009.5426153
Suseno, E., Purba, K. R., & Intan, R. (2016). Media Pembelajaran Interaktif Pengelolaan
Sampah Organik, Anorganik Dan Bahan Beracun Berbahaya Berbasis Flash. Jurnal
Infra, 4(1). https://www.neliti.com/id/publications/111250/media-pembelajaran-
interaktif-pengelolaan-sampah-organik-anorganik-dan-bahan-ber
Utomo, S. (2012). Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Dan Keberadaannya Di Dalam
Limbah. Konversi, 1(1), 37–46.

Anda mungkin juga menyukai