Johson
2.2.1 Pengkajian gawat darurat
1. Umum : Keadaan umumnya bervariasi dari sedang sampai berat. Pada kondisi yang berat.
Tergantung derajat mortilitas steven jonson. Bila derajat 1 biasanya keadaan umum pasien
ringan, derajat 2 dan 3 berat.
a. Keadaan berat bila terjadinya erosi dan perforasi kornea yang dapat menyebabkan kebutaan,
pseudomembran klien mengalami kesulitan bernafas, dan bula antara 10-30% dan telah terjadi
infeksi pada kulit, Kulit berupa eritema, papel, vesikel, atau bula secara simetris pada hampir
seluruh tubuh, mukosa berupa vesikel, bula, erosi, ekskoriasi, perdarahan dan kusta berwarna
merah.
b. Keadaan umum sedang biasa bila menunjukkan gejala awal, ruam, gatal, demam, nausea.
2. Pengkajian kesadaran
Pasien dengan steven jonson pada kondisi yang berat, kesadarannya menurun, penderita dapat
soporous sampai koma.
a. Pain : Pada psien derajat 2 lepasnya lapisan epidermis antara 10-30% . Klien biasanya
meringis saat di perintahkan dengan perintah sederhana karena adanya kerusakan saraf perifer
b. Unresponsive : pada pasien dengan derajat 3 lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%. Pasien
dengan overload SJS dan TEM dalam keadaan koma
3. Pengkajian primer
a) Airway
Jalan napas, adakah sumbatan jalan napas berupa sputum, lendir atau pun darah yang
ditandai oleh kesulitan bernapas atau suara napas yang berbunyi (stridor, hoarness).
Intervensi :
1. Monitor frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
2. Auskultasi paru, perhatikan stridor, mengi
3. Ajarkan batuk efektif
4. Lakukan penghisapan (suction) bila klien tidak bisa mengeluarkan lendir
5. Tempatkan pasien pada resusitasi
6. Beri oksigen 4-6 L/menit dengan kanul sankup
7. Lakukkan tindakan kedaruratan jalan nafas agresif
b) Breathing
1. Klien sesak, batuk, mengi, tidak mampu menelan
2. Bunyi napas : gemerik (edema paru), stridor (edema laryngeal) ronkhi (sekret jalan napas dalam)
3. Pernapasan menggunakan otot-otot pernapasan
4. Pernapasan cepat lebih dari 20 x/menit
5. Irama pernapasan regular/ ireguler
6. Refleks batuk ada
Intervensi :
1. Jika laring atau bronkospasme menyebabkan hipoksi, pemberian O2 3 – 5 ltr / menit harus
dilakukan. Pada keadaan yang amat ekstrim tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu
dipertimbangkan.
2. Pertahankan jalan napas melalui pemberian posisi yang tepat (tinggikan kepala tempat tidur 15 –
30 derajat)
c) Circulation
7. Tekanan darah hipotensi
8. Takikardia
9. Disritmia, detak jantung tidak beraturan
10. Edema jaringan
11. Kulit dingin, pucat
12. Akral dingin
Intervensi :
Mengatur keseimbangan cairan atau elektrolit tubuh, karena penderita sukar atau tidak dapat
menelan makanan atau minuman akibat adanya lesi oral dan tenggorokan serta kesadaran
penderita yang menurun. Infus yang diberikan berupa glukosa 5% dan larutan Darrow.
4. Penggolaongan Triage
Dalam pengolongan triage sindrom steven jonson termasuk P2 dan P1. P1 jika memiliki
mortalitas .> 50% dengan mengunakan SCORTEN dan bula terbar >10—30 %
5. Pengkajian sekunder
a. Riwayat kesehatan pasien
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keadaan terdapat trias SJS yaitu terdapat bula, eritema, dan vesikel pada
mata, mukosa bibir, dan kulit
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah terkena atau sedang menjalani pengobatan penyakit Infeksi virus herpes simplex,
dan Mycoplasma pneumonia, Viral: herpes simplex virus (HSV)1 dan 2, HIV, Morbili,
Coxsackie, cat-scratch fever, influenza, hepatitis B, mumps, lymphogranuloma venereum(LGV),
mononucleosis infeksiosa, Vaccinia rickettsia dan variola. Epstein-Barr virus and enteroviruses
diidentifikasi sebagai penyebab timbulnya sindrom ini pada anak. Alergi obat secara sistemik (
misalnya penisilin, analgetik, anti- peuritik ).
