Spo Implan
Spo Implan
No. Dikumen :
Revisi :
SPO
Tgl. Terbit : Ditetapkan Oleh
PEMERINTAH Halaman Kepala Puskesmas
:
KABUPATEN Teras Terunjam
MUKOMUKO
Dr.Osar Pane
NIP. 19710526 200012 1002
ALAT
1. Implant
2. Kain kasa steril
3. Sarung Tangan Steril
4. Band Aid
5. Perband
6. Alkohol 70%
7. Betadine 2%
8. Anastesi Lidocain 2%
9. Aquades
10. Jarum Suntik 3cc
11. Gunting Perband
12. Kertas Resep
13. Kartu KB
5. Prosedur / a. Klien datang dan mengambil nomor antrian
Langkah-langkah b. Klien Mendaftar di Loket
c. Petugas Loket membawa K /IV /KB di ruang KIA /KB
d. Petugas KIA /KB Memanggil Klien sesuai urutan
e. Petugas mencocokan Identitas Klien di ruang KIA /KB dengan K/ IV KB
f. Petugas KIA/KB melakukan Anamnesa pada Klien
g. Petugas memberikan konseling ABPK kepada Klien untuk memilih Pelayanan KB
yang di Kehendaki.Jika Klien setuju maka di lakukan Klien mengisi Informed
Consent.Jika Klien tidak setuju akan di lakukan Konseling ulang.Jika kondisi Klien
tidak memungkinkan maka segera dilakukan Rujukan.
h. Menjelaskan kepada Klien apa yang di lakukan dalam proses pemasangan dan
mempersilahkan Klien untuk bertanya.
i. Menunjukan kepada Klien di mana dan bagaimana Implant di pasang
j. Menjelaskan kepada Klien bagaimana Proses Kerja Implant dan Efektivitasnya
k. Menjelaskan kemungkinan efek samping dan Masalah kesehatan lain yang mungkin
akan di alami
l. Menjelaskan Efek samping yang umum yang sering di alami oleh Klien
m. Periksa kembali untuk meyakinkan bahwa Klien telah mencuci lengan nya
sebersih mungkin dengan sabun dan air serta membilas nya sehingga tidak ada sisa
sabun
n. Mempersilahkan Klien untuk naik ke tempat tidur
o. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang juka di perlukan
p. Meletakan kain yang bersih dan kering di bawah lengan Klien dan atur posisi lengan
Klien dengan benar
q. Tentukan Tempat pemasanagan pada bagian dalam lengan atas,dengan mengukur 8 cm
di atas lipatan siku dan beri tanda pada tempat pemasangan dengan pola kaki segitiga
terbalik untuk memasang kapsul Implant
r. Pastikan bahwa peralatan yang Steril atau di desinfeksi tingkat tinggi atau (DTT) sudah
tersedia
s. Mempersiapkan tempat insisi dengan Larutan antiseptik. Gunakan kasa steril atau DTT
untuk memegang ber.,antiseptik
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan
menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio musculus
deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa.
Vaksin yang telah dilarutkan tidak segera digunakan maka disimpan pada suhu 2 s.d
8oC selama maksimal 3 jam.:
Cara Penyuntikan Vaksin BCG
1. Suntikan diberikan intrakutan pada lengan kanan atas bagian luar dengan dosis
0,005 cc
2. Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari
lengan dan bahu.
3. Ibu sebaiknya memegang bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga kepala bayi dan
memegang lengan dekat dengan tubuh.
4. Pegang alat suntuik dengan tangan kanan anda dengan lubang pada ujung jarum
menghadap ke depan.
5. Buatlah permukaan kulit menjadi datar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari
telunjuk anda.
6. Letakkan alat suntik dan jarum dengan posisi hampir datar dengan kulit bayi.
asukkan ujung jarum tepat di bawah permukaan kulit tetapi di dalam kulit yang
tebal – cukup masukkan bevel (lubang di ujung jarum).
7. Jaga agar posisi jarum tetap datar di sepanjang kulit sehinnga jarum masuk ke
dalam lapisan atas kulit saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap ke depan.
8. Jangan menekan jarum terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum karena jarum
akan masuk di bawah kulit, sehingga yang terjadi suntikan di dalam otot
(subcutaneous) bukan suntikan intrakutan.
9. Untuk memegang jarum dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari kiri anda pada
ujung bawah alat suntik dekat jarum, tetapi jangan menyentuh jarum.
10. Pegang ujung penyedot antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan anda.
Tekan penyedot dengan ibu jari anda.
11. Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.
Catatan :
Jika suntikan intrakutan diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika
vaksin mudah masuk anda mungking menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan,
betulkan posisi jarum, dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Jika suntikan
BCG tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada
kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk.
Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak
terlihat adanya pembengkakan.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN
VAKSIN CAMPAK
No. Dikumen : B/V/SPO/I/2016/022
Revisi :
SPO
Tgl. Terbit : Ditetapkan Oleh
PEMERINTAH Halaman Kepala Puskesmas Air Manjuto
:
KABUPATEN
MUKOMUKO
Dr.Osar Pane
NIP. 19710526 200012 1002
1. Pengertian Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap
dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus
strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg
residu erythromycin.’
untuk pemberian kekebalan aktif terhadap campak.
2. Tujuan SK Kepala Puskesmas Air Manjuto No. A/I/SK/I/2016/003 tentang Jenis-
jenis Pelayanan di Puskesmas Air Manjuto
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Ari Manjuto No. 445/ /PKM/I/2016 tentang
Standar Pelayanan Publik Puskesmas Air Manjuto
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin Campak :
Langkah-langkah Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 24 bulan.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 6 jam.
Cara Penyuntikan Vaksin Campak :
1. Suntikan diberikan pada lengan kiri atas, pertengahan M.Deltoideus
secara subkutan dengan dosis 0,05 cc.
2. Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
3. Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda
untuk menekan ke atas lengan bayi.
4. Pegang lengan seperti mencubit menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
Kemudian jarum suntik disuntikkan dengan sudut 45o.
5. Terhadap permukaan kulit, dengan kedalaman jarum tidak lebih dari ½
inchi. (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak
menembus pembuluh darah).
6. Suntikkan vaksin pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN
VAKSIN DPT/HB/Hib
No. Dikumen : B/V/SPO/I/2016/023
Revisi :
SPO
Tgl. Terbit : Ditetapkan Oleh
PEMERINTAH Halaman Kepala Puskesmas Air Manjuto
:
KABUPATEN
MUKOMUKO
Dr.Osar Pane
NIP. 19710526 200012 1002
1. Pengertian Vaksin DPT/HB/Hib adalah vaksin jerap Difteri Pertusis Tetanus, Hepatitis
B Rekombinaan, Haemophilus influenza tipe B, berupa suspensi homogen
yang mengandung toksoid tetanus dan difteri murni, bakteri pertusis (batuk
rejan) inaktif, antigen permukaan hepatitis B (HBsAg) murni yang tidak
infeksius, dan komponen HiB sebagai vaksi bakteri.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian
dan Penyuntikan Vaksin DPT/HB/HiB.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Manjuto No. A/I/SK/I/2016/003 tentang Jenis-
jenis Pelayanan di Puskesmas Air Manjuto
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis Vaksin DPT/HB/Hib :
Langkah-langkah Vaksin harus disuntikkan secara intramuscular.
Penyuntikan sebaiknya dilakukan pada anterolateral paha atas.
Penyuntikan pada bagian bokong anak dapat menyebabkan luka saraf
siatik dan tidak dianjurkan.
Suntikan tidak adalah 0,5 ml.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
Cara Penyuntikan Vaksin DPT/HB/Hib :.
1. Pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
2. Suntikan vaksin dengan posisi jarum suntik 90o terhadap permukaan
kulit (lakukan aspirasi sebelumnya untuk memastikan jarum tidak
menembus pembuluh darah).
3. Tekan seluruh jarum langsung ke bawah malalui kulit sehingga masuk
ke dalam otot.
4. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurang rasa sakit.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN
POLIO
No. Dikumen : B/V/SPO/I/2016/024
Revisi :
SPO
Tgl. Terbit : Ditetapkan Oleh
PEMERINTAH Halaman Kepala Puskesmas Air Manjuto
:
KABUPATEN
MUKOMUKO
Dr.Osar Pane
NIP. 19710526 200012 1002
1. Pengertian Vaksin Oral Polio hidup (Oral Polio Vaccine = OPV) adalah Vaksin Polio
Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3
(Strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
kera dan distabilkan dengan sukrosa.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian
dan Penyuntikan Vaksin Polio.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Manjuto No. A/I/SK/I/2016/003 tentang Jenis-
jenis Pelayanan di Puskesmas Air Manjuto
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / Cara Pemberian dan Dosis :
Langkah-langkah Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua) tetes
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang
baru.
Sebelum vaksin dipergunakan, periksa dahulu masa kadaluarsa dan label
VVM.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
PEMBERIAN & PENYUNTIKAN VAKSIN
TT
No. Dikumen : B/V/SPO/I/2016/025
Revisi :
SPO
Tgl. Terbit : Ditetapkan Oleh
PEMERINTAH Halaman Kepala Puskesmas Air Manjuto
:
KABUPATEN
MUKOMUKO
Dr.Osar Pane
NIP. 19710526 200012 1002
1. Pengertian Lemari es atau peralatan rantai dingin adalah peralatan yang digunakan
dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin
pada suhu yang telah ditetapkan.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Perawatan
Lemari Es.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Manjuto No. A/I/SK/I/2016/003 tentang Jenis-
jenis Pelayanan di Puskesmas Air Manjuto
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / a. Prosedur Harian :
Langkah-langkah 1. Memantau suhu dengan melihat termometer atau alat pemantau suhu
digital setiap hari pada pagi dan sore.
2. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es.
Apabila bunga es lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting ( pencairan
bunga es).
3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatn suhu setelah
selesai pengecekan suhu dan defrosting.
b. Prosedur Mingguan :
1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut
dengan obeng.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihat
perubahan warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan
yang baru.
3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu
agar tidak terjadi konsleting/arus pendek.
4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah,
kuas yang lembut/spon busa dan sabun.
5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.
6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari
es untuk menjaga suhu tetap 2 s/d 8 oC.
7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali
steker.
8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai
kegiatan pemeliharaan mingguan.
PENANGANAN VAKSIN
1. Pengertian Vaksin adalah produk biologis yang sangat mudah rusak dan kehilangan potensi
bila tidak dikelola dengan benar.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penanganan
Vaksin.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Manjuto No. A/I/SK/I/2016/003 tentang Jenis-
jenis Pelayanan di Puskesmas Air Manjuto
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor Imunisasi.
5. Prosedur / 1. Penyimpanan Vaksin
Langkah-langkah a) Semua vaksin disimpan pada suhu 2 s/d 8 C
b) Letakkan cool pack di bagian bawah lemari es sebagai penahan dingin dan
menjaga kestabilan suhu.
c) Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau satu jari
tangan
d) Vaksin HS (BCG, Campak, Polio) diletakkan dekat dengan evaporator.
e) Vaksin FS (Hep. B, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT dan IPV) diletakkan jauh
dengan evaporator.
f) Vaksin dalam lemari es harus diletakkan dalam kotak vaksin
2. Penanganan Vaksin di Unit Pelayanan
Tempat pelayanan imunisasi baik di komponen statis maupun di posyandu
adalah merupakan mata rantai paling akhir dari system rantai vaksin. Oleh
karena itu perlakuan vaksin di unit ini sangat penting.
a) Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik Bersalin,
Dokter/Bidan Praktek Swasta).
1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin cair.
2) Letakkan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar matahari
langsung.
3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin diatas spon/busa yang berada di
dalam vaccine carrier.
4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam vaksin. Ini
untuk mencegah kontaminasi vaksin dari bakteri lain.
1. Pengertian Semua alat suntik pada akhirnya harus dimusnahkan. Alat suntik dan jarum
untuk mencampur yang sekali digunakan rusak atau dibuang (auto-disable
atau disposable) sebaiknya digunakan sekali dan kemudian dimusnahkan.
Limbah imunisasi yang lain seperti vial/flacon vaksin, tutup vial, kapas
bekas suntikan dan lain-lain, sebaiknya tidak dibuang bersama dengan jenis-
jenis sampah lainnya, karena dapat mencemari dan membahayakan
lingkungan. Maka harus ditangani sama seperti menangani limbah tajam
imunisasi.
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan
Pembuangan Sampah Limbah Tajam dan Limbah Imunisasi Lainnya.
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas Air Manjuto No. A/I/SK/I/2016/003 tentang Jenis-
jenis Pelayanan di Puskesmas Air Manjuto
4. Referensi Permenkes RI No. 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Modul Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Wakil Supervisor
Imunisasi.
5. Prosedur / 1. Letakkan kotak pengaman di tempat yang terjangkau oleh petugas
Langkah-langkah kesehatan. Setiap kali selesai melakukan penyuntikan, segera masukkan
alat suntik dan jarum ke dalam kotak pengaman atau wadah untuk
benda-benda tajam.
Jika tersedia pencabut atau pemotong jarum, segera pisahkan jarum dan
alat suntik bekas stiap kali setelah digunakan untuk menyuntik. Setelah
mencabut jarum dengan sebuah alat, segera masukkan ke dalam kotak
pengaman.
2. Setelah pelayanan imunisasi atau ketika isi kotak pengaman sudah ¾
penuh, tutup kotak tesebut.
Jangan memindahkan alat suntik dan jarum bekas dari kotak pengaman
ke wadah lain. Kotak pengaman dengan kapasitas lima liter dapat
menampung kurang lebih dari 100 alat suntik dan jarum. Selain itu
terdapat juga safety box ukuran 0,25 ml yang dapat menampung 10 HB
PID bekas.
3. Cari tempat yang aman untuk menimbun atau membakar kotak
Jangan pernah memasukkan benda-benda berikut ke dalam kotak
pengaman. Musnahkan benda-benda ini dengan sampah medis lainnya
seperti botol kosong, botol vaksin yang tidak digunakan, bantalan kapas,
kompresor, bahan-bahan pembalut, kantong IV atau pipa sambungan,
sarung tangan karet dan atau segala jenis bahan-bahan platik atau sisa
buangan.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
6. Prosedur / e. Pada kondisi tersebut, diduga pernah terjadi pembekuan pada vaksin
Langkah-langkah yang sensitif beku seperti DT, TT, Td, Hepatitis B, DPT/HB,
DPT/HB/Hib dan IPV. Untuk memastikan vaksin dalam kondisi baik
atau rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok).
Langkah-langkah uji kocok :
a) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah
beku, utamakan yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari
es yang paling dingin. Beri label “Tersangka Beku”. Bandingkan
dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja
dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label
“Dibekukan”.
b) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku”
sampai mencair seluruhnya.
c) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”
secara bersamaan.
d) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
e) Amati contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”,
utk membandingkan lamanya waktu pengendapan (5 – 30 mnt).
f) Jika :
Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih lambat dari contoh
vaksin “Dibekukan”, maka vaksin boleh digunakan.
Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” sama atau lebih cepat dari
pada contoh vaksin “Dibekukan”, maka vaksin tidak boleh
digunakan (vaksin sudah rusak).
g) Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch
dan jenis vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.
4. Pemeliharaan vaksin & rantai vaksin selama pelaksanaan imunisasi
a. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari
langsung.
b. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier yang tertutup rapat.
c. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan
jenis pelarut yang sesuai.
d. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
e. Vaksin yang sudah dilarutkan diberi label yang berisikan waktu
pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan
selama 3 jam, dan vaksin campak selama 6 jam.
f. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis
tanggal dan waktu vaksin dibuka. Penggunaannya mengikuti standar
penggunaan vaksin multidose.
g. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam
vaccine carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu vaksin dan
pelarut tetap terjaga.
h. Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah
dibuka habis.
i. Apabila sasaran selanjutnya belum datang, vaksin yg sudah dilarutkan
harus diletakkan di lubang busa yang terdapat di bagian atas vaccine
carrier, dan dilindungi agar tidak terkena sinar matahari langsung.
j. Setiap vaccine carrier sebaiknya dilengkapi dgn empat buah cool pack
k. Apabila vaksin yang sudah dilarutkan habis, pelarutan selanjutnya
dilakukan jika sasaran berikutnya telah datang.
6. Unit Terkait Pustu, Polindes
SKEINING TT WUS