Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG MENGALAMI

SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


HALUSINASI PENDENGARAN DI RSU dr. H KOESNADI BONDOWOSO

Disusun Untuk Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pengampu: Ns. Rany Agustin W, M. Kep

Oleh :

Niza Firanda Arifin

16087140955

Program Studi DIII Keperawatan

Universitas Bondowoso

2018
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran lokasi pengambilan data

Lokasi pengambilan data data studi kasus Asuhan Keperawatan Jiwa pada
klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan halusinasi pendengaran yang
dilakukan oleh peneliti di RSU dr. H Koesnadi bondowoso. Alamat Rumah Sakit
di Jalan Piere Tendean nomor 01 Bondowoso. Tempat penelitian di Paviliun
Seroja merupakan ruangan yang dikhususkan untuk klien dengan gangguan jiwa
dan didirikan pada tahun lalu bulan Agustus 2015. Terdapat satu ruangan yang
berisi 20 tempat tidur yang dikhususkan untuk klien yang sudah berada dalam fase
maintenance dan terdapat 2 kamar isolasi yang dikhususkan untuk klien yang
masih berada dalam fase akut.

Pada saat penelitian terdapat 12 orang dengan gangguan jiwa yang dirawat
inap di Paviliun Seroja dengan diagnosa medis paling banyak Skizofrenia
diantaranya Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia Hebefrenik, dan Skizofrenia
Simplek. Masalah keperawatan yang muncul seperti halusinasi pendengaran,
waham kebesaran, harga diri rendah, dan resiko perilaku kekerasan. Struktur
organisasi Paviliun Seroja terdiri dari 11 orang tenaga perawat yang terdiri dari 1
kepala ruang yaitu Frits Yogyantomo, S.Kep Ns, kepala tim 1 yaitu Subiyanto
S.Kep Ns dan 4 perawat pelaksana yaitu Ervan Agung S.Kep Ns, Siswanto
Amd.Kep, Yuniah Purwanti S.Kep Ns, dan Khuratul A’yun Amd.Kep. kepala tim
2 yaitu Yeni Irawati S.Kep Ns dengan 4 perawat pelaksana yaitu Kukuh Febri
S.Kep Ns, Moch. Syamsi Amd.Kep, Ika Kurnia Dewi Amd.Kep dan Dewi
Widyawati Amd.Kep serta terdapat 2 Dokter Spesialis Jiwa. Klien yang peneliti
ambil merupakan klien yang berada di fase maintenance dan menempati ruangan
rawat inap. Penelitian dalam studi kasus ini merupakan Asuhan Keperawatan
Jiwa pada Ny. S yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi
Pendengaran di Paviliun Seroja RSU dr. H Koesnadi Bondowoso tahun 2017.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan,


tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohmah, 2014).

Melihat data pengkajian dari kasus Ny. S didapatkan data subjektif seperti
Ny.S sering mendengar bisikan yang datang kepada dirinya untuk memaku
kepalanya agar bisa tidur. Waham yang terjadi pada Ny. S adalah waham curiga
dimana Ny. S selalu mengatakan takut jika bertemu orang-orang baru. Melihat
hasil rekam medis dan keterangan yang didapat dari Dokter Spesialis Jiwa
menyatakan bahwa Ny. S mengalami Skizofrenia Paranoid.

Teori yang dikemukakan oleh Rusdi (2013) dalam Pedoman


Penggolongan dan Gangguan jiwa III (PPDGJ-III) menyatakan kriteria umum
Skizofrenia Paranoid yaitu terdapat suara-suara halusinasi yang mengancam
klien, memberi perintah, atau halusinasi pendengaran, waham dapat berupa
hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi
(delusion of influence) atau “passivity” (delusion of passivity), serta keyakinan di
kejar-kejar yang beraneka ragam adalah paling khas, gangguan afektif, dorongan
kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik yang relatif tidak nyata atau
tidak menonjol.

Melihat fakta dan teori yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya antara
fakta dan teori terdapat persamaan tanda dan gejala yaitu terdapat suara-suara
halusinasi yang mengancam klien, memberi perintah, atau halusinasi
pendengaran, waham yang terjadi pada Ny. S adalah waham curiga dimana Ny. S
selalu mengatakan takut jika bertemu orang-orang yang baru. Sedangkan tanda
dan gejala yang tidak dialami oleh Ny. S yaitu Ny.S tidak mengalami gejala
katatonik yang relatif menonjol Ny. S tidak mengalami gejala katatonik yang
relatif tidak nyata atau menonjol dikarenakan pengaruh Neurotransmitter yang
berperan menghasilkan Norephinephire dan Dopamine menurun sehingga Ny. S
tidak mengalami hiperaktivitas sehingga gejala katatonik tidak muncul.
Berdasarkan tanda dan gejala tersebut maka dapat dinyatakan bahwa Ny.S
mengalami Skizofrenia paranoid.

Skizofrenia paranoid dihubungkan dengan Neurotransmitter yang berperan


dalam proses terjadinya adalah Norepinephrine. Pada klien yang mengalami
Skizofrenia Paranoid terjadi hieraktivitas sistem dopaminergik. Availabilitas
dopamin atau agonis dopamin yang berlebi dapat menimbulkan gejala Skizofrenia
Paranoid seperti halusinogenik, gangguan pada proses pikir dan perilaku
seseorang (price, 2006).

Berdasarkan kasus Ny.S Skizofrenia Paranoid dipengaruhi karena respon


kehilangan orang yang sangat dicintai sehingga menyebabkan Ny. S mengalami
berduka disfungsional dan trauma masa lalu berupa trauma seksual yang tidak
menyenangkan sehingga Ny. S mengalami sindrom pasca trauma.

Berdasarkan fakta dan teori pada paragraf diatas kerusakan persepsi


sensori yang dialami oleh Ny. S ditandai dengan mendengar suara-suara
halusinasi yang mengancam dirinya. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Price (2006) gejala Skizofrenia Paranoid seperti halusinogenik
yang terdapat suara-suara halusinasi yang mengancam klien, memberi perintah,
atau halusinasi pendengaran. Sehingga dpat disimpulkan masalah keperawatan
yang terjadi pada Ny. S adalah Halusinasi Pendengaran.

Tanda dan gejala halusinasi pendengaran yaitu gejala subjektif mendengar


suara menyuruh bahkan melakukan sesuatu yang berbahaya, mendengar suara
atau bunyi seseorang, mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap,
mendengar suara orang yang sudah meninggal, mendengar suara yang
mengancam diri klien atu orang lain yang membahayakan (Yosep,2016).

Hal tersebut sesuai dengan fakta yang ditemukan dari hasil pengkajian
berdasarkan kasus Ny. S dididapatkan data subjektif seperti Ny. S sering
mendengar ada bisikan yang datang kepada dirinya untuk memaku kepalanya agar
bisa tidur. Bisikan itu juga menyuruh Ny. S untuk kabur dari rumah.
Melihat fakta dan teori pada paragraf sebelumnya terdapat kesamaan tanda
dan gejala seperti Ny. S mendengar suara menyuruh bahkan melakukan sesuatu
yang berbahaya.

Hasil pengkajian yang didapatkan dari kasus Ny.S sesuai dengan fakta
yang didapat dilapangan dengan teori yang ditemukan sehingga dapat dinayatakan
bahwa Ny. S mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Pendengaran.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu


terhadap masalah atau proses kehidupan aktual maupun potensial sebagai dasar
pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil perawat yang bertanggun
jawab (Rohmah, 2014)

Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus tersebut yang


sesuai dengan teori adalah Halusinasi Pendengaran (Auditory-hearing voices or
sounds) merupakan jenis halusinasi yang paling banyak terjadi, halusinasi
pendengaran merupakan terganggunya persepsi sensori seseorang sperti
mendengar suara-suara yang tiak nyata, diman tidak terdapat stimulus (Varcarolis,
2006).

Berdasarkan data yang didapat dari pengkajian dapat disimpulkan bahwa


batasan karakteristik dan tanda gejala yang dialami oleh Ny. S sesuai dengan
diagnosa keperawatan Halusinasi Pendengaran yang dikemukakan oleh Yosep
(2016) yaitu gejala subjektif mendengar suara menyuruh bahkan melakukan
sesuatu yang berbahaya. Pada kasus Ny. S didapatkan data bahwa Ny. S sering
mendengar suara-suara yang mengancam dan menyuruhnya untuk memaku
kepalanya agar bisa tidur.

Berdasarkan teori dan fakta yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya,


terdapat kesamaan atara batasan karakteristik yang didapatkan dari teori dan fakta.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Ny. S mengalami diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran.

4.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah
mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnostik keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana
perawat mampu menetapkan cara menyeleseaikan masalah secara efektif dan
efisien (Rohmah, 2014).

Tujuan umum dilaksanakan intervensi keperawatan pada Ny. S menurut


Keliat (2007) antara lain Ny. S dapat mengontrol halusinasinya secara mandiri.

Tujuan khusus dilaksnakan intervensi keperawatan pada Ny. S menurut


Keliat (2007) antar lain Ny. S dpat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
Ny. S dpat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan benar Ny. S
dapat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap Ny. S dapat mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian.

Intervensi keperawatan yang dipakai dalam kasus Ny. S sesuai dengan


teori pada asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa Halusinasi Pendengaran
antara lain intervensi SP I dengan tujuan Ny. S dapat mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik. Intervensi SP II dengan tujuan Ny. S dapat
memanfaatkan obat dengan baik. Intervensi SP III dengan tjuan Ny. S dapat
mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap. Intervensi SP IV dengan
tujuan Ny. S mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian. Intervensi
SP V dengan tujuan Ny. S dengan cara menghardik, Ny. S dapat memenfaatkan
obat dengan baik, klien dpat mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap , klien
dapat mengontrol halusiansi dengan melakukan kegiatan harian.

Intervensi keperawatan pada keperawatan jiwa diawali dengan Strategi


Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK). Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) merupakan laporan tertulis yang berisi bagaimana cara
berkomunikasi dengan klien pada saat melakkan tindakan keperawatan. Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK) dibuat setiap kali akan
berkomunikasi dengan klien.

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SPTK) terdiri dari SP I yaitu


Ny. S dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Dengan cara bina
hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik, beri
salam,perkenalkan diri, jelaskan tujuan umum, tunjukkan rasa empati, buat
kontrak yang jelas. Identifikasi halusinasi seperti isi, frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan, dan respon. Jelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan.
Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Masukkan pada jadwal
kegiatan harian . hasil yang diharapkan dari terlaksananya SP I adalah agar Ny. S
mampu mengontrol dan menolak halusinasi untuk datang pada dirinya dengan
meyakini bahwa halusinasi itu tidak nyata.

SP II yaitu Ny. S dpat mengontrol halusinasi dengan cara minum obat.


Dengan cara evaluasi kegiatan menghardik dan beri pujian. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan cara benar minum obat yaitu benar obat, benar dosisi, benar
waktu, benar rute, benar frekuensi, dan kontinuitas minum obat. Masukkan pada
jadwal kegiatan harian. Hasil yang diharapkan dari terlaksananya SP II adalah
agar Ny. S mampu menghindar dari halusinasinya dengan cara mengontrol
halusinasi dengan memanfaatkan medika mentosa untuk menghambat produksi
Neurotransmitter, Norephinephrine dan Dopamin.

SP III yaitu Ny. S dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-


cakap. Dengan cara evaluasi kegiatan menghardik dan minum obat lalu beri
pujian. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap masukka pada
kegiatan harian. Hasil yang diharapkan dari terlaksananya SP III adalah agar Ny.
S mampu mengalihkan halusinasi yang datang kepada dirinya dengan melakukan
interaksi atau bercakap-cakap dengan orang lain disekitarnya.

SP IV yaitu Ny. S dapat mengontrol halusinasi dengan melakukan


kegiatan harian. Dengan cara evaluasi kegiatan menghardik, minum obat, dan
bercakap-cakap dan beri pujian. Latih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian. Masukkan pada jadwal kegiatan harian. Hasil yang
diharapkan dari terlaksananya SO IV adalah agar Ny. S mampu menyinukkan diri
dengan kegiatan-kegiatan ringan yang dapat membuat pikiran Ny. S dapat
teralihkan karena kesibukannya melakukan kegiatan harian.
SP V yaitu Ny.S dapat mengontrol halusinasi dengan baik. Dengan cara
evaluasi semua kegiatan dan beri pujian. Latih kegiatan harian. Nilai apakah
kemampuan yang dimiliki sudah mandiri. Nilai apakah halusinasi terkontrol.
Hasil yang diharapkan dari terlaksananya SP V adalah untuk memvalidasi seluruh
SP yang sudah dijalankan mulai dari SP I sampai dengan SP IV.

Berdasarkan fakta dan teori dari kasus Ny. S didapatkan bahwa pemberian
Strategi Pelaksanaan (SP) I sampai V dpat terlaksana dengan efektif dan efisien
serta dapat memberikan perubahan dan hasil yang signifikan dari perubahan
persepsi sensori yang dialami oleh Ny.S.

Intervensi tambahan yang diberikan kepada Ny.S adalah terapi musik.


Terapi musik ini diberikan karena hasil studi (American Music Therapy
Association, 2013). Menyatakan bahwa terapi musik dapat digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan, mengatur stress, mengurangi nyeri,
mengekspresikan kenyataan, meningkatkan memori,meningkatkan komunikasi
dan peningkatan fisik. Salah satu jenis musik yang dapat diberikan untuk klien
dengan Skizofrenia Paranoid adalah jenis musik klasik (Haydn dan Mozart) yang
dapat digunakan untuk memperbaiki konsentrasi ingatan dan persepsi spasial,
musik klasik Mozart memiliki efek yang tidak dimiliki kompose lain. Musik
klasik Mozart memliki kekuatan yang membebaskan, mengobati dan
menyembuhkan (Musibikin, 2009).

Berdasarkan fakta yang didapatkan pada kasus Ny. S terlihat perbedaan


yang cukup signifikan dari pemberian terpai musik klasik Haydn dan Mozart. Ny.
S mampu menjalankan serta mengingat semua strategi pelaksanaan setelah
diberikan terapi musik ini.

Melihat fakta dan teori di pragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa


pemberian terapi musik klasik yang di berikan bersamaan denga strategi
pelaksanaan (SP) akan meberikan hasil yang lebih maksimal dan mampu
meningkatkan memori serta kemampuan berkomunikasi pada kasus Ny. S.

4.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah, 2014)

Implementasi yang dilakukan kepada Ny. S mengacu pada intervensi yang


sudah dibuat menggunakan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (SPTK),
terdapat beberapa intervensi yang dimodifikasi dengan alternatif lain sehingga Ny.
S mendapatkan pelayanan yang optimal. Misalnya pada terapi musik karena tidak
ada MP3 player klien mendengarkan dengan Handphone.

Pada kasus Ny. S Strategi Pelaksanaan (SP) I dpat tercapai dalam 2 kali
pertemuan atau 1 hari Ny. S dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
dengan respon Ny. S mampu mengatakan “Pergi! Pergi! Kamu tidak nyata” (
sambil menutup telinganya) setelah 2kali pertemuan.

Implementasi SP II tercapai dalam 2 kali pertemuan atau 1 hari Ny. S


mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat 2 kali sehari dengan
teknik yang benar dengan respon Ny. S mampu menyebutkan obat THP dan RPD
yang dia minum 2 kali sehari setelah 2 kali pertemuan.

Implementasi SP III tercapai dalam 2 kali pertemuan atau 1 hari Ny. S


mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan respon Ny. S
mau dan mampu bercakap-cakap dengan orang lain disekitarnya meskipun masih
terlihat malu setelah 2 kali pertemuan.

Implementasi SP IV tercapai dalam 2 kali pertemuan atau 1 hari Ny. S


mampu mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian dengan
respon Ny. S dapat melakukan kegiatan harian seperti membereskan tempat tidur,
mencuci piring, dan berjalan ke kamar mandi setelah 2 kali pertemuan.

Implementasi SP V tercapai dalam 1 kali pertemuan Ny. S dapat


mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, Ny. S mampu mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat 3 kali sehari dengan teknik yang benar, Ny. S
mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap, Ny.S mampu
mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian dengan respon Ny.
S mengatakan “ Pergi! Pergi! Kamu tidak nyata” (sambil menutup telinganya) dan
Ny. S mampu menyebutkan obat THP dan RPD yang dia minum 2 kali sehari, Ny.
S mampu bercakap-cakap dengan temannya meskipun terlihat malu, Ny. S dapat
melakukan kegiatan harian sepeti membereskan tempat tidur, mencuci piring, dan
berjalan ke kamar mandi setelah 1 kali pertemuan.

Berdasarkan fakta dan teori yang didapatkan Ny. S mampu melaksanakan


SP I sampai SP V dalam 5 hari dengan cukup baik. Pada hari ke-6 saat dilakukan
validasi Ny. S mampu mengingat semua yang diajarkan oleh perawat.

Pada setiap pemberian strategi pelaksanaan (SP) diikuti dengan pemberian


terapi musik klasik Haydn dan Mozart yang diaplikasikan dengan menggunakan
Handphone genggam audio beserta video. Terapi musik ini diberikan dalam
waktu 15-30 menit. Ny. S mampu mendengarkan serta melihat visualisasi dari
musik klasik Haydn dan Mozart. Prubahan yang terjadi pada Ny. S cukup baik
dan signifikan jika dibandingkan dengan pemberian intervensi yang hanya
menggunakan SPTK tanpa diikuti oleh terapi musik. Terbukti dengan kemampuan
Ny. S yang mampu mengingat dan memperagakan semua SP yang telah diberikan
dengan baik selama 5 hari.

Berdasarkan teori dan fakta yang didapat dari paragraf diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan standar yang ditambah dengan terapi musik
terdapat penurunan signifikan secar statistik pada klien dengan halusinasi
pendengaran setelah mendengarkan musik. Tetapi menggunakan musik klasik ini
memerlukan pertimbangan khusus tentang waktu tampilan musik, tahap usia
perkembangan, latar belakang budaya, aktivitas motorik dan estetika.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan penilaian dengan cara membandingkan perubahan


dari keadaan klien (hasil yang diamati) dengna tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencannan ( Rohmah, 2014).
Evaluasi keperawatan dalam keperawatan jiwa dilakukan 2 kali dalam 1
hari yaitu pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua dengan salah satu
masalah aktual Halusinasi Pendengaran semua Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) dari Strategi Pelaksanaan (SP I) sampai dengan Strategi
Pelaksanaan (SP V) dapat dilaksanakan dan dilakukan dengan cukup baik oleh
Ny. S.

Pada evaluasi hari pertama setelah dilakukan tindakan tentang bagaimana


cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik hasilnya Ny. S dapat
mengingat dan memperagakan cara menghardik dalam 2 kali pertemuan. Pada
pertemuan pertama setelah dievaluasi pada pukul 11.00 WIB Ny.S tidak mampu
mengingat apa yang telah di ajarkan oleh perawat tentang cara menghardik.
Kemudian pada pertemuan kedua setelah dievaluasi pada pukul 16.00 WIB Ny.S
mampu mengatakan “Pergi! Pergi! Kamu tidak nyata” (sambil menutup
telinganya). Terdapat perubahan yang didapatkan dari evaluasi pertemuan pertama
dan pertemuan kedua dari kasus Ny. S.

Pada evaluasi hari kedua Ny. S setelah dilakukan tindakan tentang


bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan teknik
yang benar dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama setelah di evaluasi
pada pukul 11.00 WIB Ny. S tidak mampu mengingat apa yang telah diajarkan
oleh perawat tentang cara minum obat dengan teknik yang benar. Kemudian pada
pertemuan kedua setelah dievaluasi pada pukul 16.00 WIB Ny. S mampu
menyebutkan obat THP dan RPD yang dia minum 2 kali sehari. Terdapat
perubahan yang didapatkan dari evaluasi pertemuan pertama dan pertemuan kedua
dari kasus Ny. S.

Pada pertemuan hari ketiga Ny. S setelah dilakukan tindakan tentang


bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain. Hasilnya Ny. S dapat mengingat dan memperagakan cara bercakap-cakap
dalam 2 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama setelah di evaluasi pada pukul
11.00 WIB Ny. S tidak mampu mengingat apa yang telah diajarkan oleh perawat
tentang cara bercakap-cakap dengan orang lain. Kemudian pada pertemuan kedua
setelah dievaluasi pada pukul 16.00 WIB Ny. S mampu melakukan interaksi dan
bercakap-cakap dengan temannya meskipun terlihat masih malu. Terdapat
perubahan yang didapatkan dari evaluasi pertemuan pertama dan pertemuan kedua
dari kasus Ny. S.

Pada pertemuan hari keempat Ny. S setelah dilakukan tindakan tentang


bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan harian.
Hasilnya Ny. S dapat mengingat dan memperagakan cara melakukan kegiatan
harian seperti membereskan tempat tidur dan melipat baju dalam 2 kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama setelah di evaluasi pada pukul 11.00 WIB
Ny. S tidak mampu mengingat apa yang telah diajarkan oleh perawat tentang cara
melakukan kegiatan harian. Kemudian pada pertemuan kedua setelah dievaluasi
pada pukul 16.00 WIB Ny. S mampu melakukan kegiatan harian seperti
membereskan tempat tidur, mencuci piring dn berjalan ke kamar mandi. Terdapat
perubahan yang didapatkan dari evaluasi pertemuan pertama dan pertemuan kedua
dari kasus Ny. S.

Pada pertemuan hari kelima Ny. S setelah dilakukan tindakan tentang


bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan harian. Hasilnya Ny. S dapat mengingat
dan memperagakan cara menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan kegiatan harian seperti membereskan tempat tidur dan melipat baju
dalam 1 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama setelah di evaluasi pada pukul
11.00 WIB Ny. S mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dengan
respon Ny. S mengatakan “Pergi! Pergi! Kamu tidak nyata” (sambil menutup
telinganya) dan Ny.S mampu bercakap-cakap dngan temannya meskipun terlihat
malu, Ny. S dapat melakukan kegiatan harian seperti membereskan tempat tidur,
mencuci piring, dan berjalan ke kamar mandi setelah 1 kali pertemuan.

Hasil evaluasi pada Ny. S mampu menjalankan SP I sampai SP V


dengan cukup baik dalam waktu 5 hari. Penulis menyimpulkan bahwa pada kasus
Ny. S semua masalah dapat teratasi sebagian.
Paa setiap kali melakukan Strategi Pelaksanaan (SP) selalu diikuti dengan
pemberian terapi musik klasik Haydn dan Mozart yang dapat mempercepat
keberhasilan pemberian Strategi Pelaksanaan (SP).

Ny. S mampu mendengarkan terapi tambahan yang diberikan yaitu terapi


musik klasik Haydn dan Mozart dalam waktu 5 hari. Masalah aktual Halusinasi
Pendengaran dapat teratasi sebagian.

Berdasarkan teori dan fakta pada kasus Ny. S didapatkan kesimpulan


bahwa penyakit gangguan jiwa dan psikosis yang dialami oleh Ny. S tidak dapat
sembuh secara total seperti penyakit lain. Ny. S akan mengalami kekambuhan jika
terjadi kesalahan sperti putus obat dan respon Dopamine yang berlebih. Oleh
karena itu penulis menyimpulkan bahwa masalah keperawatan Halusinasi
pendengaran yang dialami oleh Ny. S teratasi sebagian.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan hal-


hal sebagi berikut berdasarkan tujuan khusus, yaitu:

5.1.1 Pengkajian Keperawatan

Dalam pengkajian pada Ny. S didapatkan data subjektif Ny. S mengatakan


sering mendengar ada bisikan yang datang kepada dirinya untuk memaku
kepalanya agar bisa tidur. Bisikan itu juga menyuruh Ny. S untuk kabur dari
rumah. Data objektif didapatkan data seperti Ny. S tampak kebingungan,
kontak mata kurang, komunikasi Ny. S kurang, pembicaraan sulit
dimengerti, terdapat 2 bekas luka tusukan paku di kepala Ny. S. Ny. S
tampak menutup diri dengan orang-orang yang baru, dan Ny.S selalu
merasa curiga. Dari hasil analisa data diatas dapat disimpulkan masalah
keperawatan yang dialami oleh Ny. S adalah Halusinasi Pendengaran.

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dalam perumusan diagnosa mengacu pada teori dan hasil pengkajian


sehingga diagnosa yang ditemukan pada kasus Ny. S adalah Skizofrenia
Paranoid dengan Halusinasi Pendengaran.

5.1.3 Intervensi Keperawatan

Dalam merencanakan tindakan keperawatan pada prinsipnya tetap mengacu


pada teori dan disesuaikan dengan kasus yang nyata, intervensi yang
digunakan pad Ny. S menggunakan Strategi Pelaksanaan Tindakan
Keperawatan (SPTK) yang terdiri dari Strategi Pelaksanaan I (SP I) sampai
dengan Strategi Pelaksanaan V (SP V). SP I yaitu melatih cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik. SP II yaitu melatih cara mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik. SP III yaitu melatih car mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap. SP IV yaitu melatih cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian. SP V yaitu
melatih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, minum obat,
bercakap-cakap, dan melakukan kegiatan harian.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam melaksanakan tindaka keperawatan pada klien yang mengalami


Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Pendengaran disesuaikan dengan
rencana tindakan yang telah dibuat sebelumnya. Implementasi dilakukan 2
kali dalam 1 hari yaitu pertemuan pertama pada pukul 07.00 WIB dan
pertemuan kedua pada pukul 14.00 WIB.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Dalam melakukan evaluasi dari hasil pelaksanaan tindakan keperawatan


perencanaan. Studi kasus pada klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid
dengan Halusinasi Pendengaran pada kasus nyata Ny. S dapat teratasi
sebagian pada tanggal 25 agustus 2017. Dengan kesimpulan masalah yang
dialami oleh Ny. S yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan
Halusinasi Pendengaran dapat menyelesaikan semua Strategi Pelaksanaan
Tindakan Keperawatan (SPTK) yang terdiri dari Strategi Pelaksanaan I (SP
I) sampai dengan Strategi Pelaksanaan V ( SP V).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis ingin menyampaikan beberapa saran


sebagai bahan pertimbangan untuk peneliti selanjutnya, yaitu:

5.2.1 Perawat

Mengingat Skizofrenia Paranoid merupakan penyakit yang sangat rentan


mengalami kekambuhan maka perawat perlu memberikan health education
dan melibatkan keluarga yang tinggal satu rumah dengan klien. Sehingga
keluarga dapat melakukan perawatan secara mandiri setelah klien pulang.

5.2.2 Rumah sakit


Peningkatan mutu pelayanan bagi yang mengalami Skizofrenia Paranoid
sangat dibutuhkan. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada untuk selalu
mengontrol dan melakukan pemeriksaan ualng ( Follow Up) keadaan klien
dan ketersediaan obat sangat penting dalam mencegah kekambuhan klien
dengan Skizofrenia Paranoid.

5.2.3 Institusi

Diharapkan institusi pendidikan mampu mengadakan penambahan


pembendaharaan atau pustaka sebagai refrensi bagi mahasiswa dalam
melakukan penelitian selanjutnya tentang Skizofrenia Paranoid.

5.2.4 Klien dan Keluarga

Sangat diperlukan peran dari anggota keluarga untuk membantu


memberikan perawatan lanjutan dirumah dengan jalan meningkatkan
pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang diderita terutama mengenai
tanda dan gejala timbulnya penyakit Skizofrenia Paranoid sebelum klien di
pulangkan.

Anda mungkin juga menyukai