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Bila terdapat keluarga alergi obat dan berasal dari ras krustesea
b. Tanda-tanda vital
Pengkajian terhadap adanya demam tinggi, dan adanya takikardi
c. Pengkajian fisik
Head toe toes:
1) Wajah
Eritema, vesikel dan bula
2) Mata
Kelopak mata : Edema dan sulit dibuka
Konjungtiva : Konjungtivitis kataralis dan purulen
Kornea : Ulkus kornea
Reaksi cahaya : Positif
Lapang penglihatan : Penyempitan lapangan penglihatan
Kelaianan mata : Simbleferon, iritis, iridosiklitis
3) Mulut dan leher
Mukosa bibir : Bengkak, kering, warna mukosa merah
Selaput lendir : Stomatitis, afte (vesikel, bula), erosi, perdarahan
Sakit saat menelan : Ada
Lidah : Terdapat lesi
Tonsil/pharix : Meradang
Ketidakmampuan menelan
4) Paru-paru
a) Inspeksi
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, terdapat sumbatan pada jalan napas, klien tampak sesak,
terdengar stridor saat ekspirasi/inspirasi, retraksi dinding dada, penggunaan otot-otot pernapasan,
frekuensi pernafasan > 20 x/menit, reflek bentuk ada, pernapasan cepat dan dangkal, klien batuk
b) Auskultasi
Bunyi napas vesikuler, wheezing (+), Ronkhi (+)
5) Kardio vaskuler
a) Inspeksi
edema jaringan
b) Palpasi
frekuensi HR > 100 x/menit, irama regular/ireguler, akral dingin, kapilar repil > 3 detik
c) Auskultasi
Tekanan darah hipotensi, irama jantung tidak beraturan, tidak ada bunyi jantung tambahan
6) Abdomen
a) Inspeksi : mual muntah
b) Auskultasi : peristaltik usus bisa menurun atau meningkat
7) Genetalia
a) Vagina : warna secret
b) Anus : pelebaran vena ani/tidak
c) Mukosa : vesikel, bula, erosi, perdarahan, krusta berwarna merah
8) Ektermitas
Edema, tremor, rom terbatas, akral dingin
d. Pengkajian diagnostik
1) Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia
2) Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah merah, degenerasi
lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan edema intrasel di epidermis.
3) Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
2.2.2 Analisa data
No Symptom Etiologi Problem
1 DS : Kerusakan jaringan kulit Kekurangan volume
Klien atau keluarga Adanya bula vesikel dan eritema
cairan tubuh
kelian mengatakan telah ↓
terjadi lepuhan pada kulit Membuat rusaknya lapisan
seperti luka bakar epidermis dan dermis
DO: ↓
Adanya eritema, vesikel perpindahan cairan dari
dan bula intravaskuler ke dalam rongga
Di bibir kelainan krusta interstisial, rusaknya jaringan
berwarna hitam yang kulit akibat luka.
tebal.
Stomatitis
Pseudomembran
Hipotensi
Akral dingin
Takikardi
4 Data Subyektif Vesikel dan bula dapat pecah Resiko tinggi infeksi
Klien mengeluh demam sehingga terjadi erosi yang luas
tinggi, lemah letih, nyeri ↓
kepala, batuk, pilek, dan Penanganan yang tidak efektif
nyeri tenggorokan / sulit akan mengakibatkan sepsis yang
menelan. meluas
Data Obyektif ↓
Resiko tinggi infeksi
Kulit eritema, papul,
vesikel, bula yang mudah
pecah sehingga terjadi
erosi yang luas, sering
didapatkan purpura.
Krusta hitam dan tebal
pada bibir atau selaput
lendir, stomatitis dan
pseudomembran di faring
Kongjungtivitis purulen,
perdarahan, ulkus kornea,
iritis dan iridosiklitis.
Nefritis dan onikolisis.
Laboratorium :
leukositosis atau
esosinefilia
Histopatologi : infiltrat
sel mononuklear, oedema
dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan
basalis, nekrosis sel
epidermal, spongiosis dan
edema intrasel di
epidermis.
Imunologi : deposis IgM
dan C3 serta terdapat
komplek imun yang
mengandung IgG, IgM,
IgA.
• Pemeberian antibiotik
3 Gangguan nutrisi Dalam waktu 5 x 24 • Kaji status nutrisi pasien, Lesi oral merupakan indikasi
kurang dari jam asupan nutrisi berat badan, mukoasa oral, pemberian nutrisi secara sonde atau
kebutuhan tubuh b.d. terpenuhi kemampuan menelan, dan parental
kesulitan menelan Kriteria hasil: riwayat mual dan muntah
• Pasien dapat • Evaluasi adanya alergi
mempertahankan makanan dan kontra indikasi SJS merupakan sindrom yang dapat
status nutrisi yang makanan di sebabkan juga oleh alergi
adekuat • Timbang BB klien makanan
• Memenuhi Memberikan pasien/orang terdekat
kebutuhan nutrisinya rasa kontrol, meningkatkan
partisipasi dalam perawatan dan
dapat memperbaiki pemasukan
Membantu mencegah distensi
gaster/ketidaknyamanan
Meningkatkan nafsu makan
2.2.6 Evaluasi
1. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
2. Integritas kulit membaik secara optimal
3. Asupan nutrisi terpenuhi
4. Tidak terjadi infeksi local atau sistemik
5. Melaporkan nyeri berkurang dan menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks