Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

GENETIKA

“Tautan, Crossing Over, dan Pemetaan pada Eukariotik”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK VII

Andriani (2016310309)

Salfiana Ilyas (2016310327)

Nurul Mufliha (2016310338)

Dian Mutmainnah (2016310341)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH BULUKUMBA

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Genetika yang berjudul “Tautan, Crossing Over, dan Pemetaan pada
Eukariotik”.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammaad SAW, yang dimana telah membawa kita semua dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti saat ini.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
yang membacanya dan dapat sedikit mewujudkan pengetahuan di dalam lembaran
ini.

Bulukumba, 7 Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Pengertian Tautan/Pautan (Lingkage) ................................................. 3


B. Jenis-Jenis Tautan ............................................................................... 5
C. Pengertian Pindah Silang .................................................................... 7
D. Macam-Macam Pindah Silang ............................................................ 8
E. Faktor-Faktor Terjadinya Pindah Silang ............................................. 10
F. Pemetaan Kromosom pada Eukariotik ................................................ 11
G. Pembuatan Peta Kromosom Autosom ................................................ 12
H. Pembuatan Peta Kromosom Kelamin – X ......................................... 15

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 18

A. Kesimpulan ......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Genetika (ilmu keturunan) tergolong dalam ilmu hayat yang
mempelajari turun temurunnya sifat-sifat induk atau orang tua kepada
keturunannya. Kemudian William Bateson dan Reginald Punnett, untuk
pertama kali melaporkan adanya penyimpangan data F2 terhadap Hukum
Perpaduan Bebas Mendel (Hk.Mendel II).
Penyimpangan hukum Mandel selain terjadi melalui peristiwa
interaksi antar alel dan genetik, juga dapat terjadi karena adanya tautan
dan pindah silang. Hal ini dikarenakan organisme memiliki jumlah gen
lebih banyak daripada jumlah kromosom. Misalnya manusia diperkirakan
memiliki 40.000 gen, namun hanya memiliki 22 autosom yang berbeda
dan kromosom X serta Y. Oleh karenanya terdapat banyak gen dalam tiap
kromosom.
Penyimpangan ini terjadi karena lokus-lokus terletak pada
kromosom yang sama atau disebut berada pada grup pautan (linkage
group) yang sama. Tautan atau pautan (linkage) adalah beberapa gen yang
terletak dalam kromosom yang sama, saling berkait atau berikatan, saat
proses pembentukkan gamet, disebabkan gen-gen tersebut terletak dalam
kromosom yang sama.
Pautan genetik dapat dipatahkan oleh peristiwa pindah silang, yang
terjadi pada tahap profase I dalam meiosis. Semakin dekat posisi dua
lokus, semakin rendah frekuensi pindah silangnya. Peristiwa pindah silang
menjamin terjaganya variasi maksimum pada keturunan yang sebesar-
besarnya. Usaha menentukan posisi gen atau lokus dalam kromosom
disebut pemetaan gen atau pemetaan kromosom.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada kami merumuskan beberapa rumusan
masalah diantaranya:
1. Jelaskan pengertian tautan/pautan (Lingkage)?
2. Sebutkan jenis-jenis tautan?
3. Jelaskan pengertian pindah silang?
4. Sebutkan macam-macam pindah silang?
5. Jelaskan faktor-faktor terjadinya pindah silang?
6. Jelaskan pemetaan kromosom pada eukariotik?
7. Jelaskan pembuatan peta kromosom autosom?
8. Jelaskan pembuatan peta kromosom kelamin – X?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada terdapat beberapa tujuan
diantaranya:
1. Untuk mengetahui pengertian tautan/pautan (Lingkage).
2. Untuk mengetahui jenis-jenis tautan.
3. Untuk mengetahui pengertian pindah silang.
4. Untuk mengetahui macam-macam pindah silang.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor terjadinya pindah silang.
6. Untuk mengetahui pemetaan kromosom pada eukariotik.
7. Untuk mengetahui pembuatan peta kromosom autosom.
8. Untuk mengetahui pembuatan peta kromosom kelamin – X.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tautan atau Pautan (Linkage)


Pautan genetik (genetic linkage dalam bahasa Inggris) dalam
genetika adalah kecenderungan alel-alel pada dua atau lebih lokus pada
satu berkas kromosom yang sama (kromatid) untuk bersegregasi bersama-
sama. Pada meiosis, dua berkas kromatid homolog (sister chromatids)
akan berpisah sewaktu anafase I. Alel-alel yang terletak pada berkas
kromatid yang sama akan sama-sama bersegregasi. Segregasi bersama-
sama ini terjadi karena adanya pautan genetik pada alel-alel tersebut.
Tautan atau pautan (linkage) adalah beberapa gen yang terletak
dalam kromosom yang sama, saling berkait atau berikatan, saat proses
pembentukkan gamet, disebabkan gen-gen tersebut terletak dalam
kromosom yang sama. Terjadinya pautan (gen linkage) antargen ini
ternyata disebabkan oleh letak gen-gen tersebut masih berada dalam
kromosom yang sama. Oleh sebab itu, ketika kromosom memisah sewaktu
meiosis dan membentuk gamet, kedua gen tetap bersama. (Suryo, 1994)
Tautan terjadi apabila lokus atau alel tertentu dari dua atau lebih
gen diwariskan secara bersama-sama. Hal ini terjadi karena gen-gen
tersebut terletak pada kromosom yang sama. Gen atau lokus yang terletak
pada kromosom yang sama secara fisik saling berhubungan dan cenderung
untuk bersegregasi bersama-sama pada saat meiosis. Sementara gen-gen
yang terletak pada kromosom yang berbeda akan berpisah secara bebas
mengikuti hukum Perpaduan Bebas Mendel. Hukum Perpaduan Bebas
Mendel terjadi karena semua pasangan kromosom homolog saat meiosis
akan berpisah secara bebas ke dua kutub yang berbeda. Jadi bila gen-gen
terletak pada kromosom yang berbeda maka gen-gen tersebut akan
mengikuti kebebasan hukum tersebut.

3
Salah satu contoh pautan terjadi pada penelitian oleh illiam
Bateson dan R.C. Punnet sekitar 1905. Mereka mengembangkan tanaman
ercis galur murni yang mengandung gen P untuk warna bunga ungu yang
dominan terhadap gen P untuk warna bunga merah. Tanaman tersebut juga
mengandung gen L untuk polen lonjong yang dominan terhadap gen l
untuk polen bulat. (Campbell NA, dkk, 2004)
Pertama, mereka menyilangkan tanaman dengan alel homozigot.
Hasilnya, semua generasi F1 menghasilkan tanaman bunga ungu dengan
polen lonjong (PpLl) seperti yang telah diduga sebelumnya. Ketika sesama
F1 disilangkan, perbandingan fenotipe yang tidak biasa dihasilkan.
Perhatikan diagram berikut :

4
Berdasarkan persilangan tersebut, terlihat bahwa terdapat pautan antara
gen P dengan L dan p dengan l. Oleh karena itu, meskipun genotipe F1
adalah PpLl, gamet yang dihasilkan tetap bergenotipe PL dan pl. Hal ini
menghasilkan generasi F2 dengan perbandingan 3:1 (bunga ungu, polen
lonjong : bunga merah, polen bulat).

B. Jenis-Jenis Pautan
1. Pautan sempurna
Gen-gen yang terangkai letaknya amat berdekatan, maka selama
meiosis gen-gen itu tidak mengalami perubahan letak. Sehingga, gen-
gen tersebut bersama- sama menuju gamet.
2. Pautan tidak sempurna
Gen-gen yang terangkai pada satu kromosom letaknya tidak
berdekatan satu sama lainnya. Sehingga, gen-gen itu dapat mengalami
perubahan letak yang disebabkan karena adanya perubahan segmen
dari kromatid-kromatid pada sepasang kromosom homolognya

Dalam tautan dikenal dua susunan gen yang menunjukkan lokasi alel
pada kromosom, yaitu :
1. Coupling (cis)
Gen-gen dominan terangkai pada satu kromosom, sedangkan
gen-gen resesif terangkai pada kromosom homolognya.
2. Repulsion (trans)
Gen dominan terangkai dengan gen resesif yang bukan alelnya
pada satu kromosom, sedangkan gen resesif dari sel pertama dan
gen dominan dari sel kedua terangkai pada kromosom
homolognya.

Contoh Tautan

5
1. Gen-gen pada kromosom-kromosom yang berbeda
berpasangan secara bebas saat meiosis, sehingga rasio hasil uji
silangnya adalah 1 : 1 : 1 : 1

Parental: AaBb x aabb

Gamet: AB Ab Ab ab ab

F1 : ¼ AaBb : ¼ Aabb : ¼ aaBb: ¼ aabb

2. Gen-gen yang bertautan tidak langsung secara bebas, tapi


cenderung tetap bersama dalam kombinasi yang sama seperti
pada induknya. Gen-gen di sebelah kiri garis miring (/) terletak
pada kromosom yang sama, sedangkan yang di sebelah kanan
terletak di kromosom homolognya. Gen-gen yang bertautan
amat erat tidak bisa berekombinasi saat pembentukan gamet.

Paental: Aa/ab x ab/ab

Gamet: AB ab ab

F1: ½ AB/ab: ½ ab/ab

Penyimpangan yang besar dari 1: 1 : 1 : 1 pada progeni hasil uji


silang dihibrid bisa digunakan sebagai bukti bagi adanya tautan.
Akan tetapi, gen-gen yang bertautan tak selalu bersama-sama,
sebab kromatid-kromatid homolog nonsaudari bisa saling bertukar
segmen-segmen yang panjangnya berbeda-beda saat profase
meiosis. Jadi, kromosom-kromosom homolog berpasangan satu
sama lain dalam sebuah proses yang disebut ‘’sinapsis’’ dan bahwa
titik-titik pertukaran genetik, disebut ‘’kiasmata’’ (tunggal:
kiasma), menghasilkan gamet-gamet rekombinan melalui pindah
silang.

6
C. Pengertian Pindah Silang (Crossing over)
Gen-gen mengalami tautan pada satu kromosom tidak selalu
bersama-sama pada saat pembentukan gamet melalui pembelahan meiosis.
Gen-gen yang bertaut tersebut dapat mengalami pindah silang. Jadi,
pindah silang (Crossing over) adalah peristiwa pertukaran gen-gen suatu
kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya. Peristiwa pindah silang
diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid sewaktu profase dalam
pembelahan meiosis. Pada saat pembelahan meiosis, masing-masing
kromosom mengalami duplikasi dan membentuk kromosom-kromosom
homolog.
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis
pada kebanyakan makhluk, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia. Pindah silang terjadi ketika meiosis I (akhir profase I atau
permulaan metafase I), yaitu pada saat kromosom telah mengganda
menjadi dua kromotid.
Pada waktu kromosom-kromosom hendak memisah (yaitu pada
anafase I), kromatid-kromatid yang bersilang itu melekat dan putus di
bagian kiasma, kemudian tiap potongan itu melekat pada kromatid
sebelahnya secara timbal balik. Berhubung dengan itu gen-gen yang
terletak pada bagian yang pindah itu akan berpindah pula tempatnya ke
kromatid sebelah.

(Contoh gambar proses Pindah Silang)

7
( Gambar Peristiwa pindah silang)

D. Macam-macam Pindah Silang


1. Pindah silang tunggal, ialah pindah silang yang terjadi pada satu
tempat.
Dengan terjadinya pindah silang itu akan terbentuk 4 macam
gamet. Dua macam gamet memiliki gen-gen yang sama dengan gen-
gen yang dimiliki induk (parental), maka dinamakan gamet-gamet tipe
parental. Dua gamet lainnya merupakan gamet-gamet baru, yang
terjadi sebagai akibat adanya pindah silang. Gamet-gamet ini
dinamakan gamet-gamet tipe rekombinasi. Gamet-gamet tipe parental
dibentuk jauh lebih banyak dibandingkan dengan gamet-gamet tipe
rekombinasi.

8
Gambar Pindah Silang Tunggal

Sumber: https://slideplayer.info/slide/12211689/. (Diakses pada tanggal 10


Oktober 2018)

2. Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada dua tempat.
Jika pindah silang ganda (bahasa inggris "Double Crossing Over")
berlangsung diantar dua buah genyang terangkai, maka terjadinya
pindah pindah silang ganda itu tidak akan nampak dalam fenotip,
sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe parental saja atau
dari tipe rekombinasi saja atau dari tipe parental dan tipe rekombinasi
akibat pindah silang tunggal. Akan tetapi andai kata diantara gen A
dan B masih ada gen ke tiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah
silang ganda antara gen A dan B akan nampak.

Gambar Pindah SilangGanda


Sumber:https://www.academia.edu/28356184/TUGAS_GENETIKA.docx.
(Diakses pada tanggal 10 Oktober 2018)

9
E. Faktor Terjadinya Pindah Silang
Kemungkinan terjadinya pindah silang ternyata di pengaruhi oleh
beberapa faktor seperti:
1. Temperatur.
Temperatur yang melebihi atau kurang dari temperatur biasa dapat
memperbesar kemungkinan terjadinya pindah silang.
2. Umur. Makin tua suatu individu, makin tua mengalami pindah silang.
3. Zat kimia tertentu dapat memperbesar kemungkinan pindah silang.
4. Penyinaran dengan sinar-X dapat memperbesar kemungkinan pindah
silang.
5. Jarak antara gen-gen yang terangkai. Makin jauh letak satu gen dengan
gen lainnya, makin besar kemungkinan terjadinya pindah silang.
6. Jenis kelamin. Pada umumnya pindah silang dijumpai pada makhluk
betina dan jantan. Namun demikian ada perkecualian, yaitu pada ulat
sutera (Bombix mori) yang betina tidak pernah terjadi pindah silang,
demikian pula pada lalat Drosophila yang jantan. Yang terakhir ini di
buktikan oleh T.H. Morgan dan C. B. Bridges sebagai berikut:

+ = gen dominan untuk mata merah (normal)

p = gen resesip untuk mata ungu (jenis mutan)

+ = gen dominan untuk sayap panjang (normal)

v = gen resesip untuk sayap kisut ( jenis mutan)

Gen-gen tersebut terangkai pada autosom. Simbol + merupakan pengganti


dari huruf besar.

Nilai (persentase) pindah silang

Nilai pindah silang (nps) ialah angka yang menunjukkan besarnya


persentase kombinasi baru yang dihasilkan akibat terjadinya pindah silang.

10
( jumlah tipe rekombinasi)
Nps = X 100 %
(jumlah seluruh individu)

F. Pemetaan Kromosom Eukariot


Peta kromosom adalah gambar skema sebuah kromosom yang
dinyatakan sebagai sebuah garis lurus dimana diperlihatkan lokus setiap
genyang terletak pada kromosom itu. Jarak antara satu gen dengan gen
lainnya yang berangkai pada sebuah kromosom dinyatakan dengan Unit
Peta dan 1 Unit Peta (map unit) = 1% Pindah Silang. Selain dinyatakan
dengan Unit Peta (Map Unit), maka jarak antara gen-gen yang berangkai
dinyatakan pula dengan Unit Morgan untuk mengenang Morgan yang
menemukan adanya gen-gen yang berangkai. Satu Unit Morgan
menggambarkan 100% pindah silang, maka 1% pindah silang = 1
centimorgan (1cM) = 1 Unit Peta (Map Unit). Sentromer dari kromosom
biasanya dianggap sebagai pangkal, maka diberi tanda 0 (angka 0). Pada
lokus setiap gen dibubuhkan angka yang menunjukkan jarak antara gen itu
dengan sentromer atau jarak antara satu gen dengan gen yang lain.
Misalnya pada lokus gen p tertulis angka 6,2. Ini berarti bahwa
jarak antara sentromer ke gen p ialah 6,2 unit. Pada lokus gen q tertulis
angka 10, berarti jarak antara sentromer dengan gen q ialah 10 unit.
Dengan sendirinya dapat diketahui jarak antara gen p dan q ialah 10 – 6,2
= 3,8 unit.
6,2 10
0 p q
  

Jarak antara gen satu dengan gen lainnya yang berangkai disebut
Jarak Peta. Adapun peta kromosom tanpa menunjukkan letak sentromer
disebut Peta Relatif. Untuk membuat peta kromosom harus menggunakan

11
individu trihibrid yang berangkai yang di uji silang. Umumnya pembuatan
peta kromosom banyak dilakukan pada organisme-organisme yang cepat
menghasilkan keturunan, mudah dipelihara, dan memiliki jumlah
kromsom sedikit, misalnya pada lalat Drosophila melanogaster.

G. Pembuatan Peta Kromosom Autosom


Contoh pembuatan peta kromosom pada lalat Drosophila betina
homozigot untun gen-ge resesip cu (sayap berlekuk), sr (tubuh bergaris)
dan e (tubuh hitam) dengan lalat jantan tipe liar (normal) homozigot, yaitu
Cu (sayap lurus), Sr (tubuh tak bergaris) dan E (tubuh kelabu).

Persilangannya adalah sebagai berikut :

cu sr e Cu Sr E
P: ♀ X ♂
cu sr e Cu Sr E

sayap berlekuk, sayap lurus,

tubuh bergaris, tubuh tidak bergaris,

tubuh hitam tubuh kelabu

Cu Sr E
F1:
cu sr e

sayap lurus, tubuh tak bergaris, tubuh kelabu

F1 diujisilang

cu Sr E cu sr e
P2 ♀ X ♂
cu sr e cu sr e

sayap lurus, tubuh tak bergaris sayap lurus, tubuh tak bergaris

tubuh kelabu tubuh kelabu

12
menghasilkan keturunan sebagai berikut :

Cu Sr E
1. sayap lurus, tak bergaris, tubuh kelabu = 786 lalat
Cu sr e
cu sr e
2. sayap berkeluk, tak bergaris, hitam = 753 lalat
cu sr e
Cu sr e
3. sayap lurus, bergaris, hitam = 107 lalat
cu sr e
cu Sr E
4. sayap berkeluk, tak bergaris, kelabu = 97 lalat
u sr ec
Cu Sr e
5. sayap lurus, tak beragris, hitam = 86 lalat
cu sr e
cu sr E
6. sayap berkeluk, bergaris, kelabu = 94 lalat
cu sr e
Cu sr E
7. sayap lurus, bergaris, kelabu = 1 lalat
cu sr e
cu Sr e
8. sayap berkeluk, tak bergaris, hitam = 2 lalat
cu sr e
Jumlah : 1926 lalat

Langkah - langkah yang dilakukan untuk pembuatan peta kromosom adalah


sebagai berikut :

1. Hasil uji silang dinyatakan gen-gennya dan diurutkan mana saja yang
berasal dari gamet tipe parental dan gamet tipe rekombinasi baik hasil
pindah silang tunggal maupun ganda.

1. Cu Sr E 786 Tipe parental (PAR)


2. cu sr e 753
3. Cu sr e 107 Tipe rekombinasi - pindah
4. cu Sr E 97 silang tunggal
5. Cu Sr e 86
6. cu sr E 94 Tipe rekombinasi – pindah
7. Cu sr E 1 silang ganda (PSG)
8 cu Sr e 2
Jumlah = 1926

13
2. Mencari urutan letak gen yang sebenarnya dari parental (P2), maka letak
gen-gen tipe PAR dengan PSG ditulis dan selanjutnya diperhatikan dengan
seksama apakah sudah letak gen pada tipe PAR sudah benar.

Tipe PAR Tipe PSG

Cu Sr E Cu sr E
Cu sr e cu Sr e
Dari hasil di atas memperlihatkan bahwa letah gen-gen pada tipe PAR
sudah benar
3. Menghitung jarak antara gen-gen tersebut, yaitu dengan menghitung
prosentase pindah silang anatara gen-gen tersebut berdasarkan tipe PAR
yang benar. Caranya sebagai berikut :
Jarak antara gen cu – sr
(Cu sr e)+ (cu Sr E)+ (Cu sr E)+ (cu Sr e)
= x 100 %
1926
107+97+1+2
= x 100 %
1926
207
= x 100 %
1926

= 10,75 %

Jarak antara gen sr – e

(Cu Sr e) + (cu sr E) + (Cu sr E) + (cu Sr e)


= x 100 %
1926

86+94+1+2
= x 100 %
1926

= 9,50 %

14
4. Menggambar peta kromosom dalam bentuk garis linear sebagai berikut :

cu 10,75 sr 9,50 e

●———————————●————————●

5. Menentukan nilai Koefisien Koinsidens (KK) dan Interferensi (I)

Koefisien koinsidens merupakan perbandingan antara frekuensi


pindah silang ganda yang diperoleh terhadap frekunsi pindah silang ganda
atas dasar kalkulasi (yang diharapkan) yaitu :

banyaknya pindah silang ganda yang sesungguhnya


KK=
banyaknya pindah silang ganda yang diharapkan

Koefisien interferensi (KI) = 1- KK

Jadi apabila terdapat interferensi lengkap, tidak akan menghasilkan


pindah silang ganda, dan konsidens dengan nol. Sebaliknya, apabila tidak
terjadi interferensi, maka KK = 1.

Pada contoh di atas, maka nilai KK dan I sebagai berikut :

1+2
- Pindah silang ganda yang sesungguhnya = = 0,0016
1926
- Pindah silang ganda yang diharapkan = 0,1075 x 0,095 = 0,0102
0,0016
KK = = 0,16
0,0102

KI = 1- 0,16 = 0,84

H. Pembuatan Peta Kromosom Kelamin-X


Pada prinsipnya pembuatan peta kromosom-X sama dengan
pembuatan peta kromosom autosom, namun yang perlu diperhatikan
bahwa karena pada pewarisan kromosom kelamin selain melihat fenotip
juga melihat jenis kelamin, maka individu betina trihibrid disilangkan
dengan individu jantan normal dan keturunan yang dihasilkan semua
individu betina akan normal, namun pada individu - individu yang jantan

15
akan mempunyai fenotip yang bermacam-macam. Oleh karena itu dalam
pembuatan peta kromosom kelamin-x difokuskan pada pengamatan
individu-individu jantan. Contohnya adalah sebagai berikut :
Pada lalat Drosophila melanogaster terdapat gen-gen yang
berangkai pada kromosom kelamin, yaitu :

W = gen yang menentukan mata merah (normal)

w = gen yang menentukan mata putih

Y = gen yang menentukan tubuh kelabu (normal)

y = gen yang menentukan tubuh kuning

F = gen yang menentukan bulu tak bercabang (normal)

f = gen yang menentukan bulu bercabang

WYF wyf
P1 ♀ X ♂
WYF wyf

WYF
F1
wyf

(Mata merah, tubuh kelabu, bulu tak bercabang)

Pada waktu lalat trihibrid betina dikawinkan dengan lalat jantan


normal dihasilkan keturunan misalnya sebagai berikut:

♀♀ : 310 mata merah, tubuh kelabu, bulu tak bercabang (normal) (W Y F)

♂♂ : 2 mata putih, tubuh kelabu, bulu tak bercabang (w Y F)

9 mata merah, tubuh kelabu, bulu bercabang ( W Y f)

87 mata putih, tubuh kuning, bulu bercabang ( w y f)

50 mata putih, tubuh kelabu, bulu bercabang (w Y f)

46 mata merah, tubuh kuning, bulu tak bercabang (W y F)

16
4 mata putih, tubuh kuning, bulu tak bercabang (w y F)

98 mata merah, tubuh kelabu, bulu tak bercabang ( W Y F)

4 mata merah, tubuh kuning, bulu bercabang (W y f)

Jumlah: 300

Tipe parental Tipe rekombinasi PSG

wyf wYF

WYF Wyf

Dari data di atas tampak bahwa ada ketidaksesuaian letak gen w


antara tipe PAR dengan tipe PSG. Gen w tersebut seharusnya letaknya
ditengah jadi urutan gennya adalah y w f atau f w y.

(y W F)+ (Y w f)+ (y W f)+ (Y w F)


Jarak y – w = x 100%
300

46 + 50 +4 + 2
= x 100%
300

103
= = 0,34 = 34 %
300

(y w F)+ (Y W f)+ (y W f)+ (Y w F)


Jarak w – f = x 100 %
300

4 + 9 + 4 +2
= x 100%
300

= 6,33 %

Gambar peta kromosom relatip ialah sebagai berikut:

Y 34 W 6,33 F

   kromosom - x

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tautan atau pautan (linkage) adalah beberapa gen yang terletak dalam
kromosom yang sama, saling berkait atau berikatan, saat proses
pembentukkan gamet, disebabkan gen-gen tersebut terletak dalam
kromosom yang sama. Pindah silang (Crossing over) adalah peristiwa
pertukaran gen-gen suatu kromatid dengan gen-gen kromatid homolognya.
Peristiwa pindah silang diikuti oleh patah dan melekatnya kromatid
sewaktu profase dalam pembelahan meiosis. Peta kromosom adalah
gambar skema sebuah kromosom yang dinyatakan sebagai sebuah garis
lurus dimana diperlihatkan lokus setiap genyang terletak pada kromosom
itu.
B. Saran
Kritik dan saran yang membangun diperlukan untuk kesempurnaan
tugas-tugas selanjutnya sehingga membangun motivasi dan minat bagi
para pembacanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Elrod, Susan. 2006. Genetika Edisi Keempat. PT. Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Elvira. 2018. Linkage dan Pemetaan Kromosom Pada Eukariota, Pemetaan


Kromosom Pada Bakteri dan Bakteriofage.
https://www.scribd.com/document/374774652/MAKALAH-LINKAGE-
PEMETAAN-KROMOSOM-IIN-docx. (Diakses pada tanggal 7 Oktober
2018).

Kristiana, Puji. 2014. Pautan dan Pindah Silang.


https://www.academia.edu/7422705/PAPER_GENETIKA_FIX. (Diakses
pada tanggal 7 Oktober 2018).

Suryo. 2012. Genetika untuk Strata 1. Gajah Mada University Press.


Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai