Anda di halaman 1dari 9

EKSPLORASI DAN UJI ANTAGONISME BAKTERI Pseudomonas fluorescens TERHADAP

CENDAWAN Pyricularia oryzae PENYEBAB PENYAKIT BLAST PADA TANAMAN PADI


ISOLAT PAMEKASAN SECARA IN VITRO

Sulistyowati
Jurusan Biologi-FMIPA Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

Pyricularia oryzae merupakan cendawan penyebab penyakit blast daun pada tanaman padi yang
bersifat kosmopolit. Salah satu alternatif untuk mengendalikan serangan patogen ini pada tanaman padi
adalah dengan menggunakan mikroba antagonis dari kelompok bakteri. Pada penelitian ini digunakan isolat
bakteri Pseudomonas fluorescens untuk mengendalikan cendawan P. oryzae penyebab penyakit blast daun
pada tanaman padi. Cendawan P. oryzae diisolasi dari tanaman padi isolat Pamekasan dan diperbanyak
pada media PDA. Bakteri P. fluorescens didapat dari isolat Laboratorium Agens Hayati UPT PTPH Jawa
Timur dan diperbanyak pada media Kell Man’s. Kedua mikroba tersebut ditumbuhkan dalam satu media
untuk dilakukan uji antagonisme, terdapat dua media yaitu Kell Man’s dan PDA yang selanjutnya diamati
selama tujuh hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri mampu menghambat pertumbuhan
cendawan melalui mekanisme kompetisi ruang. Kemungkinan juga karena terjadi kompetisi nutrisi dan
antibiosis. Setelah dibiarkan kurang lebih selama tujuh hari didapatkan pertumbuhan cendawan P. oryzae
terhambat oleh bakteri P. fluorescens. Uji antagonisme pada media Kellman’s lebih signifikan daripada
media PDA.

Kata kunci : uji antagonisme, Pyricularia oryzae, pseudomonas fluorescens

PENDAHULUAN
Penyakit blast daun yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae merupakan salah
satu penyakit utama pada tanaman padi. Penyakit ini dilaporkan dapat menurunkan hasil panen
hingga 70 % jika tidak diwaspadai sejak awal. Di Indonesia serangan penyakit blast dapat mencapai
luas 1.285 juta ha atau sekitar 12 % dari total luas areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim,
2013).
Padi merupakan inang utama sebagai tempat berkrmbangnya cendawan P. oryzae, sehingga
cendawan patogen ini dapat ditemukan hampir seluruh areal pertanaman padi di Indonesia (Anonim,
2013). Menurut Andoko (2002) dalam Sijabat (2009), penyakit blast daun yang disebabkan oleh P.
oryzae bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia. Faktor pemicu
penyakit ini adalah pemupukan N yang terlalu tinggi, curah hujan tinggi, dan kelembaban yang
tinggi. Gejala serangan penyakit blast daun berupa bercak yang berbentuk seperti mata pada daun
padi.
Upaya pengendalian penyakit blast daun sudah banyak dilakukan termasuk pemakaian bahan
kimia sebagai fungisida yang ternyata menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Untuk
mengatasi hal tersebut maka pemanfaatan agens hayati sangat penting seperti penggunaan bakteri
antagonis yang hidup di daerah perakaran, mempunyai prospek penting dalam mengendalikan
penyakit blast daun yang disebabkan oleh cendawan P. oryzae dan memicu pertumbuhan tanaman.
Pseudomonas fluorescens merupakam bakteri yang bisa memicu pertumbuhan tanaman
(PGPR) banyak dilaporkan mampu mengendalikan patogen tumbuhan terbawa tanah (Hass and keel,
2003; Kazempour, 2004; Ongena et al ., 2000 dalam Mihardjo dan Majid, 2008) dan diketahui
mampu bertahan lama hidup baik di rizosfer maupun di filosfer (Beattle and lindow, 1995 dalam
Mihardjo dan Majid, 2008). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bakteri kelompok
pseudomonas pendat fluor mampu mengendalikan penyakit, baik di perakaran maupun di daun
(Gupte et al., 2001; Majid, 2002; Elad et al., 1985; Raaljmakerm, 1995 dalam Mihardjo dan Majid,
2008)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai uji antagonisme
bakteri Pseudomonas fluorescens terhadap cendawan Pyricularia oryzae pada tanaman padi isolat
pamekasan secara in vitro.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di laboratoriun Agens Hayati Unit Pelaksana Teknis Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Jawa Timur, dengan alamat Jl. Pagesangan II no.
58 Surabaya pada tanggal 24 Juni sampai 24 Juli 2013.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah autoklaf, cawan petri, botol kaca, erlenmeyer 150 ml, pengaduk,
corong, panci, kompor gas, lampu spiritus, kawat ose, kawat lancip, mikroskop, kaca benda dan
kaca penutup, neraca ohauss, spuit, pinset, pipet, tabung reaksi, tusuk gigi, kertas saring, vortex, dan
korek api.
Bahan yang digunakan adalah kertas bekas, aluminium foil, kapas, tissu, selotip hitam,
parafilm, sabun cuci, akuades steril, alkohol 70 %, tanaman padi yang terserang penyakit blas daun,
kentang, pepton, Casamino acid (casein hydrolisad), glukosa ,dan agar-agar.

