Anda di halaman 1dari 1

Agroindustri ternak ayam broiler

Untuk mendapatkan informasi tingkat teknologi usaha yang tepat untuk dapat
digunakan sebagai acuan dalam bermitra, maka perlu dilakukan kajian yang
mendalam tentang beberapa komponen teknologi yang terdiri dari komponen
technoware, humanware, inforware, dan orgaware/ THIO pada peternak plasma.
Jika model teknologi tersebut dapat diwujudkan, maka dapat membantu
perusahaan mitra dalam membina peternak plasmanya untuk lebih berhasil.
a. Technoware meliputi tinggi kandang, dinding kandang, tingkat kematian
(mortalitas) ayam yang rendah, feed convertion ratio (FCR) yang rendah dengan
tidah melebihi standar perusahaan inti, dan pemeliharaan kandang yakni
perbaikan segera setelah kandang kososng.
b. Humanware meliputi kemampuan teknis, motivasi, suka tantangan dan
bertanggungjawab, penetapan tujuan prestasi, rasa bertanggungjawab
kesediaan menerima perubahan, dan kedisiplinan bekerja.
c. Inforware meliputi macam sumber informasi umumnya berasal dari sesama
peternak plasma dan perusahaan inti sebagai Pembina, informasi internal,
informasi eksternal, validitas informasi dan data, kemudahan mendapatkan
informasi, biaya untuk memperoleh informasi, saluran komunikasi, kepercayaan
terhadap sumber informasi, nilai informasi terhadap perusahaan, dan umpan
balik.
d. Orgaware meliputi gaya kepemimpinan, motivasi diri dan dorongan untuk
berprestasi, kedewasaan, pendelegasian tugas dan tanggung jawab, kemandirian
bekerja, perencanaan, pemikiran strategis, kebanggaan dalam kemitraan,
peluang pengembangan, kepekaan terhadap perubahan lingkungan bisnis,
orientasi teknologi, keinginan bermitra dan keseimbangan insentif serta risiko.
Seluruh komponen tersebut didukung oleh unsure-unsur kelembagaan yang
positif serta kapasitas organisasi yang sehat sehingga mampu menciptakan iklim
usaha yang kompetitif dan menguntungkan.
3. Analisis finansial menunjukkan bahwa budidaya ternak ayam ras pedaging
(broiler) pola mandiri dan pola kemitraan merupakan usaha yang cukup layak.
Pola usaha kemitraan lebih menguntungkan dibandingkan pola mandiri, dan
terjamin keberlangsungannya, serta prestasi hasil usaha cukup memadai (IRR,
34,20%), dalam kurun waktu usaha di atas lima tahun (rata-rata 6 tahun).
Perhitungan menggunakan skala usaha 5.000 ekor menghasilkan keuntungan
rata-rata per tahun (Rp.33.991.776,6); risiko kerugian (0,000058); batas bawah
keuntungan (Rp.33.987.866,20); NPV (Rp.211.239,574,00); dan masa
pengembalian modal investasi adalah empat tahun. Sementara untuk pola usaha
mandiri, hasil untuk masing-masing parameter adalah Rp.29.577.620,00;
0,0000977; Rp.29.571.840,00; Rp.151.459.552,00; dan masa pengembalian
modal lebih lama yakni enam tahun.

Anda mungkin juga menyukai