Anda di halaman 1dari 57

Non-Destructive Test pada Jembatan

BALAI LITBANG STRUKTUR JEMBATAN


PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN
1
Definisi NDT
Non-Destructive Test (NDT):

• Uji tanpa merusak atau pengujian non-destruktif (NDT) adalah teknik


pemeriksaan yang digunakan dalam industri sains dan teknologi
untuk mengevaluasi sifat-sifat material, komponen atau sistem tanpa
menyebabkan kerusakan pada material yang diperiksa.

• Istilah lain  Non-Destructive Examination (NDE) = Non-Destructive


Inspection (NDI) = Non-destructive Evaluation (NDE).

• NDT umumnya digunakan dalam teknik forensik, teknik mesin, teknik


perminyakan, teknik elektro, teknik sipil, rekayasa sistem, teknik
penerbangan, ataupun kedokteran.

2
Jenis pemeriksaan tidak merusak

• Keseragaman kualitas beton


• Kedalaman retak dan kerapatan beton
• Identifikasi tulangan
• Kedalam karbonasi
• Concrete resistivity
• Potensial ½ sel
• Hardness baja/logam
• Cacat las
• Ketebalan cat

3
Identifikasi tulangan (covermeter)

Alat covermeter

4
Kedalaman karbonasi

• Pengujian dengan larutan phenolpthaline 5% terhadap benda uji hasil


pemboran.
• Warna beton setelah disemprot phenolpthaline 5% adalah ungu
• Kedalaman hingga muncul warna ungu ketika disemprotkan phenolpthaline
merupakan kedalaman karbonasi.
5
Resistivitas beton

Kriteria pemeriksaan:

Resistivity Beton Kemungkinan


(ohm.cm) Laju Korosi

> 20.000 Tidak terjadi

10.000 – 20.000 Rendah

5.000 – 10.000 Tinggi


< 5.000 Sangat Tinggi

• Korosi baja dalam beton merupakan suatu proses elektrokimia yang terjadi antara
larutan elektrolit yang terbentuk dengan air di dalam air itu sendiri.

• Laju korosi pada baja tergantung pada konduktivitas beton, kandungan air dalam
beton dan jumlah kandungan klorida.

• Dari penentuan ketahanan pada pemukaan beton, dapat diprediksi laju korosi
yang terjadi pada tulangan.

6
Potensial ½ sel

 Voltmeter Kriteria pemeriksaan:


 Bacaan Potensial Kemungkinan
-0.346

+ + Potensial Listrik
Terjadinya Korosi
(mV)
 Elektroda Acuan (%)
> - 200 mV 5
 Permukaan Beton
- 200 mV - 350 mV 50
 Tulangan Baja < -350 mV 95

• Pengukuran potensial listrik antara permukaan beton dan tulangan dapat


digunakan untuk mendeteksi daerah pada struktur beton bertulang dimana
tulangan telah mengalami depasivasi.
• Beda potensial antara permukaan beton dan tulangan dapat diukur dengan
elektroda acuan yang ditempatkan pada permukaan beton
• Informasi ini dapat menjadi indikator kondisi korosi pada tulangan.

7
Hardness baja/logam

• Saat pengukuran, pantulan dari ball indenter


dilepaskan oleh pegas yang bekerja pada
logam yang diuji, dan kemudian memantul
kembali (rebound).

• Rasio kecepatan rebound dan kecepatan saat


impak dikalikan dengan 1000 memberikan nilai
hardness HL (Leeb hardness). HL adalah
ukuran hardness pada logam/kuat tarik.

