ABSTRAK
Produktivitas tanah ditentukan oleh karakteristik tanah, yang terdiri dari sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Keterkaitan di antara ketiga sifat tersebut dapat diwakili oleh satu indikator yaitu kandungan
karbon dalam tanah.Salah satu dampak dari pemenuhan kebutuhan bahan organik tanah adalah
terpenuhinya kebutuhan unsur hara, terutama hara utama yang menjadi pembatas pada pertanaman padi
sawah. Dalam hal ini unsur hara P menjadi faktor pembatas, karena seringkali berada dalam jumlah
berlimpah namun dalam bentuk yang tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Percobaan dilakukan
dengan tujuan mempelajari dampak aplikasi bahan organik kompos jerami yang diintegrasikan dengan
Biochar, terhadap ketersediaan hara P pada tanah sawah. Interaksi kompos jerami+Biochar dengan
inokulan BPF dan sumber-sumber P menjadi rancangan perlakuan yang diujikan dalam percobaan. Disain
percobaan menerapkan rancangan acak kelompok dengan pola faktorial, menetapkan dosis aplikasi
kompos jerami+Biochar sebagai taraf pertama yang terdiri dari 5 taraf level : 0; 1; 2; 3; 4 t ha-1. Faktor
kedua adalah sumber P, yang terdiri dari 5 taraf level : tanpa fosfat (p0); 100 kg ha-1 pupuk SP-36 (p1);
fosfat alam pada dosis 163 kg ha-1 (p2); inokulan BPF pada dosis 2 kg ha-1 (p3); dan fosfat alam
berinokulan BPF (p4). Percobaan dilaksanakan di rumah kaca kebun percobaan PAIR – BATAN, Jakarta,
pada bulan Maret 2014. Dinamika P akibat perlakuan yang diujikan, digambarkan dari hasil penelusuran
menggunakan radioisotop 32P aktivitas 30 mCi melalui serapan P pada tanaman padi varietas Sidenuk.
Hasil percobaan menunjukkan perlakuan yang diberikan menyebabkan perbedaan signifikan pada respons
kandungan C-organik tanah, jumlah populasi BPF, cacahan 32P tanaman dan serapan P dari berbagai
sumber di dalam tanaman padi.
Kata kunci : Biochar,BPF, fosfat alam, isotop32P, kompos jerami
ABSTRACT
Soil productivity is determined by soil characteristics itself, which consist of physical, chemical
and biological character.The linkage between these three properties can be represented by a single
indicator, namely the carbon content in the soil. One of the effects of soil organic matter fulfillment is the
availability of soil nutrients, especially to the nutrient that limits the lowland rice production. In this case,
P (phospohorus) nutrient become a limiting factor because their numbers are often in abundance but in a
form that can not be used by plants.Experiments were carried out with the aim of studying the impact of
straw compost application that integrates with Biochar, to the availability of P in lowland soil. The
interaction of straw compost+Biochar with PSB inoculant and P sources, become the treatment that being
tested in the experiment. Randomized Block Design with factorial pattern is applied as design experiment.
Asthe first factor is the application dose of straw compost+Biochar, consistsof 5 levels of treatment : 0; 1;
2; 3; 4 t ha-1. Second factor is several sources of P, consist of 5 levels of treatment : without P sources (p0);
100 kg ha-1 SP-36 fertilizer (p1); rock phosphate at the dose of 163 kg ha-1 (p2); PSB inoculant at the
inoculation dose of 2 kg ha-1 (p3); and rock phosphate inoculated with PSB (p4). The experiment done in
the green house of PAIR-BATAN experimental station, Jakarta, on March-July 2014. Phosphorus
dynamic as a result of the tested treatments, determined by using radioisotope 32P technology at the
acitivity of 30 mCiand described clearly on the plant P uptake data of Sidenuk rice plant variety. The
experiment result showed that the treatments applied is causing significantly different respons on the soil
C-organic, the number of PSB populations, 32P plant counting and plant P uptake derived from several P
sources in the plant.
Keywords : Biochar,isotope32P, PSB, rock phosphate, straw compost
133
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
134
Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos Jerami-Biochar dan
Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah
(Ania Citraresmini, dkk.) ISSN 1907-0322
Pemanfaatan sumber hara P yang bersifat dan Biochar pada dosis 1-5 t ha-1 di dalam tanah,
lepas lambat, dapat menjadi alternatif solusi bagi secara signifikan dapat meningkatkan serapan
peningkatan efisiensi penggunaan P. Batuan fosfat nitrogen, fosfat, dan efisien pemupukan di lahan
memiliki potensi untuk dimanfaatkan secara sawah.
langsung sebagai sumber P alami, yang bersifat Berbagai penelitian telah dapat
lepas lambat. Tingkat kelarutan P yang rendah menunjukkan efektivitas bahan organik terhadap
dapat diatasi dengan penginokulasian bakteri peningkatan pelarutan fosfat, namun belum
pelarut fosfat (BPF), yang selain memudahkan banyak penjelasan kontribusi kuantitatif perlakuan
pelarutan P juga meningkatkan serapan hara P terhadap dinamika P di dalam tanah yang dirunut
oleh tanaman sehingga pemupukan menjadi lebih melalui serapan P di dalam tanaman. Penelitian ini
efisien. Bakteri Pseudomonas sp dan Bacillus sp bertujuan untuk mengetahui dinamika P di dalam
adalah jenis BPF yang sangat penting dan telah tanah sebagai dampak aplikasi kompos
banyak dimanfaatkan sebagai pupuk hayati [15]. jerami+Biochar dengan Bakteri Pelarut Fosfat
Hasil penelitian Widiawati dan Suliasih [16] (BPF) yang diinokulasikan pada fosfat alam.
