Anda di halaman 1dari 45

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas cms-formulasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh
guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru,
memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi
peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. clip_image003%25255B4%25255D PTK atau
action research mulai berkembang sejak perang dunia ke dua, saat ini PTK sedang
berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, dan
Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini menaruh perhatian yang cukup besar
terhadap PTK. Menurut Stephen Kemmis seperti dikutip D. Hopkins dalam bukunya yang
berjudul A Teacher’s Guide to Classroom Research, menyatakan bahwa action research
adalah: a from of self-reflektif inquiry undertaken by participants in a social (including
education) situation in order to improve the rationality and of (a) their own social or
educational practices justice (b) their understanding of these practices, and (c) the situastions
in which practices are carried out. Secara singkat PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tinakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran
dilaksanakan. Action research dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi
seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan; pada
pokoknya ia merupakan suatu cara eklektik yang dituangkan ke dalam suatu program
refleksi-diri (self-reflection) yang ditujuan untuk peningkatan mutu pendidikan. Action
research adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan
(guru,siswa,atau kepala sekolah,) dalam situasi-situsi social (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) preaktek-praktek sosial atau pendidikan yang
dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan
lembaga-lembaga) di mana praktek-praktek tersebut dilaksanakan. Action research adalah
suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para
guru untuk memikirkan praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut,
dan agar mau untuk memperbaikinya. Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia
nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis Referensi : Carr, Wilfred &
Kemmis, Stephen. 1996. Be- coming Critical, Education,. Knowledge and Action Research.
Mel- bourne: Deakin University.... Baca Selengkapnya di : http://www.m-
edukasi.web.id/2012/04/pengertian-penelitian-tindakan-kelas.html
Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia

Pengertian PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

http://ndrakbar.blogspot.com/2013/02/pengertian-ptk-penelitian-tindakan-
kelas.html
Penelitian merupakan tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan atau
memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah
suatu prosedur yang sistematis dan obyektif untuk mendapatkan pengetahuan atau
pemecahan masalah. Jadi penelitian itu diawali dari sebuah masalah yang akan
diselesaikan.

Penelitian tindakan kelas merupakan hasil dari perkembangan dari peneltian


tindakan (action research). Penelitian tindakan adalah penelitian yang diprakarsai
untuk memecahkan masalah langsung atau pemecahan proses reflektif masalah
progresif yang dipimpin oleh individu dengan bantuan orang lain dalam tim atau
sebagai bagian dari suatu "komunitas praktek" untuk memperbaiki cara mereka
mengatasi masalah dan memecahkan masalah. Ini kadang-kadang disebut riset aksi
partisipatif. Penelitian tindakan melibatkan proses aktif berpartisipasi dalam situasi
perubahan organisasi selama melakukan penelitian. Penelitian tindakan juga dapat
dilakukan oleh organisasi yang lebih besar atau lembaga, dibantu atau dipandu oleh
peneliti profesional, dengan tujuan untuk meningkatkan praktik strategi dan
pengetahuan tentang lingkungan di mana mereka berlatih.

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang diprakarsai untuk


memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar di kelas secara langsung.
Dengan kata lain, PTK dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki
mutu proses belajar mengajar di kelas serta membantu memberdayakan guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran di sekolah. Dalam penyusunan PTK syarat
yang harus dilakukan adalah:

1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan
sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk
menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti.
3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam
arti tidak mengubah jadwal yang berlaku.
5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-
pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan
dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh
sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar.

Setiap penelitian tentu ada subyek dan obyek penelitian. Dalam PTK, yang menjadi
obyek penelitian adalah sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek
yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan
sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4)
peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa
secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan
yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran,
(6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan
misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas,
pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis,
penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.

Penyusunan PTK harus mengacu pada prinsip-prinsip PTK. Hopkins


mengemukakan ada enam prinsip yang harus diperhatikan dalam PTK, yaitu:

1. Metode PTK yang diterapkan seyogyanya tidak mengganggu komitmen


sebagai pengajar;
2. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang
berlebihan karena dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran;
3. Metodologi yang digunakan harus reliable;
4. Masalah program yang diusahakan adalah masalah yang merisaukankan,
dan didasarkan pada tanggung jawab professional;
5. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten dan
memiliki kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan
dengan pekerjaannya;
6. PTK tidak dilakukan sebatas dalam konteks kelas atau mata pelajaran
tertentu melainkan dengan perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

Agar PTK mencapai hasil yang optimal dan sesuai dengan harapan, maka
penyusunan PTK harus melalui tahap-tahap penyusunan PTK. Tahap-tahap
penyusunan PTK adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini


peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal
sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau
penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa
yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus
berikutnya.
4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan
hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan
rancangan dan secar cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi
terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain
apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan
melanjutkan dalam kesempatan lain.

Apabila PTK dilakukan sesuai dengan konsep dan dasar-dasar penelitian yang
sebenarnya, maka hasil yang akan didapatkan pasti akan optimal. Hasil yang pasti
akan dicapai adalah pemecahan masalah yang terjadi di kelas dalam proses belajar
mengajar (PBM).

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

http://www.kabarmingguan.com/2012/12/pengertian-penelitian-tindakan-
kelas-ptk.html

Written By syakeela alifah on Monday, December 17, 2012 | 12:08 AM

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) - Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata,
yang memiliki pengertian sebagai berikut :

1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara
dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari
guru yang sama pula.

Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan
oleh siswa.

Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan
siswa yang sedang belajar.

Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :

1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah

2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan luar kelas

3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan

4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif


di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan,
perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud
adalah

1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin

Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian
dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya,
atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan
tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja


Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi
selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan
terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi
dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan
menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan
menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok
bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil
melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.

3. SWOT sebagai dasar pijakan

PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus
mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat
dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subyeknya sehingga dapat
mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh
mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.

4. Upaya empiris dan sistemik

Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti sudah
mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang
terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran
adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan

SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat dikelola,
dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan, dapat dicapai, dijangkau),
Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana).
Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait dengan subyek
yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang
akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan
mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat mengharapkan
tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya
adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.

Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :

1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti menjelaskan


tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.

2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap
ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang
akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan
memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali hal-hal yang
masih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti
menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya,
atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.

Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :


1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.

2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil
pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil
segera oleh peneliti

3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.

4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah
jadwal yang berlaku.

5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang
bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang
sudah dibuat sebelumnya.

6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu
siswa yang sedang belajar.

Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang
diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1)
siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik
yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun
peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6)
lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan
waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan
tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lain-lain.

Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua
keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan
salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan
kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum
melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana
melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan
sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
http://bushairi.blogspot.com/2012/07/karakteristik-manfaat-dan-tujuan.html

karakteristik, manfaat dan tujuan penelitian tindakan kelas

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini perkembangan masyarakat dan tuntunan pendidikan yang berkualitas begitu
cepat. Akibatnya, tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh
pendidikan pun harus meningkat lebih cepat. Penelitian Tindakan Kelas merupakan salah satu
cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan
dalam konteks layanan di kelas1[1]. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan karena adanya
masalah yang dihadapi pendidik dalam proses pembelajaran di kelas.
Dengan adanya Penelitian Tindakan Kelas, kesalahan dan kesulitan dalam proses
pembelajaran akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan
tersebut tidak akan berlarut-larut, jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki dan
kesulitannya dapat segera diatasi, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan dan hasil
belajar peserta didik diharapkan akan meningkat. Selain itu, Penelitian Tindakan Kelas
dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru, apakah selama ini metode, strategi dan
teknik yang digunakan sudah sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik. Sehingga
hasil belajar peserta didik dapat menjadi lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa karakteristik Penelitian Tindakan Kelas?
2. Apa tujuan Penelitian Tindakan Kelas?
3. Apa manfaat Penelitian Tindakan Kelas?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
2. Untuk mengetahui tujuan Penelitian Tindakan Kelas
3. Untuk mengetahui manfaat Penelitian Tindakan Kelas
BAB II
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik tersendiri jika dibangdingkan dengan
penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter tersebut adalah sebagai berikut:

1[1] Suharsini. Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006)
hlm. 106
1. Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam
kellasnya
Dengan kata lain, guru menyadari bahwa ada sesuatu dalam praktik pembelajarannya
yang harus dibenahi, dan ia terpanggil untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk
memperbaiki persoalan tersebut. Penelitian Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan jika,
guru memang sejak awal menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk
pembelajaran yang dihadapi di kelas, kemudian dari persoalan itu guru menyadari pentingnya
persoalan tersebut untuk diperoleh secara professional. Jika guru merasa bahwa apa yang dia
praktikkan sehari-hari di kelas tidak bermasalah maka PTK tidak diperlukan.
2. Refleksi Diri
Refleksi merupakan cirri khas PTK yang paling esensial2[2]. Refleksi yang dimaksud
disini adalah refleksi dalam pengertian melakukan intropeksi diri, seperti guru mengingiat
kembali apa saja tindakan yang telah dilakukan di dalam kelas, apa dampak dari tindakan
tersebut, mengapa dampaknya menjadi demikian, dan sebagainya. Atas dasar refleksi yang
seperti itu, maka guru dimungkinkan untuk memeriksa dirinya sendiri, terutama terkait
kelemahan dan kelebihan dari pola pembelajaran yang telah ia praktikkan. Kemudian, dari
situ ia berusaha mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
3. Kolaboratif
Kolaboratif yang dimaksud disini merupakan upaya perbaikan proses dan hasil
pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti, tetapi ia harus berkolaborasi dengan
guru lain atau kepala sekolah. Penelitian Tindakan Kelas merupakan upaya bersama dari
berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat
basa-basi, tetapi harus tampil dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan Penelitian
Tindakan Kelas sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.
4. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas
Kelas yang dimaksud disini tidak sebatas pada sebuah ruang tertutup yang dibatasi
dinding dan pintu. Kelas yang sesungguhnya adalah semua “tempat” dimana terjadi proses
pembelajaran antara guru dan siswa. Jadi, boleh-boleh saja PTK dilakukan di ruang terbuka,
seperti dalam pelajaran olahrarga yang dilakukan dilapangan, yang terpenting dalam PTK
bukanlah kelas atau ruangnya, tetapi fokus perhatian penelitian kepada proses pembelajaran
dalam bentuk interaksi guru dan siswa3[3].
5. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara terus menerus.
PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan secara
bertahap dan secara terus-menerus selama PTK dilakukan4[4]. Siklus demi siklus di
dalamnya harus mencerminkan perbaikan demi perbaikan yang dicapai. Siklus sebelumnya
merupakan dasar bagi siklus selanjutnya. Tentu, hasil pada siklus berikutnya seharusnya jauh
lebih baik dari pada siklus sebelumnya.

B. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas


PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan
pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan

2[2] Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Diva Press, 2011) hlm. 24

3[3] Ibid, hlm. 29

4[4] Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindaka Sekolah Besrta Contoh-contohnya,
(Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6
meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan5[5].
Menurut MCNiff (dalam Suharsimi Arikunto, dkk) menegaskan bahwa dasar utama
dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan disini
terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran.
Penelitian yang menggunakan ancangan Penelitian Tindakan Kelas umumnya diarahkan
pada pencapaian sasaran sebagai berikut:
1. Memerhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil pembelajaran
2. Menumbuh kembangkan budaya penelitian bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif
mencari solusi akan permasalahan pembelajaran
3. Menumbuh dan meningkatkan produktifitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan,
khusunya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
4. Meningkatkan kolaborasi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam
memecahkan masalah pembelajaran.
Dalam hal ini, Borg (dalam Suharsimi Arikunto, dkk) juga menyebut secara eksplesit
bahwa tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas ialah pengembangan keterampilan proses
pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, bukan bertujuan untuk mencapai
pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.6[6]

C. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas


Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga) komponen
yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru dan skolah. Tiga
komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran
(baik strategi, teknik, konsep dan lain-lain) akan dengan cepat dianalisis dan didiagnosis,
sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kelasalahan yang
terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik dan
hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan
haisl belajar siswa. Kuduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan
kemauan untuk melakukan PTK.
2. Manfaat bagi guru
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
a. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang
mendalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan
menimbulkan rasa puas bagi guru, karena ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi
siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
b. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara
professional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri dan mampu memperbaiki
pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya seorang praktisi yang
sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti
dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif

5[5] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: CV. YRAMA WIDYA, 2006) hlm. 18

6[6] Suharsini Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT: Bumi Aksara, 2006) hlm. 106
c. Melakukan PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan
dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan
tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik pembelajaran
d. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri,
melakukan evaluasi diri dan menganalisis kinerjanya sendiri dalam kelas, tentu saja akan
selalu menemukan kekuatan, kelemahan dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa
depan dan mengembangkan alternative masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam
pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.

3. Manfaat bagi sekolah


Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau
perbaikan kinerjanya secara professional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat.
Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk
mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki
keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat
yang besar, karena meningkatkan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan
di sekolah tersebut.7[7]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

7[7]Daryanto, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta contoh-contohnya,
(Yogyakarta: Gava Media, 2011) hlm. 6
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai karakteristik tersendiri jika dibangdingkan
dengan penelitian-penelitian lain pada umumnya. Beberapa karakter tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Guru merasa bahwa ada permasalahan yang mendesak untuk segera diselesaikan di dalam
kellasnya
2. Refleksi Diri
3. Kolaboratif
4. Penelitian Tindakan Kelas dilakukan di dalam kelas
5. Penelitian Tindakan Kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran secara terus menerus.
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki layanan
pendidikan yang harus diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan
meningkatkan tujuan Penelitian Tindakan Kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik dan pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.
Dari penjelasan di atas, tentu telah mengenal bahwa dalam PTK ada 3 (tiga)
komponen yang harus menjadi sasaran utama PTK, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
2. Manfaat bagi guru
3. Manfaat bagi sekolah

B. Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan karena
keterbatasan saya sebagai manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan demi
kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya


Arikunto, Suharsimi, et al. 2006 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta
Contoh-Contohnya. Yogyakarta: Gava Media
Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

http://become-teacher.blogspot.com/2013/03/karakteristik-penelitian-tindakan-kelas.html

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis penelitian tindakan kelas (PTK)
memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian
yang lain, misalnya penelitian naturalislik, eksperimen, survei, analisis isi, dan sebagainya.
Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat
dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai
penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa
ada perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini
diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan lerhadap subjek penelitian, dan adanya
evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari
karakteristiknya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setidaknya memiliki karakteristik antara
lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi gnu dalam instruksinnal; (2) aclanya
kolaborasi dalam pelaksanaarmya; (3) penelitian sekaligrs sebagai pralmsi yang melakukan
refieksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5)
ddaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik penelitjan :indakan Kelas (PTK), yaitu (1)
kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3) kolaboratif, (4) resiko, (S) susunan jamak, dan (6)
internalisasi teori dan praktek(Winter, 1996). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan
secara singkat karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut.

a. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil
observasi rnengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud
dengan refieksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu adanya upaya
kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap perubahan perubahan.

b. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan
kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan
pemeriksaan terhadap; (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit
walaupun dapat dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, maksudnya di
balik unit yang jelas, yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan
meskipun sesuatu yang berada di balik unit tersebut bersifat stabil.

c. Kolabaratif di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diperlukan hadirnya suatu kerja
sama dengan pihak-pihak lain seperti atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan
sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat dijadikan sumber data atau data sumber.
Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan
bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai
pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu proses situasi dan kondisi. Bentuk
kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan kondisi itulah yang
menyebabkan suatu proses dapat berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa
sudut pandang yang disampaikan oleh setjap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini
dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang
dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan
mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dark berbagai pihak. Namun
demikian memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur
yang memiliki, kewenangan clan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang
dari kolaborator dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa fungsi
kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, bukan
sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan dan berhasil tidaknya penelitian.
d. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil
resiko, terutama pada waktu proses penelilian berlangsung. Resiko yang mungkin ada
diantaranya (1) melesetnya hipotesis dan (2) adanya tuntutan untuk melakukan suatu
transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti
kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya
diskusi atau pertenbangan dari para kolaborator dan selanjutnya menyebabkan
paradangannya berubah.

e. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal
karena ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak
karena jelas penelitian ini bersifat dialektis, refiektif, partisipasitif atau kolaboratif. Susunan
jamak ini berkaitan dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua
komponen pokok supaya bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah
situasi dan kondisi proses belajar mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru,
siswa, tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil
yang dicapai, dan sebagainya.

f. Internalisasi Teori dan Praktik; di dalam Penelitian Tindakan Kelas (P T K ) keberadaan


antara teori dan praktik bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya
merupakan dua tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi unluk
mendukung tranformasi. Pendapat ini berheda dengan pandangan para ahli penelitian
konvesional yang beranggapan bahwa teori dan praktik mempakan dua hal yang terpisah.
Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya sehingga keduanya dapat
digunakan dan dikembangkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) benar-
benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan
paradigma kuantitanf maupun paradigma kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk
Penelitian Tmdakan Kelas (PTK) tidak perlu lagi diragukan, terutarna sebagai upaya
memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan taraf
keilmiahannya

1. Permasalahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus digali atau didiagnosis secara
kolaboratif dan sistematis oleh dosen dan guru dari masalah yang nyana dihadapi guru dan/
atau siswa di sekolah. Masalah penelitian bukan dihasilkan dari kajian teoretik atau dari hasil
penelitian terdahulu, tetapi masalah lebih ditekankan pada permasalahan actual pembelajaran
di kelas.
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersifat kolaboratif, dalam pengertian usulan harus secara
jelas menggambarkan peranan dan intensitas masing-masing anggota pada setiap kegiatan
penelitian yang dilakukan, yaitu: pada saat mendiagnosis masalah, menyusun usulan,
melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi, merekam data, evaluasi, dan
refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
3. Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), kedudukan dosen setara dengan guru, dalam arti
masingmasing mempunyai peran dan tanggun awab yang saling membutuhkan dan saling
melengkapi umuk mencapai tujuan. (Dirjen Dikti, 2005)
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
March 21, 2012 by Shahibul Ahyan

http://shahibul1628.wordpress.com/2012/03/21/karakteristik-penelitian-tindakan-kelas/

Berikut ini merupakan karakteristik PTK dan merupakan menjadi pembeda dengan jenis
penelitian lain (Hamzah dkk, 2011; Sukardi, 2011) adalah sebagai berikut:

1. Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang
dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Permasalahan
yang muncul di kelas dan usaha untuk memperbaiki dari permasalahan tersebut muncul dari
dalam guru sendiri secara alami, bukan dari dan oleh orang lain.
2. Penelitian melalui refleksi diri (self-reflection inquiry). PTK mensyaratkan guru
mengumpulkan data dari apa yang telah dilakukannya sendiri (bukan bersumber dari orang
lain) melalui refleksi diri untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang
telah dilakukannya dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan
menyempurnakan tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik.
3. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk
memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan
implikasinya oleh subjek yang diteliti.
4. Langkah-langkah yang penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan
atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara
intensif. Siklus penelitian tersebutyang memiliki pola: perencanaan (planning), pelaksanaan
(action), observasi (observation), refleksi (reflection), dan revisi (revision).

Karakteristik PTK tersebut juga didefinisikan oleh Denscombe (2010) yang intinya sama
dengan karakteristik yang telah diungkapkan di atas yaitu practical nature, change, cyclical
process, dan participation.

Referensi:

Denscombe, Martyn. (2010). The Good Research Guide for Small-Scale Social Research
Projects, fourth edition. New York: Mc Graw Hill.

Sukardi. (2011). Metodologi Penelitian Pendidikan; Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:


Bumi Aksara.

Uno, Hamzah, dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi Aksara.

Home » Penelitian > Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


http://www.onlinesyariah.com/2013/03/karakteristik-penelitian-tindakan-kelas.html
Setelah membaca tentang Pengertian Penelitian Tindakan Kelas pada artikel
sebelumnya, maka kali ini kita akan membahas lebih jauh tentang karakter
penelitian tindakan kelas.

Mencermati definisi Penelitian Tindakan Kelas yang telah dipaparkan di atas,


muncul suatu pertanyaan: "Kalau Penelitian Tindakan Kelas didefinisikan seperti
itu, maka apa saja karakteristik penelitian tindakan kelas itu? Semua penelitian
memang pada dasarnya dilakukan dalam upaya untuk memecahkan masalah.
Jika dilihat dari masalah yang harus dipecahkan, Penelitian Tindakan Kelas
memiliki karakteristik penting yaitu masalah diteliti untuk dipecahkan harus
selalu berangkat dari persoalan praktik pembelajaran yang dilakukan oleh guru
sehari-hari di kelas. Jadi, Penelitian Tindakan Kelas akan dapat dilaksanakan
jika guru sejak awal memang menyadari adanya masalah yang terkait dengan
proses dan hasil pembelajaran yang dihadapi di kelas dan harus dipecahkan.

Persoalannya adalah tidak semua guru mampu melihat sendiri apa yang sudah
dilakukan selama mengajar di kelas. Dapat terjadi guru berbuat kekeliruan
selama bertahun-tahun dalam melaksanakan proses pembelajaran, tetapi tidak
tahu kalau yang dilakukan itu salah. Bahkan, sangat boleh jadi justru merasa
yang dilakukannya selama ini diyakini sebagai sesuatu yang benar. Oleh sebab
itu, guru dapat meminta bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini
dilakukan dalam proses belajar-mengajar di kelasnya. Di sinilah pentingnya
proses kolaborasi atau kerjasama antara guru dengan peneliti.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Dalam konteks seperti itu, guru dapat bekerjasama dengan peneliti dari
perguruan tinggi untuk berdiskusi guna mencari dan merumuskan permasalahan
pembelajaran yang selama ini dilakukan di kelas. Dengan kata lain, guru dapat
melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif dengan peneliti dari
perguruan tinggi. Dengan kegiatan secara kolaboratif ini akan muncul
pemahaman dan kesadaran terhadap kemungkinan adanya banyak masalah
yang telah diperbuat selama guru itu melaksanakan proses pembelajaran
selama ini. Suyanto (1997) menegaskan, jika guru bersedia melakukan
penelitian tindakan kelas secara kolaboratif dengan para peneliti dari perguruan
tinggi, maka banyak manfaat yang akan diperolehnya baik secara profesional
maupun secara fungsional untuk meningkatkan karirnya. Karya tulis ilmiah
semakin diperlukan oleh guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya
karya tulis bagi guru sambil mengajar di kelas sesuai dengan rancangan
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakannya.

Karakteristik berikutnya, menurut Suyanto (1997), dapat dilihat dari bentuk


nyata kegiatan penelitian tindakan kelas itu sendiri. Penelitian tindakan kelas
memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya "tindakan-tindakan tertentu
untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Sebenarnya, tanpa tindakan
tertentu, suatu penelitian dapat saja dilakukan di kelas, tapi penelitian semacam
ini tidak tergolong ke dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian semacam ini
sering disebut dengan istilah "penelitian kelas". Contohnya, guru melakukan
penelitian tentang rendahnya tingkat motivasi belajar siswa. Jika penelitian itu
dilakukan tanpa disertai dengan tindakan-tindakan tertentu, maka jenis
penelitian yang dicontohkan itu bukan termasuk dalam penelitian tindakan kelas.
Penelitian yang dicontohkan itu hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin
memperbaiki keadaan rendahnya motivasi belajar siswa melalui tindakan-
tindakan tertentu.

Sebaliknya, jika dengan penelitian itu guru mencoba dengan berbagai tindakan
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan lebih efektif dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik,
maka penelitian itu termasuk dalam penelitian tindakan kelas. Tindakan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa itu bisa dalam bentuk menciptakan sistem
kompetisi jenis-jenis bacaan secara berkelompok dan dipresentasikan di depan
kelas secara bergantian, dapat juga dilakukan dengan menyediakan buku-buku
bacaan yang menarik bagi siswa, atau dapat juga dilakukan dengan memberikan
pertanyaan kuis pada setiap guru akan mulai mengajar sehingga mau tidak mau
pada malam harinya siswa harus membaca buku.

Suhardjono (2007:62) mengajukan beberapa karakteristik penelitian tindakan


kelas, yaitu:

1. Adanya tindakan (action). Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan
dalam laboratorium) dan ditujukan untuk memecahkan permasalahan praktis.
Tindakan tersebut merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu.

2. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang tidak saja


berupaya untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari dukungan
ilmiahnya. Penelitian tindakan kelas merupakan bagian penting dari upaya
pengembangan profesional guru (tumbuhnya sikap profesional dalam diri guru)
karena penelitian tindakan kelas mampu membelajarkan guru untuk berpikir
kritis dan sistematis, mampu membiasakan membelajarkan guru untuk menulis
dan membuat catatan.

3. Hal yang dipermasalahkan bukan dihasilkan dari kajian teoretis atau dari hasil
penelitian terdahulu, tetapi berasal dari adanya permasalahan yang nyata dan
aktual yang terjadi dalam pembelajaran di kelas. Dengan kalimat Iain, penelitian
tindakan kelas berfokus pada masalah praktis bukan problem teoritis atau
bersifat bebas konteks.
4. Penelitian tindakan kelas dimulai dari permasalahan yang sederhana, nyata,
jelas, dan tajam mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

5. Adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa,


dan lain-lain) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang
permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan
tindakan (action).

6. Di samping itu, penelitian tindakan kelas dilakukan hanya apabila ada (a)
keputusan kelompok dan komitmen untuk pengembangan, (b) bertujuan
meningkatkan profesionalisme guru, (c) alasan pokok: ingin tahu, ingin
membantu, ingin meningkatkan, dan (d) bertujuan memperoleh pengetahuan
dan/atau sebagai pemecahan masalah.

Mencermati uraian dan ilustrasi di atas, sesungguhnya dapat dikemukakan


beberapa karakteristik inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu:

1. Masalah berasal dari guru

2. Tujuannya memperbaiki pembelajaran

3. Metode utama adalah refleksi diri dengan tetap mengikuti kaidah-kaidah


penelitian

4. Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran

5. Guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti.

Jadi, adanya "tindakan-tindakan" tertentu dalam penelitian kelas inilah yang


juga menjadi karakteristik penting bagi penelitian tindakan kelas. Penting untuk
dipertegas di sini bahwa: "Tindakan seperti apakah yang dapat dikategorikan
sebagai tindakan dalam penelitian tindakan kelas itu?" Suharsimi (2007)
menceritakan pengalamannya menilai karya tulis ilmiah yang dibuat ulah guru,
ternyata masih banyak yang keliru menafsirkan penelitian tindakan kelas. Pada
sampul depan ditulis "Penelitian Tindakan Kelas", tetapi di bagian dalam
ternyata hanya menguraikan proses pembelajaran biasa. Dalam penjelasannya
memang guru sudah melakukan sesuatu, tetapi sesungguhnya guru hanya
melakukan proses pembelajaran seperti biasa saja. Misalnya: guru memberikan
lembar kerja kepada siswa, atau guru memberikan tugas untuk dikerjakan siswa
di luar kelas, atau guru menugaskan siswa menghafalkan rumus untuk
digunakan siswa di kelas. Tindakan-tindakan semacam ini sesungguhnya bukan
merupakan tindakan yang dikehendaki oleh penelitian t
indakan kelas. Suharsimi (2007) menegaskan bahwa prinsip dasar tindakan.
dalam penelitian tindakan kelas adalah "tindakan yang diberikan oleh guru
kepada siswa dengan maksud meningkatkan prestasi belajar siswa melalui
peningkatan kegiatan siswa."

Untuk memperjelas kriteria "tindakan" dalam penelitian tindakan kelas, berikut


ini disajikan ilustrasi kasus: Seorang guru IPA di suatu SMP mengamati bahwa
siswa pada umumnya merasa senang ketika ditugaskan melakukan praktikum di
laboratorium. Begitu diberitahukan untuk melakukan praktikum dan guru
memberikan lembar petunjuk pelaksanaan praktikum, mereka segera menuju
laboratorium, mengambil peralatan praktikum, mengambil bahan, dan
melaksanakan praktikum. Guru tidak sempat menunggui secara utuh ketika
siswa melakukan praktikum. Setelah selesai, siswa menyusun laporan dan
langsung menyerahkan kepada guru. Ketika guru membaca laporan praktikum
yang disusun oleh siswa, guru merasa kecewa karena pada umumnya
laporannya kurang sistematis dan isinya jauh dari teori praktikum yang
seharusnya. Oleh sebab itu, guru tersebut berniat untuk membimbing agar
siswa mampu melaksanakan praktikum dan membuat laporan dengan benar.
Kalau hanya diberitahu saja, dan dipesan agar waktu memasuki laboratorium
harus hati-hati, mengam
bil alat-alat praktikum dengan cermat, sangat boleh jadi pesan guru tersebut
tidak terlalu diperhatikan.

Oleh sebab itu, sebagai guru yang bijaksana, dia berusaha menganalisis dan
mengenali apa saja kelemahan-kelemahan yang terjadi ketika siswa melakukan
praktikum. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, guru tersebut
memperoleh beberapa aspek dari keseluruhan kegiatan praktikum yang harus
dibenahi, yaitu:

1. Ketika guru membagikan lembar petunjuk praktikum, siswa tidak diberikan


kesempatan untuk menelaah dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
Barangkali masih ada yang tidak dipahami oleh siswa dalam petunjuk praktikum
tersebut, tetapi siswa langsung melakukan praktikum. Tentu saja pada bagian
yang belum dipahami itu menyebabkan siswa melakukan praktikum dengan
tidak benar. Bagian ini akan dicari cara untuk memperbaikinya. Ketika siswa
mengambil alat-alat dan bahan praktikum tidak diberitahu secara rinci agar hari-
hati serta bergiliran dan berurutan dalam mengambilnya. Bagian ini juga akan
diperbaiki.

3. Ketika siswa melaksanakan praktikum, guru tidak selalu menunggui dan


mengamati dengan sungguh-sungguh cara siswa bekerja sejak awal sampai
akhir. Bagian ini juga menjadi perhatian guru untuk diperbaiki.

4. Ketika siswa menyusun laporan tidak dibimbing, langsung disuruh


menyusunnya, dan kemudian langsung diserahkan kepada guru. Hasil praktikum
belum tentu dikuasai oleh siswa karena tidak ada kesempatan untuk menelaah
bersama-sama guru. Bagian ini juga menjadi perhatian guru untuk diperbaiki.
Setelah guru menganalisis kelemahan-kelemahan tersebut, selanjutnya
merumuskan tindakan-tindakan perbaikan proses pembelajaran praktikum
tersebut, yaitu:

1. Setelah petunjuk praktikum diperbanyak dan dibagikan kepada siswa, seluruh


siswa diberikan kesempatan untuk membaca dan memahami secara cermat dan
diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Setelah
guru yakin bahwa semua siswa memahami petunjuk praktikum, maka siswa
disuruh mulai melaksanakan praktikum.

2. Guru memberikan petunjuk agar siswa dalam mengambil alat-alat dan bahan
praktikum harus bergiliran dan berurutan. Ini dilakukan karena guru yakin
bahwa jika siswa diberi panduan untuk mengambil alat-alat dan bahan
praktikum secara bergiliran dan dengan urutan yang benar, maka siswa akan
tertib, tidak berebut, dan melakukannya secara hati-hati.

3. Selain membuat petunjuk praktikum, guru juga membuat lembar pengamatan


yang digunakan untuk mengamati kegiatan siswa ketika sedang melakukan
praktikum. Dengan cara demikian, siswa dapat melaksanakan praktikum dengan
lancar, tidak mengalami kebingungan, dan tidak akan bekerja secara seenaknya
karena selama melaksanakan praktikum senantiasa diamati oleh guru.

4. Untuk menjaga agar laporan yang disusun oleh siswa memenuhi syarat, maka
guru membuat pedoman penyusunan laporan dan dibagikan kepada siswa.

5. Agar siswa memahami isi hasil praktikum yang dituangkan dalam laporan,
maka guru mengajak siswa untuk membahasnya secara keseluruhan.

Berikut ini disajikan beberapa contoh kegiatan guru yang tidak mencerminkan
adanya "tindakan' sebagaimana yang dikehendaki oleh penelitian tindakan
kelas:

1. Guru merasa kesal karena setiap hari banyak siswa yang datang terlambat.
Kedatangan siswa terlambat seperti itu tentu saja mengganggu kelas yang
sedang berlangsung proses pembelajaran. Tindakan guru adalah memberikan
peringatan bahwa bagi siswa yang terlambat tidak boleh masuk kelas.

2. Guru merasa tidak puas dengan perilaku siswanya yang ketika mengerjakan
ulangan banyak yang menyontek. Guru membuat peraturan agar sebelum
ulangan dimulai semua catatan harus dikumpulkan di meja guru dan setelah itu
guru baru membagikan soal ulangan.

3. Beberapa siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) sehingga ketika


guru mengajak siswa untuk membahas hasil PR siswa tersebut tidak bisa
mengikuti secara aktif. Oleh karena itu, guru memberi surat kepada orang tua
siswa tersebut agar mengingatkan anaknya.
Ketiga contoh tersebut tidak mencerminkan adanya "tindakan" karena guru tidak
memberikan kegiatan kepada siswa sehingga mereka harus melakukan sesuatu.
Pada contoh 1 guru hanya memberi peringatan seperti biasanya. Peringatan
semacam itu sudah berulang-ulang diberikan, tetapi kejadian yang sama tetap
saja muncul. Pada contoh 2 guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan catatan
di atas meja guru. Memang dengan cara seperti ini siswa tidak dapat menyontek
karena catatannya tidak ada pada mereka, tetapi ini bukan perintah yang
menuntut siswa mengerjakan sesuatu untuk perbaikan dirinya. Pada contoh 3
justru contoh yang tidak baik karena guru tidak mengatasi sendiri dengan
tindakan perbaikan, melainkan justru meminta bantuan orang tua siswa.

Ada tiga unsur yang senantiasa harus diperhatikan dalam penelitian-tindakan


kelas, yaitu:

1. Pemberi tindakan, yaitu guru.

2. Subjek tindakan, yaitu siswa.

3. Tindakan yang berupa sesuatu kegiatan yang harus dilaksanakan oleh siswa
sebagai subjek tindakan dan tindakan itu menjadi pengarahan kepada siswa
untuk melakukan perbaikan.

Berdasarkan karakteristik penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan di


atas, maka ada sejumlah masalah penting yang dapat dijadikan bahan kajian
dalam penelitian tindak kelas, yaitu:

1. Masalah belajar siswa di sekolah, misalnya: rendahnya motivasi belajar,


rendahnya minat baca, kurangnya kemampuan siswa memahami teks,
kurangnya kemampuan penguasaan konsep hitungan, rendahnya keaktifan
belajar siswa di kelas, dan sebagainya.

2. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar siswa, misalnya: pengembangan


sikap berpikir ilmiah pada diri siswa.

3. Pengembangan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan mutu


perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program pembelajaran.

4. Desain dan strategi pembelajaran di kelas, misalnya: inovasi dan


implementasi model pembelajaran atau metode pembelajaran tertentu.

5. Implementasi kurikulum, misalnya: pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

6. Media, alat peraga, dan sumber belajar lainnya, misalnya: penggunaan alat
peraga tertentu untuk meningkatkan kegairahan belajar siswa; pemanfaatan
perpustakaan oleh siswa; atau pemanfaatan sumber belajar di luar sekolah.

7. Sistem evaluasi proses dan hasil pembelajaran, misalnya : pengembangan


alat evaluasi berbasis kompetensi; atau efektivitas penggunaan alat evaluasi
tertentu.

Source : Penelitian Tindakan Kelas, Dr. Mansyur, M.Si.

Kajian Teori Dalam Penelitian Tindakan Kelas

A. Pendahuluan
Diskusi tentang posisi kajian teori dalam penelitian tindakan kelas setidaknya melibatkan tiga
aspek penting, yaitu paradigma penelitian, posisi penelitian tindakan kelas, pokok
permasalahan teoritis dalam konteks penelitian tindakan kelas. Berikut ini disajikan
pembahasan masing-masing aspek tersebut:
1. Paradigma Penelitian
Perkembangan perubahan paradigma dalam penelitian pendidikan menarik untuk
dicermati. Ketika penerapan statistik diperkenalkan ke dunia pendidikan, banyak peneliti
tertarik untuk mennggunakannya. Kecenderungan ini meningkat tajam dengan kehadiran
komputer yang menawarkan program-program statistika sehingga sangat membantu
memudahkan siapa saja yang menggunakannya untuk menganalisis data secara statistik.
Penggunaan statistik sangat diwarnai oleh paradigma positifistik-kuantitatif. Pengaruh
positifnya memang sangat banyak, terutama mempercepat kerja peneliti dan keakuratan hasil
analisis data lebih terjamin dibandingkan dengan yang dilakukan secara manual. Namun
disisi lain ada juga pengaruh negatifnya, yaitu terasa terpinggirkannya teori dalam penelitian,
sampai-sampai ada kritik tajam yang mengatakan bahwa penelitian pendidikan adalah
penelitian yang bersifat “ateoritik” atau paling tidak lemah dalam landasan teoritisnya.
Perkembangan selanjutnya muncul paradigm penelitian naturalistic-fenomenologis yang
pendekatannya kualitatif. Paradigma ini muncul seakan-akan menawarkan solusi agar
paradigma kuantitaif sebagai warna utama dalam penelitian pendidikan yang cenderung
kering pembahasan teoritisnya dapat dihindari. Namun perkembangan paradigma ini juga
tidak terlapas dari pengaruh negatif. Ada pengaruh negatif yang cenderung tampak dan
berkembang, yakni bahwa pendekatan kualitatif cenderung dipilih sebagai upaya
menghindari statistika bagi orang-orang yang tidak senang dengan statistika atau kesulitan
dalam menggunakan analisis statistik.
Kekeringan kajian teoritis menyebabkan penelitian mengalami kurang memiliki landasan
yang kokoh dan mengalami pendangkalan makna dari hasil analisis datanya. Ini terjadi
karena peneliti menjadi kurang tajam dalam melakukan refleksi yang sangat memerlukan
kemampuan berpikir abstrak, menemukan dan membuat asosiasi, dan komparasi secara
teoritis. Kemampuan berpikir analitik dan kemampuan berpikir sintetik dengan dasar teori
yang kokoh sangat besar perannya dalam menghasilkan makna hasil penelitian yang
berkualitas.
Berkenaan dengan paradigm penelitian positivistic dan fenomenologis ini, ada tiga
kemungkinan pandangan atau sikap seseorang sebagai peneliti, yaitu:

1. Bersikap opsisional, yaitu mendudukkan kedua paradigma itu dalam posisi yang
berseberangan, peneliti tidak ada kemungkinan lain kecuali memilih salah satu karena
berpandangan bahwa kedua paradigma itu saling bertentangan satu dengan yang lain
2. Bersikap komplementaristik, yaitu menggunakan kedua paradigma penelitian itu
untuk saling melengkapi, peneliti dapat menggunakannya secara bergantian sesuai
dengan sifat permasalahan yang diteliti. Ini yang belakangan dikenal dengan
complementary research.
3. Bersikap integralistik atau nonparadigmatik, yaitu peneliti membebaskan diri dari
kedua paradigma penelitian tersebut.

2. Posisi Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas memiliki sifat yang khas yaitu reflektif-partisipatoris. Artinya guru
sebagai peneliti berpartisipasi secara aktif melaksanakan proses pembelajaran dan sekaligus
mengamati, mencermati, merenungkan, mencari, dan menumukan aspek-aspek penting yang
perlu diperbaiki. Unsur utama yang membedakannya dengan penlitian lain adalah adanya
tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Perbedaannya dari
penelitian eksperimen adalah terletak pada tingkat ketepatan pengendalian variabel, pada
penelitian tindakan kelas rancangan dimungkinkan mengalami perubahan, penajaman, tanpa
harus kehilangan teman senteralnya.

Penelitian tindakan kelas memiliki tujuan utama yaitu


menghasilkan perbaikan, artinya kalau dalam proses pelaksanaan tindakan ditemukan hal-hal
yang kurang sesuai, sangat dimungkinkan dilakukan perubahan atau penajaman tindakan agar
tujuan perbaikan yang direncanakan dapat tercapai, tanpa mengubah rancangan induknya.
Dari sudut pandang lain sangat penting bagi peneliti untuk berbuat sesuatu agar perubahan
dan perbaikan yang ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukan dapat terjadi secara maksimal.
Kemampuan improvisasi dalam tindakan dan pendataannya merupakan sesuatu yang
menuntut kelincahan peneliti dalam menggunakan metodologi penelitian. Di sinilah terasa
bahwa cara kerja yang ditawarkan oleh pendekatan kualitatif sangat diperlukan dalam
penelitian tindakan kelas. Dalam pada itu, fleksibilitas kerja penelitian untuk kepentingan
peningkatan hasil penelitian dengan tetap mengacu pada kaidah penelitian ilmiah yang
diperlukan. Dikaji dari sudut pandang ini, Penelitian tindakan kelas memiliki sifat-sifat
penelitian kualitatif. Ini tampak jika di tinjau dari proses pelaksanaan tindakan yang
membuka peluang improvisasi, proses pengumpulan data dengan berbagai metode dan dari
berbagai sumber, dan refleksi berjalan terus-menerus untuk menghasilkan dampak tindakan
dan pemaknaan hasil secara baik agar mampu memberikan perubahan dan perbaikan proses
pembelajaran dan hasil belajar.
B. Peran Teori Dalam Penelitian