8
Cacat las (metode penetran cair)

• Metode penetran cair digunakan untuk mendeteksi cacat permukaan las


seperti retak, porositas, laminasi, dan cacat lainnya pada las.
• Prinsip kerjanya adalah fenomena kapilaritas (cairan penetran mampu
mengisi retak pada bagian las baja).
9
Ketebalan cat

Alat thickness gauge

• Pengukuran ketebalan cat dilakukan


dengan alat thickness gauge
• Ketebalan cat minimum:
100 µm (lingkungan tingkat korosi
rendah)
250 µm (lingkungan tingkat korosi
tinggi)
10
DESTRUCTIVE TESTING

σbk = p / A
Dimana :
σbk : kuat tekan kubus (kg/cm2)
p : gaya tekan (kg)
A : luas bidang tekan (cm2)

BENDA UJI KUBUS UNTUK KEKUATAN


TEKAN (K = σbk (kg/cm2))
DESTRUCTIVE TESTING

fc’ = p / A
Dimana :
fc’ : kuat tekan silinder (Mpa)
p : gaya tekan (N)
A : luas bidang tekan (mm2)

BENDA UJI SILINDER UNTUK KEKUATAN TEKAN (fc’ (MPa)


fcy = 0.76 + 0.2log(fcu/2840)
fcy : kekuatan silinder 15/30 dlm psi
fcu : kekuatan kubus 15x15x15 dlm psi
Catatan :
1 psi = 0.0703 kg/cm2 ( 1 kg/cm2 = 14.223 psi)
1 Mpa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2
DESTRUCTIVE TESTING

BENDA UJI BALOK UNTUK KEKUATAN LENTUR


(third point loading)

fs = ( p x l ) / bd2
Dimana :
fs : kuat lentur balok (kg/cm2)
p : gaya lentur (kg)
l : panjang bidang lentur (3d) (cm)
b : lebar balok (cm)
d : tinggi balok (cm)
DESTRUCTIVE TESTING

fct = 2p / πLD
Dimana :
fct : kuat tarik (kg/cm2)
p : gaya tarik (kg)
π : 3,14
L : panjang contoh (cm)
D : diameter contoh (cm)

BENDA UJI SILINDER DAN KUBUS UNTUK


KEKUATAN TARIK TIDAK LANGSUNG
Penentuan jumlah sampel
n = 3√m (pendekatan TUMI)
Contoh :
7 x 4 = 28 m2  m = 28 m2
Jumlah data yang dibutuhkan :
3√m  n = 3,03

7m

4m
Jumlah data minimum : 30 titik atau data
NONDESTRUCTIVE
Schmidt Rebound Hammer (Concrete Hammer Test)
Rebound Hammer test:
Menentukan homogenitas dan perkiraan kekuatan tekan
beton permukaan

Standard Acuan:
 ASTM C805
 EN12504- 2:2001
 SNI 4803
Type N
Measuring range 10 to 70 N/mm² compressive
strength (below 25 N/mm² type P is better
suited). Impact energy = 2,207 Nm.

Type NR
Measuring range 10 to 70 N/mm² compressive
strength. Impact energy = 2,207 Nm

Type L/LR
Measuring range 10 to 70 N/mm² compressive
strength (0,735 Nm).
Handling and dimensions as for types N and
NR, but with a three times smaller impact
energy
Type LB
Dimensions and impact energy as for type L.
The impact plunger tip is a special design.
Impact energy = 0,735 Nm.
This type is used for burnt clay products
Type DIGI-SCHMIDT
Rentang pengukuran 10 (ND) / 18 (LD) hingga
70 N / mm²kekuatan kompresi. Nilai-nilai
rebound diukur dengan metode elektronik dan
dapat dibaca secara langsung nilai kekuatan
ascompressive.

Type PM
Palu tipe pendulum ini cocok sekali untuk
merekatkan dinding mortar dari dinding bata.
Klasifikasi kualitas mortir disediakan
berdasarkan kinerja tes yang berlebihan di
TNO, Institut Teknik di Belanda
Pemilihan Permukaan Uji

 Pemilihan permukaan beton yang akan diuji harus memiliki tebal


minimum 100 mm dan menyatu dengan struktur.
 Pengujian tidak boleh dilakukan pada daerah yang menunjukkan
adanya cacat.
 Permukaan beton yang telah mengalami kabonasi juga akan
menghasilkan angka pantul yang lebih tinggi.
 Diameter bidang uji sedikitnya 150 mm.
 Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak atau kehilangan mortar
harus digosok dengan batu penggosok.
 Lakukan 10 pengujian pada setiap titik uji dengan jarak masing-
masing pengujian tidak boleh lebih kecil dari 25 mm.
 Perhatikan permukaan beton yang sudah dipalu, dan batalkan
pembacaan jika tumbukan memecahkan atau menghancurkan
rongga udara yang dekat ke permukaan
Menyiapkan bidang ukur.
Buat bidang ukur dengan diameter 15 cm, dengan sket :

15 cm

Pembacaan pada bidang ukur sebanyak minimum 10 titik


KALIBRASI ALAT
• Landasan uji dipakai untuk memeriksa baik atau tidaknya kerja palu penguji
( secara berkala untuk setiap 1000 kali pantulan)
• Nilai pantul harus diantara 80 + 2 .
• Jika nilai pantul yang didapat lebih kecil dari 78, maka kemungkinan hanya
kotoran lah yang harus dibersihkan.
• Jika nilai pantul yang didapat lebih besar dari 80, maka angka pantul harus
dikoreksi dengan rumus :

 r 80
R x
n Ra
Dimana :
n = Jumlah pengukuran pada beton.
Ra = Angka pantul yang didapat pada pemeriksaan dengan landasan
uji
PROSEDUR PENGUJIAN
 Ratakan permukaan beton yang akan diuji, apabila beton telah terkarbonasi, kupas
beton sesuai dengan kedalaman karbonasi atau masukkan nilai kedalaman karbonasi
sebagai faktor koreksi pada hammer test (tebal minimum benda uji untuk type N
adalah 100 mm)
 Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus bidang
uji. (pada pengujian di lab dengan menggunakan benda uji kubus atau silinder,
berikan gaya tekan sebesar 15% dari gaya tekan maksimum sebagai gaya jepit agar
benda uji tidak bergeser)
 Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai
terjadi pukulan pada titik uji
 Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara titik-
titik pukulan 25 mm.
 Catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala lalu hitung nilai rata-rata
pembacaan
 Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-rata tidak
boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya
 Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai
pembacaan yang berselisih lebih dari 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya
 Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inklinasi pukulan bila arah pukulan tidak horisontal
ANALISIS DAN EVALUASI
Sebelum menganalisa dan mengevaluasi data rekaman,
perhatikan parameter yang mempengaruhi angka
pantul, yaitu
1. Arah tumbukan.
2. Kalibrasi alat.
Dalam pengambilan angka pantul diusahakan pada
bidang horizontal. Tetapi jika mengukur pada bidang
vertikal atau bidang miring, maka angka pantul pada
rekaman data harus dikoreksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai homogenitas hammer:
a) Agregat berukuran besar; b) Rongga; c) Penumpukan agregat di permukaan; d)
Bleeding; e) Jarak tulangan terlalu dekat ke permukaan (<20 mm)
No Angka Faktor Arah
ANGKA PANTUL Pantul Koreksi pengujian sb (sb-sbm)2
sb-sbm
Rata-Rata Alat
1 2 3 4 5 (R)
1 40 42 40 38 44 40.8 1 90º 40.8 1.56 2.4336
2 46 44 42 42 40 42.8 1 90º 42.8 -0.44 0.1936
3 42 44 42 40 40 41.6 1 90º 41.6 0.76 0.5776
4 38 38 46 44 40 41.2 1 90º 41.2 1.16 1.3456 σbm = 42,36
5 44 45 46 48 44 45.4 1 90º 45.4 -3.04 9.2416
6 40 42 40 38 44 40.8 1 90º 40.8 1.56 2.4336
7 46 44 42 42 40 42.8 1 90º 42.8 -0.44 0.1936
8 42 44 42 40 40 41.6 1 90º 41.6 0.76 0.5776
9 38 38 46 44 40 41.2 1 90º 41.2 1.16 1.3456
0 44 45 46 48 44 45.4 1 90º 45.4 -3.04 9.2416 S = 1,7039
11 40 42 40 38 44 40.8 1 90º 40.8 1.56 2.4336
12 46 44 42 42 40 42.8 1 90º 42.8 -0.44 0.1936
13 42 44 42 40 40 41.6 1 90º 41.6 0.76 0.5776
14 38 38 46 44 40 41.2 1 90º 41.2 1.16 1.3456 σbk = 39,56
15 44 45 46 48 44 45.4 1 90º 45.4 -3.04 9.2416
16 40 42 40 38 44 40.8 1 90º 40.8 1.56 2.4336
17 46 44 42 42 40 42.8 1 90º 42.8 -0.44 0.1936
18 42 44 42 40 40 41.6 1 90º 41.6 0.76 0.5776
19 38 38 46 44 40 41.2 1 90º 41.2 1.16 1.3456
20 44 45 46 48 44 45.4 1 90º 45.4 -3.04 9.2416
.....  42,36 …… 55.168

Catt : abaikan nilai yang berselisih 5 satuan dari nilai rata-ratanya


Interpretation of Results:
Average Rebound Number Quality of Concrete
>40 Very good hard layer
30 to 40 Good layer
20 to 30 Fair
< 20 Poor concrete
0 Delaminated
Yang paling penting adalah bahwa versi ASTM C805 saat ini
menyatakan "Metode pengujian ini tidak cocok sebagai
dasar untuk penerimaan atau penolakan beton." Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, ketika ASTM C805 diikuti, itu
akan memberikan perkiraan di tempat kekuatan tekan;
Namun, ini bukan pengukuran langsung, dan data yang
diperoleh tidak boleh digunakan untuk menerima atau
menolak beton di tempat
Spesifikasi Teknis Bina Marga, Seksi 7.1.4.d).(3)
(3) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian
tambahan tersebut meliputi :
(a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);
Ultrasonic Pulse Velocity
Portable Ultrasonic Nondestructive
Digital Indicating Tester
INTRODUCTION
Pengukuran UPV melalui beton dimulai di Amerika Serikat pada
pertengahan 1940-an dan kemudian diadopsi di mana-mana sebagai NDT
pada beton

Metode UPV pada dasarnya terdiri dari transmisi pulsa yang dihasilkan
secara mekanis (dalam rentang frekuensi 20-150 kHz / s) melalui beton
dengan bantuan transduser elektro-akustik dan mengukur kecepatan
gelombang longitudinal yang dihasilkan oleh pulsa yang diterapkan

Metode pengujian UPV diatur oleh berbagai standar termasuk ASTM C597,
BS 1881: 203, dan EN 12504-4
Purpose
Kecepatan pulsa ultrasonik (UPV) yang ditentukan dapat digunakan untuk
aplikasi berikut:
Mengevaluasi keseragaman beton dalam anggota struktural
Menemukan celah dan celah internal
Memperkirakan tingkat keparahan kerusakan
Memperkirakan kedalaman beton yang rusak akibat kebakaran
Mengevaluasi efektivitas perbaikan retak
Mengidentifikasi daerah anomali untuk pengambilan sampel invasif
dengan inti yang dibor
Memperkirakan kekuatan usia dini (dengan korelasi)
UPV TEST PROCEDURE
Berikut ini adalah tiga cara dasar di mana transduser saya diatur:
– (a) Transduser digabungkan pada wajah yang berlawanan (transmisi langsung)
– (b) Transduser digabungkan pada wajah yang berdekatan (transmisi semi-
langsung)
– (c) Transduser digabungkan pada wajah yang sama (transmisi tidak langsung)
• Metode langsung adalah yang paling banyak
dapat diandalkan dari sudut pandang
pengukuran waktu transit juga
sebagai pengukuran panjang lintasan
• Metode semi-langsung kurang
dapat diandalkan daripada metode langsung
dan seharusnya hanya digunakan jika
sudut antara transduser adalah
tidak terlalu hebat, dan jika jalan
panjangnya tidak terlalu besar
• Metode tidak langsung adalah yang terkecil
akurat karena menerima sinyal
tunduk pada kesalahan karena hamburan
pulsa oleh diskontinuitas
UPV TEST PROCEDURE: Velocity determination
• Penentuan kecepatan pulsa memerlukan pengukuran waktu transit
menggunakan peralatan UPV dengan akurasi ± 0,1 μs dan pengukuran panjang
lintasan dengan akurasi ± 1%
• Pembacaan waktu transit diulang dengan penghapusan lengkap dan
reapplication transduser untuk mendapatkan nilai minimum untuk waktu
transit, yang diambil sebagai pembacaan akhir
• Setelah waktu transit dan panjang jalur diukur, kecepatan pulsa ditentukan
dengan membagi panjang jalur dengan waktu transit, sebagai berikut:

V = panjang lintasan / waktu transit

Tabel 1. Classification for using pulse velocity as an indicator of quality (1951, Whitehurst)
Wave speed (m/s) Concrete Quality
>4000 Very good
3500 – 4500 Good
3000 – 3500 Medium
<3000 Not good
APPLICATIONS OF UPV TEST RESULTS: Pengukuran
keseragaman beton in-situ

 Pengukuran keseragaman beton in-situ mungkin merupakan aplikasi tes UPV


yang paling berharga dan andal di lapangan
 Keseragaman beton dapat diperoleh dengan melakukan tes UPV pada grid
biasa di atas anggota (dengan jarak 1 m atau kurang)
 Kontur kecepatan pulsa tipikal yang diplot untuk balok yang dibangun dari
sejumlah batch beton ditunjukkan di bawah ini:
APPLICATIONS OF UPV TEST RESULTS: Measurement of crack
depth

An estimate of crack depths may be obtained by the use of indirect surface


readings, as shown below:

For calculation of h using the derived


equation:

 Ts will be taken as transit time observed


when the transducers are placed at sound
concrete
 Tc will be taken as transit time observed
when the transducers are placed each side
of the cracked concrete
APPLICATIONS OF UPV TEST RESULTS: Detection of cracking and
honeycombing

 Tes UPV dapat secara langsung mendeteksi retak dan honeycombing dalam
beton, tanpa perlu korelasi rinci V dengan properti beton lainnya
 Karena adanya retakan atau honeycombing (yaitu, kekosongan) sepanjang jalur
pulsa menurunkan kecepatan karena peningkatan atenuasi, retak dan
honeycombing dapat dideteksi dengan mengamati di lokasi di mana nilai V yang
terukur kurang dari yang ditemukan di lokasi yang bagus
 Retakan berisi air tidak dapat dideteksi dengan menggunakan tes UPV
 Kekosongan yang diberikan lebih sulit dideteksi saat panjang lintasan bertambah
APPLICATIONS OF UPV TEST RESULTS: Strength estimation

 Dengan bantuan grafik atau model kalibrasi yang sesuai, tes UPV
dapat digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton.
 Namun, perkiraan kekuatan dengan metode UPV tidak ditemukan
akurat. Kesalahan berkisar dari ± 10 hingga ± 20%.
 Kesalahan dalam estimasi kekuatan meningkat pada tingkat
kekuatan yang lebih tinggi, dan perkiraan di atas 40 MPa harus
diperlakukan dengan sangat hati-hati
Crack width identification - CRACK METER

SPECIFIC INSPECTION 40
Pengujian Kedalaman Penetrasi Karbon (Karbonasi)

SPECIFIC INSPECTION 41
PENGUJIAN KARBONASI
• Dilakukan dengan menyemprotkan larutan
phenolpthaline 5% terhadap benda uji hasil
pemboran.
• Warna beton setelah disemprot phenolpthaline
5% adalah violet atau ungu
• Ukur sampai kedalaman hingga muncul warna
ungu ketika disemprotkan phenolpthaline.
Kedalaman hingga beton berwarna ungu
merupakan kedalaman karbonasi.

SPECIFIC INSPECTION 42
1 2

3 4

SPECIFIC INSPECTION 43
RESISTIVITY METER

SPECIFIC INSPECTION 44
PENGUJIAN TAHANAN BETON (RESISTIVITY meter)
TUJUAN :
Untuk mengetahui ketahanan beton jika ada serangan kimia dari
luar.
 Semakin bagus kualitas beton, maka nilai tahanannya semakin
besar.
Resistivity Beton
Kemungkinan Laju Korosi
(ohm.cm)
> 20.000 Tidak terjadi
10.000 – 20.000 Rendah
5.000 – 10.000 Tinggi
< 5.000 Sangat Tinggi

SPECIFIC INSPECTION 45
Contoh
Hasil Pengukuran (Ohm.cm) Rata-rata Kemungkinan terjadi
Daerah korosi
No
Pengukuran
1 2 3 4 5 (Ohm.cm)
1 P 109 WB 2200 1100 3000 2600 4800 2470 Sangat besar
2 P 154 450 700 1100 670 1000 784 Sangat besar
3 P 186 770 800 600 1100 910 836 Sangat besar
4 P 187 3500 1500 870 2200 1600 1840 Sangat besar
5 P 240 1800 2400 1700 2000 1300 1840 Sangat besar
6 Pile Slab 1900 2100 2500 1600 2000 2020 Sangat besar
7 P 2A Cawang 11000 9500 13000 11000 15000 11900 Rendah
(1990)

SPECIFIC INSPECTION 46
NONDESTRUCTIVE
Cover Meter
ANALISIS UJI PEMBEBANAN JEMBATAN

• Kapasitas Penampang
• Lendutan Ijin
• Getaran
• Mode Getar
• Redaman
• Faktor Pembesaran Dinamis
• Gaya
Pemeriksaan getaran jembatan

Pemeriksaan lendutan dengan


uji beban
SPECIFIC INSPECTION 50
Payload
Single Truck ~ 105 Ton

Double Truck ~ 164 Ton

SPECIFIC INSPECTION 51
Configuration
Asymetric Configuration
0%

100% Symetric Configuration

SPECIFIC INSPECTION 52
Deflection Result
Span 1 Span 2 Span 3
0%
mm mm mm
Initial 0 0 0
Unsimetris -0.23 -0.48 -0.23
Simetris -0.41 -1.64 -0.29
Unload 0 0 0

Loading Sequences 50%


Span 1 Span 2 Span 3
mm mm mm
Initial 0 0 0
Unsimetris -0.46 -1.79 -0.64
Simetris -0.77 -2.64 -0.71
Unload 0 0 0

Span 1 Span 2 Span 3


100%
mm mm mm
Initial 0 0 0
Unsimetris -1.01 -1.76 -0.61
Simetris -1.45 -3.59 -0.9
Unload 0 0 0

SPECIFIC INSPECTION 53
SPECIFIC INSPECTION 54
Dynamic Load Test
• Dynamic Amplification
• Natural Frequency
• Peak Acceleration

SPECIFIC INSPECTION 55
Test Setup

Single Truck Double Truck

Speed Rate  0 – 30 km/hour


Payload  0% - 100%

SPECIFIC INSPECTION 56
Natural Frequencies & Peak Acceleration

2nd Span
1st Span

Span 1 Span 2 Span 3


0%
Hz m/s2 Hz m/s2 Hz m/s2
1 10.25 0.15 5.37 0.35 15.63 0.13
2 10.25 0.22 5.37 0.41 10.74 0.19

Span 1 Span 2 Span 3


50%
Hz m/s2 Hz m/s2 Hz m/s2
1 10.25 0.07 5.37 0.21 10.25 0.11
2 10.25 0.1 5.37 0.3 10.74 0.11

Span 1 Span 2 Span 3


100%
Hz m/s2 Hz m/s2 Hz m/s2
3rd Span 1 10.25 0.05 5.37 0.09 15.14 0.07
2 10.25 0.05 5.37 0.11 15.14 0.06

SPECIFIC INSPECTION 57

Anda mungkin juga menyukai