Anda di halaman 1dari 104

DOKUMEN REGULASI DAN BUKTI

SASARAN KESELAMATAN PASIEN


(SKP)
MENGIDENTIFIKASI PASIEN DENGAN BENAR

Standar SKP 1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


menjamin ketepatan (akurasi) identifikasi
pasien
MAKSUD DAN TUJUAN SKP 1

Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi di semua


aspek diagnosis dan tindakan. Dan bias berakibat fatal
BERBAGAI KEADAAN YANG DAPAT MEMBUAT
IDENTIFIKASI TIDAK BENAR
1. Pasien Dalam Keadaan Terbius,
2. Mengalami Disorientasi,
3. Tidak Sepenuhnya Sadar,
4. Dalam Keadaan Koma,
5. Saat Pasien Berpindah Tempat Tidur,
6. Berpindah Kamar Tidur,
7. Berpindah Lokasi Di Dalam Lingkungan Rumah Sakit,
8. Terjadi Disfungsi Sensoris,
9. Lupa Identitas Diri,
10. DLL
MAKSUD DAN TUJUAN SKP 1
Ada 2 (dua) maksud dan tujuan standar ini:
1. memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau
tindakan dan
2. untuk menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan
oleh pasien.
Proses identifikasi yang digunakan di rumah sakit mengharuskan
terdapat paling sedikit 2 (dua) dari 3 (tiga) bentuk identifikasi, yaitu
nama pasien, tanggal lahir, nomor rekam medik, atau bentuk
lainnya (misalnya, nomor induk kependudukan atau barcode).
Nomor kamar pasien tidak dapat digunakan untuk identifikasi pasien.
Maksud dan tujuan SKP 1
Dua (2) bentuk identifikasi harus dilakukan dalam setiap
keadaan terkait intervensi kepada pasien. Misalnya,
identifikasi pasien dilakukan sebelum memberikan
radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisis,
pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi
diagnostik, dan identifikasi terhadap pasien koma
Elemen penilaian SKP 1 Telusur Skor
1. Ada regulasi yang mengatur R Regulasi tentang pelaksanaan 10 TL
pelaksanaan identifikasi pasien. (R) identifikasi pasien - -
0 TT
2. Identifikasi pasien dilakukan dengan D Bukti identitas pasien pada semua 10 TL
berkas RM, identitas pasien tercetak
menggunakan minimal 2 (dua) identitas dengan minimal menggunakan tiga 5 TS
dan tidak boleh menggunakan nomor identitas: 0 TT
1) nama pasien sesuai eKTP
kamar pasien atau lokasi pasien dirawat 2) tanggal lahir
sesuai dengan regulasi rumah sakit. O 3) nomor RM
(D,O,W) Lihat pelaksanaan identitas pasien
pada label obat, RM, resep, makanan,
spesimen, permintaan dan hasil
W laboratorium/radiologi

• Staf unit pelayanan


• Staf
STANDAR NASIONAL AKREDITASI klinis
RUMAH SAKIT edisi 1 7
• Pasien/keluarga
1. pemberian obat
2. pemberian darah / produk darah
3. pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4. Sebelum memberikan pengobatan
5. Sebelum memberikan tindakan
6. Sebelum :
1. Radioterapi,

2. Member Cairan Intravena,

3. Hemodialisis,

4. Pengambilan Darah Atau Pengambilan Spesimen Lain Untuk Pemeriksaan Klinis,

5. Katerisasi Jantung,

6. Prosedur Radiologi Diagnostik

7. Pasien Koma 8
1. Identifikasi pasien:
1. harus mengikuti pasien kemanapun (gelang identitas)
2. tak mudah/bisa berubah.
2. Identifikasi Pasien : menggunakan dua identitas dari minimal
tiga identitas
1. nama pasien ( → e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis

• !!!! dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau


lokasi
• Bila ada kekecualian, RS harus membuat SPO khusus
Sutoto.KARS 9
IDENTITAS PASIEN
1. Nama pasien dalam e KTP
2. Tanggal lahir
3. Nomer rekam medis

Permenkes 1691/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Lampiran Hal 6.

KARS
GELANG IDENTITAS
• Biru: Laki Laki
• Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
• Merah: Alergi
• Kuning: Risiko Jatuh
• Ungu : Do Not Resucitate

11
1. Secara verbal: Tanyakan nama dan tgl lahir pasien,
untuk pasien yg tidak menggunakan gelang identitias
misal pasien rawat jalan
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari tiga
identitas, (nama dan tgl lahir) cocokkan dengan
perintah dokter, untuk pasien yg bergelang identitas,
contoh pasien rawat inap.

