Bahan
Bahan
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini :
1) Untuk mengetahui sejarah akuntansi pemerintahan
2) Untuk mengetahui dasar hukum akuntansi pemerintahan dan akuntansi
perusahaan
3) Untuk mengetahui sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia dan
Amerika Serikat
4) Untuk mengetahui ruang lingkup dan karakteristik akuntansi pemerintahan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pemerintah sebagai entitas yang menjalankan akuntansi public
memiliki tujuan menjalankan pemerintahan dengan baik dan supaya tujuan
negaranya menjadi terwujud. Tujuan akuntansi pemerintahan memang bukan
mutlak mencari laba, namun bukan berarti diharamkan mencari laba. Atas nama
terselenggaranya kehidupan bernegara lebih baik, laba dapat juga diambil, tentu
dengan mementingkan pelayanan kepada masyarakat terlebih dahulu.
Akuntansi sektor publik memiliki kaitan erat dengan penerapan dan perlakuan
akuntansi pada domain publik yang memiliki wilayah lebih luas dan kompleks
dibandingkan sektor swasta atau bisnis. Keluasan wilayah publik tidak hanya
disebabkan keluasan jenis dan bentuk organisasi yang berada di dalamnya, tetapi
juga kompleksitas lingkungan yang mempengaruhi lembaga-lembaga publik
tersebut.
Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (Pemerintah Pusat dan Daerah serta unit kerja pemerintah),
perusahaan milik negara dan daerah (BUMN dan BUMD), yayasan, universitas,
organisasi politik dan organisasi massa, serta Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM).
3
2. Dasar Hukum Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Perusahaan
4
12) PP No. 3 Tahun 2007 tentang Pelaporan Pertanggungjawaban
Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
13) PP No. 6 Tahun 2008 Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah
14) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Entitas pelaporan tidak mengenal konsep dan istilah laba. Penentuan sisa
pembiayaan anggaran (baik sisa lebih atau kurang) pada perioda tersebut
ditentukan oleh selisih realisasi penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan
dan belanja bukan tunai seperti misalnya bantuan dari pihak asing dalam
bentuk barang dan jasa disajikan pada Laporan Realisasi Anggaran.
Basis akrual digunakan untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan
ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada
saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan
pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan.
5
dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakn basis akrual secara
penuh (full accrual basis). Dengan kata lain, full accrual basis diterapkan
tidak hanya dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana, tetapi
juga dalam pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Namun,
meskipun full accrual basis digunakan, penyajian Laporan Realisasi
Anggaran tetap berdasarkan pada basis kas.
6
berdasarkan aspek formalnya. Apabila terdapat inkonsistensi atau
perbedaan antara aspek ekonomi dan aspek formalnya, maka hal
tersebut harus diungkapkan (disclose) secara memadai.
5) Prinsip Periodisitas (Periodicity)
Kegitan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi perioda-perioda pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan.
Perioda pelaporan yang utama digunakan adalah tahunan (annually).
Namun, tidak menutup kemungkinan penggunaan perioda pelaporan
yang lebih pendek, yaitu perioda bulanan, triwulanan, dan semesteran.
Penggunaan perioda pelaporan tersebut dianjurkan untuk digunakan.
6) Prinsip Konsistensi (Consistency)
Berdasarkan consistency principle, suatu entitas harus menerapkan
perlakuan akuntansi yang sama dari perioda ke perioda terhadap
kejadian yang serupa (prinsip konsistensi internal). Namun, prinsip
konsistensi tidak berarti bahwa suatu entitas tidak boleh mengubah
metoda akuntansi yang sudah dipilih untuk diterapkan. Metoda
akuntansi yang telah diterapkan dapat diubah dengan syarat bahwa
penerapan metoda baru dapat memberikan informasi yang lebih baik
dibandingkan dengan metoda lama. Pengaruh atas perubahan
penerapan metoda tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
7
Ayat 1. Setiap orang yang menyelenggarakan suatu perusahaan
diwajibkan membuat catatan-catatan dengan cara demikian
sehingga sewaktu-waktu dari catatan itu dapat diketahui segala hak
dan kewajibannya.
Ayat 2. Dari tahun ke tahun, dalam waktu enam bulan yang
pertama dari tiap-tiap tahunnya ia diwajibkan menandatangani
sendiri sebuah neraca yang tersusun sesuai dengan kebutuhan
perusahaan itu.
Ayat 3. la diwajibkan menyimpan selama tiga puluh tahun untuk
bukubuku dan dokumen sumber yang bersangkutan. Dan ia pun
diharuskan menyimpan surat-surat kawat dan surat-surat lain
selama sepuluh tahun.
2) Pasal 7 KUHD
Hakim bebas untuk kepentingan masing-masing akan memberikan
kekuatan bukti sedemikian rupa kepada pemegang buku setiap
pengusaha, sebagaimana menurut pendapatnya dalam tiap-tiap
kejadian harus diberikannya.
3) Pasal 12 KUHD
Tiada seorang dapat dipaksa akan memperlihatkan buku-bukunya,
melainkan untuk keperluan mereka yang langsung berkepentingan
terhadap buku-buku itu sebagai waris, sebagai yang berkepentingan
dalam suatu perusahaan, sebagai pesero, sebagai perangkat seorang
pengurus atau wakil, dan akhirnya pun dalam hal kepailitan.
Peraturan pokok yang mengatur pembukuan tercantum dalam KUHD pasal 6
yang berbunyi: Mewajibkan pada setiap orang yang menjalankan perusahaan
untuk mengadakan catatan-catatan mengenai keadaan kekayaan perusahaan dan
mengenai semua hal tentang perusahaannya sedemikian rupa sehingga setiap saat
dapat diketahui hak dan kewajibannya.
Mungkin ada yang tidak percaya bahwa selama 60 tahun Indonesia merdeka,
keuangan negara ini dikelola dengan sebuah aturan yang diterbitkan oleh Belanda
pada tahun 1864. Tidak perlu heran, karena memang begitulah kenyataannya,
selama ini keuangan negara dikelola berdasarkan Indonesische Comptabiliteitswet
Stbl. 1864 No. 106, dan diundangkan lagi teks nya yang telah diperbaharui untuk
ketiga kalinya terakhir dalam Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan
8
diundangkan dalam Lembara Negara 1954 No. 6, 1955 Np. 49 dan terakhir
Undang-undang No.9 tahun 1968.
Dalam perjalanannya memang terjadi beberapa kali perubahan, tetapi pada
dasarnya peraturan yang dipakai adalah peraturan produksi Belanda, oleh karena
itu istilah Stbl 1925 sangat populer dikalangan pengelola keuangan pemerintah
sampai dengan era millenium baru. Begitu kuatnya peraturan ini dibenak para
pengelola keuangan pemerintah, sehingga ketika akhirnya terbit peraturan baru
yang mengatur hal yang sama, “sifat-sifat” bawaan dari Stbl 1925 masih agak sulit
dihilangkan.
Walaupun saat itu belum ditetapkan SAP, bukan berarti dalam pengelolaan
keuangan negara tidak dilakukan pencatatan sama sekali, selama ini pencatatan
transaksi keuangan dilakukan dengan metode pencatatan tunggal (single entry)
sebagaimana yang dahulu banyak dianut oleh negara-negara kontinental (Eropa),
maklum saja karena peraturannyapun diadopsi dari sana (Belanda).
Jadi, meskipun tidak secara resmi dikatakan sebagai SAP, Indonesia
sebenarnya sudah memiliki Sistem Akuntansi Pemerintahan sejak dulu, hanya saja
sistem yang digunakan pada saat itu dapat dikatakan sebagai ‘akuntansi
tradisional’ yang hanya menghasilkan laporan perhitungan anggaran pendapatan
dan belanja. Perhitungannya cukup sederhana, pendapatan berapa ? belanja berapa
? sisanya adalah surplus atau defisit.
Ada lagi yang paling “khas” jika kita berbicara mengenai pengelolaan
keuangan negara. Selama masa orde baru, negara kita dapat dikatakan tidak
pernah mengalami surplus atau defisit, karena pemerintahan saat itu menganut
sistem anggaran berimbang, namun demikian istilah berimbang itu sendiri
memiliki arti semu, karena defisit yang terjadi selalu ditutupi dengan hutang luar
negeri, yang dikemudian hari menjadi bumerang bagi pemerintah itu sendiri.
Reformasi yang dimulai tahun 1998, telah mempengaruhi semua bidang
kehidupan. Bidang yang menjadi sorotan utama dalam penyelenggaraan reformasi
adalah bidang birokrasi pemerintahan, termasuk didalamnya mengenai hubungan
antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah, yang kemudian melahirkan
sebuah ‘produk’ fenomenal yang dinamai otonomi daerah.
Perbaikan-perbaikan dalam bidang birokrasi akhirnya menyentuh juga pada
bidang pengelolaan keuangan negara, baik yang dikelola pemerintah pusat atau
pemerintahan daerah. Halim (2004) memberikan beberapa poin penting reformasi
pengelolaan keuangan negara, diantaranya :
1) Anggaran Tradisional Menjadi Anggaran Kinerja
Anggaran tradisional disusun dengan pendekatan inkremental dan line
item dengan penekanan pada pertanggungjawaban setiap input yang
dialokasikan. Dengan anggaran kinerja, pertanggungjawaban tidak hanya
pada input tetapi juga pada output dan outcome.
9
2) Pengendalian Audit Keuangan dan Kinerja
Sebelum reformasi audit keuangan dan kinerja memang sudah dilakukan,
tetapi karena sistem anggaran belum memasukan kinerja, maka proses
audit kinerja tidak bisa berjalan dengan baik. Saat ini, karena sistem
penganggaran yang menggunakan sistem penganggaran kinerja maka
pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan kinerja menjadi lebih
baik.
3) Menerapkan Konsep Value for Money
Konsep Value for Money atau lebih dikenal dengan 3E (Ekonomis,
Efisisien dan Efektif) mulak dilakukan dalam pengelolaan keuangan
negara, sehingga baik pusat maupun daerah dituntut untuk selalu
menerapkan 3E dalam pengelolaan keuangannya.
4) Penerapan Pusat Pertanggungjawaban
Penerapan pusat pertanggungjawaban ditujukan untuk memudahkan
pengukuran kinerja setiap unit organisasi, misalnya pusat pendapatan
adalah Dinas Pendapatan, Pusat Biaya adalah Bagian Keuangan, Pusat
labab dan investasi adalah BUMD atau Perusahaan Daerah.
5) Perubahan Sistem Akuntansi Pemerintahan
Untuk mendukung perubahan-perubahan yang akan dilakukan, maka perlu
juga dilakukan perubahan dalam sistem akuntansi. Jika selama ini
digunakan sistem pencatatan tunggal (single entry system), maka harus
diubah dengan sistem pencatatan ganda (Double Entry System). Selain itu
pencatatan atas dasar basis kas harus diubah pula dengan basis akrual.
10
Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan RI mulai memprakarsai
penyusunan SAP. Bergulirnya reformasi di Indonesia semakin menambah kuat
dorongan untuk segera disusunnya SAP, hal ini sejalan dengan tuntutan
masyarakat Indonesia yang menginginkan transparansi dan akuntanbilitas
pengelolaan keuangan negara.
Diterbitkannya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah adalah salah satu peraturan yang menjadi
tonggak perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, didalamnya secara
jelas dikatakan tentang perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam
pertanggunjawaban keuangan daerah. Kemudian pada tahun 2002 Menteri
Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah
yang ditugaskan untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
Setelah itu kembali terbit peraturan lainnya yang semakin menguatkan untuk
segera diterbitkannya SAP, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara yang menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD
harus disusun sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut
disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang
bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden.
Penyusunan SAP sendiri akhirnya dilakukan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan yang kemudian
ditetapkan kembali dengan sebuah Keputusan Presiden sesuai dengan amanat UU
Nomor 1 Tahun 2004. KSAP melakukan penyusunan SAP atas dasar konsep-
konsep yang berlaku umum dan berlaku secara internasional yang disesuaikan
dengan kondisi yang ada di Indonesia.
Atas koordinsi berbagai unsur terkait, akhirnya SAP ditetapkan dengan PP
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan
pada tanggal 13 Juni 2005, yang terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), yaitu :
PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan;
PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran;
PSAP 03 : Laporan Arus Kas;
PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan;
PSAP 05 : Akuntansi Persediaan;
PSAP 06 : Akuntansi Investasi;
PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap;
11
PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;
PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban;
PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa
Luar Biasa
PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian.
12
Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi
pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri
Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah
tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat
dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi
Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan,
nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh
dukungan yang kuat dari para pimpinan Departemen/Lembaga di pusat
dan Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.
2) Tersedianya SDM yang kompeten
Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan
masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK
selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya,
selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden
kepada DPR dan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD.
Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM
yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut
sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan.
Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun
perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di
dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai
untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan
akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak
kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten
di bidang akuntansi pemerintahan.
3) Resistensi terhadap perubahan
Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang
sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti
perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan
berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat
berjalan dengan baik.
4) Lingkungan/masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung
keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu
didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah sehingga
dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas penerimaan pajak yang
yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang
ada. Dengan dukungan yang positif dari masyarakat akan mendorong
13
pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan
pemerintahan.
14
Meskipun memiliki perbedaan, pada dasarnya fungsi akuntansi dalam bidang
apapun adalah sama yaitu menyajikan informasi bagi berbagai pihak tentang
kejadian-kejadian ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan . Namun selain
fungsi umum, menurut Kusnadi, dkk (1999 : 20) akuntansi pemerintahan memiliki
fungsi khusus, yaitu :
1) Menghitung layanan yang dicapai oleh pemerintah
2) Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban
pemerintah khususnya dari segi ukuran finansial.
3) Memberikan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang
berkepentingan.
4) Mengukur efektifitas dan efisiensi kinerja eksekutif di dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Pendapat lain dikemukakan oleh BPKP (2002 : 39-40), yang menyebutkan
bahwa fungsi dari akuntansi pemerintahan adalah :
1) Pertanggungjawaban
Akuntansi pemerintahan bertujuan memberikan informasi keuangan
yang lengkap, cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang
berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan
unit-unit pemerintahan.
2) Manajerial
Akuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan
yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan
pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.
3) Pengawasan
Akuntansi pemerintahan harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan
efisien.
Dari 2 pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi
akuntansi pemerintahan adalah untuk memberikan jaminan kepada
masyarakat bahwa pemerintahan berjalan dalam koridor yang benar
dan dapat dipertanggungjawabkan.
15
digunakan untuk menyiapkan, menyajikan, dan melaporkan laporan keuangan
untuk berbagai entitas, termasuk publik yang diperdagangkan dan swasta yang
diselenggarakan perusahaan, non- organisasi nirlaba , dan pemerintah. Standar
inilah yang menjadi tolak ukur atau panduan proses pencatatan akuntansi di
sebuah perusahaan.
16
beroperasi di bawah seperangkat asumsi, prinsip, dan kendala, berbeda dengan
PSAK sektor swasta standar. Ketentuan GAAP AS agak berbeda dari Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), meskipun mantan Ketua SEC Chris
Cox menetapkan jadwal bagi semua perusahaan AS untuk menjatuhkan GAAP
pada tahun 2016, dengan perusahaan terbesar beralih ke IFRS pada awal 2009.
17
c) Praktek Buletin, yang mengindikasikan AcSEC’s pandangan pada
masalah pelaporan keuangan yang sempit tidak dianggap oleh
FASB atau GaSb.
3) Financial Accounting Standards Board (FASB)/ Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (FASB)
Menyadari kebutuhan untuk reformasi APB, pemimpin dalam profesi
akuntansi menunjuk Kelompok Studi Pembentukan Prinsip Akuntansi
(umumnya dikenal sebagai Komite Gandum untuk perusahaan kursi
Francis Gandum). Kelompok ini menentukan bahwa APB harus
dibubarkan dan struktur standar pengaturan baru diciptakan. Struktur ini
terdiri dari tiga organisasi: Akuntansi Keuangan Foundation (FAF, akan
memilih anggota FASB, dana dan mengawasi kegiatan mereka), Standar
Akuntansi Keuangan Advisory Council (FASAC), dan organisasi usaha
besar dalam struktur ini Akuntansi Keuangan Dewan Standar (FASB).
FASB memiliki 4 jenis utama publikasi:
a) Lebih dari 150 telah diterbitkan sampai saat ini.
b) Akuntansi Keuangan Konsep – pertama diterbitkan pada tahun
1978. Mereka adalah bagian dari proyek kerangka konseptual
FASB dan tujuan dasar yang ditetapkan dan konsep bahwa
penggunaan FASB dalam mengembangkan standar masa depan.
Namun, mereka bukan bagian dari GAAP. Ada 7 konsep untuk
tanggal diterbitkan .
c) Interpretasi – memodifikasi atau memperluas standar yang ada .
Ada sekitar 50 interpretasi untuk tanggal diterbitkan .
d) pedoman standar penerapan, interpretasi, dan pendapat. Biasanya
memecahkan beberapa isu akuntansi yang sangat spesifik yang
tidak akan memiliki efek, signifikan abadi.
Pada tahun 1984 FASB menciptakan Emerging Issues Task Force (EITF)
yang berkaitan dengan transaksi keuangan yang tidak biasa dan baru yang
memiliki potensi untuk menjadi umum (misalnya akuntansi untuk
perusahaan berbasis Internet). Ini bertindak lebih seperti masalah filter
untuk FASB – kesepakatan EITF dengan jangka pendek, cepat masalah
resolve, meninggalkan jangka panjang, masalah yang lebih luas untuk
FASB.
4) Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan (GaSb)
Dibuat pada tahun 1984, GaSb membahas masalah-masalah pemerintah
negara bagian dan lokal pelaporan. Strukturnya mirip dengan yang ada
pada FASB’s.
5) Organisasi lain berpengaruh (misalnya Ikatan Akuntan Amerika, Ikatan
Akuntan Manajemen, Keuangan Lembaga Eksekutif)
18
6) Organisasi berpengaruh lainnya Keuangan Pemerintah Officer’s
Association (GFOA)
Juga mempengaruhi kebijakan keuangan bagi pemerintah. Perbedaan
pendapat antara GFOA dan GaSb adalah jarang, tetapi dapat berlanjut
selama bertahun-tahun.
19
Sistem Akuntansi Pemerintah harus mengembangkan perkiraan-perkiraan
secara efektif sehubungan dengan sifat dan perubahanlingkungan sehingga
dapat mengungkapkan hasil ekonomi dankeuangan dari pelaksanaan suatu
program.
7) Sistem harus dapat melayani kebutuhan dasar informasi keuanganguna
pengembangan rencana dan program.
Sistem Akuntansi Pemerintah harus dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan para pengguna informasi keuangan yaitu,pemerintah, rakyat
(lembaga legeslatif), lembaga donor, Bank Dunia, dan lain sebagainya.
8) Pengadaan suatu perkiraan
Perkiraan-perkiran yang dibuat harus memungkinkan analisisekonomi atas
data keuangan dan mereklasifikasi transaksi-transaksipemerintah baik
pusat maupun daerah dalam rangka pengembangan perkiraan-perkiraan
nasional.
20
Dana ini digunakan untuk membukukan pendapatan, biaya, aktiva, utang,
modal kegiatan perusahaan komersial (misal:kafetaria, sistem transportasi,
sistem telekomunikasi, dsb
BAB III
KESIMPULAN
1. Sejarah organisasi sektor publik telah ada sejak ribuan tahun lalu. .
Kemunculannya lebih dipengaruhi pada interaksi yang terjadi pada
masyarakat dan kekuatan sosial di dalam masyarakat. Kekuatan sosial
masyarakat, yang umumnya berbentuk pemerintahan – organisasi sektor
publik ini
2. Dasar hukum akuntansi pemerintahan khususnya di era reformasi
(paradigma baru) terdapat pada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dan
juga beberapa pasal Undang-Undang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sedangkan dasar hukum pelaksanaan akuntansi (pembukuan)
bagi perusahaan di Indonesia diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD)
3. Sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia dan di Amerika, memiliki
banyak perbedaan. Sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia memilik
aturan yang telah diatur dalam Undang-Undang yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sedangkan sistem akuntansi pemerintahan di Amerika
memiliki berbagai macam organisasi yang mengatur sistem akuntansi
pemerintahan di Amerika.
4. Akuntansi pemerintahan tidak hanya berisi tentang penjelasan yang
diberikan pemerintah nasional tetapi diberika juga oleh PBB ( Perserikatan
Bangsa-Bangsa ) (A Manual Government Accounting)
21
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_Sektor_Publik#Sejarah_Akuntansi_Sektor
_Publik
http://ordeck.wordpress.com/2010/09/01/akuntansi-perusahaan-vs-
pemerintahan-modul-diklat-sap_mkw/
http://books.google.co.id/books?id=HKarXQgrf_oC&pg=PA134&lpg=PA134&dq=
pengertian+akuntansi+pemerintah&source=bl&ots=FHgUUEMxA6&sig=Y6zxEsto
DwTLn-lFtaZqhScJS3A&hl=en&sa=X&ei=3VJkUJT2I8-
zrAeM3oDgCw&ved=0CDIQ6AEwAg#v=onepage&q&f=false
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/akuntansi-di-amerika-serikat/
http://bagjana.wordpress.com/2008/12/30/akuntansi-pemerintahan-di-indonesia/
22