Anda di halaman 1dari 21

A.

KEBUTUHAN GIZI BAYI

Makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) sampai berumur 2 tahun, dimana
sampai 6 bulan pertama hanya ASI tanpa disertai makanan atau minuman lain (ASI ekslusif).
Mulai umur 6 sampai 24 bulan pemberian ASI harus disertai makanan lain (MPASI) karena
kualitas dan kuantitas ASI tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan bayi yang terus tumbuh.
Jumlah kebutuhan ASI bagi bayi tidak dibatasi, kapan bayi mau menyusu harus diberikan.

ASI dan kebutuhan gizi bayi


Air susu ibu merupakan makanan ideal untuk bayi terutama pada 6 bulan pertama. ASI
mengandung semua zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimum dan penyediaan
energi yang cukup. ASI tidak memberatkan fungsi alat pencernaan dan ginjal yang belum
berfungsi baik pada bayi baru lahir. Lagi pula ASI memiliki berbagai zat anti infeksi,
mengurangi kejadian ekstrim dan proses menyusui menguntungkan ibunya dengan terdapatnya
lactational infertility hingga memperpanjang paritas.
Komposisi ASI berbeda dengan susu sapi. Perbedaan yang penting terdapat pada
konsentrasi protein dan mineral yang lebih rendah dan laktosa yang lebih tinggi. Lagi pula rasio
antara protein whey dan kasein pada ASI (60/40) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rasio
tersebut pada susu sapi (20/80). Kasein di bawah pengaruh asam lambung menggumpal hingga
lebih sukar dicerna oleh enzim-enzim. Protein pada ASI juga mempunyai nilai biologi tinggi
sehingga hamper semuanya digunakan tubuh.
Dalam komposisi lemak, ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh yang
esensiil dan mudah dicerna, dengan daya serap lemak ASI mencapai 85-90 %. Asam lemak susu
sapi yang tidak diserap mengikat kalsium dan trace elemen lain hingga dapat menghalangi
masuknya zat-zat tadi.
Keuntungan lain ASI ialah murah, tersedia pada suhu yang ideal, selalu segar dan bebas
pencemaran kuman, menjalin kasih saying antar ibu dan bayinya serta mempercepat
pengembalian besarnya rahim ke bentuk sebelum hamil. Zat anti infeksi dalam ASI antara lain :
- Imunoglobulin : Ig A, Ig G, Ig A, Ig M, Ig D dan Ig E
- Lisozim adalah enzim yang berfungsi bakteriolitik dan pelindung terhadap virus
- Laktoperoksidase suatu enzim yang bersama peroksidase hydrogen dan tiosianat membantu
membunuh streptokokus
- Faktor bifidus adalah karbohidrat berisi N berfungsi mencegah pertumbuhan Escherichia coli
pathogen dan enterobacteriaceae, dll
- Faktor anti stafilokokus merupakan asam lemak anti stafilokokus
- Laktoferin dan transferin mengikat zat besi sehingga mencegah pertumbuhan kuman
- Sel-sel makrofag dan netrofil dapat melakukan fagositosis
- Lipase adalah antivirus
ASI yang keluar pada 5 hari pertama adalah kental dan berwarna kekuning-kuningan
dinamakan kolostrum. Jumlah kolostrum sehari sekitar 150-300 cc. Kolostrum banyak
mengandung zat anti infeksi, pencahar dan kaya vitamin A hingga baik sekali bagi bayi baru
lahir yang masih sangat rentan terhadap berbagai kuman. Orang tua dahulu menganggap
kolostrum adalah susu basi atau kotor sehingga dilarang diberikan kepada bayi. Anggapan ini
keliru dan harus ditinggalkan. Kolostrum sebaiknya segera diberikan kepada bayi dalam satu jam
setelah lahir.
Tabel 8 Komposisi ASI, susu sapi dan formula adaptasi
Zat gizi ASI Susu sapi Formula adaptasi
Energi (Kkal) 67-75 65-70 67
Protein (g) 1,1-1,4 3,1 1,5-1,6
Karbohidrat (g) 6,6-7,1 4,4 7,2-7,4
Lemak (g) 3,0-5,5 3,2 3,4-3,6
Mineral (g) 0,2 0,8 0,2-0,3
Natrium (mg) 10 50 15-24
Kalium (mg) 40 150 55-72
Kalsium (mg) 30 114 44-60
Phosphor (mg) 10 90 28-34
Chlor (mg) 30 102 37-41
Magnesium (mg) 4 12 4,6-5,3
Ferrum (mg) 0,2 0,1 0,5-1,3
Sumber : Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, hal. 58

Jumlah produksi ASI dipengaruhi oleh besarnya cadangan lemak yang tertimbun selama
hamil, umur ibu menyusui, diet ibu selama menyusui dan stress. Produksi ASI sehari pada ibu
sehat pada 6 bulan pertama sekitar 800-1000 cc setara 600 -700 kkal. Pada lima hari pertama
menyusui ASI yang keluar disebut kolostrum, jumlah produksinya kecil 150-300 cc/hari. Pada
hari berikutnya produksi makin bertambah, dimana pada setiap kali menyusui 5 menit pertama
dikeluarkan ASI 112 cc, 5 menit kedua 64 cc dan 5 menit ketiga 16 cc.
Ibu yang kurang gizi hanya dapat menghasilkan ASI 500-600 cc sehari namun mutu
gizinya masih relative baik. Ibu yang berumur 19-30 pada umumnya dapat menghasilkan cukup
ASI dibandingkan yang berumur > 30 tahun. Disamping itu produksi ASI juga menurun setelah
6 bulan menyusui, ibu selalu cemas atau stress atau frekwensi menyusui kurang.
Adapun kebutuhan gizi bayi sehari dalam 6 bulan pertama adalah energi 115-120 kkal/kg
BB, protein 1,3-1,8 gram/kg BB, lemak 40-50 % dari energi, cairan 125-150 cc/ kg BB, semunya
dapat dipenuhi dari ASI ibu sehat dengan eksresi 800-1000 cc/hari. Setelah bayi berumur 6 bulan
kebutuhan energi 105-110 kkal/kg BB dan berat badannya melebihi 2 kali berat lahir sementara
jumlah produksi ASI juga semakin menurun maka ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi,
harus ditambah makanan lain. Kebutuhan vitamin dan mineral bayi umumnya terpenuhi pada
bayi yang menyusui dari ibu yang sehat. Pada ibu kurang gizi kemungkinan kadar vitamin dan
mineral lebih rendah, misalnya vitamin D, zat besi dan fluor.
Untuk mengetahui apakah produksi ASI mencukupi kebutuhan bayi atau tidak dapat
digunakan beberapa patokan yaitu :
1. ASI yang banyak dapat merembes ke luar melalui putting
2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
3. Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur, yaitu 700 g/bulan pada 3 bulan
pertama, 600 g/bulan pada 3 bulan kedua dan 400 g/bulan pada 3 bulan ketiga
4. Setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam
5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari
Gangguan proses pemberian ASI pada prinsipnya berakar pada kurangnya pengetahuan,
rasa percaya diri, kurangnya dukungan keluarga, serta isu negative yang ditiupkan oleh teman
sebaya. Keadaan itu didukung dengan gencarnya promosi susu formula menimbulkan
keenganan ibu menyusui anaknya.
Susu formula pengganti ASI
Apabila karena alasan medis atau ASI sedikit/tidak keluar, sehingga ASI harus diganti
atau ditambah dengan susu formula. Namun jangan terburu-buru menganggap dirinya tidak dapat
memproduksi ASI yang cukup terutama pada minggu pertama setelah melahirkan. Ibu tetap
diupayakan dapat menyusukan bayinya meskipun ASInya sedikit.
Ada dua macam susu formula yaitu formula lengkap dan formula adaptasi. Susu formula
lengkap adalah susu sapi yang dikeringkan menjadi bubuk dan diperkaya dengan zat-zat gizinya
yang dibutuhkan untuk bayi. Contoh formula lengkap adalah : lactogen 1, Nutrilon LA, New
Camelpo dan SGM. Sedangkan susu formula adaptasi adalah susu sapi dikeringkan menjadi
bubuk, dengan mengurangi atau menambah zat gizi tertentu sehingga dapat mendekati komposisi
ASI.Contoh : bebelac 1, dumex sb, S 26, dll.

Tabel 9. Pola pemberian makanan bayi sehari


Umur Macam makanan Jumlah pemberian
1-2 minggu ASI ekslusif atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 6-7 kali 90 ml
3 mg – 2 bulan ASI ekslusif atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 6 kali 100-150 ml
3 bulan ASI ekslusif atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 5 kali 180 ml
4-5 bulan ASI ekslusif atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 4 kali 180 ml
6 bulan ASI atau Sesuka bayi
Formula adaptasi 3 kali 180-200 ml
Bubur susu/biscuit 2 kali 40-50 g bubuk
Jus buah 1-2 kali 50-70 ml
7-12 bulan ASI dan atau Sesuka bayi
Formula lanjutan 2 kali 200-250 ml
Bubur susu/kac. ijo 2 kali 40-50 g bubuk
Nasi tim 1 kali 40-50 g bubuk
Jus buah 2 kali 80-100 ml
> 12 bulan ASI dan atau Sesuka bayi
Formula lanjutan 2 kali 250-300 ml
Makanan keluarga 3 kali x 1 piring
(nasi + ikan/telur + sayur)
Buah 2 kali 50 gram
Sumber : Modifikasi dari Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, hal. 19
Dosis susu formula adalah 100 -110 kkal / kg BB/ hari atau 150-160 cc susu/kg BB/hari.
Jumlah susu sehari dapat dibagi dalam 5-6 botol dan diberikan tiap 3-4 jam. Jika dengan jumlah
susu yang diberikan berat badan bertambah terlalu cepat, maka jumlah susu harus dikurangi
sebaliknya jika BB tidak bertambah, susu ditambah. Susu formula yang sifatnya tambahan
karena jumlah ASI kurang maka sebaiknya diberikan dalam bentuk gelas/di sendok.
Bila ibu kurang mampu dapat membuat susu formula dari susu bubuk full cream dengan
jumlah :15 g (1,5 sdk) susu bubuk + 15 g gula pasir, dilarutkan dalam satu gelas air matang.
Tabel 10. Analisa Zat Gizi Rata-rata Formula Adaptasi (Tiap 100 g bubuk)
Merek dagang Produsen Protein Lemak Mineral Energi
(g) (g) (g) (kkal)
Bebelac 1 Lyempf 12,0 21,1 1,8 483
Bimbi Citra P 12,0 23,2 1,5 446
Dumex/mamex Dumex 12,0 27,0 2,0 517
Enfamil M.Johnson 11,7 28,9 2,3 525
Morinaga Bmt Morinaga 13,0 27,0 2,2 515
Nan Nestle 11,4 25,8 1,9 509
Nutrilon Nutricia 11,8 28,3 2,1 522
S 26 Wyeth 12,0 28,0 2,0 524
Vitalac1 S. Husada 12,0 28,0 2,0 523
Sinosa 1 Citra S.S. 12,0 28,0 2,2 522
Sumber : Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, hal. 58-59

MPASI
ASI saja dapat mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan kualitas
ASI menurun serta jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi yang kebutuhannya semakin
meningkat pula. Pada umur 6 bulan bayi sudah harus mulai diperkenalkan dengan makanan lain
seperti bubur susu, pisang, dll. Sebaliknya pemberian makanan selain ASI tidak boleh terlalu
cepat dalam arti < 6 bulan, karena berbagai pertimbangan antara lain :
1. Tingginya “solute load” yang berakibat hyperosmolality
2. Kenaikan berat badan terlalu cepat : obesitas
3. Allergi terhadap salah satu zat gizi makanan
4. Mendapat zat-zat tambahan terlalu cepat seperti garam-garam, nitrit, zat pewarna, pengawet atau
tercemar kuman
Tujuan MPASI terutama menambah energi dan zat gizi esensial yang menurun pada ASI.
Zat gizi yang menurun antara lain vitamin A, zat besi, kalsium, dll. Kebutuhan zat gizi sehari
bayi berumur 7-12 bulan adalah 800 kkal energi dan 15 gram protein.
Jenis-jenis MPASI yang biasa diberikan antara lain bubur susu, biscuit, pisang, susu
gelas, bubur saring atau nasi tim. Bahan bubur susu adalah susu sapi 150-200 ml, tepung
beras/maizena 15-20 g dan gula pasir 5-10 gram.
Makanan lain untuk bayi adalah nasi tim yaitu nasi yang lebih lembek atau bubur beras
yang kental dengan tambahan lauk pauk dan sayuran, dapat diberikan kepada bayi umur 9-12
bulan. Satu porsi nasi tim terdiri dari beras 20 g, hati/ikan/tempe 30 g dan wortel/bayam 30 g,
dimasukkan dalam panci tim yang berisi 750 ml air, dimasak.
Di Indonesia telah ada di pasaran bubur susu “pre-cooked”, suatu formula untuk bayi > 6
bulan yang tinggal menambah air matang. Komposisi bubur susu tersebut harus memenuhi
standar Codex Allimentaris 1982, misalnya harus mengandung protein > 15 % dengan minimal
70 % dari protein casein.
Tabel 11. Nilai Gizi Formula Lanjutan untuk Bayi > 6 bulan (Tiap 100 g bubuk)
Merek dagang Protein (g) Lemak (g) Mineral (g) Energi
(Kkal)
Bebelac 2 18,0 22,0 4,1 482
Benamil 20,0 20,0 3,9 472
Chilmil 18,0 20,0 4,0 472
Mamil 18,0 20,0 4,0 472
Enfapro 19,0 18,5 4,1 468
Lactogen 2 21,6 18,9 4,9 463
Nestlac 21,6 19,0 4,8 464
Nutrima 18,3 19,0 3,9 469
Promil 20,0 18,0 5,0 460
SGM 2 20,0 18,0 4,3 461
Vitalac 2 20,0 20,0 4,0 472
Sinosa 2 18,5 22,0 3,5 486
Sumber : Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak, hal. 61

B. KEBUTUHAN GIZI ANAK

Pertumbuhan anak
Pertumbuhan anak terjadi sejak dalam kandungan dan masa bayi sampai berumur kira-
kira 20 tahun dengan laju pertumbuhan yang berbeda-beda. Laju pertumbuhan yang tinggi
terjadi pada masa balita dan masa puber. Pada tahun pertama kehidupan berat badan anak
menjadi 3 kali berat lahir dan panjang badan menjadi 1,5 kali saat lahir. Pada saat berumur 4
tahun berat badan menjadi 5 kali berat lahir dan tinggi badan menjadi 2 kali tinggi saat lahir.
Pada masa usia sekolah (7-10 tahun) berat badan bertambah 2 kg dan tinggi badan
bertambah 5-6 cm setiap tahun. Menjelang dan masa puber pertumbuhan sangat cepat dengan
berat badan bertambah 4,0 – 4,5 kg per tahun dan tinggi badan menjadi 3 kali tinggi waktu lahir
pada saat berumur 12 tahun. Berat badan dan tinggi badan seorang anak dapat pula ditaksir
dengan suatu rumus. Rumus perkiraan berat badan (kg) anak :
Umur berat badan
- Lahir 3,25
- 03-12 bulan {usia (bln) + 9 } : 2
- 01- 6 tahun {usia (thn) x 2 + 8 }
- 06-12 tahun {usia (thn) x 7 – 5 } : 2
Panjang badan seorang anak pada saat lahir adalah sekitar 50 cm dan setelah berumur 1
tahun panjang badan menjadi sekitar 75 cm. Setelah berumur 2 tahun, tinggi badan mengikuti
suatu pola tertentu. Rumus perkiraan tinggi badan (cm) untuk umur 02-12 tahun adalah : {Usia
(thn) x 6 } + 77
Masalah gizi pada anak
Untuk mengetahui masalah makan pada anak dapat diketahui dari beberapa pertanyaan
yang diajukan, misalnya :
a. Makanan apakah yang selalu membuatnya muntah/mencret ?
b. Apakah selalu tersedia makanan di rumah ?
c. Apakah anak sering tidak makan dan menggantinya dengan kue-kue atau coklat ?
d. Apakah anak lebih menyukai satu jenis makanan saja dalam waktu lama ?
e. Apakah anak lebih menyukai makanan yang dibeli ?
f. Apakah anak dapat tidur lelap ?
g. Apakah anak banyak menonton iklan makanan di televisi dan menirunya ?
h. Apakah waktu makan menjadi ajang yang membuat anak tegang ?
Masalah gizi yang sering dialami anak-anak antara lain :
a. Kurang energi dan protein, yang ditandai dengan berat badan dan tinggi badan yang kurang,
mencerminkan kebiasaan makan anak yang jelek atau social ekonomi yang kurang. Sekitar 30 %
anak-anak prasekolah menderita KEP.
b. Anemia gizi karena makanan tidak seimbang yang disebabkan kurang konsumsi sumber zat besi
dan asam folat serta infestasi cacing. Hal ini mungkin karena terlalu banyak makan jajanan atau
hanya mau minum susu saja. Jumlah penderita anemia pada anak sekitar 40 %. Anemia dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan, mudah lelah dan kurang konsentrasi.
c. Kurang vitamin A yang berakibat pada gangguan penglihatan dan gangguan pertumbuhan
banyak ditemukan pada anak-anak dengan pola makan yang kurang baik karena kurang
kepedulian orang tua atau karena kemiskinan.
d. Karies gigi, hal ini karena terlalu sering makan camilan yang lengket dan banyak mengandung
gula serta tidak dibiasakan menggosok gigi. Di samping itu anak yang makanannya kurang
mengandung kalsium dan vitamin D, giginya rapuh sehingga mudah terkena karies gigi.
Penderita karies pada anak usia sekolah sekitar 60 %.
e. Obesitas, disebabkan terlalu banyak makan dan kurang aktifitas. Anak yang obes malas
beraktivitas dan banyak tidur. Resiko terhadap penyakit lebih buruk jika obesitas berlanjut
sampai dewasa. Pada anak berat badan berlebih tidak boleh diturunkan. Namun pertambahan
berat badannya dapat dihambat sampai normal.

Kebutuhan gizi anak

Tabel 12. Kecukupan beberapa zat gizi anak sehari


Umur BB Energi Protein Vitamin Kalsium Zat besi
(kg) (kkal) (g) A (S.I) (mg) (mg)
1-3 thn 12 1250 23 350 500 8
4-6 thn 18 1750 32 460 500 9
7-9 thn 24 1900 37 460 500 10
10-12 thn 30 2000 45 500 700 14
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan & Gizi 1998.

Agar anak dapat memenuhi kebutuhan gizinya perlu diperhatikan beberapa hal seperti :
1. Pada masa pertumbuhan yang cepat berikan zat gizi yang lebih banyak, seperti energi, protein
dan zat gizi lain, namun masih tetap seimbang
2. Berikan makanan padat/kasar dan porsi kecil sering agar terpenuhi kebutuhan energi
3. Hindarkan makanan jajanan yang berlebihan
4. Kenalkan dengan berbagai macam makanan sejak dini
5. Sediakan makan pagi dan beri makanan bekal
6. Pilih makanan yang terjamin kebersihannya, aman dan bergizi
7. Hindarkan dari kegemaran yang berlebihan terhadap satu jenis makanan
8. Jika anak tidak mau makan ibu harus bersabar, jangan buru-buru diberi susu atau makanan
kegemaran
Untuk mengetahui apakah kebutuhan gizi anak terpenuhi atau tidak dapat dilakukan
pemantauan pertumbuhan anak, dengan cara penimbangan setiap bulan dan pengisian grafik
kartu menuju sehat (KMS). KMS berfungsi sebagai alat bantu pemantauan gerak pertumbuhan.
Hasil pencatatan berat badan anak pada grafik KMS akan menggambarkan kecukupan gizi anak,
sehingga dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan pendidikan dari petugas kepada ibu-ibu
dari anak.

C. KEBUTUHAN GIZI REMAJA

Pola Pertumbuhan
Periode adolesensia ditandai dengan pertumbuhan yang cepat (grow spurt). Pola
pertumbuhan anak pria sampai berumur 10 tahun sedikit lebih tinggi dibanding anak wanita.
Pada umur 10-12 tahun anak wanita mulai mengalami percepatan pertumbuhan sampai berumur
12-14 tahun dan anak laki-laki menyusul dua tahun kemudian sehingga pada periode umur
tersebut tinggi badan anak perempuan melebihi anak laki-laki. Puncak pertumbuhan berat badan
dan tinggi badan pada wanita rata-rata 12,9 dan 12,1 tahun dan pada pria 14,3 dan 14,1 tahun.
Menarche (haid pertama) terjadi sekitar 9-12 bulan setelah itu. Penambahan tinggi badan anak
perempuan berhenti setelah mencapai umur 17 tahun, sedangkan anak laki-laki biasanya masih
berlanjut terus.
Di negara maju pertumbuhan anak wanita selesai pada usia 17 tahun, namun di negara
sedang berkembang, pendewasaan fisik berjalan lebih lama, baru selesai usia 19 tahun.
Akibatnya menarche muncul lebih lambat. Di negara-negara maju rata-rata usia menarche kini
anjlok ke 12,8 tahun, sehingga jeda antar masa puber dan perkawinan makin panjang.
Terjadinya grow spurt pada anak dipengaruhi berbagai factor seperti makanan, pergaulan,
media massa serta herediter. Anak yang cukup gizi, banyak bergaul atau sering menonton film
porno akan lebih dahulu mencapai grow spurt dibanding anak lain yang tidak seperti itu.
Demikian juga gizi adalah salah satu factor penting terjadinya pertumbuhan yang cepat ini.
Apabila pada periode ini makanan kurang maka grow spurt terganggu bahkan terjadi kurang gizi
seperti yang sering terjadi pada anak-anak perempuan yang menginginkan badannya tetap
langsing. Herediter menetapkan berapa potensi panjang tulang akan tumbuh dan bentuk
fisiknya, dan dalam pencapaian potensi ini dipengaruhi oleh lingkungan terutama makanan.

Masalah gizi
Remaja termasuk golongan rentan karena sedang mengalami pertumbuhan yang cepat
dan aktivitasnya meningkat sehingga memerlukan energi dan zat gizi lebih banyak. Namun jika
pada masa ini makanannya kurang maka pengaruhnya akan tampak nyata pada masa itu dan
setelah dewasa. Di lain pihak remaja memiliki perilaku yang mudah berubah dan sering
menyimpang. Masalah yang terjadi antara lain :
1. Masalah kesehatan dan gizi remaja boleh jadi berawal pada usia yang sangat dini. Gejala sisa
infeksi dan malnutrisi ketika anak-anak misal akan menjadi beban pada usia remaja bahkan usia
lanjut. Malnutrisi yang mungkin terjadi secara kronis adalah anemia gizi, kurang energi protein,
osteoporosis dan obesitas.
2. Pada masa remaja kurang gizi yang terjadi karena perilaku yang salah, misalnya tidak makan
karena malas, tidak lapar atau sibuk belajar. Ada data memperlihatkan hampir 50 % remaja tidak
sarapan pagi, sebagian lain melewatkan dua kali waktu makan dan lebih memilih kudapan (kue)
yang kurang bergizi akibatnya mereka kurus. Banyak pula remaja yang kurang minum air
sehingga buang air kecil tidak lancar.
3. Sebagian remaja mengeluarkan kembali makanan yang sudah dimakannya. Bulimia adalah
penyimpangan perilaku makan remaja yang tak ingin berat badannya naik dengan
mempraktekkan muntah disengaja dan kadang minum obat pencahar. Napsu makan baik dan
makan seperti biasa sehingga berat badan tidak terlalu turun.
4. Ada sebagian kecil remaja melakukan pembatasan makanan dengan sengaja agar badannya
langsing. Anoreksia nervosa terjadi karena melakukan pembatasan makan yang tidak wajar
disebabkan adanya distorsi “bodyimage”. Pada golongan ini remaja mengurangi makan,
melakukan muntah disengaja, minum obat pencahar dan kadang melakukan senam berlebihan.
5. Kegemaran makanan olahan yang berlebihan yang mengandung banyak gula, lemak dan zat
aditif, dapat menimbulkan obesitas dan penyakit degeneratif sejak usia muda. Salah satu jenis
makanan yang disukai adalah “junk food” (makanan sampah) : berlemak, kolesterol, tinggi
natrium dan kurang vitamin/mineral.
6. Masalah gizi lain terjadi karena penyalah gunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok serta
hubungan seksual terlalu dini, yang prevalensinya semakin hari semakin tinggi. Penyalah gunaan
narkotik, ganja dan ekstaksi pada remaja akan melemahkan fisik dan mentalnya. Penggunaan
alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kurang vitamin B 1, asam folat dan vitamin B 12
serta gangguan hati. Rokok dapat menimbulkan berbagai penyakit termasuk gangguan jantung,
paru-paru, pencernaan dan mengurangi napsu makan.

Kebutuhan gizi
Laju pertumbuhan yang cepat pada remaja dan pola aktivitas yang meningkat
mempengaruhi pula kebutuhan zat gizinya. Makanan yang diberikan harus berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan energi untuk aktivitas, membentuk jaringan baru dan memberi rasa enak
dan puas.
1. Kebutuhan energi remaja disesuaikan berat badan, tinggi badan, umur, jenis kelamin, aktifitas
dan jenis menunya. Menurut AKG 1998, kebutuhan energi sehari aktivitas sedang remaja putera
2500 Kkal dan remaja puteri 2100. Kebutuhan energi sebaiknya berasal dari karbohidrat 50-60
%, lemak 25-30 % dan protein 10-15 %. Kebutuhan energi lebih banyak pada puncak
pertumbuhan dibanding sebelum atau sesudahnya. Jika dirinci per kg BB kebutuhan energi 55
kkal dan 45 kkal pada anak laki-laki umur 13-15 tahun dan 16-19 tahun; serta 45 kkal dan 40
kkal pada anak wanita umur 13 -15 tahun dan 16-19 tahun..
2. Kebutuhan protein sehari sekitar 1,5 gram per kg BB. Dalam keadaan normal kebutuhan protein
remaja puteri lebih rendah dari putera. Jumlah kebutuhan meningkat pada remaja olahragawan
aktif dan menurun pada yang tidak aktif. Protein yang mengandung asam amino esensial dalam
jumlah cukup dan mudah cerna seperti susu sapi, ikan, telur, daging, tempe, tahu dan kacang-
kacangan.
3. Kebutuhan vitamin dan mineral meningkat untuk mengimbangi kebutuhan energi dan
pertumbuhan, seperti vitamin A, B 1, B 2, B 6, B 12, asam folat, zat besi dan kalsium.
4. Kebutuhan cairan meningkat yaitu sekitar 1500 ml/hari atau 7 gelas. Dalam keadaan sakit panas,
diare atau muntah-muntah kebutuhan air sebaiknya ditambah.

Gizi dan kesehatan reproduksi


Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak pada penurunan fungsi reproduksi.
Pengaruh kurang gizi terhadap kesehatan reproduksi misal penderita anoreksia nervosa yang
mengalami penurunan berat badan yang menyolok terlihat mengalami perubahan hormonal
dimana kadar gonadotropin khususnya hormone steroid dalam serum dan urin menurun. Hal ini
karena adanya gangguan fungsi hipotalamus. Dampaknya ialah terjadi perubahan siklus ovulsi
(menstruasi).
Demikian juga kegemukan yang akut menyebabkan ovulasi infertile karena adanya
kelainan pengeluaran hormone yaitu peningkatan produksi hormone androgen di ovarium
maupun kelenjar adrenal sehingga mempengaruhi peningkatan estrogen.
Status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menarche dari factor usia,
lamanya menarche maupun adanya keluhan-keluhan selama selama menarche. Gizi yang cukup
sangat diperlukan pada saat haid terutama pada fase luteal dimana kebutuhan gizi pada fase itu
meningkat.
Diantara zat gizi yang mempengaruhi menstruasi adalah konsumsi lemak. Diit rendah
lemak memperpanjang siklus haid (+ 1,3 hari), lamanya menstruasi (+1 hari) serta
memperpendek fase folikuler. Suatu penelitian memperlihatkan bahwa wanita-wanita vegetarian
cenderung mengalami pemendekan fase folikuler rata-rata 3,8 hari serta terjadi peningkatan
frekwensi gangguan siklus menstruasi (tidak teratur).
Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menarche adalah esterogen dan
progesterone. Esterogen berfungsi mengatur siklus haid sedangkan progesterone berpengaruh
pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid. Esterogen juga mengakibatkan
efek penekanan terhadap napsu makan.
Keluhan-keluhan selama menarche disebut sindroma premenstrual yaitu kombinasi
keluhan yang terjadi sebelum haid dan menghilang setelah haid keluar. Gejala utama antara lain :
sakit kepala, letih, sakit pinggang, pembengkakan payudara dan perasaan kurang nyaman
terutama pada bagian perut.
Untuk kesehatan reproduksi dan mencegah terjadinya keluhan dengan diet seimbang serta
membatasi konsumsi gula, garam, lemak jenuh, kopi, alkohol dan rokok. Diet seimbang yang
dianjurkan antara lain memperbanyak konsumsi karbohidrat kompleks seperti biji-bijian, kacang-
kacangan, ikan, unggas, sayuran dan buah-buahan.

Kehamilan remaja dan masalah gizi


Angka kehamilan remaja cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Di AS ada satu juta
remaja hamil tiap tahun, 60 % di luar nikah dan 79 % baru beberapa kali haid. Proses aborsi
gelap oleh tenaga tidak terlatih banyak ditemukan di negara-negara sedang berkembang. Di
Indonesia kasus kehamilan remaja dan aborsi juga tampaknya sudah banyak dan angka semakin
tinggi setiap tahun, terutama di perkotaan.
Kehamilan remaja bermasalah karena beberapa hal antara lain fisik dan psikhis belum
matang, pendidikan dan social kurang, keuangan lemah dan konflik keluarga, di lain pihak
kebutuhan gizinya sangat tinggi karena masih masa pertumbuhan serta adanya kehamilan.
Akibatnya remaja hamil beresiko menderita kurang gizi sehingga akan membahayakan dirinya
saat hamil dan melahirkan serta mengganggu pertumbuhan janin.
Penelitian yang ada menunjukkan angka kematian ibu dari remaja hamil pada usia 15-19
tahun dua kali lebih tinggi dibanding pada usia 20-24 tahun. Juga kematian bayi dari ibu remaja
< 18 tahun ternyata 34 % lebih tinggi dibanding ibu usia > 20 tahun. Dilaporkan pula bayi
BBLR, cacat tetap atau partus macet lebih banyak ditemukan pada remaja muda yang hamil.
Alkohol, obat psikoaktif, rokok, kafein dan pergeseran nilai moral sering terkait
kehamilan remaja. Dampak negative alcohol dan rokok pada kehamilan remaja antara lain
keguguran, gangguan pertumbuhan, bayi cacat, BBLR dan lahir mati. Kafein pada kopi atau
coklat yang berlebihan dapat mengganggu kehamilan dan janin.

D. KEBUTUHAN GIZI USIA LANJUT


Populasi usia lanjut
Batasan usia lanjut menurut WHO adalah orang yang telah berusia 65 tahun ke atas.
Sedangkan Depkes menggunakan batasan usila yaitu usia 60 tahun ke atas. Durmin, 1992
membagi usila menjadi 2 kelompok yaitu young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 th ke
atas).
Jumlah usia lanjut (usila) semakin meningkat seiring dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat, tercermin dari meningkatnya umur harapan hidup dan menurunnya angka kematian
kasar. Rata-rata umur harapan hidup orang Indonesia tahun 1967 adalah 45,7 tahun, tahun 1990
menjadi 61,5 tahun. Jumlah usila 65 tahun ke atas tahun 1971 adalah 2,98 juta (2,5 %), dan tahun
1990 menjadi 6,96 juta (3,8 %). Rasio usila terhadap umur 20-64 tahun juga semakin meningkat,
dimana tahun 1990 adalah 12 % dan tahun 2000 menjadi 13,2 %.
Usia lanjut tergolong resiko tinggi bila memenuhi salah satu atau beberapa criteria
berikut: usia > 80 tahun, hidup sendiri, depresi, gangguan intelektual, jatuh beberapa kali,
inkontinensia urin atau tak dapat menyesuaikan diri.

Masalah kesehatan dan gizi


Masalah kesehatan pada usia lanjut dapat mempengaruhi status gizi dan sebaliknya status
gizi yang jelek dapat mempengaruhi kesehatan.
1. Gangguan kesehatan mulut : gangguan gigi, gusi, sulit menelan, mulut kering menyebabkan cita
rasa menurun sehingga malas makan.
2. Lambung menipis dan sekresi HCl dan pepsin menurun mengakibatkan gangguan
pencernaan/penyerapan zat gizi seperti kalsium, zat besi, dan vit. B 12.
3. Sebagian usila hidup sendiri, merasa diri sehat atau menolak bantuan keluarga. Orang ini sulit
menerima nasehat meskipun untuk kesehatannya sendiri
4. Sebagian kecil usila tidak dapat melaksanakan sesuatu sendiri sehingga makanannya tergantung
bantuan orang lain, mungkin karena pernah stroke, nyeri tulang, dll.
5. Pada usia 60 tahun sekresi testosteron, produksi esterogen dan progesterone menurun sehingga
mempengaruhi status kesehatannya misalnya gangguan metabolisme gizi
6. Penyakit kronis seperti gangguan jantung, hipertensi dan diabetes akan mengganggu kesehatan
dan status gizi usila. Namun timbulnya penyakit kronis ini dipacu pula oleh kegemukan
sebelumnya.
7. Pada umumnya usila memiliki social ekonomi rendah yaitu tak tamat SD atau kehilangan
penghasilan, sehingga tak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Adapun kasus gizi yang terjadi pada usila adalah :
1. Osteoporosis, terjadi karena proses demineralisasi tulang disebabkan defisiensi kalsium. Hal ini
karena kurangnya asupan, penurunan penyerapan dan kurangnya cadangan pada tulang. Asupan
kalsium yang baik adalah dari susu dan ikan. Konsumsi susu sejak usia muda menurunkan resiko
osteoporosis. Penyerapan kalsium antara lain dipengaruhi vitamin D, penurunan hormone
esterogen dan kurang kegiatan fisik. Tulang yang paling sering terkena adalah tulang belakang,
pergelangan tangan (laki) dan paha (wanita).
2. Anemia gizi karena kurangnya asupan dan gangguan penyerapan zat besi serta kurang vitamin C
dan vitamin B kompleks. Di samping itu pada usila HCl lambung menurun sehingga
mempengaruhi pencernaan protein.
3. Konstipasi disebabkan kurangnya volume sisa-sisa makanan. Hal ini terjadi karena kurangnya
konsumsi serat, kelemahan tonus dinding saluran cerna dan kurang cairan. Kurangnya konsumsi
serat mungkin disebabkan kurangnya volume makanan terutama yang mengandung serat (biji-
bijian, buah, sayuran). Kelemahan tonus saluran cerna selain disebabkan usia juga karena kurang
vitamin B 1, kalsium, dll.

Penilaian status gizi


Kecukupan gizi pada seorang usila dapat dilihat dari status gizinya. Untuk penilaian
status gizi pada usila antara lain dengan mengukur perubahan komposisi tubuh, tinggi badan,
berat badan dan asupan makanan.
1. Komposisi tubuh melihat jumlah massa otot dan lemak. Pada usia tua massa otot menyusut
sedangkan massa lemak bertambah 10-15 %. Penyusutan massa otot mencapai 5 kg pada wanita
dan 12 kg pada laki-laki usia 25-70 tahun. Total cairan tubuh berkurang dari 65 % menjadi 60 %.
2. Tinggi badan menurun dengan kecepatan 0,03 cm/ tahun pada umur 40-45 tahun dan 0,28 cm
/tahun setelah usia itu. Pemendekan ini diduga akibat penipisan lempeng tulang belakang dan
pengurangan massa tulang. Pada keadaan osteoporosis dan kifosis susutan mencapai 12 % untuk
laki-laki dan 25 % untuk wanita.
3. Perubahan berat badan dapat pula digunakan sebagai indicator kurang gizi. Penyusutan BB 10 %
atau lebih dalam masa < 3 bulan menandakan terjadinya malnutrisi. Oleh karena itu usila yang
dirawat sebaiknya ditimbang setiap minggu sedangkan usila yang sehat dapat ditimbang setiap 2-
3 bulan.
4. Indeks massa tubuh dapat digunakan dengan mengukur tinggi dan berat badan. TB ditaksir
dengan mengukur tinggi lutut (TL) jika usila tidak dapat berdiri tegak. Pasien ditelentangkan dan
sendi lutut ditekuk sampai 90, diukur menggunakan kaliper. Batang kaliper sejajar tulang tibia.
Perkiraan TB adalah :
Laki-laki : TB = 64,19 – (0,40 x usia) + (2,02 x TL)
Wanita : TB = 84,88 – (0,24 x usia) + (1,83 + TL)
5. Asupan makanan akan mencerminkan kecukupan makanan seseorang sehingga dapat pula
digunakan untuk memperkirakan status gizinya. Asupan makanan dapat diperoleh dengan recall
konsumsi atau cara penimbangan.

Kebutuhan gizi
1. Kebutuhan energi usila > 60 tahun 2200 kkal untuk laki-laki dan 1850 kkal untuk wanita.
Kebutuhan energi menurun sejalan dengan pertambahan usia karena metabolisme sel dan
kegiatan otot berkurang. Penurunan kebutuhan energi adalah 5 % per decade. Namun jika masih
aktif bekerja kebutuhan energi relative tidak menurun. Energi ini diperoleh dari karbohidrat 60
%, protein 15 % dan lemak 25 %.
2. Kebutuhan protein sehari 0,9 g/kg BB. Kebutuhan protein meningkat bila ada stress fisiologis
seperti infeksi, luka bakar, patah tulang dan operasi. Kebutuhan protein menurun bila ada
gangguan ginjal/hati.
3. Kebutuhan vitamin dan mineral relative sama dengan usia sebelumnya. Namun asupannya perlu
mendapat perhatian karena efisiensi pencernaan menurun. Vitamin dan mineral yang sering
kurang : vitamin A, B, D, kalsium dan zat besi.
4. Konsumsi serat perlu diperhatikan untuk mencegah konstipasi.
5. Cairan perlu diperhatikan pada usila untuk membantu system pencernaan dan eksresi yang
lancar. Usila membutuhkan cairan sekitar 1,5 liter atau 7 gelas sehari

Sepuluh langkah hidup sehat bagi usila


1. Biasakan pola makan yang baik, menarik dan menyenangkan
2. Makanlah yang memperkuat daya tahan tubuh yang mengandung vitamin & mineral seperti :
vitamin A, vitamin C, Vitamin E, Fe dan Zn
3. Makanlah yang banyak mengandung kalsium dan vitamin D sejak usia muda untuk mencegah
tulang keropos dan mengkerut seperti : susu, daging, ikan teri, kedele
4. Makanlah yang kaya serat agar pencernaan aktif dan teratur : biji-bijian, sayuran
5. Makanlah makanan untuk keselamatan penglihatan, yang banyak mengandung vitamin A, B
karoten, vitamin B 2 dan Vitamin E. : sayuran, buah-buahan, telur
6. Batasi makanan tinggi lemak dan kolesterol, untuk mengurangi penyakit jantung
7. Makanlah sumber vitamin B 6, B 12 dan folat agar ingatan dan syaraf tetap baik.
8. Makanlah sumber karbohidrat kompleks untuk mempertahankan berat badan normal.
9. Lakukan olah raga secara rutin untuk menjaga kelenturan otot dan napsu makan.
10. Tetaplah bekerja setiap hari untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

E. KEBUTUHAN GIZI BERDASARKAN AKTIVITAS


Penentuan kebutuhan gizi seseorang dalam keadaan sehat dilakukan berdasarkan umur,
gender dan aktivitas fisik. Kebutuhan gizi yang sangat terpengaruh aktivitas fisik adalah energi.
Komponen utama yang menentukan kebutuhan energi adalah angka metabolisme basal (AMB)
dan aktifitas fisik. Komponen lain adalah pengaruh termis makanan, namun karena jumlahnya
relative kecil dapat diabaikan (Almatsier, 2004).

Cara menentukan energi AMB


AMB dipengaruhi oleh umur, gender, berat badan dan tinggi badan. Ada beberapa cara
menentukan AMB, yaitu :
1. Menggunakan rumus Harris Benedict (1919) :
Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)
Wanita = 655 + (9,6 x BB ) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)
Keterangan : BB = berat badan dalam kg
TB = tinggi badan dalam cm
U = umur dalam tahun
2. Cara FAO/WHO/UNU (1985)
Cara ini memperhitungkan umur, gender dan berat badan.
Tabel 13. Rumus FAO/WHO/UNU untuk menentukan AMB Sehari (kkal)
Kelompok umur Laki-laki Perempuan
0-3 tahun 60,9 B – 54 61,0 B – 51
3-10 tahun 22,7 B – 495 22,5 B + 499
10-18 tahun 17,5 B + 651 12,2 B + 746
18-30 tahun 15,3 B + 679 14,7 + 496
30-60 tahun 11,6 B + 879 8,7 B + 829
≥ 60 tahun 13,5 B + 487 10,5 + 596
Keterangan : B = berat badan dalam kg
3. Untuk orang dewasa dan remaja dapat digunakan cara cepat (2 cara) :

a. Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam

Wanita = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam


b. Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Wanita = 25 kkal x kg BB

Kebutuhan energi berdasarkan aktivitas fisik


Aktivitas fisik terdiri dari sangat ringan, ringan, sedang dan berat. Kebutuhan energi
berdasarkan berbagai aktivitas fisik dinyatakan dalam kelipatan AMB.
Tabel 14 Kebutuhan Energi Menurut Aktivitas
Aktivitas/gender Jenis kegiatan Faktor aktivitas
Sangat ringan 100 % waktu untuk duduk atau berdiri 1,30
Ringan- Laki-laki 75 % waktu untuk duduk atau berdiri 1,56
- Wanita 25 % waktu untuk berdiri atau bergerak 1,55
Sedang- Laki-laki 60 % waktu untuk duduk atau berdiri 1,76
- Wanita 40 % waktu untuk aktivitas tertentu 1,70
Berat – Laki-laki 40 % waktu untuk duduk atau berdiri 2,10
- Wanita 60 % waktu untuk aktivitas tertentu 2,00
Sumber : Dimodifikasi dari Almatsier, 2003. Prinsip dasar Ilmu Gizi
Kebutuhan energi untuk mencapai berat badan normal
Untuk mencapai berat badan normal maka seseorang yang mempunyai berat badan lebih
(gemuk) atau kurang dari normal (kurus) maka jumlah masukan energi harus disesuaikan,
dengan mengurangi atau menambah 500 kkal sehari sampai tercapai berat badan normal. Cara
menetapkan berat badan normal ada 2 cara :
1. Cara pertama menggunakan rumus Brocca, yaitu :
Berat badan normal (kg) = 90 % (tinggi badan dalam cm – 100) ± 10 %
2. Cara kedua menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu :
IMT = Berat badan (kg) dibagi tinggi badan x tinggi badan dalam m
IMT yang normal bilai nilainya 18,5 – 25,0
Contoh kasus :
Seorang laki-laki yang mempunyai berat badan 50 kg dengan tinggi badan 165 cm
seharusnya mempunyai berat badan normal : 90 % (165 – 100) ±10 % = 58,5 ± 5,9. atau antara
52,6 – 64,4, jadi orang tersebut tergolong kurus.
IMT orang tersebut adalah : 50 / 1,65 x1,65 = 18,36. Jadi orang tersebut memiliki IMT < 18,5,
berarti tergolong kurus. Jadi kebutuhan energi orang tersebut harus ditambah 500 kkal.

Perhitungan kebutuhan energi


Contoh 1 : cara menaksir kebutuhan energi untuk seorang perempuan berumur 30 tahun dengan
berat badan 52 kg dan tinggi badan 158 cm dengan aktivitas ringan, dengan menggunakan 4 cara
adalah :
1. Kebutuhan energi untuk AMB

a. Harris Benedict

= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)


= 655 + (9,6 x 52) + (1,8 x 158) – (4,7 x 30)
= 1297,6 (dibulatkan 1298 kkal)
b. Rumus cepat 1

= 0,95 kkal x kg BB x 24 jam


= 0,95 kkal x 52 x 24
= 1185,8 kkal (dibulatkan 1186 kkal)

c. Rumus cepat 2

= 25 kkal x kg BB
= 25 kkal x 52
= 1300 kkal

d. Rumus FAO/WHO/UNU

= 14,7 x 52 + 496 kkal


= 1260,4 kkal (dibulatkan 1260 kkal)
Kebutuhan AMB menurut keempat cara di atas tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Oleh
sebab itu cara menghitung AMB dengan rumus cepat 1 dan 2 yang lebih praktis, khususnya
untuk orang dewasa dapat diterapkan di lapangan.

2. Kebutuhan energi dengan aktivitas fisik


Kalikan nilai AMB (rumus cepat 2) dengan kelipatan yang sesuai dengan jenis aktivitas, dalam
hal ini aktivitas ringan :
= 1,55 x 1300 kkal = 2015 kkal
3. Kebutuhan energi untuk mencapai berat badan normal
IMT = 52 / 1,58 x 1,58 = 20,8
Berarti berat badannya masih normal sehingga kebutuhan energi tetap 2015 kkal

Contoh 2. Seorang laki-laki yang mempunyai berat badan 50 kg dengan tinggi badan 165 cm
dengan aktifitas sedang, mempunyai IMT : 50 / 1,65 x1,65 = 18,36. Jadi orang tersebut tergolong
kurus. Jadi kebutuhan energi harus ditambah 500 kkal.
Perhitungan kebutuhan energinya adalah :
- Kebutuhan AMB = 30 kkal x 50 kg = 1500 kkal
- Energi AMB + aktivitas = 1,56 x 1500 = 2340 kkal
- Tambahan untuk menaikan berat badan = 500 kkal
- Total kebutuhan energi : 2340 + 500 kkal = 2840 kkal

Daftar Pustaka
Almatsier, S, 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet. 3. Gramedia, Jakarta.
Almatsier, S, 2004. Penuntun Diet. Edisi Baru. Gramedia, Jakarta
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Cet. I. EGC, Jakarta
Depkes RI, 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Balita. Dit. Bina Gizi Jakarta
Depkes RI, 2000. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Usia Lanjut. Dit.Bina Gizi Jakarta
Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi 4. FK UI, Jakarta
Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Cet. I, EGC, Jakarta
BAB V
KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL DAN MENYUSUI
(Asmarudin Pakhri dan Hikmawati Mas’ud)

A. KEBUTUHAN GIZI IBU HAMIL

Masalah gizi pada ibu hamil


Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 373 per 100.000 (SKRT 1995),
padahal di Eropa hanya 30 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu adalah
ekslampsi, perdarahan dan infeksi. Ketiganya erat kaitannya dengan rendahnya status gizi dan
pelayanan antenatal. Menurut SKRT 1995 ibu hamil yang anemia 51 % dan pelayanan antenatal
lengkap hanya 50 %. Disamping itu sekitar 24 % ibu hamil menderita kurang energi
kronis(LILA <23,5 cm). Sebagian kecil ibu hamil menderita buta senja dan osteoporosis.
Kurang gizi pada ibu hamil dapat mengakibatkan kelemahan fisik, mudah sakit dan
membahayakan jiwa ibu saat melahirkan. Disamping itu kurang gizi mengancam kesehatan dan
keselamatan janin serta menyebabkan kelahiran prematur, kelahiran cacat, BBLR dan kematian
neonatal. Kurang gizi yang terjadi pada triw I lebih berbahaya, dapat menyebabkan kerusakan
otak, sumsum tulang serta cacat pada janin, sedangkan kurang gizi pada triwulan III
menyebabkan lahir prematur dan BBLR.
Kehamilan yang normal berlangsung selama 38-40 minggu. Seorang wanita baru dapat
dipastikan hamil jika telah ada tanda-tanda seperti suara detak jantung, dapat melihat dan meraba
bentuk janin (dengan USG) dan pemeriksaan kadar HCG (human chorionic gonadotropin) dalam
urin. Kadar HCG urin paling baik dilakukan pada 4 minggu sesudah hari pertama haid terakhir.

Hubungan status gizi ibu dengan status gizi bayi


Status gizi ibu, baik sebelum maupun ketika sedang hamil merupakan salah factor
yang berpengaruh terhadap hasil konsepsi. Jika status gizi ibu baik dan status kesehatannya
selama hamil tidak buruk serta bukan pecandu alcohol dan rokok maka status gizi bayi pada saat
dilahirkannya juga baik. Wanita yang menderita malnutrisi sebelum hamil atau selama bulan
pertama kehamilan cenderung melahirkan bayi yang menderita kerusakan otak dan sumsum
tulang, karena system saraf pusat masih sangat peka. Ibu penderita malnutrisi sepanjang minggu
terakhir kehamilan akan melahirkan bayi dengan BBLR.
Penelitian lain menemukan ada hubungan kuat antara keadaan gizi ibu sebelum hamil
dengan berat bayi lahir (BBL). Bayi dengan BBL < 2500 gram mempunyai resiko tinggi untuk
mendapatkan penyakit atau meninggal pada awal kehidupannya.
Lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara penilaian status gizi ibu yang mudah
dilakukan. Ibu-ibu yang mempunyai LILA <23,5 cm digolongkan sebagai kurang energi kronis
dan cenderung melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Pertambahan berat badan


Kenaikan berat badan yang baik selama hamil untuk orang barat antara 11,5-16,0 kg.
Zeman & Denise, 1988 membedakan pertambahan BB selama hamil menurut BMI sebelum
hamil. Pertambahan BB ibu dengan BMI rendah (<19,8) diharapkan 12,5-18,0 kg, ibu yang
normal (19,8-26,0) bertambah 11,5-16,0 kg dan ibu yang obes (> 26,0) bertambah 7,0-11,5 kg.
Untuk orang Indonesia Depkes, 1992 menyarankan kenaikan berat badan selama hamil
10-12,5 kg. Selama trimester I kisaran pertambahan berat sebaiknya 700-1400 g (70-110 g/mg),
sementara trimester II & III sekitar 340-400 g tiap minggu. Pertambahan BB yang berlebihan
setelah minggu ke 20 menyiratkan terjadinya retensi air dan juga berkaitan dengan janin besar
dan risiko penyulit disproporsi kepala panggul. Retensi berlebihan juga merupakan tanda awal
preeklampsi.
Sebaliknya pertambahan berat < 1 kg selama trimester II atau III jelas tidak cukup dan
dapat memperbesar resiko kelahiran BBLR dan kemunduran pertumbuhan janin. Pertambahan
BB selama hamil disesuaikan pula dengan TB ibu dan janin kembar. Pada wanita pendek (<150
cm) penambahan BB diupayakan sekitar 8,8-13,6 kg dan pada janin kembar dibatasi sekitar 15,4-
20,4 kg.
Meskipun laju pertambahan berat ibu pada trimester II dan III hampir sama, namun
penimbunan jaringan ibu dan pertambahan jaringan janin tidak berlangsung serentak.
Pertambahan komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester II , sementara pertambahan
janin, plasenta dan cairan amnion berlangsung sangat cepat selama trimester III. Menurut
penelitian William (1967), berat janin bertambah sebesar 5 g sehari pada minggu ke 14-15 dan
menjadi 10 g pada minggu ke 20. Kecepatan tumbuh sebesar 30-35 g sehari berlangsung pada
minggu ke 32-34 dan berubah menjadi 230 g seminggu pada minggu ke 33-36. Memasuki
minggu ke 41 pertambahan tidak terjadi lagi. Tambahan berat total selama 40 minggu kehamilan
12,5 kg.
Kenaikan BB selama hamil terjadi karena adanya perubahan-perubahan baik pada janin
maupun ibu. Perubahan yang terjadi pada janin sebagai berikut :
1. Dua minggu setelah konsepsi, terjadi proliferasi dari sel-sel dengan cepat, plasenta terbentuk.
Pada tahap ini belum diperlukan suplementasi zat gizi khusus
2. Minggu kedua sampai kedelapan, sebagian besar organ-organ mulai terbentuk, seperti jantung,
ginjal, paru-paru, hati dan rangka, sehingga bila kekurangan zat gizi akan terjadi kelainan cacat
bawaan.
3. Mulai minggu kedelapan sampai lahir terjadi pertumbuhan janin yang cepat serta terbentuknya
cadangan pada ibu untuk mempersiapkan kelahiran dan produksi ASI.
Pada ibu terjadi penambahan cairan intra dan ekstraseluler secara bertahap sampai
kelahiran bayi, penambahan volume darah mencapai 33 %. Akibatnya darah menjadi encer
sehingga kadar albumin, Hb dan zat lain dalam darah menurun. Selain itu terjadi penurunan
eksresi pada akhir kehamilan sehingga sering terjadi pembengkakan.

Kebutuhan gizi ibu hamil

Energi
Jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan untuk pertumbuhan janin dan
jaringan ibu ialah 80.000 kkal atau 300 kkal per hari di atas kebutuhan wanita tidak hamil. WHO
menganjurkan jumlah tambahan energi sebesar 150 kkal sehari pada trimester I dan 350 kkal
sehari selama trimester II dan III. Berdasarkan angka kecukupan gizi oleh Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi (WKNPG) tahun 1998, tambahan energi per hari untuk wanita hamil Indonesia
adalah 285 kkal dibanding sebelum hamil atau sekitar 2500 kkal sehari. Komposisi sumber
energi ini harus seimbang yaitu karbohidrat 55-75 %, lemak 10-30 % dan protein 15-20 %.
Kekurangan energi selama hamil dapat menyebabkan bayi lahir prematur atau BBLR.

Protein
Kebutuhan protein sehari untuk ibu hamil berdasarkan WKNPG 1998 adalah dengan
tambahan 12 g/hari dari ibu sebelum hamil atau total sehari 60 gram. Protein untuk ibu hamil
sebaiknya sebagian besar berasal dari hewani seperti ikan, telur, susu, daging atau tempe.
Kekurangan protein selama hamil dapat mengganggu pertumbuhan janin dan bayi lahir dengan
lingkar kepala kecil.

Lemak
Pada kehamilan normal terjadi kenaikan serum kolesterol dan trigliserida masing-masing
25-40 % dan 200-400 %. Pada wanita multipara dan umur agak tua terdapat peningkatan
kejadian angina dan batu empedu kolesterol akibat dari hiperkolesterolemia pada kehamilan.
Oleh karena itu dalam keadaan hamil perlu membatasi konsumsi lemak terutama lemak jenuh.

Vitamin, mineral dan cairan


Dalam WKNPG 1998 angka kecukupan vitamin dan mineral (kecuali cairan) yang
dianjurkan untuk ibu hamil sebagai berikut.
Tabel 15 Kecukupan Vitamin dan Mineral Ibu Hamil
No Vitamin/mineral Wanita dewasa Wanita Hamil
1 Vitamin A (RE) 500 + 200
2 Thiamin (mg) 1 + 0,2
3 Riboflavin (mg) 1,2 + 0,2
4 Niasin (mg) 9 + 0,1
5 Vitamin C (mg) 60 + 10
6 Asam folat (ug) 160 + 150
7 Besi (mg) 26 + 20
8 Kalsium (mg) 500 + 400
9 Yodium (ug) 150 + 25
10 Cairan (gelas) 6 -7 +2

Pada table tersebut tampak tambahan asam folat dan zat besi pada ibu hamil cukup besar.
Hal ini karena asam folat dan zat besi dibutuhkan untuk mengimbangi peningkatan volume darah
yaitu dalam produksi heme untuk hemoglobin. Selain itu asam folat diperlukan untuk
pembentukan sumsum tulang belakang. Sedangkan zat besi diperlukan untuk pertumbuhan janin
serta persediaan dalam tubuh ibu.
Tambahan asam folat dan besi sebesar itu sulit terpenuhi hanya dari makanan. Apalagi
menu orang Indonesia kurang daging dan buah sehingga masukan besi dan asam folat kurang.
Untuk itu perlu suplementasi selama hamil terutama mulai minggu ke 12 kehamilan sampai 3
bulan setelah melahirkan. Depkes melalui program pelayanan KIA memberikan suplemen tablet
besi folat 200 mg ferrous sulfat setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat per
hari minimal selama 3 bulan kehamilan. Kekurangan asam folat dan zat besi menyebabkan
anemia. Selain itu kekurangan asam folat menyebabkan lelah berat dan kaki kejang pada malam
hari.
Zat gizi lain yang penambahannya besar selama hamil adalah vitamin A, kalsium dan
yodium.. Vitamin A dan kalsium diperlukan untuk pertumbuhan janin, jaringan tubuh ibu,
cadangan pada bayi dan pembentukan ASI. Kadar kalsium dalam darah menurun 5 % dengan
penambahan volume darah selama hamil. Jumlah kalsium yang tertimbun selama hamil 30 g,
dengan kecepatan 7, 110 dan 400 mg masing-masing pada trimester I, II dan III. Sumber kalsium
yang baik adalah susu, ikan dan kacang-kacangan.
Yodium diperlukan dalam pertumbuhan janin dan perkembangan otak. Kekurangan
yodium selama hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme, yang selanjutnya
berkembang menjadi kretin, suatu keadaan kemunduran fisik dan mental. Kerusakan saraf akibat
hipotirodisme sangat parah apabila berlangsung pada awal kehamilan. Karena itu tambahan
yodium sebaiknya diberikan sejak awal kehamilan. Sumber yodium adalah ikan laut segar dan
garam beryodium, dan bagi penduduk di daerah rawan gondok perlu mendapat suplemen kapsul
yodium.
Gangguan pada kehamilan
Selama hamil sering terjadi gangguan karena kehamilan itu sendiri, misalnya :
1. Timbulnya rasa mual dan muntah-muntah (emesis) serta penurunan napsu makan, terjadi pada
beberapa minggu awal kehamilan. Gejala ini timbul ketika bangun tidur kadar progesterone
meningkat sementara kadar gula darah dan pergerakan usus menurun. Untuk mengatasinya perlu
variasi makanan guna menjaga selera makan, makanan bentuk kering, makanan porsi kecil tetapi
sering diberikan dan hindari makanan berlemak/berminyak.
2. Rasa kepenuhan atau kenyang. Oleh karena itu hindari pemberian kafein, makanan banyak
lemak, banyak bumbu atau yang menimbulkan gas.
3. Konstipasi sering terjadi pada keadaan hamil tua, yang merupakan akibat dari kegiatan ibu
semakin berkurang, tekanan berat janin terhadap kolon, peningkatan progesteron merelaksikan
otot pencernaan, kurang cairan atau makanan kurang serat. Untuk mengatasinya harus banyak
minum, makanan tinggi serat dan sedikit latihan.
4. Kegemukan terjadi setelah masa mual/emesis hilang, napsu makan kembali normal bahkan lebih
besar. Pengurangan kalori pada kehamilan tidak dianjurkan karena dapat merugikan janin,
namun dapat dilakukan pengaturan kenaikan berat badan.
5. Keracunan kehamilan (toksemia) merupakan penyakit hipertensi akut yang terjadi pada sekitar
minggu ke 20 (trimester III) disertai dengan kenaikan berat badan yang pesat dan adanya odem.
Keadaan ini juga terjadi pada ibu hamil yang kurang konsumsi protein. Pada keadaan tanpa
kejang disebut preeklampsi, bila disertai kejang disebut eklampsi. .
6. Penyakit jantung dan kencing manis. Penyakit ini kadang baru timbul pada saat kehamilan. Pada
ibu-ibu yang menderita gangguan jantung, kehamilan merupakan beban tambahan bagi kerja
jantung, sehingga pengawasan berat badan perlu diperhatikan. Pada ibu hamil yang menderita
kencing manis harus mendapat pengobatan yang memadai dan dipantau secara teratur keadaan
gula darahnya.

B. KEBUTUHAN GIZI IBU MENYUSUI

Perilaku menyusui
ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi. Dalam kitab suci tertulis “Susuilah bayimu
sampai usia dua tahun….”. Namun sayangnya perilaku menyusui bayi terus menurun sejalan
dengan peningkatan pendidikan dan kesibukan bekerja kaum wanita. Data tahun 1988
menunjukkan pemberian susu botol meningkat dari 5 % pada tamatan SD menjadi 56 % pada
tamatan perguruan tinggi. Sebaliknya pemberian ASI menurun dari 89 % pada tamatan SD
menjadi 0 % pada tamatan perguruan tinggi. Juga pemberian ASI ekslusif cenderung menurun
dari 37 % tahun 1987 menjadi 30 % tahun 1992.
Banyak factor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya
ialah karena air susu tidak keluar. Penyebabnya antara lain stress, malnutrisi, penyakit atau
perilaku penyusuan yang salah. Perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir terutama
dikondisikan oleh jaringan pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun memasok
langsung ke rumah sakit. Sekali terpengaruh kondisi ini, jangan diharap air susu akan dapat
mengalir keluar dengan optimal.

Fisiologi menyusui
Kelenjar susu tersusun dari jaringan kelenjar atau parenkim dan penopang atau stroma.
Jaringan kelenjar berisi banyak sekali kantong alveolus yang dikelilingi oleh jaringan epithel otot
yang bersifat kontraktif. Bagian dalam elveolus dilapisi oleh selapis epithel. Susu dibentuk pada
epitel kelenjar ini.
ASI terbentuk melalaui dua fase, yaitu fase sekresi dan pengaliran. Pada bagian pertama,
susu dieksresikan oleh kelenjar ke dalam lumen alveoli. Proses ini diawasi oleh hormone
prolaktin dan ACTH. Kedua hormone ini mempengaruhi perkembangan kelenjar mamae. Pada
fase kedua, air susu yang dihasilkan oleh kelenjar dikumpulkan dalam sinus dan dialirkan ke
putting susu. Selama kehamilan berlangsung laktogenesis kemungkinan besar terkunci oleh
pengaruh progesterone pada sel kelenjar. Setelah partus, kadar hormone ini menyusut drastis,
memberi kesempatan prolaktin untuk bereaksi sehingga mengimbas laktogenesis.
Laktasi diawasi oleh dua macam refleks, yaitu refleks produksi susu dan refleks let down.
Manakala bayi mengisap putting susu, serangkaian impuls akan menuju medula spinalis, lalu ke
otak dan menyusup ke dalam kelenjar hipofisis, memicu sekresi oksitosin pada bagian posterior
hipofisis. Keberadaan oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel epithel otot polos yang
membungkus alveolus sehingga air susu yang terkandung di dalamnya tersembur ke setiap
duktus dan sinus.

Cara menyusukan yang baik


Menyusui memerlukan persiapan sejak hamil, terutama pengetahuan tentang cara
memberikan ASI pertama, cara memperbanyak ASI serta perawatan payudara sebelum dan
setelah melahirkan. Setelah bayi dilahirkan hendaknya disusui sedini mungkin bahkan sejak ibu
masih di kamar bersalin. Dalam 1-3 jam bayi baru lahir harus sudah dicoba untuk disusui
walaupun ibu belum mengeluarkan ASI. Duduklah dengan enak di kursi dengan senderan.
Gerakan putting di ujung mulut bayi untuk merangsangnya hingga putting dimasukkan dalam
mulutnya dan mulai mengisap. Seluruh puting harus berada dalam mulutnya dengan bibir
menutupi areolanya, akan tetapi jangan sampai lobang hidungnya tertutup hingga bayi sukar
bernapas. Mungkin ASI belum keluar, akan tetapi pengisapan ini memberi rangsangan bagi
pembuatan ASI.
Dalam empat hari pertama produksi ASI belum banyak hingga menyusui cukup beberapa
menit saja untuk merangsang keluarnya ASI. Pada hari-hari berikutnya bayi dapat disusui selama
10-15 menit dari tiap buah dada. Gunakan kedua buah dada untuk memelihara fungsi payudara.
Jumlah ASI yang diisap bayi pada 5 menit pertama sekitar 112 cc, pada 5 menit kedua sekitar 64
cc dan pada 5 terakhir sekitar 16 cc. Jadwal menyusui hendaknya disesuaikan dengan aktivitas
sehari-hari misalnya tiap 3 jam.

Pengaruh status gizi ibu terhadap ASI


Komposisi zat gizi di dalam ASI wanita yang makannya kurang tidak jauh berbeda
dengan ASI dari wanita yang makannya cukup. Status gizi ibu tidak berpengaruh besar terhadap
mutu gizi ASI kecuali kadar vitamin dan mineral sedikit lebih rendah. Yang tidak sama hanya
volume ASI yang berkurang pada ibu kurang gizi. Rata-rata volume ASI wanita berstatus gizi
baik sekitar 800 cc sementara mereka yang berstatus gizi kurang hanya 500-600 cc sehari.

Pengaruh menyusui terhadap kesehatan ibu


Ketika melahirkan maka berat wanita akan menyusut 5 kg. Dengan keteraturan
memberikan ASI apalagi jika disertai senam akan terjadi penyusutan lemak tubuh. Berat badan
wanita menyusui umumnya berkurang 0,5-1 kg/bulan, namun kehilangan ini tidak lebih dari 1 kg
per bulan. Perangsangan putting susu oleh isapan bayi akan menambah sekresi oksitosin ke
dalam darah yang pada gilirannya menyebabkan kontraksi uterus dan juga timbunan lemak,
kembali ke ukuran sebelum hamil.
Pemberian ASI secara ekslusif dapat menjadi alternative kontrasepsi. Pemberian ASI
akan merangsang sekresi hormone prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin berkemampuan
menekan ovulasi yaitu menghambat kegiatan ovarium dalam sekresi hormone luteinizing dan
GRH (gonadotropin releasing hormone). Oksitosin berfungsi memicu dan memacu involusi
uterus. Dengan ibu memberi ASI ekslusif akan mempunyai daya lindung kontrasepsi sampai 98
% dan ibu tidak mengalami haid.

Kebutuhan gizi ibu menyusui

Penambahan energi sepanjang 6 bulan pertama pascapartum mencapai 700 kkal per hari.
Hal ini berdasarkan asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok sekitar 70 kkal atau
setara dengan 85 kkal dari makanan. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti
mengandung 560 kkal. Sementara itu energi yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak
itu 700 kkal (efisiensi konversi energi makanan menjadi energi susu 80 %). Setelah 6 bulan
menyusui produksi ASI menurun sehingga penambahan energipun berkurang. WNPG
menganjurkan penambahan energi untuk ibu menyusui 700 kkal pada 6 bulan pertama dan 500
kkal untuk periode selanjutnya.
Dalam 6 bulan pertama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein 16 gram di atas
kebutuhan normal. Hal ini berdasar perhitungan tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 g protein
sehingga 800 cc ASI mengandung 9,6 gram protein. Efisiensi konversi protein makanan menjadi
protein susu 70 % sehingga 9,6 g protein susu setara dengan 13,7 g protein makanan. Tambahan
protein selain untuk protein susu juga untuk sintesis hormone prolaktin dan oksitosin. WKN
Pangan dan Gizi menganjurkan penambahan protein 16 g per hari pada 6 bulan pertama
menyusui dan 12 g pada periode selanjutnya. Kebutuhan vitamin dan mineral sehari ibu
menyusui dapat dilihat di bawah ini.
Tabel 16. Kecukupan Vitamin dan Mineral Ibu Menyusui
No Vitamin/mineral Wanita dewasa Menyusui 6 bln Menyusui 7-12 bln
1 Vitamin A (RE) 500 + 350 + 300
2 Thiamin (mg) 1 + 1,3 + 1,3
3 Riboflavin (mg) 1,2 + 0,4 + 0,3
4 Niasin (mg) 9 +3 +3
5 Vitamin C (mg) 60 + 15 + 10
6 Asam folat (ug) 160 + 50 + 40
7 Besi (mg) 26 +2 +2
8 Kalsium (mg) 500 + 400 + 400
9 Yodium (ug) 150 + 20 + 20
10 Cairan (gelas) 6–7 +4 +2
Sumber : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 1998

Daftar Pustaka
Almatsier, S, 2004. Penuntun Diet. Edisi Baru. Gramedia, Jakarta
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Cet. I. EGC, Jakarta
Pudjiadi, 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi 4. FK UI, Jakarta
Soetjiningsih, 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Cet. I, EGC, Jakarta
Diposkan oleh Portal Afhy D-Ice di 01.20

Anda mungkin juga menyukai