Metode Pelaksanaan
Penelitian ini merupakan penelitian observatif dengan mengamati uji antagonisme bakteri P.
fluorescens terhadap cendawan P. oryzae yang ditumbuhkan pada media PDA dan Kell Man’s.
Masing-masing media diulangi sebanyak 5 kali ulangan. Pengamatan dilakukan selama 7 hari
dengan melihat pertumbuhan cendawan apakah terbentuk clear zone atau tidak.

P
A
A

P
P A
A A

Gambar 1. Desain penelitian


Keterangan :
P : patogen P. oryzae
A : suspensi agens hayati P. fluorescens yang dicampur media dengan teknik pour plate

Penyediaan Cendawan P. oryzae


Cendawan Pyricularia oryzae yang digunakan diisolasi dari tanaman padi isolat Pamekasan
yang terkena penyakit blast daun yang ditumbuhkan dan diperbanyak pada media PDA. Kemudian
ditunggu selama 7 hari sebelum dilakukan uji antagonisme.

Penyediaan Bakteri P. fluorescens


Isolat bakteri P. flourescens yang didapat dari Laboratorium Agens hayati UPT PTPH,
Surabaya ditumbuhkan dan diperbayak pada media Kell man’s yang dibiarkan pada suhu ruang
sampai bakteri tumbuh. Setelah bakteri tumbuh, dipindahkan ke dalam lemari pendingin sebelum
dilakukan uji antagonisme.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Eksplorasi Cendawan P. oryzae
Hasil pengamatan terhadap hasil ekplorasi cendawan P. orizae yang ditumbuhkan pada
media PDA didapatkan ciri khas cendawan ini yaitu secara morfologi makro miseliumnya seperti
kumpulan serabut halus berwarna putih susu, sedangakan secara morfologi mikro, konidiumnya
berbentuk lonjong. Pada kondisi yang kurang menguntungkan konidium tidak terbentuk, tetapi
terbentuk apresorium.
miselium

Gambar 2.Morfologi makro P. oryzae


Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

apresorium

konidiofor

Gambar 3. Morfologi mikro cendawan P. oryzae


Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Pengamatan secara mikro selama 7 hari menunjukkan adanya konidifor dan apresorium,
tidak terbentuk adanya konidia maupun spora. Hal ini disebabkan karena nutrisi yang tersedia pada
media tumbuh terbatas dan faktor lingkungan seperti temperatur dan kelembaban yang kurang
mendukung pertumbuhan cendawan P. oryzae. Menurut Harahap (1989) dalam Sijabat (2009),
cendawan P. oryzae berkembang biak jika jarak tanam rapat sehingga kelembaban tinggi dan
tanaman dipupuk nitrogen secara berlebihan. Menurut Agrios (1993) dalam Sijabat (2009)
cendawan P. oryzae akan mengalami pertumbuhan secara cepat jika kelembaban di atas 84 % atau
kelembaban yang relatif tinggi.
Berdasarkan data hasil pengamatan secara mikro konidifor sudah terbentuk tetapi konidia
yang terbentuk belum sempurna tidak terlihat jelas hanya berupa bulatan lonjong karena belum
terbentuk sekat. Menurut Barnett (1960) dalam Sijabat (2009), cendawan P. oryzae memiliki ciri –
ciri konidiofor di antaranya yaitu panjang bersekat – sekat, jarang bercabang, tungggal, berwarna
kelabu, membentuk konidium pada ujungnya. Konidiumnya bulat telur dengan ujung runcing, jika
masak bersekat 2, dengan ukuran 0 – 22 x µm. Selain itu, menurut Harahap (1989) dalam Sijabat
(2009) konidia P. oryzae berbentuk seperti buah alpukat dan bersel 3, konidia ini dibentuk pada
ujung suatu tangkai.
Pengamatan yang dilakukan selama 7 hari belum menunjukkan terbentuknya konidium
maupun spora hanya terbentuk konidiofor dan apresorium. Menurut Anonim (2005) dalam Sijabat
(2009), cendawan P. oryzae akan tumbuh pada saat daun dalam keaadaan basah dan pada kondisi
lingkungan yang mendukung, perkecambahan akan terjadi setelah 3 jam. Jika konidia melewati
masa kering selama 24 jam maka perkecambahan akan tertunda. Setelah terjadi infeksi hifa akan
mempenetrasi melalui epidermis. Kolonisasi tergantung dari salah satu faktor seperti genetik, umur
tanaman inang, nutrisi, dan faktor lingkungan seperti suhu dan tanah.
Sporulasi terjadi jika kelembaban terjadi di atas 90 % di bawah kondisi optimum. konidiofor
dibentuk selama 4 – 6 jam. 1 konidium terbentuk dalam waktu 40 menit. Sejumlah spora dihasilkan
oleh beberapa luka yang telah ditemukan pada hari yang ke – 6 berupa luka. Sporulasi maksimum
terjadi pada 7 – 12 hari setelah inokulasi, sporulasi berlanjut sampai 60 hari (Anonim, 1991 dalam
Sijabat, 2009). Hasil pengamatan menunjukkan konidium dan spora tidak terbentuk karena
kelembaban kurang sehingga sporulasi terhambat.

Uji Antagonisme Bakteri P. fluorescens terhadap Cendawan P. oryzae secara In Vitro


Hasil pengamatan uji antagonisme hari ke – 7 pada media Kellman’s menunjukkan bahwa
bakteri P. fluorescens mampu menghambat pertumbuhann cendawan P. oryzae, sehingga selama
masa pertumbuhan optimum cendawan tersebut tidak tumbuh miselium secara sempurna.
Gambar 4. Hasil uji antagonisme setelah hari ke – 7 pada media Kellman’s
Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Hasil uji antagonisme hari ke – 7 yang ditumbuhkan pada media PDA menunjukkan bahwa
bakteri P. fluorescens mampu menghambat pertumbuhan cendawan P. oryzae tetapi tidak terlalu
signifikan seperti pada media Kellman’s. Selama masa pertumbuhan optimum miselium P. oryzae
masih dapat tumbuh tetapi tidak bisa optimal karena terhambat oleh koloni bakteri P. fluorescens.

Gambar 5. Hasil uji antagonisme hari ke – 7 pada media PDA


Sumber : (Dokumentasi pribadi, 2013)

Berdasarkan data hasil pengamatan uji antagonisme bakteri P. fluorescens terhadap


cendawan P. oryzae secara in vitro, didapatkan hasil bahwa sampai hari ke – 7 tidak terbentuk zona
bening pada perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri P. fluorescens mampu menghambat
pertumbuhan cendawan P. oryzae.
Mekanisme antagonisme yang dilakukan oleh bakteri P. fluorescens meliputi kompetisi
ruang, dan kemungkinan juga terjadi kompetisi nutrisi serta antibiosis. Kompetisi ruang
ditunnjukkan dengan adanya koloni bakteri yang tumbuh tersebar hampir di seluruh media.
kompetisi nutrisi terjadi karena bakteri P. fluorescens mampu menyerap bahan organik yang
terkandung pada media dan mengkhelat sisa metabolisme. Antibiosis terjadi karena bakteri P.
fluorescens mampu mengeluarkan toksik yang bisa menginfeksi cendawan P. oryzae.
Uji antagonisme hari ke – 7 pada media Kellman’s menunjukkan bahwa pertumbuhan
cendawan P. oryzae terhambat oleh bakteri P. fluorescens.
Uji antagonisme hari ke – 7 pada media PDA menunjukkan bahwa pertumbuhan cendawan
P. oryzae terhambat oleh bakteri P. fluorescens tetapi tidak terlalu signifikan. Hal ini terjadi karena
adanya kompetisi ruang antara kedua organisme tersebut. Selain itu terhambatnya pertumbuhan
cendawan P. oryzae kemungkinan disebabkan oleh terjadinya kompetisi nutrisi antara bakteri P.
fluorescens dengan cendawan P. oryzae yang terkandung dalam media PDA.
Ketahanan tanaman terhadap suatu patogen dapat terjadi dengan sendirinya sebagai reaksi
terhadap adanya serangan patogen, atau terjadi dengan adanya pengaruh dari luar seperti induksi
ketahanan oleh bakteri yang tidak bersifat patogen yang mengkolonisasi daerah perakaran. Menurut
Van Loon et al. (1998) dalam Hamdani (2007), semua tanaman memiliki mekanisme pertahahan /
perlawanan aktif melawan serangan patogen. Mekanisme tersebut gagal ketika tanaman diinfeksi
oleh patogen ganas. Jika mekanisme perlawanan dipicu oleh suatu rangsangan sebelum infeksi
patogen, maka penyebaran penyakit dapat dikurangi.
Menurut Oejiono (1994) dalam Mihardjo dan Majid (2008), mekanisme penghambatan
patogen oleh mikrobia antagonis umumnya disebabkan karena proses antibiosis, kompetisi nutrisi
dan parasitisme. Menurut Kurniawan (1996) dalam Mihardjo dan Majid (2008), aktifitas bakteri
antagonis P. fluorescens dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen dalam media biakan
disebabkan oleh kemampuannya untuk mengambil unsur besi dari media dengan membentuk
komplek besi pigmen . Pigmen yang dihasilkan bakteri ini lebih memperlihatkan sifat fungistatik
lebih lanjut. Wakimoto et. al (1986) dalam Mihardjo dan Majid (2008), menyatakan bahwa
kemampuan menghambat pertumbuhan cendawan P. oryzae tersebut adalah karena adanya zat
antibiosis yang dihasilkan oleh bakteri dan secara difusi melalui medium dapat menghambat
pertumbuhan cendawan pathogen serta karena produksi siderofor yang dapat menghelat ion ion besi
yang dibutuhkan oleh patogen. Sehingga ketersediannya dalam medium menjadi berkurang atau
sama sekali tidak tersedia. Selain itu menurut Eliza (2004) dalam Hamdani (2007), mikroorganisme
antagonis dapat langsung menghambat patogen dengan sekresi antibiotik, berkompetisi dengan
patogen terhadap makanan atau tempat tumbuh, dan menginduksi ketahanan inang.
Kemampuan bakteri dalam menghambat pertumbuhan cendawan patogen secara in vitro
membuktikan bahwa bakteri tersebut mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai agens hayati
untuk mengendalikan penyakit blast daun yang disebabkan oleh patogen P. oryzae.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
Eksplorasi cendawan P. oryzae diperoleh dari tanaman padi yang terserang penyakit blast daun
isolat Pamekasan, ditumbuhkan melalui proses sporulasi, ditumbuhkan pada media PDA dan
inokulasi pada media PDA. Pemurnian cendawan P. oryzae dapat dilakukan pada media PDA. Uji
antagonisme bakteri P. fluorescens terhadap cendawan P. oryzae secara in vitro menunjukkan
bahwa bakteri mampu menghambat pertumbuhan cendawan melalui mekanisme kompetisi ruang.
Kemungkinan juga karena terjadi kompetisi nutrisi dan antibiosis. Setelah dibiarkan kurang lebih
selama tujuh hari didapatkan pertumbuhan cendawan P. oryzae terhambat oleh bakteri P.
fluorescens. Uji antagonisme pada media Kellman’s lebih signifikan daripada media PDA.

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Mikroba Antagonis sebagai Agens Hayati Pengendali Penyakit Tanaman. Artikel. On line.
Balai Penelitian Tanaman Hias Cianjur. Diakses melalui
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/wr262044.pdf. Tanggal 7 September 2013.

Anonim. 2013. Blast Daun. Diakses melalui www.slideshare.net/traatha/blast-daun. Tanggal 18 Juli 2013

Anonim. 2013. Potensi Rhizobakteria sebagai Agen Biofungisida untuk Pengendalian Jamur Fitopatogen
fusarium sp. Artikel. Diakses melalui http://djarumbeasiswaplus.org/artikel/content/21/Potensi-
Rhizobakteria-sebagai-Agen-Biofungisida-untuk-Pengendalian-Jamur--Fitopatogen-fusarium-sp./.
Tanggal 17 Juli 2013

Anonim.2013. Keefektifan Formulasi Pseudomonas fluorescens pada Limbah Organik untuk Mengendalikan
Penyakit Rebah Kecambah. IPB. Diakses melalui
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46538/A11akr_BAB%20II%20Tinjauan%20Pu
staka.pdf?sequence=6. Tanggal 10 September 2013

BR. Sijabat, Octa Nina Sari. 2009. Epidemi Penyakit Blast (Pyricularia oryzae Cav.) pada Beberapa Varietas
Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Jarak Tanam Berbeda di Lapangan. Skripsi. Medan : Fakultas
Pertanian – USU. Diakses melalui http://repository.usu.ac.id//handle/123456789/7738. Tanggal 25 Juli
2014

Giyanto. 2012. Kajian Pembiakan Bakteri Kitinolitik Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp pada Limbah
Organik dan Formulasinya sebagai Pestisida Nabati (Bio – Pesticide). Laporan Penelitian Dikti.
Perpustakaan UI. Diakses melalui
http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=133825&lokasi=lokal. Tanggal 13 Juli 2013

Hamdani, Ramdan. 2007. Pengaruh Bakteri Perakaran Pemacu Pertumbuhan Tanaman Terhadap Kejadian
Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Lapangan. Bogor : Fakultas Pertanian – IPB. Diakses
melalui
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/48429/A07rha1.pdf?sequence=1.Tanggal 9
September 2013

Juwinatah. 2009. Uji Bakteri Pseudomonas fluorescens sebagai Penghasil Fitohormon IAA (indole-3 Acetic
Acid). Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi, Unair. Diakses melalui ejournal.unair.ac.id. tanggal
13 Juli 2013

Kartika B., Ardiana. 2013. Teknik Eksplorasi dan Pengembangan Bakteri Pseudomonas flourescens.
Laboratoriun PHP Banyumas. Diakses melalui ejournal.unri.ac.id/index.php/PTJ/article/.../1152.
Tanggal 13 Juli 2013

Mihardjo, Ashna dan Abdul Majid. 2008. Pengendalian Penyakit Layu pada Pisang dengna Bakteri
Antagonis Pseudomomas flourescens dan Bacillus subtilis. Jurnal Pengendalian Hayati (2008) I : 26 –
31. Diakses melalui http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPH/search/results tanggal 13 Juli 2013

Nuraeni, Sitti dan Abdul Fattah.2012. Uji Efektifitas Bakteri Pseudomonas flourescens dan P. putida untuk
Mengendalikan P. solanacearum Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Murbei. Jurnal Prennial 3(2)
: 44-48. Diakses melalui repository.ipb.ac.Tanggal 13 Juli 2013

Nurliana. 2012. Uji Efektitifitas Bakteri Pseudomonas flourescens dari Beberapa Rizosfer Terhadap Penyakit
Virus pada Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.) di Lapangan. Universitas Sumatra Utara : Tesis.
Diakses melalui http://repository.usu.ac.id//handle/123456789/7738. Tanggal 17 Juli 2013

Sheila, Kharisma Dewi,dkk. 2013. Ketahanan Beberapa Genotipe Padi Hibrida (Oryza Sativa L.) Terhadap
Pyricularia oryzae Cav. Penyebab Penyakit Blas Daun Padi. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 2. UB.
Malang. Diakses melalui jurnalhpt.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jhpt/.../23. Tanggal 16 Juli 2013.

Suryadi, Y., 2009. Efektifitas Pseudomonas flourescens Terhadap Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum)
Pada Tanaman Kacang Tanah. Dalam Jurnal HPT Tropika. ISSN 1411-7525. Vol. 9 No. 2 ; 174 – 180,
September ,2009.

Anda mungkin juga menyukai