Sutoto.KARS 12
Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien, setiap
petugas harus memperkenalkan diri, dan kemudian :
1. Secara verbal: menanyakan nama pasien
2. Secara visual: melihat ke gelang pasien dua dari tiga
identitas, cocokkan dengan perintah dokter

Pertemuan berikutnya dapat lihat secara visual saja ke


gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas
Sutoto.KARS 13
Elemen penilaian SKP 1 Telusur Skor
3. Identifikasi pasien O Lihat pelaksanaan identifikasi sebelum 10 TL
dilakukan sebelum 5 TS
tindakan, prosedur diagnostik dan
dilakukan tindakan, 0 TT
teraputik. Identifikasi minimal
prosedur diagnostik, dan
terapeutik. (O,W,S) menggunakan dua identitas dari tiga
identitas pasien, identifikasi dilakukan
secara verbal atau visual

W
• Staf klinis
• Pasien/keluarga
S Peragaan pelaksanaan identifikasi
pasien
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 14
Elemen penilaian SKP 1 Telusur Skor
4. Pasien diidentifikasi sebelum O Lihat proses identifikasi sebelum 10 TL
pemberian obat, darah, produk pemberian obat, darah, produk 5 TS
darah, pengambilan spesimen, darah, pengambilan spesimen, 0 TT
dan pemberian diet (lihat juga dan pemberian diet
PAP 4; AP 5.7). (O,W,S)
W • Staf klinis
• Pasien/keluarga

S Peragaan pelaksanaan
identifikasi pasien
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 15
Elemen penilaian SKP 1 Telusur Skor
5. Pasien diidentifikasi O Lihat pelaksanaan identifikasi sebelum 10 TL
sebelum pemberian 5 TS
pemberian radioterapi, menerima
radioterapi, menerima cairan 0 TT
cairan intravena, hemodialisis,
intravena, hemodialisis,
pengambilan darah atau pengambilan darah atau pengambilan
pengambilan spesimen lain spesimen lain, katerisasi jantung,
untuk pemeriksaan klinis, prosedur radiologi diagnostik, dan
katerisasi jantung, prosedur
pasien koma
radiologi diagnostik, dan
Staf klinis
identifikasi terhadap pasien
koma. (O,W,S) W • Pasien/keluarga
Peragaan pelaksanaan identifikasi
S
pasien
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 16
MENINGKATKAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

Standar SKP 2

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan


proses meningkatkan efektivitas komunikasi verbal
dan atau komunikasi melalui telpon antar profesional
pemberi asuhan (PPA).
Maksud dan tujuan SKP 2
Pemeriksaan diagnostik kritis termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
a) pemeriksaaan laboratorium;
b) pemeriksaan radiologi;
c) pemeriksaan kedokteran nuklir;
d) prosedur ultrasonografi;
e) magnetic resonance imaging;
f) diagnostik jantung;
g) pemeriksaaan diagnostik yang dilakukan di tempat tidur pasien,
seperti hasil tanda-tanda vital, portable radiographs, bedside
ultrasound, atau transesophageal echocardiograms.
Maksud dan tujuan SKP 2
Untuk melakukan komunikasi secara verbal atau melalui telpon dengan aman
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) pemesanaan obat atau permintaan obat secara verbal sebaiknya dihindari;
2) dalam keadaan darurat karena komunikasi secara tertulis atau komunikasi
elektronik tidak mungkin dilakukan maka harus ditetapkan panduannya
meliputi permintaan pemeriksaan, penerimaan hasil pemeriksaaan dalam
keadaan darurat, identifikasi dan penetapan nilai kritis, hasil pemeriksaaan
diagnostik, serta kepada siapa dan oleh siapa hasil pemeriksaaan kritis
dilaporkan;
3) prosedur menerima perintah lisan atau lewat telpon meliputi penulisan
secara lengkap permintaan atau hasil pemeriksaaan oleh penerima informasi,
penerima membaca kembali permintaan atau hasil pemeriksaaan, dan
pengirim memberi konfirmasi atas apa yang telah ditulis secara akurat
Maksud dan tujuan SKP 2
Serah terima asuhan pasien (hand over) di dalam rumah sakit
terjadi:
a) antar PPA seperti antara staf medis dan staf medis, antara staf
medis dan staf keperawatan atau dengan staf klinis lainnya, atau
antara PPA dan PPA lainnya pada saat pertukaran sif (shift);
b) antar berbagai unit layanan di dalam RS yang sama seperti jika
pasien dipindah dari unit intensif ke unit perawatan atau dari unit
darurat ke kamar operasi; dan
c) dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostik atau unit tindakan
seperti radiologi atau unit terapi fisik.
Elemen penilaian SKP 2 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang komunikasi R Regulasi tentang komunikasi 10 TL
efektif antar profesional pemberi asuhan. - -
efektif antar profesional
(lihat juga TKRS 3.2). (R) 0 TT
pemberi asuhan, sesuai MKE 1
EP 1

2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif D Bukti pelaksanaan pelatihan 10 TL


antar profesional pemberi asuhan. (D,W) 5 TS
tentang komunikasi efektif
0 TT

W • DPJP
• PPA lainnya
• Staf klinis
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 21
PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF

1. Komunikasi dengan masyarakat/komunitas (MKE 1 Ep1)


2. Komunikasi dengan pasien dan keluarga (MKE 2,3)
3. Komunikasi antar PPA (Profesional Pemberi Pelayanan) di
dalam /diluar RS → SKP 2, (MKE 4-8)

