OLEH:
KELOMPOK V
HANIFAH
ILHAMUDDIN PURBA
VIDYA MAWARNI
DOSEN PEMBIMBING
CAHYONO BAYU AJI, SE, M.EI
AKUNTANSI SYARIAH-A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohiim
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, dan tak lupa shalawat beriringkan
salam kita hantarkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Perekonomian Pada Masa Al-Khulafa’
Al-Rasyidin” untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam ini tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Cahyono Bayu
Aji, SE, M.Ei, selaku dosen mata kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam serta
pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini, dengan
kerendahan hati, kami memohon maaf.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
3.1 Kesimpulan..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perekonomian pada Masa Kekhalifahan Abu Bakar Siddiq
2
Akhir tahun 13 Hijriyah dalam usia enam puluh tiga tahun
setelah mengalami sakit selama lima belas hari.
3
ahli waris) dan nawaib (pungutan terhadap orang kaya
untuk menutup defisit anggaran negara).
b) Pendapatan dari non-muslim, yaitu jizyah (dipungut
permanen dari non muslim yang hidup di dalam
naungan pemerintahan Islam), kharaj dan ushr.
c) Penerimaan dari sumber lain, meliputi ghanimah
(rampasan perang), fai' (harta yang diperoleh dari jalan
damai), uang tebusan untuk tawanan perang, kaffarah
(denda), dan hadiah. Secara umum, pendapatan negara
pada masa khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq tidak
berbeda dengan pendapatan negara di masa Rasulullah.
Hanya saja kondisi pemerintahan yang tidak stabil pada
masa itu, menjadikan beberapa instrumen fiskal saat itu
menjadi penting untuk dibahas. Instrumen fiskal
tersebut yaitu:
1. Zakat
4
tidak ada lagi kewajiban mengeluarkan zakat. Oleh sebab itu,
khalifah Abu Bakar mengambil kebijakan tegas, beliau
mengeluarkan ultimatum untuk memerangi orang-orang yang
enggan mengeluarkan zakat. Abu Bakar mengatakan, seperti
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, "Sungguh aku akan
memerangi orang yang memisahkan antara kewajiban shalat dan
zakat, karena sesungguhnya zakat adalah hak yang ada pada
harta. Sungguh aku akan perangi mereka, walaupun mereka
hanya menolak untuk memberikan seutas tali yang pernah
mereka berikan kepada Rasulullah."
5
hilang, dan kehidupan masyarakat akan seimbang. Maka
jika zakat ini sudah dirusak, maka secara otomatis tatanan
masyarakat juga akan menjadi tidak seimbang.
Dengan banyaknya orang yang tidak mau membayar
zakat, tentunya kondisi baitul maal akan menjadi defisit.
Dan jika kondisi ini dibiarkan oleh khalifah, maka bukan
tidak mungkin petaka ini akan menjadi gelombang besar
yang akan melanda negara lambat laun.
2. Khums
6
1. Mengirim ekspedisi Usamah ibn Zaid yang sudah
dipersiapkan oleh Rasulullah SAW sebelum beliau wafat.
2. Pembebasan Irak
3. Pertempuran dzat al-Salasil
4. Pertempuran al-Madzar
5. Pertempuran Walijah
6. Perang Ullais
7. Kehancuran Amghisiya
8. Pembebasan al-Hirah
9. Penaklukan Daumatul Jandal
10. Penaklukan Syam
7
bertambah dari jizyah Ahli Kitab yang tetap pada agama
mereka.
d. Allah menghalalkan bagi kaum muslimin mengambil
ghanimah (harta rampasan perang). Maka apabila mereka
mampu mengalahkan musuh, maka mereka dapat
mengambil ghanimah sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan Allah dan Rasul-Nya. yang awalnya enggan
membayar zakat.
3. Jizyah
8
penetapan jizyah di masa khalifah Abu Bakar, dapat disimpulkan
beberapa poin penting yang berkaitan dengan jizyah tersebut,
sebagai beerikut:
Penetapan jizyah dilakukan dengan menawarkan tiga
pilihan sikap, yaitu masuk Islam, membayar jizyah atau
perang. Tawaran pertama adalah tawaran dakwah
kepada Islam. Jika mereka memeluk Islam maka mereka
memiliki posisi yang sama dengan muslim lainnya.
Jika mereka memilih tetap di dalam agama mereka,
maka komandan pasukan Islam akan menetapkan jizyah
atas mereka.
Penetapan jizyah hanya berlaku bagi laki-laki, karena
merekalah yang berperang melawan pasukan Islam.
Ayat jizyah tidak menetapkan secara eksplisit besaran
yang dibayarkan oleh ahli kitab. Hal ini tergantung pada
kondisi setiap daerah taklukan. Khalid bin Walid
menetapkan besaran jizyah sepuluh dirham bagi setiap
laki-laki pada perang Hirah, sehingga terkumpil jizyah
sebesar 60.000 dirham
Pendapatan jizyah dapat menurun disebabkan
kebijakan tidak diberlakukannya jizyah bagi golongan
berikut:
1. Orang tua renta yang tidak mampu bekerja
2. Orang tua yang sakit
3. Budak ahli kitab yang masuk Islam harus dibayar untuk
tuannya
4. Kharaj
9
apakah si pemilik tanah itu seorang yang di bawah umur atau
orang dewasa, budak atau merdeka, muslim ataupun tidak
beriman. Menurut al-Arif, sumber pendapatan yang pertama kali
diperkenalkan di masa Rasulullah SAW adalah kharaj. Kharaj
menurut al-Arif sama dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di
Indonesia. Hanya saja, yang membedakan antara keduanya
adalah bahwa kharaj ditentukan berdasarkan tingkat
produktifitas lahan sementara PBB ditentukan berdasarkan
zoning.
10
memegang kontrol terhadap kesucian tanah ini, sebagai
perpanjangan tangan dari perintah Rasulullah SAW.
11
dialokasikan sesuai keterangan di dalam surat al-Anfal
ayat 41. Adapun bagian yang menjadi hak Nabi ketika
beliau masih hidup, seperti telah dijelaskan sebelumnya
dialokasikan untuk kepentingan pertahanan.
2. Belanja negara yang alokasinya tidak spesifik Belanja
negara yang alokasinya tidak spesifik ini relatif sedikit
dibandingkan dengan belanja yang sudah ditentukan
alokasinya karena beberapa alasan, di antaranya:
Pada pemerintahan Abu Bakar belum ada Diwan yang
mengurusi hal ini secara khusus.
Rendahnya gaji pegawai pemerintahan.
Rendahnya jumlah pegawai pemerintahan.
Pegawai sukarela berjumlah lebih banyak.
12
membayar zakat kepada negara. Salah satu suku telah mengumpulkan zakat dan
mendistribusikannya di antara mereka tanpa sepengetahuan Abu Bakar.
Umar bin Khattab ra merupakan khalifah kedua bagi kaum muslimin dengan
menggantikan Abu Bakar As-Shiddiq ra. Periode kekhalifahan Umar benar-benar
merupakan abad keemasan dalam sejarah Islam. Selama kurun waktu 10 tahun
khalifah Umar bin Khattab berhasil membuktikan kehebatan sistem ekonomi
Islam yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya. Negara mengalami kemakmuran yang
amat pesat, hal yang belum pernah disaksikan orang Arab sebelumnya.
13
1. Melakukan sistematisasi dalam pemberlakuan pungutan jizyah kepada
ahlu dzimah dengan cara menetapkan tiga tingkatan jizyah. Yang
disesuaikan dengan tingkat kemampuan mereka membayar.
4. Atas saran khalifah Ali memungut zakat atas kuda yang oleh Rasulullah
SAW. Dibebaskan dari zakat.
7. Banyak kemenangan yang dicapai tentara muslim pada masa Umar telah
menghasilkan banyak harta rampasan yang secara signifikan menambah
kekayaan negara.
14
3. Memperbaiki dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah
ada, misalnya hak penguasaan tanah yang didapat dari perang yang semula
diberikan kepada kaum muslimin diubah menjadi tetap hak pemilik
semula tetapi dikenakan pajak tanah (kharaj), dan peninjauan kembali
persyaratan untuk pembagian zakat bagi orang-orang yang muallafatu
qulubuhum, dan lain-lain.
Beliau banyak melakukan ekspansi. Baitul maal pada masa ini tertata baik
dan rapi lengkap dengan sistem administrasinya karena pendapatan negara
meningkat drastis. Harta baitul maal tidak dihabiskan sekaligus, sebagian
diantaranya untuk cadangan baik untuk kepentingan darurat, pembayaran gaji
tentara dan kepentingan umat lain. Baitul maal merupakan pelaksana kebijakan
fiskal negara Islam. Khalifah mendapat tunjangan sebesar 5000 dirham pertahun,
satu stel pakaian musim panas, satu stel pakaian musim dingin, serta seekor
binatang tunggangan untuk naik haji. Harta baitul maal adalah milik kaum
muslimin sedang khalifah dan amil hanya pemegang amanah.
15
4. Departemen jaminan sosial, departemen ini berfungsi untuk
mendistribusikan dana bantuan kepada seluruh fakir miskin dan orang-
orang yang menderita.
1. Aisyah dan Abbas bin Abd Mutalib masing masing 12000 dirham.
3. Ali, Hasan, Husain dan para pejuang badar masing masing 5000 dirham.
6. Putra para pejuang badar, orang yang memeluk Islam ketika fathu
Makkah, anak-anak kaum muhajirin dan anshar, para pejuang qadisiyah,
uballa, dan orang-orang yang menghadiri perjanjian hudaibiyah masing-
masing 2000 dirham.
10. Anak-anak yang baru lahir yang tidak diakui masing-masing 100 dirham.
16
yang dimilikinya itu didapat dengan cara yang halal. Bila gagal, Umar
memerintahkan pejabat itu menyerahkan kelebihan harta dari jumlah yang wajar
kepada baitul maal, atau membagi dua kekayaan itu, setengah untuk yang
bersangkutan dan sisanya untuk negara.
3. Pendapatan kharaj, fa’i, jizyah, ‘ushr dan sewa tanah. Pendapatan ini
digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk
menutupi biaya operasional administrasi, kebutuhan militer dan
sebagainya.
4. Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para
pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.
17
Pemilihan Khalifah ketiga berbeda dengan Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
yang menunjuk langsung penggantinya sebelum beliau wafat, Khalifah Umar bin
Khattab membentuk sebuah tim yang bernggotakan enam orang sahabat yaitu
Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi
Waqqash dan Abdurrahman bin Auf. Setelah wafatnya Khalifah Umar tim ini
melakukan pemufakatan yang pada akhirnya menunjuk Utsman bin Affan sebagai
Khalifah Islam yang ketiga. Khalifah Utsman bin Affan memerintah selama 12
tahun (24 H-36H). Dalam berbagai literatur dikatakan bahwa selama enam tahun
pertama pemerintahannya dilewati dengan baik, sementara enam tahun kedua
terjadi banyak keguncangan dalam bidang politik, sosial dan ekonomi yang
berakhir pada pembunuhan sang Khalifah. Pada masa pemerintahannya, Khalifah
Utsman bin Affan berhasil melakukan ekspansi ke wilayah Armenia, Cyprus,
Tunisia, Rhodes dan bagian tersisa dari Persia, Transoxania dan Tabaristan. Beliau
juga berhasil menumpas pemberontakan di daerah Khurasan dan Iskandariah.
Selain itu, pemerintahan Khalifah Utsman juga telah berhasil menuliskan kembali
ayat-ayat Al-Qur’an menjadi ”satu huruf” atau satu versi yang hingga kini disebut
dengan ”Mushaf Utsmani” untuk menghilangkan keanekaragaman dalam bacaan
Al-Qur’an. Khalifah Utsman bin Affan menjalankan kebijakan ekonominya
dengan melakukan beberapa penataan baru dengan mengikuti kebijakan Khalifah
Umar sebagai berikut:
a. Dalam rangka pengembangan sumber daya alam, dilakukan pembuatan
saluran air, pembangunan jalan-jalan dan pembentukan organisasi
kepolisian secara permanen untuk mengamankan jalur perdagangan.
b. Membentuk armada laut kaum muslimin hingga berhasil membangun
supremasi kelautan di wilayah Mediterania dan berhasil membangun
pelabuhan pertama negara Islam di semenanjung Syria,Tripoli dan Barca di
Afrika Utara.
c. Tidak mengambil upah dari kantornya, bahkan menyimpan uangnya di
bendahara negara. Hal ini bermuara pada terjadinya kesalahpahaman
dengan Abdullah bin Irqam, bendahara Bayt al-mal saat itu
d. Mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta
memberikan sejumlah besar uang kepada masyarkat yang berbeda-beda.
e. Dalam hal pengelolalan zakat, pemilik harta diberikan keleluasaan untuk
menaksir hartanya sendiri. Dibebaskan zakat atas harta terpendam.
18
f. Menaikkan dana pensiun sebesar 100 dirham dan memberikan ransum
tambahan berupa pakaian. Memperkenalkan tradisi mendistribusikan
makanan ke masjiduntuk fakir miskin dan musafir.
a. Kebijakan dalam hal pemberian harta dari baitul maal kepada kerabatnya.
Hal ini berbeda dengan pandangan Abu Bakar dan Umar yang memandang
bahwa hak kerabat dalam bayt al-mal terbatas dalam standar umum yang
ada dan tidak ada toleransi atasnya.
Ali bin Abi Thalib dilahirkan pada tahun Gajah ke-13. Ali keponakan
Rasulullah saw dan dari suku Bani Hasyim, yang dipercaya menjadi penjaga
19
tempat suci ka’bah. Ali menikah dengan putri Rasulullah Fatimah az-Zahra
dikaruniai dua putra Hasan dan Husein. Setelah diangkat sebagai khalifah Islam
keempat oleh segenap kaum muslimin, Ali ibn Abi Thalib langsung mengambil
beberapa tindakan, seperti memberhentikan para pejabat yang korupsi, membuka
kembali lahan perkebunan yang telah diberikan kepada orang-orang kesayangan
Utsman, dan mendistribusikan pendapat pajak tahunan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan Umar ibn Al-Khattab.
Masa pemerintahan khalifah Ali ibn Abi Thalib yang hanya berlangsung
selama enam tahun selalu diwarnai dengan ketidakstabilan kehidupan politik. Ia
harus menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair ibn Al-Awwam, dan Aisyah
yang menuntut kematian Ustman ibn Affan. Berbagai kebijakan tegas yang
diterapkannya menimbulkan api permusuhan dengan keluarga Bani Umayyah
yang dimotori oleh Muawiyah ibn Abi Sofyan. Pemberontakan juga datang dari
golongan Khawarij, mantan pendukung khalifah Ali ibn Abi Thalib yang kecewa
terhadap keputusan tahkim pada perang Shiffin.
Sekalipun demikian, khalifah Ali ibn Abi Thalib tetap berusaha untuk
melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan
kesejahteraan umat Islam. Menurut sebuah riwayat, ia secara sukarela menarik
diri dari daftar penerima dana bantuan baitul maal, bahkan menurut riwayat yang
lain, Ali memberikan sumbangan sebesar 5000 dirham setiap tahun. Apapun
faktanya, kehidupan Ali sangat sederhana dan sangat ketat dalam membelanjakan
keuangan negara. Dalam sebuah riwayat, saudaranya yang bernama Aqil pernah
menandatangani Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk meminta bantuan keuangan
dari dana Baitul Mal. Namun, Ali menolak permintaan tersebut. Dalam riwayat
yang lain, Khalifah Ali diberitakan pernah memenjarakan Gubernur Ray yang
dianggapnya telah melakukan tindak pidana korupsi.
20
Seperti yang telah disinggung, Ali tidak menghadiri pertemuan Majelis Syuro
di Jabiya yang diadakan oleh khalifah Umar untuk memusyawarahkan beberapa
hal penting yang berkaitan dengan status tanah-tanah taklukan. Pertemuan itu
menyepakati untuk tidak mendistribusikan seluruh pendapatan baitul maal, tetapi
menyimpan sebagian sebagai cadangan. Ali menolak seluruh hasil pertemuan
tersebut. Oleh karena itu, ketika menjabat sebagai khalifah, Ali mendistribusikan
seluruh pendapat dan provisi yang ada di baitul maal Madinah, Basrah dan Kufah.
Ali ingin mendistribusikan harta baitul maal yang ada di Sawad, namun urung
dilaksanakan demi menghindari terjadinya perselisihan diantara kaum muslimin.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari pemerataan
distribusi uang rakyat telah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali
untuk pertama kalinya diadopsi. Hari kamis adalah hari pendistribusian atau hari
pembayaran. Pada hari itu, semua penghitungan diselesaikan dan pada hari sabtu
dimulai penghitungan baru. Cara ini mungkin solusi yang terbaik dari sudut
pandang hukum dan kondisi negara yang sedang berada dalam masa-masa
transisi. Khalifah Ali meningkatkan tunjangan bagi para pengikutnya di Irak.
Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, alokasi pengeluaran kurang lebih
masa tetap sama sebagaimana halnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar.
Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah jumlahnya pada masa
kekhalifahan Utsman bin Affan hampir seluruhnya dihilangkan karena sepanjang
garis pantai Syria, Palestina, dan Mesir berada dibawah kekuasaan muawiyah.
Namun demikian, dengan adanya penjaga malam dan patroli yang telah terbentuk
sejak masa pemerintahan Khalifah Umar, Ali membentuk polisi yang
terorganisasi secara resmi yang disebut syurthah dan pemimpinnya diberi gelar
Shahibus Syurthah. Fungsi lainnya dari Baitul Mal masih tetap sama dan tidak ada
perkembangan aktivitas yang berarti pada masa ini.
21
dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para pejabat tinggi dan staff-
staffnya, menjelaskan kelebihan dan kekurangan para jaksa, hakim, dan abdi
hukum lainnya, menguraikan pendapat pegawai administrasi dan pengadaan
bendahara. Surat ini menjelaskan bagaimana berhubungan dengan masyarakat
sipil, lembaga peradilan dan angkatan perang. Ali menekankan Malik agar lebih
memerhatikan kesejahteraan para prajurit dan keluarga mereka dan diharapkan
berkomunikasi langsung dengan masyarakat melalui pertemuan terbuka, terutama
dengan orang-orang miskin, orang-orang yang teraniaya dan para penyandang
cacat. Dalam surat tersebut, juga terdapat instruksi untuk melawan korupsi dan
penindasan, mengontrol pasar, dan memberantas para tukang catut laba, penimbun
barang dan pasar gelap.
Secara utuh konsep pemerintahan Ali bin Abi Thalib RA, tercermin pada
suratnya kepada Malik Asther bin Harits, dengan poin-poin penting antara lain
sebagai berikut:
22
h. Instruksi untuk melakukan control pasar dan memberantas para pedagang
licik, penimbun barang dan pasar gelap.
Perekonomian Islam pada masa Khulafa’ al-Rasyidin ini masih murni dan
berdasar langsung pada al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Pada masa Abu Bakar ash
Shidiq, adalah awal mula dibentuknya baitul maal. Selanjutnya pengukuhan zakat
sebagai pendapatan negara dan melakukan kebijakan pembagian tanah taklukan.
Prinsip yang digunakan adalah kesamarataan dalam mendistribusikan harta baitul
maal. Pada masa Umar bin Khattab, dimulai pendirian baitul maal. Pada masa ini
sudah ada penyusunan anggaran pengeluaran dan pembelanjaan seperti ghanimah
dan kharaj untuk para pensiun, keluarga Nabi, pegawai, irigasi dan lain-lain. Pada
masa ini dharibah pernah dipakai untuk mendanai baitul maal. Umar menetapkan
jizyah yaitu kompensasi terhadap orang non muslim. Pada masa Umar ini mulai
terbentuk mata uang.
Pada masa Utsman bin Affan, dilakukan penataan baru seperti pembuatan
saluran air, pembangunan jalan dan pembentukan lembaga kepolisian. Utsman
juga melakukan perubahan administrasi tingkat atas dan beberapa gubernur.
23
Utsman melakukan pembagikan tanah Negara dengan tujuan reklamasi. Pada
masa Ali bin Abi Thalib, dilakukan pendistribusian seluruh pendapatan dan
provisi yang ada dalam baitul maal. Ali juga melakukan pendistribusian uang
untuk rakyat. Ali pernah melakukan penghapusan anggaran untuk angkatan laut.
Ali termasuk khalifah yang mempunyai konsep yang jelas terhadap pemerintahan,
administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya.
24
DAFTAR PUSTAKA
25