Anda di halaman 1dari 19

ANATOMI KULIT

A. Definisi
Kulit : Bagian paling luar & terluas dari organ tubuh (kira kira 1,5-2 m persegi), berat 10 kg
dan 4 kg tanpa lemak.
B. Ketebalannya bervariasi
Paling tebal telapak tangan dan kaki, paling tipis kelopak mata, lapisan kulit terdiri dari
Epidermis, Dermis dan Sub Kutis.

1. EPIDERMIS (KULIT ARI)


Terbentuk dari sel keratinosit Terdiri 5 lapis :Stratum Korneum, Stratum, Lusidum,
Stratum Granulosum, Stratum Spinosum, Stratum Basalis.
2. DERMIS
Berada dibawah epidermis dan lebih tebal, terdiri lapisan elastis, fibrosa padat dan folikel
rambut.
a. PARS PAPILARE Bagian yg menonjol ke epidermis terdiri: ujung saraf & pembuluh
darah
b. PARS RETIKULARE Bagian yg menonjol kebawah ,terdiri Serabut kolagen, elastin
dan retikulin
3. SUB KUTIS
Terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel lemak. Adneksa kulit
a. Kelenjar kulit terdiri dari Kelenjar keringat (Glandula sudorifera), Kelenjar
palit/minyak (Gl.Sebasea )

1
b. Kuku
c. Rambut
d. Organ sensoris: adanya ujung saraf

KUMPULAN ISTILAH KULIT

Alopecia : rambut rontok, botak.


Blepharitis : radang pada kelenjar dan bulu folikel secara terrun-menerus pada bagian tepi
daripada kelopak mata yang ditandai dengan gatal, panas mengeluarkan sealput lendir, keringnya
kelopak mata dan rontoknya bulu mata.
Boil : penyakit benjolan kecil yang terbentuk pada kulit melalui radang daripada dermis dan
jaringan subcutaneus, menutup central kulit atau “inti”juga menyebabkan furuncle.
Bulla (pl. bullae) : bisul atau bleb, mengandung zat cair, menyebabkan luka pada kulit.
Carbuncle : kumpulan dari pembengkakan bisul yang timbul dalam suatu kelompok dan folikel
rambut.
Comedo (pl. comedones) : penyumbat keratin dan sebum dalam memperbesar terbukanya
rambut folikel secara seringkali meningkatkan bacteria, menutup comedo sebagai suatu uban
membuka comedo sebagai rambut hitam.
Desquamation : pergantian kulit dalam scales atau sheets.
Ecchymosis Bruise : localized red atau purple discolaration yang diakibatkan oleh jaringan
subcutaneous.
Erythema : kulit memerah yang diakibatkan oleh tersumbatnya kapiler didalam lapisan paling
bawah daripada kulit; tercampur dengan kulit yagn luka.
Excoriation : penyakit epidermis, biasanya dari dari abrasi atau scratching.
Fissure : celah sempit didalam kulit, retak.
Folliculitis : radang pada folikel, salah satu daripada tubular cavities dari epidermis yang
menutup rambut-rambut dan dari suatu rambut yang tumbuh.
Furuncle : lihat boil.
Furunculosis : sakit yang disertai boil (furuncles) secara berlebihan menurut periode minggu
atau bulan.
Chytosis : kumpulan kelainan kulit yang ditandai oleh kering, roughness dan scaliness dari kulit,
kadang-kadang ditunjukan sebagai “alligator skin”, “fish skin”, “crocodile skin”, “porcupine
skin”.