• KOMUNIKASI ANTAR PPA HARUS DISTANDARDISASI


KARENA BILA TERJADI MISKOMUNIKASI →
MEMBAHAYAKAN PASIEN

KARS
KOMUNIKASI EFEKTIF
DALAM ANTAR PEMBERI PELAYANAN DIDALAM
RS (SKP 2)
1. Melakukan “Read Back (TULBAKON)” Terhadap Instruksi Yang
Diterima Secara Lisan Maupun Melalui Telpon Atau Melaporkan
Hasil Pemeriksaan Kritis
2. Buat Standar : Singkatan, Akronim, Simbol Yang Berlaku Di RS dan
singkatan yang dilarang
3. Buat Standar Komunikasi Pada Saat Operan / Hand Overs
Communication (SBAR/ISOBAR/ISOBAR3)
4. Ketepatan Membuat Laporan
KARS
KOMUNIKASI YG SERING SALAH DAN MEMBAHAYAKAN PASIEN: LISAN/LEWAT TELEPON

Dr DPJP

LAPORAN KONDISI PASIEN TERKINI

SBAR/ISOBAR

Memberikan perintah
pengobatan/tindakan
TULBAKON

“iSoBAR” (identify–situation–
observations–background–agreed plan–
Dr Jaga/Prwt read back)
SUTOTO KARS
▪ ISI PERINTAH
▪ NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
▪ NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
1. Tulis Lengkap PENERIMA PERINTAH
▪ TANGGAL DAN JAM
2. Baca Ulang- Eja untuk
NORUM/LASA
3. Konfirmasi→lisan dan
tanda tangan

Sutoto.KARS 25
CONTOH FORMULIR CATATAN LENGKAP PERINTAH LISAN/MELALUI
TELEPON/PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
Identitas PasIen

NO TGL/ ISI PERINTAH NAMA PENERIMA NAMA PEMBERI PELAKSANA PERINTAH KETERANGAN
PERINTAH (TANDA PERINTAH (TANDA (NAMA DAN TANDA
JAM TANGAN) TANGAN) TANGAN)

Sutoto.KARS 26
Elemen penilaian SKP 2 Telusur Skor
3. Pesan secara verbal atau verbal D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL
lewat telpon ditulis lengkap, dibaca 5 TS
penyampaian pesan verbal atau
ulang oleh penerima pesan, dan 0 TT
lewat telpon.
dikonfirmasi oleh pemberi pesan.
Lihat dengan cek silang dokumen
(lihat juga AP 5.3.1 di maksud dan
penyampaian verbal lewat telepon dari
tujuan). (D,W,S)
sisi pemberi dan dari sisi penerima

W
• DPJP
• Staf klinis
Peragaan proses penerimaan pesan
S
secara verbal atau verbal lewat telpon

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 27


Elemen penilaian SKP 2 Telusur Skor
4. Penyampaian hasil D Bukti hasil pemeriksaaan diagnostik secara 10 TL
pemeriksaaan diagnostik 5 TS
verbal ditulis lengkap. (TULBAKON)
secara verbal ditulis 0 TT
Lihat dengan cek silang dokumen
lengkap, dibaca ulang,
dan dikonfirmasi oleh penyampaian verbal lewat telepon dari sisi
pemberi pesan secara pemberi dan dari sisi penerima
lengkap. (D,W,S) DPJP
W • PPA lainnya
• Staf klinis
S Peragaan penyampaian hasil
pemeriksaan diagnostic
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 28
Standar SKP 2.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


proses pelaporan hasil pemeriksaaan
diagnostik kritis.
Elemen penilaian SKP 2.1 Telusur Skor
1. Rumah sakit menetapkan R Regulasi tentang penetapan besaran nilai 10 TL
besaran nilai kritis hasil kritis dan hasil diagnostik kritis - -
pemeriksaan diagnostik dan 0 TT
hasil diagnostik kritis. (lihat juga
AP 5.3.2). (R)
2. Rumah sakit menetapkan D Bukti penetapan siapa yang harus 10 TL
siapa yang harus melaporkan melaporkan dan siapa yang harus menerima 5 TS
dan siapa yang harus nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik 0 TT
menerima nilai kritis hasil DPJP
pemeriksaan diagnostik dan
dicatat di rekam medis (lihat W • Staf klinis
juga AP 5.3.2 EP 2). (D,W,S) S Peragaan proses melaporkan nilai kritis

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 30


Standar SKP 2.2

Rumah sakit menetapkan dan


melakanakan proses komunikasi “Serah
Terima” (hand over).
Elemen penilaian SKP 2.2 Telusur Skor
1. Ada bukti catatan tentang hal-hal D Bukti pelaksanaan serah terima 10 TL
kritikal dikomunikasikan di antara 5 TS
PPA
profesional pemberi asuhan pada 0 TT
W • Staf klinis
waktu dilakukan serah terima pasien
(hand over) (lihat juga MKE 5). (D,W)

2. Formulir, alat, dan metode D Bukti form, alat, metode serah 10 TL


ditetapkan untuk mendukung proses 5 TS
terima pasien (operan/hand
serah terima pasien (hand over) bila 0 TT
over), bila mungkin melibatkan
mungkin melibatkan pasien. (D,W)
pasien
W Dokter
• Staf Keperawatan
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 32
Elemen penilaian SKP 2.2 Telusur Skor
3. Ada bukti dilakukan evaluasi D Bukti tentang evaluasi catatan 10 TL
tentang catatan komunikasi yang komunikasi yang terjadi saat operan 5 TS
terjadi waktu serah terima pasien untuk memperbaiki proses 0 TT
(hand over) untuk memperbaiki
proses. (D,W) W • Dokter
• Staf keperawatan
• PPA

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 33


KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
• Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes dikembangkan rumah sakit
untuk pengelolaan hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan menerima hasil tes
pada keadaan gawat darurat.
• RS mempunyai Prosedur yang meliputi
• penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap tipe tes,
• oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus dilaporkan
• menetapkan metode monitoring yang memenuhi ketentuan

Sutoto.KARS 34
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG WAJIB
DILAPORKAN SEGERA
SPO
PERSIAPAN PERAWAT/DOKTER JAGA SEBELUM MEMBERIKAN LAPORAN KEPADA
DOKTER

▪ Visit dan periksa pasien


▪ Diskusikan keadaan pasien dengan PPJA
▪ Review hasil pemeriksaan untuk menetapkan dokter yg tepat yang
akan dilapori
▪ Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosis waktu masuk
▪ Baca catatan perkembangan terakhir dari dokter dan perawat
▪ Gunakan standar SBAR/ISOBAR untuk melaporkan
SBAR
A Communication Technique for Today's Healthcare Professional

❑SBAR is a standardized way of communicating. It


promotes patient safety because it helps individuals
communicate with each other with a shared set of
expectations.
❑It improves efficiency and accuracy.
❑SBAR stands for:
❑Situation
❑Background
❑Assessment
❑Recommendation

Sutoto.KARS 39
SBAR
I INTRODUCTION INDIVIDU YANG TERLIBAT DALAM HANDOFF
MEMPERKENALKAN DIRI, PERAN DAN TUGAS
, PROFESI
S SITUATION KOMPLAIN, DIAGNOSIS, RENCANA PERAWATAN
DAN KEINGINAN DAN KEBUTUHAN PASIEN

B BACKGROUND TANDA-TANDA VITAL, STATUS MENTAL , DAFTAR


OBAT-OBATAN DAN HASIL LAB
A ASSESSMENT PENILAIAN SITUASI SAAT INI OLEH PROVIDER
R REKOMENDATION MENGIDENTIFIKASI HASIL LAB YG TERTUNDA
DAN APA YANG PERLU DILAKUKAN SELAMA
BEBERAPA JAM BERIKUTNYA DAN
REKOMENDASI LAIN UNTUK PERAWATAN
Q/A QUESTION N KESEMPATAN BAGI TANYA-JAWAB DALAM
ANSWER PROSES HANDOFF
SINGKATAN
•Harus dibuatkan standarisasi daftar
singkatan yang dilarang dan yang
diperbolehkan.
•Satu singkatan hanya diperbolehkan punya
satu pengertian. Daftar singkatan harus
tersedia di setiap unit pelayanan,
disosialisasikan kepada seluruh unit
KARS
DAFTAR SINGKATAN YANG DILARANG

Sutoto.KARS 43
CONTOH DAFTAR SINGKATAN DI ICU

KARS
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH
LISAN/LISAN LEWAT TELEPON
• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan melakukan
konfirmasi
• Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama penerima
perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan
berikutnya)
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA, maka nama obat
lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat hig risk, LASA, Elektrolit konsentrat
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi perintah
mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran pembacaan secara lisan
misal “ya sudah benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang
harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya .
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu dicatat, misal
pemberi perintah tak mau tanda tangan
Sutoto.KARS 45
MENINGKATNYA KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH ALERT MEDICATIONS)

Standar SKP 3

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses meningkatkan
keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai.
Maksud dan Tujuan SKP 3
Obat yang perlu diwaspadai :
• obat risiko tinggi, yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, heparin, atau
kemoterapeutik;
• Look alike sound alike seperti Xanax dan Zantac atau hydralazine dan
hydroxyzine atau disebut juga nama obat rupa ucapan mirip (NORUM);
• elektrolit konsentrat seperti potasium klorida dengan konsentrasi sama atau
lebih dari 2 mEq/ml, potasium fosfat dengan konsentrasi sama atau lebih
besar dari 3 mmol/ml, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat dengan konsentrasi 20%, 40%, atau lebih.
Maksud dan Tujuan SKP 3
Ada banyak obat yang termasuk dalam kelompok NORUM.
Nama-nama yang membingungkan ini umumnya menjadi
sebab terjadi medication error di seluruh dunia. Penyebab hal
ini adalah
1) pengetahuan tentang nama obat yang tidak memadai
2) ada produk baru;
3) kemasan dan label sama;
4) indikasi klinis sama;
5) bentuk, dosis, dan aturan pakai sama;
6) terjadi salah pengertian waktu memberikan perintah.
Elemen penilaian SKP 3 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang penyediaan, R 10 TL
Regulasi tentang obat yang
penyimpanan, penataan, penyiapan, - -
dan penggunaan obat yang perlu di
perlu di waspadai 0 TT
waspadai (R)

2. Rumah sakit mengimplementasikan D Bukti pelaksanaan terkait obat 10 TL


regulasi yang telah dibuat (D,W) 5 TS
yang perlu diwaspadai
0 TT

W • Apoteker/TTK
• Staf klinis
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 49
Elemen penilaian SKP 3 Telusur Skor

3. Di rumah sakit tersedia daftar D Bukti tentang daftar obat 10 TL


yang perlu diwaspadai.
semua obat yang perlu diwaspadai, 5 TS

yang disusun berdasar data spesifik O Lihat pelaksanaan daftar 0 TT


obat di unit terkait
sesuai kebijakan dan prosedur

(D,O,W) W • PPA
• Staf unit
pelayanan(apoteker/TTK/
Asisten apoteker)
• Staf klinis

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 50


Elemen penilaian SKP 3 Telusur Skor

4. Tempat penyimpanan, pelabelan, D Bukti tentang daftar obat yang 10 TL


penyimpanan obat yang perlu 5 TS
perlu diwaspadai di tempat
diwaspadai, termasuk obat “look- 0 TT
penyimpanan obat.
alike/sound-alike” semua diatur di
tempat aman (D,O,W)
O Lihat pelaksanaan tempat
penyimpanan obat yang perlu
diwaspadai
W
• PPA
• Staf unit
pelayanan(apoteker/TTK/Asist
en apoteker)
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 51
Standar SKP 3.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses mengelola
penggunaan elektrolit konsentrat.
Elemen penilaian SKP 3.1 Telusur Skor

10 TL
1. Rumah sakit R Regulasi tentang
- -
menetapkan regulasi untuk pengelolaan elektrolit
0 TT

melaksanakan proses konsentrat

mencegah kekurang hati-

hatian dalam mengelola

elektrolit konsentrat. (R)

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 53


Elemen penilaian SKP 3.1 Telusur Skor

2. Elektrolit konsentrat D Bukti tentang daftar 10 TL


elektrolit konsentrat di
hanya tersedia di unit 5 TS
semua tempat
kerja/ instalasi penyimpanan yang 0 TT

farmasi/depo farmasi. diperbolehkan

(D,O,W)
O Lihat pelaksanaan tempat
penyimpanan
W • PPA
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 54
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

• hidralazine ▪ hidroxyzine
• cerebyx ▪ celebrex
• vinblastine ▪ vincristine
• chlorpropamide ▪ chlorpromazine
• glipizide
▪ glyburide
• daunorubicine
▪ doxorubicine

Sutoto.KARS 55
Look-Alike High Alert Drugs

HIGH ALERT
ELEKTROLIT KONSENTRAT
1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml
2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml
3. natrium/sodium klorida > 0.9% !
4. magnesium sulfat : => 20% atau lebih pekat HIGH
ALERT

Sutoto.KARS 57
CONTOH LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

• hidraALAzine ▪ hidrOXYzine
• ceREBYx ▪ ceLEBRex
• vinBLASTine ▪ vinCRIStine
• chlorproPAMIDE ▪ chlorproMAZINE
• glipiZIde
▪ glYBURIde
• DAUNOrubicine
▪ dOXOrubicine

Sutoto.KARS 61
Look Alike Sound Alike

LASA LASA

Sutoto.KARS 62
Sutoto.KARS 63
Look alike

LASA

Sutoto.KARS 64
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
• DEFINISI:
• Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang bermakna bila digunakan secara
salah
• KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA, Elektrolit
Konsentrat, serta panduan penata laksanaan obat high alert
2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama
obat harus di eja perhuruf
5. Sebelum menyuntkikan obat high alert setelah cek 5 tepat, lanjutkan dengan double
check.
HIGH
ALERT
Sutoto.KARS 65
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI
FARMASI

1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat


2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan
kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer/ rak tersendiri/khusus
4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, doubel
pintu.setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat,
setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya
dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk HIGH
memastikan tak ada salah (double check) ALERT

7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan pompa infus,
tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai66
Sutoto.KARS
ketentuan
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL
INFUS

Sutoto.KARS 67
TERLAKSANANYA PROSES TEPAT-LOKASI, TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN YANG MENJALANI TINDAKAN DAN
PROSEDUR

Standar SKP 4

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses memastikan Tepat-
Lokasi, Tepat-Prosedur dan Tepat-Pasien yang
menjalani tindakan dan prosedur.
Maksud dan tujuan SKP 4

Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur


yang seragam sebagai berikut :
1. Beri tanda di tempat operasi
2. Dilakukan verifikasi pra-operasi
3. Melakukan Time Out sebelum insisi kulit
dimulai
4. Melakukan verifikasi pasca operasi
Maksud dan tujuan SKP 4
Salah-Lokasi, Salah-Prosedur, dan Salah-Pasien yang menjalani tindakan serta
prosedur merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi.
Kesalahan ini terjadi antara lain akibat
1) komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antaranggota tim;
2) tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan ketepatan lokasi operasi
dan tidak ada prosedur untuk verifikasi;
3) asesmen pasien tidak lengkap;
4) catatan rekam medik tidak lengkap;
5) budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antaranggota tim;
6) masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca, tidak jelas, dan
tidak lengkap;
7) penggunaan singkatan yang tidak terstandardisasi dan dilarang.
Maksud dan tujuan SKP 4

Tujuan dari proses verifikasi pra-operasi adalah untuk:


1) memastikan ketepatan tempat, prosedur dan
pasien
2) memastikan bahwa semua dokumen yang terkait,
foto (imajing), dan hasil pemeriksaan yang relevan,
diberi label dengan benar dan tersaji
3) memastikan tersedianya peralatan medik khusus
dan atau implant yang dibutuhkan
Elemen penilaian SKP 4 Telusur Skor
1. Ada regulasi untuk melakukan R Regulasi tentang pelaksanaan 10 TL
melaksanakan penandaan lokasi - -
penandaan lokasi operasi atau
operasi atau tindakan invasive (site 0 TT
tindakan
marking). (R)

2. Rumah sakit menggunakan satu D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL


tanda ditempat sayatan operasi 5 TS
penandaan
pertama atau tindakan invasif yang 0 TT
segera dapat dikenali dengan cepat
sesuai kebijakan dan prosedur yang O Lihat form dan bukti penandaan
ditetapkan rumah sakit. (D,O)

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 72


Elemen penilaian SKP 4 Telusur Skor

3. Ada bukti bahwa penandaan lokasi 10 TL


D Bukti pelaksanaan
operasi atau tindakan invasif 5 TS
penandaan melibatkan
dilakukan oleh staf medis yang 0 TT

melakukan operasi atau tindakan pasien


O
invasif dengan melibatkan pasien.
Lihat pelaksanaan
(D,O,W)

penandaan site marking


W
• DPJP

• Pasien/keluarga
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 73
Standar SKP 4.1

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses Time-out yang dijalankan
di kamar operasi sebelum operasi dimulai,
dilakukan untuk memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-
Prosedur, Tepat-Pasien yang menjalani tindakan
dan prosedur.
Elemen penilaian SKP 4.1 Telusur Skor

1. Ada regulasi untuk R Regulasi tentang prosedur 10 TL

prosedur bedah aman Time-Out - -

dengan menggunakan 0 TT

“surgical safety check list

”(surgical safety checklist dari

WHO patient safety 2009). (R)

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 75


Elemen penilaian SKP 4.1 Telusur Skor
2. Sebelum operasi atau tindakan 10 TS
D Bukti pelaksanaan tentang
invasif dilakukan, rumah sakit 5 TS
menyediakan “check list” atau proses
form check list atau proses 0 TT
lain untuk mencatat, apakah informed lain untuk mencatat
consent sudah benar, apakah Tepat-
Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien
sudah teridentifikasi, apakah semua O Lihat form check list atau
dokumen dan peralatan yang
proses lain untuk
dibutuhkan sudah siap tersedia
dengan lengkap dan berfungsi
pencatatan
dengan baik. (D,O)

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 76


Elemen penilaian SKP 4.1 Telusur Skor

4. Rumah sakit menggunakan D Bukti pelaksanaan Time-Out di 10 TL

ketentuan yang sama tentang luar kamar operasi 5 TS

Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, 0 TT

Tepat-Pasien, Jika operasi O Lihat form terkait Tepat-Lokasi,

dilakukan, termasuk prosedur Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien

tindakan medis dan gigi, diluar

kamar operasi. (D,O,W) W DPJP

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 77


KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI OPERASI

1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi


(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
Sutoto.KARS 78
Sutoto.KARS

79
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang
relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2
implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)

Sutoto.KARS 80
TIME OUT

Sutoto.KARS 81
PANDUAN
Sebelum Induksi Anestesi:

1. Identifikasi pasien, prosedur, informed consent sudah dicek ?


2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml

Sutoto.KARS 82
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60 menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?

Sutoto.KARS 83
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR OPERASI

1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,


bersama dr dan anestesi
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus
lengkap
3. Speciment telah di beri label identitas
4. Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
Sutoto.KARS 84
KARS
DIKURANGINYA RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN

Standar SKP 5

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


menggunakan dan melaksanakan “evidence-
based hand hygiene guidelines” untuk
menurunkan risiko infeksi terkait layanan
kesehatan.
Maksud dan Tujuan SKP 5
• Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan sebuah tantangan di lingkungan fasilitas
kesehatan. Kenaikan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan menjadi keprihatinan bagi
pasien dan petugas kesehatan. Secara umum, infeksi terkait pelayanan kesehatan terjadi di
semua unit layanan kesehatan, termasuk infeksi saluran kencing disebabkan oleh kateter,
infeksi pembuluh/aliran darah terkait pemasangan infus baik perifer maupun sentral, dan
infeksi paru-paru terkait penggunaan ventilator.

• Upaya terpenting menghilangkan masalah infeksi ini dan infeksi lainnya adalah dengan
menjaga kebersihan tangan melalui cuci tangan. Pedoman kebersihan tangan (hand
hygiene) tersedia dari World Health Organization (WHO). Rumah sakit mengadopsi
pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) dari WHO ini untuk dipublikasikan di seluruh
rumah sakit. Staf diberi pelatihan bagaimana melakukan cuci tangan dengan benar dan
prosedur menggunakan sabun, disinfektan, serta handuk sekali pakai (towel), tersedia di
lokasi sesuai dengan pedoman. (lihat juga PPI 9)
Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
1. Ada regulasi tentang pedoman R Regulasi tentang kebersihan tangan 10 TL
kebersihan tangan (hand hygiene) (hand hygiene), sesuai PPI 9 EP 2 EP 6 5 TS
yang mengacu pada standar WHO 0 TT
terkini. (R)

2. Rumah sakit melaksanakan D Bukti pelaksanaan program kebersihan 10 TL


program kebersihan tangan (hand tangan (hand hygiene) di seluruh 5 TS
hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai rumah sakit, sesuai dengan PPI 9 EP 3 0 TT
regulasi (D,W)

W Staf RS

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 88


Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
3. Staf rumah sakit dapat O Lihat pelaksanakan program 10 TL
melakukan cuci tangan sesuai
kebersihan tangan (hand hygiene) di 5 TS
seluruh rumah sakit sesuai dengan PPI
dengan prosedur.(Lihat juga PPI 0 TT
9 EP 6
9 EP 6) (W,O,S)
W Staf SDM

S Peragaan cuci tangan


4. Ada bukti staf melaksanakan W Staf SDM 10 TL
lima saat cuci tangan. (W,O,S) 5 TS
O Lihat pelaksanaan fasilitas untuk cuci
0 TT
tangan (1 tempat tidur satu handrub),
lihat kepatuhan staf pada lima saat
cuci tangan.

S Peragaan cuci tangan


STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 89
Elemen penilaian SKP 5 Telusur Skor
5. Prosedur disinfeksi di rumah W Staf SDM 10 TL
sakit dilakukan sesuai dengan 5 TS
regulasi.(Lihat juga PPI 9 EP 2, EP O Lihat pelaksanaan fasilitas untuk disinfeksi dan 0 TT
5 dan EP 6) (W,O,S) pelaksanaan disinfeksi

S Peragaan disinfeksi, sesuai dengan PPI 9 EP 2,


EP 5 dan EP 6
6. Ada bukti rumah sakit D Bukti pelaksanaan tentang evaluasi upaya 10 TL
melaksanakan evaluasi menurunkan infeksi sesuai dengan PPI 9 EP 6 5 TS
terhadap upaya menurunkan 0 TT
angka infeksi terkait pelayanan W • Komite/Tim PMKP
kesehatan.(Lihat juga PPI 9 EP 6) • Komite/Tim PPI
(D,W)
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 90
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, UNTUK MEMUDAHKAN MENGINGAT URUTAN
ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB
• TELAPAK TANGAN
• PUNGGUNG TANGAN TEPUNG SELACI PUPUT
• SELA- SELA JARI
LAMA CUCI TANGAN:
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI)
HAND RUB : 20-30 DETIK
• SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) HAND WASH 40-60 DETIK
• KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
Sutoto.KARS
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety 92
Who Guideline On Hand Hygine In Health Care.20009
Who Guideline On Hand Hygine In Health Care.20009
CUCI TANGAN DAN PENGGUNAAN SARUNG
TANGAN
• Penggunaan sarung tangan tidak menggantikan
cuci tangan.
• Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang tepat
tanpa harus ada indikasi untuk pemakaian sarung
tangan.
• Lepaskan sarung tangan untuk cuci tangan, ketika
indikasi terjadi saat mengenakan sarung tangan.
• Buang sarung tangan setelah setiap selesai tugas
dan cuci tangan karena sarung tangan dapat
membawa kuman.
•Pemakaian sarung tangan hanya bila diindikasikan
menurut Standard dan
(Sumber Precaution
: WHO. contact
Hand hygine jika
WHY,HOW , WHEN?)
tidak anda menjadi berisiko tertular kuman.
KARS
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN STERIL

• Prosedur bedah
• Pemeriksaan vagina
• prosedur radiologi invasif
• melakukan akses vaskular dan
prosedur (central line)
• Menyiapkan/mencampur total
parenteral nutrition
• Menyiapkan/mecampur kemoterapi.

(Sumber :KARS
WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
PEMAKAIAN
SARUNG TANGAN PEMERIKSAAN

DALAM SITUASI KLINIK


Potensi menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan item
yang terlihat kotor oleh cairan tubuh.

DIRECT PATIENTS EXPOSURE:


Kontak dengan darah; kontak dengan selaput lendir dan kulit yang
tidak utuh; potensi adanya organisme sangat menular dan berbahaya;
situasi darurat atau epidemi, memasang dan melepas infus,
mengambil darah; menghentian venous line; Pemeriksaan panggul
dan vagina; suctioning non-closed systems of endotracheal tubes.

INDIRECT PATIENT EXPOSURE:


Mengosongkan pot tumpahan; Menangani dan mencuci instrumen;
penanganan limbah; membersihkan tumpahan cairan tubuh.

(Sumber :KARS
WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)
PEMAKAIAN SARUNG TANGAN TIDAK DI INDIKASIKAN
(kecuali KONTAK untuk tindakan pencegahan)

• Tidak ada potensi terpapar darah atau cairan tubuh, atau


lingkungan yang terkontaminasi, mengukur tekanan darah, suhu
dan denyut nadi; melakukan suntikan IM maupun SC ;
memandikan dan memakaikan pakaian pasien; mengangkut
pasien; merawat mata dan telinga (tanpa sekresi); manipulasi
vasculas line tanpa ada kebocoran darah.
• TIDAK KONTAK LANGSUNG DENGAN PASIEN; Menggunakan
telepon; menulis rekam medis; memberikan obat oral;
mendistribusikan atau mengumpulkan nampan makanan pasien ;
menghapus dan mengganti linen untuk tempat tidur pasien;
menempatkan peralatan ventilasi non-invasif dan kanula oksigen;
memindahkan perabotan pasien

(Sumber : WHO. Hand hygine WHY,HOW , WHEN?)

KARS
MENGURANGI RISIKO CEDERA KARENA PASIEN JATUH

Standar SKP 6

Rumah sakit menetapkan regulasi untuk


melaksanakan proses mengurangi risiko
pasien jatuh.
Elemen penilaian SKP 4.1 Telusur Skor

3. Rumah sakit menggunakan D Bukti tentang hasil pelaksanaan 10 TL

Komponen Time-Out terdiri dari Time-Out 5 TS

identifikasi Tepat-Pasien,Tepat Prosedur 0 TT

dan tepat Lokasi, persetujuan atas O Lihat pelaksanaan Time -Out

operasi dan konfirmasi bahwa proses

verifikasi sudah lengkap dilakukan. W • DPJP

(D,O,W,S) • Staf klinis

S Peragaan proses time-out

STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 102


Maksud dan Tujuan SKP 6
Berbagai faktor yang meningkatkan riisiko pasien jatuh antara lain:
a) kondisi pasien;
b) gangguan fungsional pasien (contoh gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, atau perubahan status kognitif);
c) lokasi atau situasi lingkungan rumah sakit;
d) riwayat jatuh pasien;
e) konsumsi obat tertentu;
f) konsumsi alkohol.
Elemen penilaian SKP 6 Telusur Skor
1. Ada regulasi yang mengatur R Regulasi tentang mencegah pasien 10 TL
tentang mencegah pasien cedera cedera karena jatuh 5 TS
karena jatuh (R) 0 TT

2. Rumah sakit melaksanakan suatu D Bukti dalam RM tentang pelaksanaan 10 TL


proses asesmen terhadap semua asesmen risiko jatuh 5 TS
pasien rawat inap dan rawat jalan 0 TT
dengan kondisi, diagnosis, lokasi O Lihat hasil asesmen risiko jatuh di
terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai
rawat inap dan rawat jalan
kebijakan dan prosedur (Lihat juga AP
1.4.1). (D,O,W) W
• PPJA
• Staf klinis
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 104
Elemen penilaian SKP 6 Telusur Skor

3. Rumah sakit melaksanakan proses D Bukti dalam RM tentang 10 TL

asesmen awal, asesmen lanjutan, 5 TS


pelaksanaan asesmen risiko
asesmen ulang dari pasien pasien 0 TT
jatuh
rawat inap yang berdasar catatan
Lihat asesmen awal dan
teridentifikasi risiko jatuh (D,O,W) O

ulang/lanjutan dari pasien rawat

inap.
W • PPJA

• Staf klinis
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 105
Elemen penilaian SKP 6 Telusur Skor

4. Langkah-langkah diadakan untuk D Bukti pelaksanaan tentang 10 TL

mengurangi risiko jatuh bagi pasien 5 TS


langkah-langkah untuk
dari situasi dan lokasi yang 0 TT
mengurangi risiko jatuh
menyebabkan pasien jatuh (D,O,W)

O Lihat pelaksanaan langkah-langkah

mengurangi risiko jatuh

W • PPJA

• Staf klinis

• Pasien/keluarga
STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT edisi 1 106
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai