Oleh :
16087140955
Universitas Bondowoso
2018
BAB IV
PEMBAHASAN
Lokasi pengambilan data data studi kasus Asuhan Keperawatan Jiwa pada
klien yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan halusinasi pendengaran yang
dilakukan oleh peneliti di RSU dr. H Koesnadi bondowoso. Alamat Rumah Sakit
di Jalan Piere Tendean nomor 01 Bondowoso. Tempat penelitian di Paviliun
Seroja merupakan ruangan yang dikhususkan untuk klien dengan gangguan jiwa
dan didirikan pada tahun lalu bulan Agustus 2015. Terdapat satu ruangan yang
berisi 20 tempat tidur yang dikhususkan untuk klien yang sudah berada dalam fase
maintenance dan terdapat 2 kamar isolasi yang dikhususkan untuk klien yang
masih berada dalam fase akut.
Pada saat penelitian terdapat 12 orang dengan gangguan jiwa yang dirawat
inap di Paviliun Seroja dengan diagnosa medis paling banyak Skizofrenia
diantaranya Skizofrenia Paranoid, Skizofrenia Hebefrenik, dan Skizofrenia
Simplek. Masalah keperawatan yang muncul seperti halusinasi pendengaran,
waham kebesaran, harga diri rendah, dan resiko perilaku kekerasan. Struktur
organisasi Paviliun Seroja terdiri dari 11 orang tenaga perawat yang terdiri dari 1
kepala ruang yaitu Frits Yogyantomo, S.Kep Ns, kepala tim 1 yaitu Subiyanto
S.Kep Ns dan 4 perawat pelaksana yaitu Ervan Agung S.Kep Ns, Siswanto
Amd.Kep, Yuniah Purwanti S.Kep Ns, dan Khuratul A’yun Amd.Kep. kepala tim
2 yaitu Yeni Irawati S.Kep Ns dengan 4 perawat pelaksana yaitu Kukuh Febri
S.Kep Ns, Moch. Syamsi Amd.Kep, Ika Kurnia Dewi Amd.Kep dan Dewi
Widyawati Amd.Kep serta terdapat 2 Dokter Spesialis Jiwa. Klien yang peneliti
ambil merupakan klien yang berada di fase maintenance dan menempati ruangan
rawat inap. Penelitian dalam studi kasus ini merupakan Asuhan Keperawatan
Jiwa pada Ny. S yang mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi
Pendengaran di Paviliun Seroja RSU dr. H Koesnadi Bondowoso tahun 2017.
4.2 Pembahasan
Melihat data pengkajian dari kasus Ny. S didapatkan data subjektif seperti
Ny.S sering mendengar bisikan yang datang kepada dirinya untuk memaku
kepalanya agar bisa tidur. Waham yang terjadi pada Ny. S adalah waham curiga
dimana Ny. S selalu mengatakan takut jika bertemu orang-orang baru. Melihat
hasil rekam medis dan keterangan yang didapat dari Dokter Spesialis Jiwa
menyatakan bahwa Ny. S mengalami Skizofrenia Paranoid.
Melihat fakta dan teori yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya antara
fakta dan teori terdapat persamaan tanda dan gejala yaitu terdapat suara-suara
halusinasi yang mengancam klien, memberi perintah, atau halusinasi
pendengaran, waham yang terjadi pada Ny. S adalah waham curiga dimana Ny. S
selalu mengatakan takut jika bertemu orang-orang yang baru. Sedangkan tanda
dan gejala yang tidak dialami oleh Ny. S yaitu Ny.S tidak mengalami gejala
katatonik yang relatif menonjol Ny. S tidak mengalami gejala katatonik yang
relatif tidak nyata atau menonjol dikarenakan pengaruh Neurotransmitter yang
berperan menghasilkan Norephinephire dan Dopamine menurun sehingga Ny. S
tidak mengalami hiperaktivitas sehingga gejala katatonik tidak muncul.
Berdasarkan tanda dan gejala tersebut maka dapat dinyatakan bahwa Ny.S
mengalami Skizofrenia paranoid.
Hal tersebut sesuai dengan fakta yang ditemukan dari hasil pengkajian
berdasarkan kasus Ny. S dididapatkan data subjektif seperti Ny. S sering
mendengar ada bisikan yang datang kepada dirinya untuk memaku kepalanya agar
bisa tidur. Bisikan itu juga menyuruh Ny. S untuk kabur dari rumah.
Melihat fakta dan teori pada paragraf sebelumnya terdapat kesamaan tanda
dan gejala seperti Ny. S mendengar suara menyuruh bahkan melakukan sesuatu
yang berbahaya.
Hasil pengkajian yang didapatkan dari kasus Ny.S sesuai dengan fakta
yang didapat dilapangan dengan teori yang ditemukan sehingga dapat dinayatakan
bahwa Ny. S mengalami Skizofrenia Paranoid dengan Halusinasi Pendengaran.
Berdasarkan fakta dan teori dari kasus Ny. S didapatkan bahwa pemberian
Strategi Pelaksanaan (SP) I sampai V dpat terlaksana dengan efektif dan efisien
serta dapat memberikan perubahan dan hasil yang signifikan dari perubahan
persepsi sensori yang dialami oleh Ny.S.
Pada kasus Ny. S Strategi Pelaksanaan (SP) I dpat tercapai dalam 2 kali
pertemuan atau 1 hari Ny. S dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
dengan respon Ny. S mampu mengatakan “Pergi! Pergi! Kamu tidak nyata” (
sambil menutup telinganya) setelah 2kali pertemuan.
Berdasarkan teori dan fakta yang didapat dari paragraf diatas dapat
disimpulkan bahwa perawatan standar yang ditambah dengan terapi musik
terdapat penurunan signifikan secar statistik pada klien dengan halusinasi
pendengaran setelah mendengarkan musik. Tetapi menggunakan musik klasik ini
memerlukan pertimbangan khusus tentang waktu tampilan musik, tahap usia
perkembangan, latar belakang budaya, aktivitas motorik dan estetika.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
5.2.1 Perawat
5.2.3 Institusi