2
Induration : pengerasan
Keratitis : radang pada cornea.
Sichenification : ronghened, peenebalan epidermis, penonjolan bercak-bercak pada kulit yang
diakibatkan oleh gosokan atau iritasi ; sering timbul aspek flexor dari anggota badan. Contohnya:
chronic dermatitis.
Maceration : kelemahan kuit dari wetting atau ssoaking.
Macule : berbagai perubahan dalam warna pada kulit seperti flat.
Contohnya : putih (vitiligo), abu-abu (café-au-lait spot), purple (petechia). Nervus (pl. nevi) :
tahi lalat. Suatu masa yang timbul secara samar-samar disamping yang …dengan meningkatnya
overlyng epidermis. Contohnya: tumor. Jika ini meningkat bersamaan dengan kulit pada
palpation, sebagai nodule, juga sebagai subcutaneous.
Papule : pambengkakkan, yang manigkatkan area sampai 1 cmdalam diameter tertinggi yagn
mungkin pointed, rounded, atau flat. Contoh : jerawat, warts, lessi kecil dari psoriasis; juga
perhatikan flaque (large papule).
Petechiae : pinpoint, tiny, dan sharp circumscribed spot didalam lapisan superficial dari
epidermis yang diakibatkan oleh intradermal atau subcutaneous small blood vessd hemorrhage.
Plaque : pembengkakan nyata pada area secara drastis sampai dengan diameter 1 cm, biasanya
flat-tooped. Contohnya : psoriasis.
Pruritus : timbulanya suatu benjolan purulent exudate. Contohnya : acne, folliculitis.
Pyodema : berbagai purulent (pembengkakan atau pembentukan pus) skin disease.
Spider angioma : timbulnya tumor lunak yang terbentuk dari telangiectacia biasanya berkumpul
sebagai liver disease.
Telangiectacia : pembentukan luka pada vaskular melalui penigkatan dari sekumpulan kecil
blood vessels ; vascular spider atau spider veins ;percepatan cahaya ultra violet yang menurunkan
elastisitas didalam dinding dari tiny blood vessels yagn disuplai oleh kulit, dengan kontriksi
perluasan secra permanen dan pembentukan dari telangiectacia. Urticiana timbulnya gatal-gatal
wheals (hives); sebuah reaksi vaskular dari kulit melalui penampakan dan patohes yang sedagn
yang ditunjukan oleh redden atau paler pada sekitar kulit.
Verruca : pertumbuhan flesh-colored, kutil.
Vesicle : timbulnys luka dengan diameter kurang lebih 1 cm dan mengandung cairan bening
serous. Contohnya ; bisul herpes simplex atau herpes zoster.
Wheal : timbulnya circum scribed pada area flat-topped edema pada permukaan tubh.
Contohnya ; urticaria

3
Xerodeerma : pembentukan dari ichthyosis ringan;kelebihan dryness pada kulit. Skin is the
larges body organ constituting 15 % sampai 20 % dari body weight dan consisting dari tiga
lapisan (fig 8-1). Termasuk struktur dalam lapisan lain dapat dilihat dalam tabel 8-1. kulit
berbeda secara anatomi dan fisiologis dalam perbedaan area dari tubuh tetapi penyaluran fungsi
utama dari kulit adalah sebagai pelindung struktuer pokok dari external injury dan zat berbahaya.
Kulit sebagai alat penyerap utama, bukan sebagai organ penukaran hal ini banyak perbedaan
fungsi lain termasuk penahan organ together, sensory preception, pengkontribusi keseimbangan
zat cair/gas, pengontrol temperatur, penyerap ultra violet (UV) radiasi, metabolizing vitamin D,
dan mensintesis epidermal lipids.

TABEL 8-1 STRUKTUR KULIT


Lapisan Struktur Fungsi
Epidermis Stratum corneum Pelindung
Keratinocytes (squamous Synthesis dari keratin
cells) (protein kulit)
Melanocytes Synthesis dari melamin,
pigment
Langerhans’ cells Antigen presentation,
immune response
Basal cells Epidermal reproduction
Epidermal tambahan Eccrine unit Thermoregulation oleh
keringat
Apocrine unit (uknown Production by apocrine
gland) sweat; uknown
Folikel rambut Pelindung; menutup lubang
rambut
Kuku Protection; mechanical
assistance
Kelenjar sebaceous Produces sebum (minyak
untuk mengkilapkan kulit)
Dermis Collagen, elastin Skin protein; skin texture
Fibroblast

4
Collagen synthesis untuk
Macrophages penyembuhan luka
Phagocytosis dari substansi
asing; memulai radang dan
Mast cells repair
Provides histamine untuk
vasodilatasi dan chemotatic
faktor untuk respon
Lympatic glands peradangan
Penghapusan dari microbes
dan kelebihan interstitial
fluids; provides lympatic
Blood vessels drainage
Provides keperluan
metabolic skin;
Nerve fibers thermoregulation
Proception dari panas dan
Jaringan subcutaneous Fat dingin, nyeri, gatal
Penyimpanan energi dan
keseimbangan; trauma
absorption
Adapted from Nicol NH: struktur dan fungsi : assesment of cliens with intergumentary disorder.
In Black JM, Matassarin-Jacobs E (eds): Luckmann and sorensen’s Medical – surgical Nursing,
ed 4. Philadelphia, WB Saunders, 1993.pp1940-194

5
ULKUS DEKUBITUS

A. Definisi Dekubitus
Dekubitus merupakan kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang disebabkan
oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan, pergeseran, gesekan atau kombinasi dari
beberapa hal tersebut (NPUAP, 2014).
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat dari tekanan
dari luar yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak sembuh dengan urutan dan
waktu yang biasa, gangguan ini terjadi pada individu yang berada diatas kursi atau diatas tempat
tidur, seringkali pada inkontinensia, malnutrisi, ataupun individu yang mengalami kesulitan
makan sendiri, serta mengalami gangguan tingkat kesadaran (Potter & Perry, 2005).
Sedangkan menurut Perry et al, (2012) dekubitus adalah luka pada kulit dan atau jaringan
dibawahnya, biasanya disebabkan oleh adanya penonjolan tulang, sebagai akibat dari tekanan
atau
kombinasi tekanan dengan gaya geser dan atau gesekan.

B. Klasifikasi Dekubitus
National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) 2014 membagi derajat dekubitus menjadi
enam dengan karakteristik sebagai berikut :
1) Derajat I : Nonblanchable Erythema
Derajat I ditunjukkan dengan adanya kulit yang masih utuh dengan tanda-tanda akan terjadi
luka. Apabila dibandingkan dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda
sebagai berikut : perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat), perubahan
konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak), dan perubahan sensasi (gatal atau nyeri). Pada
orang yang berkulit putih luka akan kelihatan sebagai kemerahan yang menetap, sedangkan
pada orang kulit gelap, luka akan kelihatan sebagai warna merah yang menetap, biru atau
ungu. Cara untuk menentukan derajat I adalah dengan menekan daerah kulit yang merah
(erytema) dengan jari selama tiga detik, apabila kulitnya tetap berwarna merah dan apabila
jari diangkat juga kulitnya tetap berwarna merah.

6
Gambar 2.1. Dekubitus derajat I (Sumber : NPUAP, 2014)

2) Derajat II : Partial Thickness Skin Loss


Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya. Cirinya adalah
lukanya superfisial dengan warna dasar luka merah-pink, abrasi, melepuh, atau membentuk
lubang yang dangkal. Derajat I dan II masih bersifat refersibel.

Gambar 2.2. Dekubitus derajat II (Sumber : NPUAP, 2014)

3) Derajat III : Full Thickness Skin Loss


Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari jaringan
subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fasia. Luka terlihat seperti lubang yang
dalam. Disebut sebagai “typical decubitus” yang ditunjukkan dengan adanya kehilangan
bagian dalam kulit hingga subkutan, namun tidak termasuk tendon dan tulang. Slough
mungkin tampak dan mungkin meliputi undermining dan tunneling.

7
Gambar 2.3. Dekubitus derajat III (Sumber : NPUAP, 2014)

4) Derajat IV : Full Thickness Tissue Loss


Kehilangan jaringan secara penuh sampai dengan terkena tulang, tendon atau otot. Slough
atau jaringan mati (eschar) mungkin ditemukan pada beberapa bagian dasar luka (wound bed)
dan sering juga ada undermining dan tunneling. Kedalaman derajat IV dekubitus bervariasi
berdasarkan lokasi anatomi, rongga hidung, telinga, oksiput dan malleolar tidak memiliki
jaringan subkutan dan lukanya dangkal. Derajat IV dapat meluas ke dalam otot dan atau
struktur yang mendukung (misalnya pada fasia, tendon atau sendi) dan memungkinkan
terjadinya osteomyelitis. Tulang dan tendon yang terkena bisa terlihat atau teraba langsung.

Gambar 2.4. Dekubitus derajat IV (Sumber : NPUAP, 2014)

5) Unstageable : Depth Unknown


Kehilangan jaringan secara penuh dimana dasar luka (wound bed) ditutupi oleh slough dengan
warna kuning, cokelat, abu-abu, hijau, dan atau jaringan mati (eschar) yang berwarna coklat
atau hitam didasar luka. slough dan atau eschar dihilangkan sampai cukup untuk melihat

8
(mengexpose) dasar luka, kedalaman luka yang benar, dan oleh karena itu derajat ini tidak
dapat ditentukan.

Gambar 2.5. Dekubitus unstageable / depth unknown (Sumber : NPUAP, 2014)

6) Suspected Deep Tissue Injury : Depth Unknown


Berubah warna menjadi ungu atau merah pada bagian yang terkena luka secara terlokalisir
atau kulit tetap utuh atau adanya blister (melepuh) yang berisi darah karena kerusakan yang
mendasari jaringan lunak dari tekanan dan atau adanya gaya geser. Lokasi atau tempat luka
mungkin didahului oleh jaringan yang terasa sakit, tegas, lembek, berisi cairan, hangat atau
lebih dingin dibandingkan dengan jaringan yang ada di dekatnya. Cidera pada jaringan dalam
mungkin sulit untuk di deteksi pada individu dengan warna kulit gelap. Perkembangan dapat
mencakup blister tipis diatas dasar luka (wound bed) yang berkulit gelap. Luka mungkin terus
berkembang tertutup oleh eschar yang tipis. Dari derajat dekubitus diatas, dekubitus
berkembang dari permukaan luar kulit ke lapisan dalam (top-down), namun menurut hasil
penelitian saat ini, dekubitus juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti fascia
dan otot walapun tanpa adanya adanya kerusakan pada permukaan kulit. Ini dikenal dengan
istilah injury jaringan bagian dalam (Deep Tissue Injury). Hal ini disebabkan karena jaringan
otot dan jaringan subkutan lebih sensitif terhadap iskemia daripada permukaan kulit (Rijswijk
& Braden, 1999).

9
Gambar 2.6. Dekubitus Suspected deep tissue injury : depth unknown (Sumber : NPUAP,
2014)

C. Tempat (Lokasi) Kejadian Dekubitus


Menurut Stephen & Haynes (2006), mengilustrasikan area-area yang beresiko untuk
terjadinya dekubitus. Dekubitus terjadi dimana tonjolan tulang kontak dengan permukaan.
Adapun lokasi yang paling sering adalah sakrum, tumit, dan panggul. Penelitian yang dilakukan
oleh Suriadi, et al (2007) 33,3% pasien mengalami dekubitus dengan lokasi kejadian adalah pada
bagian sakrum 73,3%, dan tumit 13,2%, 20 pasien yang mengalami dekubitus derajat I, dan 18
pasien mengalami derajat II, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Fernandes & Caliri,
(2008) pasien yang mengalami dekubitus sebanyak 62, 5% (40) dengan kriteria 57,1% (30)
mengalami derajat I, dan 42,9% mengalami derajat II, lokasi kejadian dekubitus dalam penelitian
ini adalah pada tumit 35,7%, sakrum 22,9%, dan skapula 12,9%.

Gambar 2.7. Area yang paling beresiko terjadi dekubitus (Sumber: NPUAP, 2007)

10
D. Faktor Resiko Dekubitus
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya dekubitus dibagi menjadi dua bagian, yaitu
faktor intrinsik dan ekstrinsik (Bansal, et al., 2005). Braden & Bergstorm (2000),
mengembangkan sebuah skema untuk menggambarkan faktor-faktor resiko terjadinya dekubitus.

Sumber : Braden dan Bergstorm, (2000)

Ada dua hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya dekubitus, yaitu faktor
tekanan dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan diatas
tulang yang menonjol adalah imobilitas, inaktifitas dan penurunan persepsi sensori. Sedangkan
faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan dibedakan menjadi dua faktor yaitu faktor intrinsik
dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari pasien, sedangkan yang dimaksud
dengan faktor ekstrinsik yaitu faktor-faktor yang berhubungan dari luar yang mempunyai efek
deteriorasi pada lapisan eksternal dari kulit (Braden dan Bergstorm, 2000).

11
Penjelasan dari masing-masing faktor yang mempengaruhi dekubitus diatas adalah sebagai
berikut :
1. Faktor Tekanan
a. Mobilitas dan Aktivitas
b. Penurunan Persepsi Sensori
2. Faktor Toleransi Jaringan :
a. Faktor Intrinsik :
1) Nutrisi
2) Umur / Usia
3) Tekanan arteriolar
b. Faktor ekstrinsik :
1) Kelembaban
2) Gesekan
3) Pergeseran
Ada hipotesis lain mengenai faktor pencetus terjadinya dekubitus, antara lain sebagai berikut :
1. Merokok
2. Temperatur kulit
3. Penyakit Kronis

E. Pengkajian Resiko Terjadinya Dekubitus


Ada 5 (lima) instrumen yang digunakan dalam mengkaji resiko terjadinya dekubitus (Kozier,
2010). Sedangkan menurut Jaul (2010), instrumen yang paling banyak digunakan serta
direkomendasikan dalam mengkaji resiko terjadinya dekubitus antara lain : Skala Norton,
Braden, dan Skala Waterlow.
1) Skala Norton
Skala Norton pertama kali ditemukan pada tahun 1962, dan skala ini menilai lima faktor
resiko terhadap kejadian dekubitus diantaranya adalah : kondisi fisik, kondisi mental,
aktivitas, mobilisasi, dan inkontinensia. Total nilai berada diantara 5 sampai 20. Nilai 16 di
anggap sebagai nilai yang beresiko (Norton, 1989), sedangkan pada penelitian yang dilakukan
oleh Carville, (2007), apabila mencapai skor 14 sudah dinyatakan diambang resiko dekubitus
dan bila skor ≤ 12, dinyatakan beresiko tinggi terjadinya dekubitus.
2) Skala Braden
Pada Skala Braden terdiri dari 6 sub skala faktor resiko terhadap kejadian dekubitus
diantaranya adalah : persepsi sensori, kelembaban, aktivitas, mobilitas, nutrisi, pergeseran dan

12
gesekan. Nilai total berada pada rentang 6 sampai 23, nilai rendah menunjukkan resiko tinggi
terhadap kejadian dekubitus (Braden dan Bergstrom, 1989). Apabila skor yang didapat
mencapai ≤ 16, maka dianggap resiko tinggi mengalami dekubitus (Jaul, 2010). Berdasarkan
beberapa hasil penelitian tentang validitas instrumen pengkajian resiko dekubitus antara lain
untuk skala Braden di ruang ICU mempunyai sensitivitas 83% dan spesifitas 90% dan di
nursing home mempunyai sensitivitas 46% dan spesifitas 88%, sedangkan diunit orthopedic
mempunyai sensitivitas 64% dan spesifitas 87%, dan diunit Cardiotorasic mempunyai
sensitivitas 73% dan spesifitas 91% (Bell J, 2005).
3) Skala Waterlow
Hasil revisi pada tahun 2005, pada skala Waterlow terdapat sembilan kategori klinis yang
meliputi : tinggi badan dan peningkatan berat badan, tipe kulit dan area resiko yang tampak,
jenis kelamin dan usia, skrining malnutrisi, mobilitas, malnutrisi jaringan, defisit neurologis,
riwayat pembedahan atau trauma, serta riwayat pengobatan (AWMA,2012). Semakin tinggi
skor, semakin tinggi resiko terjadinya dekubitus. Skor ≥ 20 diprediksi memiliki resiko sangat
tinggi terjadinya dekubitus (Carville, 2007).
4) Skala Gosnell
Skala Gossnell pertama kali ditemukan pada tahun 1973. Pada skala ini mengacu pada skala
Norton, namun pada skala ini juga ada beberapa point penilaian yang digantikan seperti :
kondisi fisik menjadi nutrisi, dan inkontinensia dirubah menjadi kontinensia. Skala ini menilai
lima faktor diantaranya adalah : status mental, kontinensia, mobilisasi, aktivitas, dan nutrisi,
total nilai berada pada rentang antara 5 sampai 20 dimana total nilai tinggi mengidentifikasi
resiko kejadian dekubitus (Gosnell, 1987). Sedangkan menurut Carville (2007), lima
parameter tersebut digolongkan lagi menjadi 3 – 5 sub kategori, dimana skor yang lebih tinggi
mempunyai resiko lebih besar terhadap kejadian dekubitus.
5) Skala Knoll
Skala ini dikembangkan berdasarkan faktor resiko pasien yang berada di ruang perawatan
akut Rumah Sakit Besar. Pada skala ini ada delapan faktor resiko terhadap kejadian dekubitus
diantaranya adalah : status kesehatan umum, status mental, aktivitas, mobilisasi,
inkontinensia, asupan nutrisi melalui oral, asupan cairan melalui oral, dan penyakit yang
menjadi faktor predisposisi. Total nilai berada pada rentang 0 sampai 33, nilai tinggi
menunjukkan resiko tinggi terjadi dekubitus, nilai resiko berada pada nilai 12 atau lebih
(Kozier, 2010).

13
Berdasarkan hasil meta analisis Australian Wound Management Association (AWMA, 2012)
yang mengindikasikan bahwa skala braden mempunyai reliabilitas paling kuat. Scoonhoven, et
al (2002) melalui penelitian dengan desain cohort prospective menyatakan braden’s scale
instrument terbaik untuk prediksi dekubitus diunit bedah, interne, neurologi, dan geriatri jika
dibandingkan Norton’s scale dan Waterlow. Skala Braden mempunyai validitas yang paling
tinggi dibandingkan dengan skala yang lainnya (Satekoa & Ziakova, 2014). Skala braden lebih
efektif dibandingkan dengan skala Norton dalam memprediksi risiko dekubitus di ruang ICU
(Bhoki, 2014). Sedangkan menurut Mufarika (2013) skala Braden mempunyai validitas prediksi
yang baik dalam memprediksi kejadian dekubitus.
F. Pencegahan Dekubitus
Pencegahan dekubitus merupakan prioritas dalam perawatan pasien dan tidak terbatas pada
pasien yang mengalami keterbatasan mobilisasi (Potter & Perry, 2006). Untuk mengurangi
kemungkinan perkembangan dekubitus pada semua pasien, perawat harus melakukan berbagai
macam tindakan pencegahan, seperti perawat menjaga kebersihan kulit pasien, untuk
mempertahankan integritas kulit, mengajarkan pasien dan keluarga untuk pencegahan dan
memberikan asuhan keperawatan mengenai cara mencegah dekubitus (Kozier, 2010).
Berdasarkan National Pressure Ulcer Advisory Panel (2007), untuk mencegah kejadian
terhadap dekubitus ada 5 (lima) point yang bisa digunakan untuk menilai faktor resiko dekubitus,
antara lain sebagai berikut :
1) Mengkaji faktor resiko
2) Perawatan pada kulit
3) Memperbaiki status nutrisi
4) Support surface
5) Memberikan edukasi

G. Prinsip perawatan dekubitus


Prioritas dalam perawatan luka lokal pada dasarnya adalah sama dengan luka apapun juga
yaitu dengan menggunakan SOP (standar operasional prosedur) yang sudah baku, yaitu :
mengatasi perdarahan (hemostasis) ; mengeluarkan benda asing, yang dapat bertindak sebagai
fokus infeksi ; melepaskan jaringan yang mengalami devitalisasi, krusta yang tebal, dan pus ;
menyediakan temperature, kelembaban, dan pH yang optimal untuk sel-sel yang berperan dalam
proses penyembuhan ; meningkatkan pembentukan jaringan granulasi dan epitilialisasi dan
melindungi luka dari trauma lebih lanjut serta masuknya mikroorganisme patogen
(Morison,2003).

14
Tujuannya adalah untuk melindungi individu dari kerusakan fisiologis lebih lanjut, untuk
menyingkirkan penyebab aktual atau potensial yang memperlambat penyembuhan, dan untuk
menciptakan suatu lingkungan lokal yang optimal juga untuk rekonstruksi dan epitelialisasi
vaskular dan jaringan ikat.
Beberapa prinsip perawatan luka secara lokal meliputi debridemen, pembersihan, dan
pemberian balutan. Ulkus dengan jaringan nekrotik harus dilakukan debridemen. Prinsip
perawatan luka menurut Morison (2003) adalah :
1) Membuang jaringan mati
2) Perawatan luka yang terinfeksi
3) Perawatan luka dengan banyak eksudat
4) Perawatan luka dalam yang bersih dengan sedikit eksudat
5) Perawatan luka superfisial yang bersih dengan sedikit eksudat

15
SOP ULKUS DEKUBITUS

A. Persiapan
1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Set steril terdiri atas :
1) Kapas alcohol
2) Kasa steril
3) kom untuk larutan NaCl 0,9%
4) Pinset anatomi
5) Pinset chirurgi
6) Lidi kapas yang steril
b. Derian tule atau cutimed sorbad/salep obat topikal
c. Gunting plester
d. Plester/perekat atau hipafix
e. Alkohol 70 %
f. Larutan NaCl 0.9 %
g. Handscoon bersih
h. Handscoon steril
i. Penggaris millimeter disposable
j. Pencahayaan yang adekuat
2. Persiapan Pasien
a. Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Atur posisi klien miring kiri atau kanan (sesuai dengan letak luka dekubitus)
3. Persiapan Lingkungan
a. Ciptakan suasana yang tenang sebelum pelaksanaan tindakan
b. Pasang sampiran

B. Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Tutup ruangan atau pasang sampiran
3. Cuci tangan
4. Pakai handscoon bersih
5. Buka balutan dengan menggunakan kapas alcohol dan buang pada tempat sampah atau
kantong plastic yang telah disediakan

16
6. Observasi luka, ukur panjang, lebar dan kedalaman luka dengan menggunakan Penggaris
millimeter disposable. Kemudian lihat juga keadaan luka, warna luka, warna sekitar tepi luka,
derajat luka dan ada cairan atau tidak. Catat semua hasil observasi
7. Buka set steril
8. Kasa digulungkan keujung pinset chirurgi kemudian tangan yang satu memegang pinset
anatomi
9. Bersihkan luka dengan menggunakan kasa steril yang telah diberi NaCl 0,9 % dengan cara
dari dalam keluar (pergerakan melingkar) sambil memencet luka untuk mengeluarkan eksudat
10. Kasa hanya dipakai satu kali dan diganti lagi
11. Ulangi pembersihan sampai semua luka bersih dan cairan eksudat keluar
12. Buang handscoon bersih
13. Pakai handscoon steril
14. Pakai cutimed sorbad untuk luka yang banyak mengandung eksudat
15. Balut luka dengan menggunakan kasa steril. Jika luka masih basah atau banyak mengeluarkan
cairan maka balut luka dengan kasa sampai 7 lapisan. Dan jika luka sudah mulai kering maka
3 lapis kasa saja
16. Fiksasi dengan menggunakan plester atau hipafix
17. Buang handscoon dan kasa ditepat yang telah disediakan
18. Bantu pasien dalam pemberian posisi yang nyaman
19. Angkat peralatan dan kantong plastic yang berisi balutan dan handscoon kotor. Bersihkan alat
dan buang samapah dengan baik
20. Cuci tangan
21. Laporkan adanya perubahan pada luka kepada perawat yang bertanggung jawab.
Catat penggantian balutan, kaji keadaan luka da respon pasien

RANCANGAN SISTEM
17
Dalam rancangan ini, kelompok memakai Skala Braden untuk menentukan jenis luka ulkus
dekubitus masuk kedalam stage berapa. Kelompok akan bekerja sama dengan pihak elektromedis
dan analis kesehatan dalam pengaplikasian software ini. Adapaun yang dimasukkan dalam software
ini antara lain:
A. Jenis luka ulkus dekubitus
Apakah luka pasien masuk kedalam derajat I, II, III, IV, Unstageable atau Suspected Deep Tissue
Injury. Hasil jenis luka masuk derajat berapa dapat diketahui dengan cara memoto luka pasien
yang secara otomatis data pasien telah masuk kedalam tab khusus pemeriksaan pasien.
B. Kelembapan Kulit
Diperlukan hasil kelembapan untuk mendukung jenis luka masuk dalam derajat berapa.
C. Status nutrisi
Nutrisi pasien dikaji dengan penghitungan BB ideal pasien. Diperlukan berat badan dan tiggi
badan pasien lalu pengitungan secara otomatis dimasukkan dalam aplikasi dan hasil akan kluar
secara otomatis dalam sistem.
D. Pergerseran dan Pergerakan
Dalam sistem akan diketahui sebrapa besar / persentase (%) banyaknya pergeseran atau
pergerakan pasien yang dapat menimbulkan luka maupun memperparah keadaan luka.
E. Aktivitas
Sama halnya dengan pergeseran dan pergerakan.
F. Kedalaman luka
Dalam sistem akan dihasilkan seberapa dalam luka dekubitus pasien.
G. Luas luka
Sama dengan kedalam, secara otomatis sistem akan menghasilkan seberapa luas luka dekubitus
pasien.
H. Warna luka
Warna luka pasien dapat mengidentifikasikan jenis luka dekubitus masuk dalam derajat berapa.
I. Cairan
Ditemukan adanya pus atau tidak dalam luka, secara otomatis sistem akan membaca keadaan
sekitar luka.
J. Kematian jaringan
Ditemukan ada atau tidaknya nekrosis dalam jaringan.

Cara Kerja Sistem

18
1. Pasien akan didata dengan menggunakan tab khusus pasien yang didalam tab tersebut sudah
menyimpan barcode chip untuk masing-masing pasien. Untuk data berat badan dan tinggi badan
dimasukkan secara manual kedalam data didalam tab. Cara ini diberikan untuk pasien-pasien
yang mengalami penurunan kesadaran (risiko ulkus dekubitus), pasien yang mengalami
hemiplegi maupun pasien yang lemah dan lama rawat inap dirumah sakit yang lama.
2. Chip akan dipasang dibagian tubuh pasien yang mengalami luka maupun yang risiko mengalami
luka ulkus dekubitus.
3. Secara otomatis sistem akan bekerja selama kurang lebih 2 jam untuk mebidentifikasi keadaan
luka pasien sesuai dengan apa saja yang akan terkadi dalam penjelasan diatas sebelumnya.
4. Kemudian chip akan diambil dan log in kedalam data pasien yang telah disesuaikan barcode data
pasien dan barcode chip yang dipasang kedalam pasien. Setelah dicocokkan maka secara
otomatis akan muncul sendiri hasilnya
5. Setelah hasilnya mucul, untuk menguatkan data maka lakukan photo luka dengan menggunakan
tab tersebut selama chip dan barcode masih terbuka atau log in didalam tab tersebut.
6. Kemudian setelah semua selesai teridentifikasi, maka akan ada kertas hasil yang keluar dari tab
tersebut atau hasil tersebut dapat dikirim dari tab kedalam komputer rumah sakit yang ada
didalam ruang perawatan tersebut.
7. Data yang dihasilkan tab dapat disimpan dalam database pasien rumah sakit sehingga dapat
menunjang proses penyembuhan pasien

19

Anda mungkin juga menyukai