Sesungguhnya ada banya sekali variasi jenis-jenis penelitian. Variasi


itu semakin tampak tergantung dari perbedaan dimensi yang digunakan untuk
memandangnya. Salah satu cara untuk melihat dan memaknai jenis-jenis penelitian dalam
kaitannya dengan peran kajian teori dalam penelitian adalah dengan menempatkannya ke
dalam suatu kontinum: deskriptif-ekspalanatif-verifikatif. Dengan pembedaan kelompok
penelitian ke dalam tiga jenis penelitian itu menjadi tampak peran kajian teori di dalam
masing-masing jenis penelitian tersebut. Berikut ini tabel yang menggambarkan peran teori
dalam penelitian:
Jenis Penelitian Ciri-ciri Utama Peran Teori
Deskriptif 1. Menggambarkan apa Mempertajam
adanya interpretasi
2. Tanpa intervensi
3. Naratif verbal
4. Indukstif kualitatif
5. Tanpa hipotesis
Eksplanatif 1. Dengan/tanpa intervensi
1.Membangun model
2. Kuantitatif/kualitatif hubungan antar variabel
3. Dengan/tanpa hipotesis2.Instrumentasi pengukuran
3.Interpretasi
Verifikatif 1 .Ada intervensi 1. Analisis Masalah
2. Manipulatif. 2. Perancangan eksperimen
3. Kuantitatif 3. Instrumentasi pengukuran
4. Deduktif 4.Interpretasi
5. Uji hipotesis
Pada tabel di atas terlihat bahwa peran teori sangat beragam tergantung pada posisi
epistemologis peneliti dan juga tujuan penelitiannya. Pada jenis penelitian yang bersifat
deskriptif, yang dalam penelitiannya tanpa intervensi, teori sangat membantu dalam
melakukan analisis dan interpretasi data. Di sisi lain, peran teori jauh lebih banyak misalnya
pemetaan permasalahan penelitian. Proses penemuan dan pemetaan permasalahan penelitian ,
ada yang diperoleh berdasarkan ketajaman peneliti menemukan murni pada tataran teori,
tetapi ada juga yang diperoleh berdasarkan pada penjelajahan dan ketajaman menggali empiri
di lapangan. Perancangan penelitian sudah pasti memerlukan penguasaan teori yang kokoh
berkenaan dengan sifat objek penelitian; identifikasi variabel penelitian, baik variabel
perlakuan maupun variabel control; dan temasuk perumusan hipotesis penelitian yang
merupakan penurunan deduktif dari teori. Instrumentasi untuk kualifikasi data juga sangat
membutuhkan dasar kajian teoritis yang kokoh, baik teori substantif maupun teori bantunya,
agar butir-butir instrument itu tidak menyimpang dari objek yang hendak diukur. Interpretasi
hasil analisis data juga sangat memerlukan kajian teori jika ingin mampu memberikan
pemaknaan secara komprehensif, tajam, dan mendalam.
Pada jenis penelitian yang berfungsi eksplanasi, peran teori juga bermacam-macam. Peran
teori yang sangat menonjol pada jenis penelitian ini adalah sebagai “grand theory” teori
utama yang mendasari penyusunan model structural hubungan antara variabel. Dalam
epistemology modernisasi, peran grand theory ini sangat kuat pengaruhnya terhadap proses
deduksi, elaborasi pertanyaan penelitian, instrumentasi, rancangan, analisis, sampai dengn
pemaknaan hasil analisis.

C. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas merupakan wilayah interaksi antara penelitian tindakan dengan
penelitian kelas. Penelitian tindakan kelas juga merupakan penerapan metodologi penelitian
tindakan dengan objek proses pembelajaran di kelas. Tujuan utamanya adalah melakukan
perbaikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa melalui
sejumlah tindakan yang dirancang sebaik-baiknya. Untuk mencapai perbaikan dan
peningkatan kualitas secara maksimal, rumusan tindakan itu bahkan tidak cukup hanya
dilakukan satu kali saja melainkan bersiklus secara spiral.
Ada sejumlah karakteristik penelitian tindakan kelas yang menonjol dan perlu dicermati,
yaitu:
1. Substansi objek penelitiannya adalah situasi kelas, di dalamnya termasuk faktor-faktor
input dan proses dalam aktivitas pembelajaran
2. Guru dan murid diperlakukan sebagai dari subjek penelitian, bukan sebagai objek
yang diteliti. Guru sebagai pelaku berperan aktif sejak penemuan dan perumusan
masalah yang memerlukan tindakan, perencanaan tindakan kelas, dan refleksi yang
diperlukan pada setiap tahap dan akhir siklus.
3. Refleksi diri karena guru diposisikan sebagai subjek aktif dalam penelitian tindakan
kelas.
4. Partisipatoris, karena guru selain melaksanakan proses pembelajaran juga sekaligus
melaksanakan penelitian.
5. Bersiklus, artinya ada proses yang berulang dalam serangkaian tindakan yang
dilakukan. Pada setiap putaran terdiri atas empat kegiatan utama, yaitu: Perencanaan
tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan, dan refleksi terhadap
keseluruhan tindakan
6. Fleksibel, artinya dalam penelitian tindakan kelas dimungkinkan terjadinya
improvisasi atas tema sentral dan konsep dasar tindakan.

Kemmis dan Mc. Taggart (1998), mengajukan lima karakteristik penting dalam penelitian
tindakan kelas, yaitu:

1. Situasional, artinya penelitian tindakan kelas berkaitan langsung dengan


permasalahan konkrit yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Konstektual, artinya penelitian tindakan kelas merupakan upaya yang dilakukan
dengan melalui model dan prosedur tindakan yang tidak bisa dilepaskan dari konsteks
budaya, sosial politik, maupun ekonomi di mana proses pembelajaran berlangsung.
3. Kolaboratif, artinya dalam penelitian tindakan kelas memerlukan adanya partisipasi
aktif antara guru dan siswa, dan mungkin dengan teknisi laboran, dan sebagainya
yang terkait dalam membantu proses pembelajaran.
4. Self-reflektif dan self-evaluatif, artinya guru sebagai pelaksana dan pelaku tindakan
melakukan tindakan refleksi dan evaluasi terhadap hasil dan kemajuan yang dicapai.
Perubahan atau perbaikan tindakan yang dilakukan didasarkan pada hasil refleksi dan
evaluasi yang telah dilakukan.
5. Fleksibel, artinya penelitian tindakan kelas memberikan sedikit kelonggaran dalam
pelaksanaan tanpa melanggar kaidah metodologis ilmiah. Misalnya: tidak ada
prosedur pengambilan sampel, alat pengumpul data bersifat informal, dan sebagainya.

D. Peran Kajian Teori dalam Penlitian Tindakan Kelas


Sebagai mana jenis penelitian lain, kajian teori dalam penelitian tindakan kelas juga
memiliki peran yang penting. Kajian teori memberikan landasan yang kokoh untuk
menemukan, mengenali dan merumuskan permasalahan yang layak untuk dijadikan focus
penelitian. Kajian teori juga memberikan landasan yang kokor dan rasional dalam
merumuskan hipotesis tindakan, sehingga hipotesis tindakan yang dirumuskan tidak sekedar
menduga-duga saja. Tidak kalah pentingnya adalah kajian teori memberikan bekal
pemahaman dan landasan yang kokoh bagi guru sebagai peneliti dalam melakukan refleksi.
Untuk mempermudah memahami peran kajian teori dalam penelitian tindakan kelas,
dapat disimak penjelasan yang tertera pada tabel di bawah ini.
Fungsi/Tahapan Peran Teori Perlu Perhatian Khusus
Refleksi awal, Sebagai landasan Diperlukan kesepahaman
Identifikasi tema untuk menemukan, konseptual teoritik. Untuk
sentral mengenali, dan itu perlu ada dialog dengan
memetakan teman sejawat atau dengan
permasalahan yang peneliti dari perguruan
akan dijadikan focus tinggi kependidikan
penelitian tindakan
kelas.
Perencanaan Sebagai dasar Tidak perlu kaku kerena
tindakan pertimbangan rancangan tindakan bersifat
perumusan rancangan tentatif dan akan diperbaiki
tindakan dan
perumusan hipotesis
tindakan.
Pelaksanaan Sebagai pengarah dan Kepekaan terhadap
Tindakan pemandu dalam kesulitan pelaksanaan
melaksanakan
tindakan
Pengamatan, Sebagai sumber Perlu pencermatan atas
pemantauan kriteria untuk kejadian yang tidak
pelaksanaan mempertimbangkan deirencanakan dan sejumlah
tindakan ketepatan arah dan kejadian-kejadian bermakna
kualitas perubahan lainnya.
yang ditimbulkan oleh
tindakan yang
dilakukan.
Refleksi Sebagai salah satu alat Hindarkan penggunaan teori
untuk memaknai hanya untuk pembenaran
bebragai indikasi
proses perubahan,
hasil, dan dampak
perubahan.
Peralihan antar Teori untuk dasar Hubungan antar substansi
siklus pertimbangan satu siklus dengan siklus
kesinambungan berikutnya.
antarsikulus dan
perbaikan siklus
berikutnya

Demikian pembahasan mengenai Kajian Teori Dalam Penelitian Tindakan Kelas, semoga
bermanfaat, dan jangan lupa komentarnya ya

Read more: http://007indien.blogspot.com/2012/05/kajian-teori-dalam-penelitian-


tindakan.html#ixzz2Ttik4Xyj

Penelitian Tindakan Kelas, Pengertian, Hakikat, dan Metodologi


Posted by Keyword Terkenal 25 Januari, 2012 0 comments

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(CLASSROOM ACTION RESEARCH)

A. PENGERTIAN

Belakangan ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para
profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai bidang. Awal
mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah sosial (pengangguran, kenakalan
remaja, dan lain-lain) yang berkembang di masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali
oleh suatu kajian terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan
dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang telah disusun,
kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai sebagai masukan untuk melakukan
refleksi atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian
melandasi upaya perbaikan dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di
atas dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas keberhasilan tertentu
dapat tercapai.

Dalam bidang pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu
penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat menemukan solusi dari
masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai
ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian
terapan, disamping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus
meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru mempunyai peran
ganda : praktisi dan peneliti.

Classroom action research (CAR) adalah action research yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.
Action research pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan- …”, yang
dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada
beberapa jenis action research, dua di antaranya adalah individual action research dan collaborative
action research (CAR). Jadi CAR bisa berarti dua hal, yaitu classroom action research dan
collaborative action research; dua-duanya merujuk pada hal yang sama.

Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat
kuantitatif. Action research berbeda dengan penelitian formal, yang bertujuan untuk menguji
hipotesis dan membangun teori yang bersifat umum (general). Action research lebih bertujuan
untuk memperbaiki kinerja, sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak untuk digeneralisasi. Namun
demikian hasil action research dapat saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai latar yang
mirip dengan yang dimliki peneliti.

Perbedaan antara penelitian formal dengan classroom action research disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1. Perbedaan antara Penelitian Formal dengan Classroom Action Research


Penelitian Formal Classroom Action Research

Dilakukan oleh orang lain Dilakukan oleh guru/dosen

Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan

Instrumen harus valid dan reliabel Instrumen yang valid dan reliabel tidak
diperhatikan

Menuntut penggunaan analisis statistik Tidak diperlukan analisis statistik yang rumit

Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis

Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara


langsung

B. MENGAPA PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENTING ?

Ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan
profesional seorang guru :

1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika pembelajaran di
kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa yang dia dan muridnya

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi sebagai seorang
praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama bertahun-tahun tanpa ada
upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai peneniliti di bidangnya.
3. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran
melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa yang terjadi di kelasnya. Tindakan
yang dilakukan guru semata-mata didasarkan pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di
kelasnya.

4. Pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan
kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan pelaksanaan proses
pembelajaran.

5. Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-
upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta
bahan ajar yang dipakainya.

6. Penerapan PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan atau
meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatan mutu
hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru; meningkatkan relevansi; meningkatkan
efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

C. HAKIKAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang
bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh
ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya.

PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini
keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra,
terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya.

Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen,
kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini
dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam
kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajar-mengajar untuk suatu pokok bahasan
tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat
PTK.

Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan
maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah,
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang
diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk
refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta–pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan
penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik
tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988).

Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan
(guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan
dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-
lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997).

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki
pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik
mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK
bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan
menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan
dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis
dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai
pelaksanaan tugasnya secara profesional.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru
bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga
kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya,
diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial
maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa.

Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa
bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya peningkatan kualitas tersebut
diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua
“ aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan
kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan “aksi” nya masih terdapat kekurangan, dia akan
bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak
terjadi permasahan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu
penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh
guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap
tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri,
yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas.

Jenis dan Model PTK

Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, jenis PTK memiliki karakteristik yang relatif agak
berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik,
eksperimen survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK
dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikatagorikan sebagai
penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa ada
perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperimen, karena penelitian ini diawali dengan
perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang
dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki
karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional; (2)
adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) penelitian sekaligus sebagai praktisi yang melakukan
refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5)
dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Menurut Richart Winter ada enam karekteristik PTK, yaitu (1) kritik reflektif, (2) kritik dialektis, (3)
kolaboratif, (4) resiko, (5) susunan jamak, dan (6) internalisasi teori dan praktek (Winter, 1996).
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan secara singkat karakteristik PTK tersebut.

1. Kritik Refeksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan khususnya PTK
ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil observasi mengenai latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya
saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan
refleksi ini perlu adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap
perubahan-perubahan.

2. Kritik Dialektis; dengan adanyan kritik dialektif diharapkan penelitian bersedia melakukan kritik
terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan bersedia melakukan pemeriksaan
terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh yang merupakan satu unit walaupun dapat
dipisahkan secara jelas, dan, (b) Struktur kontradiksi internal, -maksudnya di balik unit yang jelas,
yang memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang berada
di balik unit tersebut bersifat stabil.

3. Kolaboratif; di dalam PTK diperlukan hadirnya suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti
atasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu diharapkan dapat
dijadikan sumber data atau data sumber. Mengapa demikian? Oleh karena pada hakikatnya
kedudukan peneliti dalam PTK merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang
ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi dia juga terlibat langsung dalam suatu
proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama atau kolaborasi di antara para anggota situasi dan
kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat berlangsung.Kolaborasi dalam kesempatan ini
ialah berupa sudut pandang yang disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang
ini dianggap sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada sudut pandang dari
seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu masalah secara tuntas dan mampu
dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal; dari berbagai pihak. Namun demikian
memperoleh berbagai pandangan dari pada kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki
,kewenangan dan tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator
dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, sdapat dikatakan bahwa fungsi kolaborator hanyalah
sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang begitu menentukan terhadap pelaksaanan
dan berhasil tidaknya penelitian.

4. Resiko; dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani mengambil resiko,
terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko yang mungkin ada diantaranya (a)
melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya,
melalui keterlibatan dalam proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan
pandangan karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para kalaborator
dan selanjutnya menyebabkan pandangannya berubah.

5. Susunan Jamak; pada umumnya penelitian kuantitatif atau tradisional berstruktur tunggal karena
ditentukan oleh suara tunggal, penelitinya. Akan tetapi, PTK memiliki struktur jamak karena jelas
penelitian ini bersifat dialektis, reflektif, partisipasi atau kolaboratif. Susunan jamak ini berkaitan
dengan pandangan bahwa fenomena yang diteliti harus mencakup semua komponen pokok supaya
bersifat komprehensif. Suatu contoh, seandainya yang diteliti adalah situasi dan kondisi proses
belajar-mengajar, situasinya harus meliputi paling tidak guru, siswa, tujuan pendidikan, tujuan
pembelajaran, interaksi belajar-mengajar, lulusan atau hasil yang dicapai, dan sebagainya.

6. Internalisasi Teori dan Praktik; Menurut pandangan para ahli PTK bahwa antara teori dan praktik
bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua tahap yang
berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk mendukung tranformasi. Pendapat
ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian konvesional yang beranggapan bahwa teori dan
praktik merupakan dua hal yang terpisah. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula
sebaliknya sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk
penelitian yang lain, baik itu penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif maupun paradigma
kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan, terutama sebagai
upaya memperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan taraf
keilmiahannya.
D. MODEL - MODEL ACTION RESEARCH

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model action research, terutama
classroom action research. Dialah orang pertama yang memperkenalkan action research. Konsep
pokok action research menurut Kurt Lewin terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perencanaan
(planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Hubungan
keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

Model Kemmis & Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan Kurt
lewin seperti yang diuraikan di atas, hanya saja komponen acting dan observing dijadikan satu
kesatuan karena keduanya merupakan tindakan yang tidak terpisahkan, terjadi dalam waktu yang
sama

E. MASALAH CAR

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah CAR.

1. Banyaknya Masalah yang Dihadapi Guru

Setiap hari guru mengahadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya.
Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk CAR sungguh ironis. Merenunglah
barang sejenak, atau ngobrollah dengan teman sejawat, Anda akan segera menemukan kembali
seribu satu masalah yang telah merepotkan Anda selama ini.

2. Tiga Kelompok Masalah Pembelajaran

Masalah pembelajaran dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu (a) pengorganisasian materi
pelajaran, (b) penyampaian materi pelajaran, dan (c) pengelolaan kelas. Jika Anda berfikir bahwa
pembahasan suatu topik dari segi sejarah dan geografi secara bersama-sama akan lebih bermakna
bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri, Anda sedang berhadapan dengan masalah
pengorganisasian materi. Jika Anda suka dengan masalah metode dan media, sebenarnya Anda
sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila Anda menginginkan kerja
kelompok antar siswa berjalan dengan lebih efektif, Anda berhadapan dengan masalah pengelolaan
kelas. Jangan terikat pada satu kategori saja; kategori lain mungkin mempunyai masalah yang lebih
penting.

3. Masalah yang Berada di Bawah Kendali Guru

Jika Anda yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi
pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, Anda tidak perlu melakukan CAR untuk meningkatkan
kebiasaan belajar siswa di rumah. Dengan dibelikan buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di
luar kemampuan Anda. Dengan perkataan lain yakinkan bahwa masalah yang akan Anda pecahkan
cukup layak (feasible), berada di dalam wilayah pembelajaran, yang Anda kuasai. Contoh lain
masalah yang berada di luar kemampuan Anda adalah: Kebisingan kelas karena sekolah berada di
dekat jalan raya.

4. Masalah yang Terlalu Besar

Nilai UAN yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu besar untuk
dipercahkan melalui CAR, apalagi untuk CAR individual yang cakupannya hanya kelas. Faktor yang
mempengaruhi Nilai UAN sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan. Pilihlah masalah
yang sekiranya mampu untuk Anda pecahkan.

5. Masalah yang Terlalu Kecil

Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan
maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian itu
dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa dalam mengikuti pelajaran Anda
misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa; sementara masih
banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.

6. Masalah yang Cukup Besar dan Strategis

Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat merupakan contoh dari masalah yang cukup besar
dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa memerlukan
keterampilan itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar. Sukarnya siswa
berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, dan ketidaktahuan siswa tentang meta belajar (belajar
bagaimana belajar) merupakan contoh lain dari masalah yang cukup besar dan strategis. Dengan
demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar dan jelas.

7. Masalah yang Anda Senangi

Akhirnya Anda harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang Anda teliti. Hal itu
diindikasikan dengan rasa penasaran Anda terhadap masalah itu dan keinginan Anda untuk segera
tahu hasil-hasil setiap perlakukan yang diberikan.

8. Masalah yang Riil dan Problematik

Jangan mencari-cari masalah hanya karena Anda ingin mempunyai masalah yang berbeda dengan
orang lain. Pilihlah masalah yang riil, ada dalam pekerjaan Anda sehari-hari dan memang
problematik (memerlukan pemecahan, dan jika ditunda dampak negatifnya cukup besar).

9. Perlunya Kolaborasi

Tidak ada yang lebih menakutkan daripada kesendirian. Dalam collaborative action reseach Anda
perlu bertukar fikiran dengan guru mitra dari mata pelajaran sejenis atau guru lain yang lebih senior
dalam menentukan masalah.

F. IDENTIFIKASI, PEMILIHAN, DESKRIPSI, DAN RUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Dalam mengidentifikasikan masalah, Anda sebaiknya menuliskan semua masalah yang Anda rasakan
selama ini.

2. Pemilihan Masalah
Anda tidak mungkin memecahkan semua masalah yang teridentifikasikan itu secara sekaligus, dalam
suatu action research yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain dalam hal
kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan penyebab dari masalah
yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak pada yang lain; dua-duanya
akan terpecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara tepat Anda perlu menyusun
masalah-masalah itu berdasarkan kriteria tersebut: tingkat kepentingan, nilai

Lowongan Kerja dan Peluang Usaha di bidang IT menanti keterampilan anda sebagai ahli teknisi komputer.
Jadilah Teknisi Komputer Professional dengan memiliki Panduan Teknsisi Komputer Terlengkap dari Toko
Ebook Online Terpercaya. Ayo gabung bersama Qbonk Media Group DI SINI.

strategis, dan nilai prerekuisit. Akhirnya Anda pilih salah satu dari masalah-masalah tersebut,
misalnya “Siswa tidak dapat melihat hubungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.”

A. PENELITIAN TINDAKAN

Pengertian:

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran


yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki
mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran
demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
2. Action research dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi
seperangkat kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan; pada pokoknya ia merupakan suatu cara eklektik yang
dituangkan ke dalam suatu program refleksi-diri (self-reflection) yang
ditujuan untuk peningkatan mutu pendidikan.
3. Action research adalah suatu bentuk penelitian refleleksi-diri yang dilakukan
oleh para partisipan (guru,siswa,atau kepala sekolah,) dalam situasi-situsi
social (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan
kebenaran (a) preaktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan
sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi
(dan lembaga-lembaga) di mana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.
(Carr dan Kemmis, 1996).
4. action research adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan
melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan
praktek mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktek tersebut, dan agar
mau untuk memperbaikinya.
5. Penelitian tindakan merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan
untuk meningkatkan situasi praktis
Macam-macam PTK
Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat
berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan
PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di
kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa
orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan
diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.
Karakteristik PTK
PTK memeliki sejumlah karakteristik sebagai berikut :
1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian
tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu
tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data
yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi
dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk
digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat
lain yang konteksnya mirip.
4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku
perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda,
yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.
5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran
menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang
diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan
hal yang diteliti.
6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu
terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain
demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau
tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh
guru; menggarap masalah-masalah besar.
8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi
kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai
tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel
secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik
yang sederhana, bukan yang rumit.
10. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih
baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan
menguji hipotesis.
Tujuan PTK sebagai berikut :
1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang
dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru.
3. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran
di kelas agar pembelajaran bermutu.
4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan
masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi
siswa dan kelas yang diajarnya.
5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi
pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang
dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran.
6. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan
inovatif guru.
7. Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis
penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas,
bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.
8. Memecahkan masalah-masalah melalui penerapan langsung di kelas atau
tempat kerja (Isaac, 1994:27).
9. Menemukan pemecahan masalah yang dihadapi sesorang dalam tugasnya
sehari-hari dimana pun tempatnya, di kelas, di kantor, di rumah sakit, dan
seterusnya.
Manfaat PTK
1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan
guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK
yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk
berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan
dimuat di jurnal ilmiah.
2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan
menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung
professionalisme dan karir guru.
3. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru
dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama
memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
4. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum
atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal,
sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi
kebutuhan siswa.
5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan,
kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun
dapat meningkatkan.
6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik,
menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena
strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam
pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
PTK dapat berfungsi sebagai (Cohen & Manion, 1980: 211): (a) alat
untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi
pembelajaran di kelas; (b) alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru
dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-
diri, khususnya melalui pengajaran sejawat; (c) alat untuk memasukkan ke
dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif; (d)
alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan
peneliti; (e) alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang
subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
Prosedur Pelaksanaan PTK
1. Menyusun proposal PTK.
Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1)
mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode
atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan
pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan
merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai
dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan
pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih
dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan
mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus
yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan
masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara
mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan
untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara
analisis data PTK.
2. Melaksanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini
diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu
sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus
dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan,
pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan
bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu
dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.
3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan,
pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini
harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil
analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat
kesimpulan dan rumusan saran.
4. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan
menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan
hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi
masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah
laporan PTK.

Dilihat dari ruang lingkup, tujuan, metode, dan prakteknya, action research
dapat dianggap sebagai penelitian ilmiah micro. Action research adalah penelitian
yang bersifat partisipatif dan kolaboratif. Maksudya, penelitiannya dilakukan sendiri
oleh peneliti, dan diamati bersama dengan rekan-rekannya. Action research berbeda
dengan studi kasus karena tujuan dan sifat kasusnya yang tidak unik seperti pada studi
kasus, action research tidak digunakan untuk menguji teori. Namun kedua macam
penelitian ini mempunyai kesamaan, yaitu bajwa peneliti tidak berharap hasil
penelitiannya akan dapat digeneralisasi atau berlaku secara umum.

Action research mendorong para guru agar memikirkan apa yang mereka
lakukan sehari-hari dalam menjalankan tugasnya, membuat para guru kritis terhadap
apa yang mereka lakukan tanpa tergantung pada teori-teori yang muluk-muluk yang
bersifat universal yang ditemukan oleh para pakar penelitian yang sering kali tidak
cocok dengan situasi dan kondisi kelas. Keterlibatan peneliti action research dalam
penelitiannya sendiri itulah yang membuat dirinya menjadi pakar peneliti untuk
kelasnya dan keperluan sehari-harinya dan tidak membuat ia tergantung pada para
pakar peneliti yang tidak tahu mengenai masalah-masalah kelasnya sehari-hari.

Dalam bidang pendidikan, action research dianggap sebagai alternatif dari


penelitian tradisional (penelitian yang biasa dilakukan). Modal utama peneliti action
research adalah pengalamannya dalam bidang yang digeluti dan pengetahuan yang ia
miliki. Sebenarnya action research dapat juga dilakukan dalam skala besar karena
seperti dikatakan di atas, action research dilakukan bersama rekan-rekan seprofesi,
sehingga mereka dapat berbagai pengalaman untuk kepentingan mereka misng-
masing. Action research merupakan metode yang handal untuk menjembatani teori
dan praktek (dalam pndidikan ), karena dengan action research para guru dianjurkan
menemukan dan mengembangkan teorinya sendiri dari perakteknya sendiri

Anda mungkin juga menyukai