menunjukkan bahwa Pseudomonas sp dan Melalui penelitian ini dapat dibuktikan adanya
Bacillus sp memiliki kemampuan yang baik dalam perbaikan sifat kimia tanah sawah, yaitu
melarutkan fosfat. Bakteri ini berperan dalam peningkatan kandungan karbon yang mampu
proses transfer energi, penyusunan protein, menstimulasi kekuatan biologi dalam tanah.
koenzim, asam nukleat dan senyawa metabolik Peningkatan kandungan karbon dan jumlah pori
lainnya yang dapat meningkatkan aktivitas mikro dapat meningkatkan aktivitas pelarutan P
penyerapan P pada tanaman yang tumbuh pada dan mempertahankan keberadaan BPF, sehingga
lingkungan dengan P rendah. Efektivitas inokulan secara hipotesis pemberian kompos jerami-
BPF dalam proses mineralisasi P organik Biochar akan meningkatkan ketersediaan P di
dipengaruhi oleh produksi enzim oleh BPF itu dalam tanah. Teknik radioisotop 32P diterapkan
sendiri, terdiri dari enzim fosfatase, fitase dan dalam penelitian, untuk mendapatkan informasi
nuklease. kontribusi sumber P terhadap serapan P yang
Serapan P tanaman bergantung kepada dilakukan oleh tanaman. Dengan mengetahui asal
potensi fisiologis tanaman dan ketersediaan P keberadaan P di dalam tubuh tanaman, maka dapat
dalam tanah, yang disebabkan oleh proses fisika, ditentukan inokulan BPF dan sumber P yang
kimia dan biologi di dalam tanah. RONDON dkk. memberikan kontribusi paling besar bagi tanaman
[17] mengemukakan bahwa kompos jerami dan dengan efisiensi penggunaan yang lebih tinggi
Biochar dapat meningkatkan aktivitas, kepadatan dibandingkan dengan sumber P lainnya.
dan keberagaman mikroba tanah, seperti misalnya
Bakteri Penambat Nitrogen (BPN) dan Bakteri
Pelarut Fosfat (BPF). Pori-pori mikro yang BAHAN DAN METODE
dimiliki Biochar, berukuran sekitar 1-2 µm dapat
menjadi habitat kolonisasi bakteri dan juga Percobaan dilaksanakan di rumah kaca
berfungsi sebagai penyedia air dan nutrisi kebun percobaan PAIR-BATAN, Jakarta, pada
sehingga menjadi lingkungan tumbuh yang sesuai bulan Maret 2014. Bahan yang digunakan dalam
untuk mikroorganisme [18]. Selain itu dengan percobaan ini adalah : (1) benih padi varietas
adanya pengaplikasian Biochar maka terjadi Sidenuk; (2) Tanah sawah ordo Inceptisols daerah
peningkatan luas permukaan tanah yang Ciparay; (3) kompos jerami; (4) Biochar sekam
mempengaruhi daya konduktifitas tegangan padi; (5) pupuk SP-36, fosfat alam Blora (22%
hidrolik air dan unsur hara, sehingga serapan P2O5), konsorsium inokulan BPF (Bacillus sp +
aliran nutrisi lebih cepat terangkut oleh jaringan Pseudomonas sp), urea dan KCl sebagai pupuk
xylem tanaman [19]. Dengan demikian maka dasar; (6) radioisotop 32P dalam pembawa
pemberian Biochar diharapkan dapat menekan KH232PO4 bebas pengemban, dengan aktivitas 30
kehilangan unsur hara akibat peristiwa volatilisasi, mCi; (7) pereaksi kimia untuk analisis kandungan
leaching, runoff dan pengikatan oleh senyawa C-organik (metode Walkley and Black),
lainnya, dan meningkatkan efisiensi penggunaan penentuan P-total, pencacahan 32P dalam sampel
pupuk oleh tanaman. Hasil penelitian TANAKA tanaman, dan serapan P tanaman (metode
dkk. [20] dan VAN ZWEITEIN dkk. [21] destruksi basah).
menunjukkan bahwa pemberian kompos jerami
135
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
Jerami padi dikomposkan dengan bantuan terlebih dahulu, lalu pada umur semai 10 hari
agen dekomposer yang diinkubasikan selama 14- dipindahtanamkan ke dalam pot percobaan.
30 hari. Dosis agen dekomposer 500 g dilarutkan Percobaan menerapkan disain rancangan
dalam 100 L air untuk mendapatkan suspensi acak kelompok (RAK) pola faktorial, terdiri dari
inokulan dekomposer. Sekam padi dijadikan dua faktor. Faktor pertama adalah dosis kompos
Biochar dengan cara pengarangan menggunakan jerami-Biochar, terdiri dari 5 taraf : 0, 1, 2, 3, 4 t
teknik pirolisis. Dilakukan pencampuran kompos ha-1. Faktor kedua adalah sumber P yang terdiri
jerami dengan Biochar pada perbandingan 60% dari5 taraf : tanpa pupuk P, pupuk SP-36 pada
kompos:40% biochar, berdasarkan hasil penelitian taraf rekomendasi (100 kg ha-1), fosfat alam (dosis
CITRARESMINI [2]. Tanah dalam pot percobaan setara 100 kg ha-1 SP-36), konsorsium inokulan
sebanyak 15 kg dilumpurkan (+ 3 minggu) untuk BPF, fosfat alam+konsorsium inokulan BPF.
mencapai keadaan seperti tanah sawah, lalu Dengan demikian terdapat 25 kombinasi
diinkubasi dengan kompos jerami + Biochar. perlakuan, yang masing-masing diulang sebanyak
Penginkubasian dilakukan 1 minggu sebelum 3 kali sehingga total pot percobaan adalah 75 pot.
tanam dengan dosis sesuai perlakuan. Pelabelan Kepadatan populasi BPF yang
tanah percobaan dengan isotop 32P dilakukan satu diinokulasikan pada bahan pembawa adalah 3,17 x
hari sebelum penanaman. Benih padi disemaikan 108 cfu g-1, dengan dosis inokulasi 2 kg ha-1,
Tabel 2. Respons kandungan C-organik tanah pada interaksi perlakuan dosis kompos jerami+Biochar dan
sumber-sumber hara P.
Dosis kompos jerami+Biochar (t ha-1)
Sumber hara P
0 (k0) 1 (k1) 2 (k2) 3 (k3) 4 (k4)
%C
1,20 a 1,22 a 1,28a 1,25 a 1,25 a
0 (p0)
A A B A A
1,35b 1,53 b 1,67 b 1,94b 1,93 b
100 kg ha-1 SP-36 (p1)
A B B C C
1,25 a 1,47 b 2,01 c 2,11 b 2,10 c
2 kg ha-1 inokulan BPF (p2)
A B C C C
1,25a 1,44 b 1,76cd 2,04 b 2,01 b
163 kg ha-1 FA (p3)
A A B C C
1,30 ab 1,92 c 2,10d 2,27 c 2,22d
163 kg ha-1FA + inokulan BPF (p4)
A B B C C
Keterangan : Angka yang ditandai huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf kecil dibaca
ke arah vertikal, huruf besar dibaca ke arah horisontal.
136
Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos Jerami-Biochar dan
Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah
(Ania Citraresmini, dkk.) ISSN 1907-0322
berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Dosis terjadi peningkatan ketersediaan P dalam tanah,
inokulasi ini dipilih berdasarkan teknik inokulasi yang tidak hanya bersumber dari P dalam tanah
yang diterapkan, yaitu seedling treatment atau saja. Adanya penginokulasian BPF semakin
teknik pencelupan akar benih tanaman [15]. mempermudah pelarutan P dari fosfat alam, dan
Parameter yang diamati dalam percobaan ini diduga juga berinteraksi dengan P tanah. Hasil
adalah : kandungan C-organik tanah; jumlah analisis tanah awal terhadap tanah percobaan
populasi BPF; cacahan 32P tanaman; dan serapan P inceptisols asal Ciparay pada percobaan
tanaman dari masing-masing sumber P. NOVIANI (2014) dalam CITRARESMINI [2],
diketahui bahwa kandungan P2O5 potensial tanah
tergolong pada kriteria sedang yakni 20,82 mg
HASIL DAN PEMBAHASAN 100 g-1. TANAKA dkk. [20] menyatakan bahwa
terdapat interaksi antara kandungan bahan organik
Kandungan C-organik tanah terhadap pelarutan P di dalam tanah. Kandungan
Kandungan C-organik tanah pada setiap P2O5 potensial menjadi bahan baku bagi aktivitas
perlakuan menunjukkan respons yang berbeda mikroorganisme dalam mengubahnya menjadi P
akibat interaksi perlakuan kompos jerami+Biochar tersedia. Proses dekomposisi bahan organik pada
dengan sumber-sumber hara P. kompos jerami menghasilkan asam-asam organik
Respons terbaik kandungan C-organik tanah yang membantu pelepasan P2O5 potensial tanah
(2,27%) akibat interaksi pemberian kompos dan menjadi sumber energi bagi mikroorganisme
jerami+Biochar dengan sumber hara P indigenous dan inokulan BPF. Fosfat yang terlarut
ditunjukkan oleh perlakuan 3 t ha-1 kompos tidak hanya dimanfaatkan oleh tanaman, namun
jerami+Biohar + 163 kg ha-1 FA+inokulan BPF juga oleh mikroorganisme dalam memenuhi
(p4k3). kebutuhan produksi enzimnya. Kondisi ini
Data pada Tabel 2 menunjukkan secara menjelaskan tingginya kandungan karbon tanah
umum penambahan dosis kompos jerami+Biochar pada saat terjadi interaksi dengan sumber P yang
meningkatkan kandungan karbon dalam tanah. diinokulasi oleh BPF (perlakuan p4k3). Secara
Hal ini disebabkan terjadinya penambahan karbon statistika, perlakuan p4k3 tidak berbeda dengan
stabil berasal dari Biochar yang bercampur dengan perlakuan p4k4. Hal ini bermakna pemberian
kompos jerami. Pemberian kompos bahan organik kompos jerami+Biochar sebanyak
jerami+Biochar pada dosis 2 t ha-1 secara statistik 3 t ha-1 mampu memberikan respons peningkatan
telah mampu meningkatkan kandungan karbon kandungan C-organik setara dengan pemberian
setara dengan pemberian pada dosis 3 dan 4 t ha-1, kompos jerami+Biochar sebanyak 4 t ha-1.
pada saat berinteraksi dengan inokulasi BPF dosis Kenaikan kandungan karbon tanah yang
2 kg ha-1 (perlakuanp2k2, p2k3, p2k4). Dalam hal ini terjadi hampir signifikan dengan peningkatan
diduga pemberian inokulan bakteri pelarut fosfat dosis aplikasi kompos jerami+Biochar, diduga
mampu meningkatan pelepasan P yang ada di disebabkan bentuk karbon stabil (recalcitrant)
dalam tanah sehingga menjadi sumber energi bagi pada Biochar. NAQVI dkk. [24] menyatakan
mikroba tanah dalam aktivitas metabolismenya bahwa bentuk karbon dalam Biochar adalah
dan meningkatkan kandungan karbon tanah. kelompok humus asam-asam organik dan phenol,
Kompos jerami yang diaplikasikan bersama yang merupakan salah satu senyawa aromatik dan
Biochar, menjadi sumber karbon potensial bagi merupakan bentuk karbon yang telah stabil.
mikroorganisme tanah dan berkontribusi terhadap Senyawa recalcitrant ini dapat mencegah proses
peningkatan kandungan karbon. RUSSEL dkk. kehilangan karbon disebabkan oleh pencucian dan
[22] dan DAS dkk. [23] menjelaskan bahwa dekomposisi mikrobial.
ketersediaan unsur hara dalam tanah menjadi
sumber energi bagi mikroorganisme untuk Jumlah populasi BPF
meningkatkan aktivitas perombakan bahan Peranan mikroorganisme dalam siklus
organik, yang berarti peningkatan kandungan ketersediaan unsur hara, menjadikan
karbon tanah. mikroorganisme ikut menjadi penentu dalam hal
Peningkatan kandungan karbon tanah kesuburan dan kesehatan tanah. Perubahan dalam
semakin baik pada saat terjadi interaksi pemberian kondisi tubuh tanah pun dapat dilihat dari
kompos jerami+Biochar dengan 163 kg ha-1 fosfat dinamika populasi dan aktivitas bakteri [25].
alam yang diinokulasi dengan BPF. Dalam hal ini Penambahan bahan organik ke dalam tanah
137
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
berperan dalam penyediaan sumber energi dan pemberian kompos jerami+Biochar meningkatkan
mikrohabitat bagi mikroorganisme tanah, karbon tanah (lihat Tabel 2) sehingga menjadi
sehingga dapat meningkatkan biomassa dan sumber energi bagi mikroorganisme tanah,
populasi mikroba dalam tanah. khususnya BPF, untuk mempertahankan dan
Pengaruh aplikasi kompos jerami+Biochar meningkatkan jumlah populasinya di dalam tanah.
pada percobaan ini difokuskan terhadap populasi Selain itu pemberian fosfat alam yang diinokulasi
bakteri pelarut fosfat, karena adanya aplikasi BPF oleh BPF menyebabkan pelepasan P ke dalam
pada tanah dan fosfat alam. Hasil analisis statistik tanah, dan P yang terlepas menjadi sumber nutrisi
menunjukkan bahwa interaksi kompos bagi populasi bakteri.
jerami+Biochar dengan sumber-sumber P Pemberian sumber hara P secara nyata
menyebabkan perbedaan respons jumlah populasi meningkatkan jumlah populasi BPF. Pada sumber
BPF (Tabel 3). P 100 kg ha-1pupuk SP-36 (p1) yang berinteraksi
Tabel 3. Respons jumlah populasi BPF pada interaksi perlakuan dosis kompos jerami+Biochar dan sumber-
sumber hara P.
Dosis kompos jerami+Biochar (t ha-1)
Sumber hara P
0 (k0) 1 (k1) 2 (k2) 3 (k3) 4 (k4)
108 cfu g-1
18,70 a 20,32 a 31,45a 32,25 a 35,18 a
0 (p0)
A A B B B
21,64a 22,14a 28,22a 35,82a 40,23 b
100 kg ha-1 SP-36 (p1)
A A AB B C
29,57b 31,89 b 52,17b 59,24b 44,19b
2 kg ha-1 inokulan BPF (p2)
A B C C D
30,33b 34,28b 41,92c 38,27a 43,55 b
163 kg ha-1 FA (p3)
A A B C B
41,19c 53,24c 52,73b 59,77b 55,98c
163 kg ha-1 FA + inokulan BPF (p4)
A B B C C
Keterangan : Angka yang ditandai huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf kecil dibaca
vertikal, huruf besar dibaca horizontal.
138
Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos Jerami-Biochar dan
Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah
(Ania Citraresmini, dkk.) ISSN 1907-0322
SP-36, yang mengalami kecenderungan nilai cacahan 32P di dalam tanaman, menunjukkan
peningkatan populasi BPF saat berinteraksi tanaman lebih banyak menyerap unsur hara P dari
dengan kompos jerami+Biochar pada berbagai dalam tanah. Hal ini disebabkan pelabelan
dosis aplikasinya. radioisotop 32P ditujukan pada tanah, sehingga
Peningkatan jumlah populasi BPF pada unsur P yang tertandai adalah unsur P indigenous
perlakuan p2 terlihat lebih besar dibandingkan tanah. Sebaliknya, apabila nilai cacahan 32P di
dengan perlakuan p3, disebabkan penambahan dalam tanaman rendah, mengindikasikan tanaman
populasi BPF pada p2 melalui inokulasi ke dalam tidak banyak menyerap unsur hara P dari dalam
tanah. Hal ini pula menjelaskan peningkatan tanah saja namun juga dari sumber P lainnya yang
jumlah koloni BPF yang lebih besar pada ada di dalam tanah. Kondisi ini dinamakan
interaksinya dengan kompos jerami+Biochar pada radioisotop 32P mengalami pengenceran oleh
perlakuan k2 , k3 dan k4.Kondisi ini unsur hara P dari sumber P lain yang ada di dalam
mengindikasikan adanya kompatibilitas inokulan tanah. ANNUNZIATTA dan LEGG [26]
BPF dengan kompos jerami+Biochar pada dosis 3 menyatakan bahwa penurunan nilai cacahan 32P
dan 4 t ha-1. Namun demikian pada dosis kompos terjadi karena adanya sumber P lain selain dari
jerami+Biochar 4 t ha-1 terlihat penurunan jumlah tanah, sehingga “mengencerkan” konsentrasi P di
koloni BPF pada perlakuan p2. Diduga hal ini dalam jaringan tanaman.
disebabkan tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi Interaksi perlakuan kompos jerami+Biochar
hara bagi mikroorganisme, karena sumber nutrisi dengan berbagai sumber P menyebabkan respons
P yang tersedia hanya berasal dari tanah. Selain itu nilai cacahan 32P dalam tanaman yang berbeda.
Tabel 4. Respons cacahan 32P dalam tanaman pada interaksi perlakuan dosis kompos jerami+Biochar dan
sumber-sumber hara P.
Dosis kompos jerami+Biochar (t ha-1)
Sumber hara P
0 (k0) 1 (k1) 2 (k2) 3 (k3) 4 (k4)
cpm
8233,6 a 7900,5 a 7321,9a 7855,7a 7238,9 a
0 (p0)
A A B A B
7732,1b 7412,5b 7228,4b 7255,1b 7302,3 b
100 kg ha-1 SP-36 (p1)
A B C C C
7630,6c 7344,2c 7419,2c 7378,9b 7455,3 b
2 kg ha-1 inokulan BPF (p2)
A B C B C
7643,2 bc 7319,8 c 7528,7 c 7354,4c 7494,2 b
163 kg ha-1 FA (p3)
A B B BC C
7412,9c 7325,4c 7057,3d 6959,4d 6785,7 c
163 kg ha-1 FA + inokulan BPF (p4)
A B C C D
Keterangan : Angka yang ditandai huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf kecil
dibaca vertikal, huruf besar dibaca horizontal.
keberadaan kompos jerami dalam dosis tinggi Data pada Tabel 4 menunjukkan adanya
membutuhkan proses dekomposisi terlebih dahulu penurunan nilai cacahan 32P pada seluruh
untuk dapat melepaskan nutrisi hara dan asam perlakuan, dibandingkan terhadap perlakuan p0k0
organik yang terkandung di dalamnya sebagai (tanpa kompos jerami+Biochar dan tanpa sumber
sumber energi bagi inokulan BPF. hara P). Dengan kata lain pada perlakuan p0k0
sumber P hanya berasal dari tanah, maka tingkat
Cacahan 32P dalam tanaman pengenceran terhadap isotop 32P sangat rendah.
Cacahan 32P di dalam tanaman menjadi Semakin beragam sumber P dan semakin tinggi
indikasi dinamika P di dalam tanah. Tingginya dosis kompos jerami+Biochar, secara umum
139
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
terjadi penurunan nilai cacahan 32P di dalam mikroorganisme pelarut fosfat lebih efektif dalam
tanaman. melepaskan P terjerap di dalam tanah sehingga
Pengenceran nilai cacahan 32P tidak hanya meningkatkan serapan P oleh tanaman. Pendapat
ditentukan oleh jumlah faktor pengencer, namun ini pula menjelaskan rendahnya nilai cacahan 32P
juga oleh konsentrasi faktor pengencer. Hal ini pada perlakuan 2 kg ha-1 inokulasi BPF (p2)
dapat dilihat pada perlakuan p2 (2 kg ha-1 inokulan dibandingkan dengan perlakuan p1 (100 kg ha-1
BPF) yang berinteraksi dengan perlakuan k3 SP-36) dan p3 (164 kg ha-1 FA).
(dosis kompos jerami+Biochar 3 t ha-1), nilai Nilai cacahan 32P ini menunjukkan bahwa
cacahan 32P lebih rendah dibandingkan p2 yang pelabelan tanah dengan menggunakan radioisotop
32
berinteraksi dengan perlakuan k4 (dosis kompos P mampu menggambarkan dinamika P di dalam
jerami+Biochar 4 t ha-1). Dalam hal ini diduga tanah. Volume larutan 32P yang diinkubasikan
ketersediaan unsur hara P, sebagai unsur hara adalah sebanyak 50 cc per pot, dengan teknik
yang ditelusuri dinamikanya, lebih rendah pada pencampuran yang homogen maka seluruh ion 31P
saat dosis kompos jerami+Biochar ditingkatkan dapat ditandai. Ion 32P berpasangan dengan ion 31P
dari 3 t ha-1 menjadi 4 t ha-1. Kondisi ini terjadi yang berada dalam bentuk tersedia, sehingga dapat
dapat disebabkan oleh jumlah inokulan BPF yang diserap tanaman dan dicacah dengan alat Liquid
menurun pada dosis bahan organik yang Scintillation Counter. Angka cacahan dinyatakan
meningkat (lihat Tabel 3), dengan demikian dalam cpm, kemudian menggunakan rumus
tingkat pelarutan P dari sumber P mengalami perhitungan dikonversi menjadi %32P. Nilai ini
penurunan. Pada keadaan ini tanaman sedikit kemudian digunakan untuk menghitung kontribusi
menyerap P dari sumber P yang ada, maka serapan setiap sumber P yang ada di dalam tanah, yang
32
P kembali meningkat karena rendahnya faktor mampu diserap oleh tanaman.
pengenceran terhadap 32P di dalam tanah.
Kemungkinan lainnya adalah dosis kompos Serapan P tanaman dari masing-masing
jerami+Biochar yang tinggi, menyebabkan sumber P
terjadinya retensi hara untuk dimanfaatkan dalam Perhitungan serapan P dari berbagai sumber
proses dekomposisi. Kandungan P potensial dalam fosfat dihasilkan dari konversi nilai cacahan 32P
tanah percobaan, yang tergolong pada kategori dalam sampel tanaman menjadi %32P, dan
rendah, tidak mencukupi untuk memenuhi kemudian secara proporsi difraksionisasikan
kebutuhan hara P tanaman dan kebutuhan hara menjadi %P berasal dari berbagai sumber P di
bagi proses dekomposisi. Hal ini menyebabkan dalam tanah. Secara prinsip %P-total tanaman
tanaman tidak banyak menyerap P yang tersedia, setara dengan pencapaian nilai 100%. Maka dalam
sehingga faktor pengenceran terhadap 32P menjadi fraksionisasi kontribusi P dari berbagai sumber
rendah. yang mencapai %P-total tanaman, diasumsikan
Nilai cacahan 32P terendah terlihat pada sebagai berikut : 100%P-total = %P-tanah + %P-
perlakuan p4 (163 kg ha-1 FA+inokulan BPF) yang 32 + %P-sumber P lainnya. Persentase masing-
berinteraksi dengan perlakuan k4 (dosis kompos masing kontribusi P kemudian dinyatakan dalam
jerami+Biochar 4 t ha-1). Dalam hal ini dapat µg atau mg P, melalui perkalian dengan berat
dikatakan bahwa perlakuan p4k4 menyebabkan kering tanaman, hasil perhitungan terlihat pada
tingginya faktor pengencerterhadap serapan 32P Tabel 5.
tanaman. Diduga penginokulasian BPF terhadap Data pada Tabel 5 menggambarkan
fosfat alam mampu meningkatkan pelarutan P di kemampuan radioisotop 32P menggambarkan
dalamnya. Inokulan BPF yang digunakan adalah secara kuantitatif kontribusi masing-masing
Bacillus sp dan Pseudomonas sp, yang dalam hal sumber hara P terhadap serapan P-total dalam
ini terlihat bersinergi untuk melarutkan fosfat. tanaman. Hasil pengujian statistik yang ditujukan
Seperti dikemukakan oleh Widawati dan Suliasih pada kontribusi P berasal dari tanah dan kontribusi
[16]bahwa Pseudomonas sp dan Bacillus sp P berasal dari sumber P, menunjukkan adanya
memiliki kemampuan yang baik dalam efek interaksi perlakuan dosis kompos
melarutkan fosfat. Bakteri ini tidak hanya jerami+Biochar dan sumber-sumber P terhadap
melepaskan P dari FA, namun juga efektif perbedaan respons serapan P dari berbagai sumber
melepaskan P terjerap dalam koloid tanah. Hal ini dalam tanaman.
sejalan dengan pendapat EL AZOUNI dalam
FITRIATIN dkk. [27], yang menyatakan bahwa
140
Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos Jerami-Biochar dan
Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah
(Ania Citraresmini, dkk.) ISSN 1907-0322
Tabel 5. Serapan P dari berbagai sumber P pada interaksi perlakuan dosis kompos jerami+Biochar dan sumber-
sumber hara P.
Serapan P tanaman dari berbagai sumber P (µg P tanaman-1)
P-aktivitas P-
Perlakuan
P-tanah P-SP36 inokulan P-FA FA+inokulan
BPF BPF
Data pada Tabel 6 merupakan hasil dari dalam tanah, karena ketiadaan sumber hara P
pengujian statistik, pengujian P-berasal dari tanah lain. VAHED dkk. [28] menyatakan bahwa
diperbandingkan terhadap P-berasal dari tanah perakaran tanaman padi memiliki kemampuan
sebagai respons atas interaksi perlakuan dosis untuk mempengaruhi serapan fosfat tanaman dan
kompos jerami+Biochar dengan sumber-sumber biomassa tanaman. Ia juga mengatakan bahwa
P. Demikian pula pada serapan P-berasal dari tanaman padi sangat responsif terhadap P tanah,
sumber-sumber P, yang diperbandingkan terhadap karena sistem perakaran yang dimiliki
P-berasal dari sumber-sumber P. memungkinkan daerah rhizosfer bersifat aerobik
Serapan P berasal dari tanah, sehingga terjadi pelepasan O2 ke dalam larutan
memperlihatkan data tertinggi (1807,4 µg P tanahdanmengubah pH di sekitar perakaran.
tanaman-1) pada perlakuan p0k0. Hal ini Keadaan ini menguntungkan bagi unsur hara P
disebabkan tanaman menyerap seluruh P tersedia yang terjerap oleh koloid liat dan mineral logam,
141
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
Tabel 6. Respons serapan P dari berbagai sumber dalam tanaman pada interaksi perlakuan dosis kompos
jerami+Biochar dan sumber-sumber hara P.
Dosis kompos jerami+Biochar (t ha-1)
100 kg ha-1 SP-36 1230,8 b 625,7 b 1128,3 b 598,4 b 1205,5 b 605,7 b 1233,2 b 633,2 c 1089,9 b 671,6 b
(p1) A A B B B B A A C C
2 kg ha-1 inokulan 1157,2 b 395,6 c 1165,7 b 402,3 c 1257,1 c 426,5 c 1272,9 b 446,2 b 1149,7 b 428,3 c
BPF (p2) A A A B B C B C A C
1082,3 c 358,3 d 1034,5 c 376,4 d 1193,5 c 418,1 d 1187,4 c 442,7 b 1143,6 c 383,2 d
163 kg ha-1 FA (p3)
A A A A B A B B B B
163 kg ha-1 FA + 1253,7 b 567,3 b 1053,8 c 617,9 b 1241,3 c 632,3 b 1257,3 b 657,2 c 1319,1 c 672,7 b
inokulan BPF (p4) A A B B A B A C C C
Keterangan :
- Pengujian statistika serapan P-tanah diperbandingkan terhadap serapan P-tanah, serapan P-sumber lain
dibandingkan terhadap serapan P-sumber lain.
- Angka yang ditandai huruf sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%. Huruf kecil dibaca vertikal, huruf
besar dibaca horizontal.
untuk melepaskan diri dan menjadi tersedia bagi pelarut fosfat; dan mempercepat proses
tanaman. Sistem ini mampu membantu tanaman mineralisasi dengan melepaskan P-anorganik dan
memperoleh unsur hara P dari dalam tanah, pada P-organik ke dalam larutan tanah.
saat tidak terdapat penambahan unsur P dari luar Perlakuan pemberian sumber hara P
lingkungan tumbuh. memperlihatkan kecenderungan penurunan
Namun demikian respons pada p0k0 ini serapan P berasal dari tanah, disebabkan tanaman
tidak berbeda nyata dengan respons serapan P- mendapat tambahan sumber hara P. Pada
berasal dari tanah pada perlakuan p0 yang perlakuan p1 (100 kg ha-1 SP-36) yang tidak
mendapat dosis aplikasi kompos jerami+Biochar mendapatkan aplikasi kompos jerami+Biochar
(k1 s.d k4). Diduga pemberian kompos (k0), serapan P berasal dari tanah cenderung lebih
jerami+Biochar mampu menstimulasi pelarutan P tinggi (1230,8 µg P tanaman-1) dibandingkan
yang berada di dalam tanah, yang dinyatakan dengan perlakuan p1 yang berinteraksi dengan
sebagai P-potensial. Hal ini sejalan dengan kompos jerami+Biochar. Pupuk SP-36 memiliki
pernyataan NAGUMO dkk. [29] dan CARTER bentuk P2O5 yang mudah tersedia sehingga dapat
dkk. [30], yang menyatakan bahwa bahan organik segera diserap oleh tanaman. Keberadaan kompos
dapat mensuplai hara sehingga memperbaiki dan jerami dalam campuran kompos jerami+Biochar
meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah membutuhkan nutrisi anorganik untuk dapat
dan meningkatkan penyerapan P oleh tanaman. mengalami proses dekomposisi, sehingga diduga
AFRIDA dkk. [31]menambahkan bahwa terdapat terjadi suatu kompetisi terhadap unsur hara P.
dampak aplikasi bahan organik terhadap Pada perlakuan p1 ini serapan P-berasal dari
ketersediaan fosfat dalam tanah, yaitu dari proses sumber lain (SP-36) saat dilakukan pemberian
pendekomposisian akan dihasilkan asam-asam kompos jerami+Biochar dosis 4 t ha-1 (k4)
organik yang dapat mengkhelat kation Fe, Al dan menunjukkan nilai tertinggi (671,6 µg P
Ca; menyediakan sumber karbon bagi bakteri tanaman-1), dengan serapan P-berasal dari tanah
142
Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos Jerami-Biochar dan
Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah
(Ania Citraresmini, dkk.) ISSN 1907-0322
terendah. Kondisi ini jelas disebabkan oleh bentuk sumber hara P lainnya (p0, p1, p2, dan p4). Dalam
P2O5 pada pupuk SP-36 yang lebih mudah tersedia hal ini jelas disebabkan oleh tingkat kelarutan FA
dan dapat segera diserap oleh tanaman. Pemberian yang rendah, apabila tidak didukung oleh
kompos jerami+Biochar mampu menjaga bentuk teknologi yang mampu meningkatkan proses
ketersediaan P dari pupuk SP-36, sehingga pelarutan P dari fosfat alam. SETYORINI dkk.
serapan P-berasal dari tanah menurun. Respons [32] menyatakan bahwa fosfat alam memiliki sifat
serapan P-berasal dari sumber P lain pada lepas lambat dan tingkat kelarutan yang rendah,
perlakuan p1k4 ini secara nyata berbeda dari sehingga dibutuhkan suatu teknologi yang dapat
perlakuan p1k0, p1k1, p1k2 dan p1k3. membentu meningkatkan pelepasan P dari fosfat
Perlakuan inokulasi 2 kg ha-1 BPF (p2) alam. Teknologi yang sesuai untuk meningkatkan
memperlihatkan respons serapan P-berasal dari pelarutan P dari fosfat alam adalah inokulasi BPF
tanah tertinggi (1272,9 µg P tanaman-1) pada saat ke dalam fosfat alam atau larutan tanah.
berinteraksi dengan dosis kompos jerami+Biochar Rendahnya nilai serapan P-berasal dari
3 t ha-1 (k3). Perlakuan ini tidak berbeda nyata tanah, juga terjadi pada nilai P-berasal dari sumber
pada saat berinteraksi dengan dosis kompos P. Pada perlakuan p3 yang berinteraksi dengan
jerami+Biochar 2 t ha-1 (k2). Dalam hal ini dapat aplikasi kompos jerami+Biochar, mulai dari dosis
dikatakan bahwa dosis 2 dan 3 t ha-1 mampu 1 sampai dengan 4 t ha-1terlihat sedikit kenaikan
meningkatkan aktivitas inokulan BPF dalam serapan P berasal dari sumber P seiring
melarutkan P tanah. Sedangkan saat dosis kompos peningkatan dosis kompos jerami+Biochar. Hal
jerami+Biochar ditingkatkan menjadi 4 t ha-1 (k4), ini sesuai dengan pernyataan SETYORINI dkk.
terdapat peningkatan jumlah bahan yang tidak [32] bahwa pemberian bahan organik akan
didukung oleh peningkatan jumlah koloni BPF. meningkatkan kelarutan P pada fosfat alam,
Seperti terlihat pada Tabel 3, pada perlakuan p2k4 disebabkan pelepasan asam-asam organik pada
terjadi penurunan jumlah populasi BPF yang saat terjadi proses dekomposisi. Pada campuran
signifikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kompos jerami dengan Biochar, masih
tidak tercukupinya kebutuhan energi dan nutrisi memungkinkan terjadinya proses dekomposisi
inokulan BPF untuk melakukan aktivitas pelarutan karena tidak semua bahan organik
P, selain adanya kebutuhan nutrisi hara untuk ditransformasikan menjadi karbon stabil.
berlangsungnya proses dekomposisi kompos Komposisi 60% kompos jerami yang diterapkan
jerami oleh mikroorganisme pengurai indigenous dalam percobaan ini, memberikan kesempatan
tanah. terjadinya dekomposisi untuk membantu
Rendahnya aktivitas pelarutan P pada pelepasan P dan mineralisasi unsur hara untuk
perlakuan p2k4 ini juga terlihat pada rendahnya memenuhi kebutuhan hara tanaman dan
serapan P berasal dari sumber P. Hal ini jelas mikroorganisme tanah.
disebabkan penurunan jumlah populasi inokulan Perlakuan inokulasi BPF terhadap fosfat
BPF, dibandingkan dengan perlakuan p2k2 dan alam (p4) pada tabel di atas memperlihatkan nilai
p2k3. Perlakuan inokulasi BPF inisaat tidak diberi serapan P yang lebih baik dibandingkan
kompos jerami+Biochar (p2k0) memperlihatkan perlakuan-perlakuan sumber hara P lainnya. Pada
nilai serapan P berasal dari sumber P terendah nilai serapan P-berasal dari tanah, terlihat nilai
(395,6 µg P tanaman-1), yang mengindikasikan serapan yang merupakan nilai tertinggi kedua
kurang terpenuhinya kebutuhan energi inokulan setelah kontrol (p0k0). Bahkan perlakuan p4
BPF untuk melarutkan P tanah selain dari hampir setara dengan perlakuan pemupukan SP-
rendahnya kandungan P2O5 potensial tanah. Hal 36 pada dosis rekomendasi (100 kg ha-1).
yang penting untuk dipahami dalam konteks P- Demikian pula pada serapan P-berasal dari sumber
berasal dari sumber P dalam perlakuan inokulasi P, terlihat kemampuan penyediaan P yang setara
BPF adalah bahwa P yang diserap tanaman bukan dengan pemupukan SP-36 karena respons yang
merupakan P berasal dari inokulan BPF. Lebih tidak berbeda nyata di antara kedua perlakuan (p2
tepatnya adalah P yang dilepaskan dan diserap dengan p4). Interaksi sumber hara P ini dengan
oleh tanaman akibat aktivitas pelarutan P yang kompos jerami+Biochar semakin meningkatkan
dilakukan oleh inokulan BPF. ketersediaan P, terlihat dari nilai serapan P-berasal
Perlakuan 163 kg ha-1 FA (p3) dari sumber P yang meningkat seiring
memperlihatkan serapan P berasal dari tanah yang pertambahan dosis kompos jerami+Biochar.
lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan Perlakuan p4k4 menunjukkan nilai serapan P-
143
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
144
Dinamika Fosfat Pada Aplikasi Kompos Jerami-Biochar dan
Pemupukan Fosfat Pada Tanah Sawah
(Ania Citraresmini, dkk.) ISSN 1907-0322
10. Lehmann, J., Kern, D.C., Glaser, B., dan 18. Quilliam, R. S., H. C. Glanville., S. C.
Woods, W.I., Amazonian Dark Earths : Wade., and D. L. Jones, Life in the
Origins, Properties, Management. ‘charosphere’-does biochar in
Dordrecht: Kluwer Academic, 2003. agriculture soil provide a significant
habitat for microorganisms?. Journal
11. DeLucca, T.H., MacKenzie, M.D., dan Soil Biology and Biochemistry, 65, 287-
Gundale, M.J., Biochar Effects on Soil 293, 2013.
Nutrient Transformations, Dalam J.
Lehmann and S. Joseph (penyunting). 19. Lehmann, J., and M. Rondon, Biochar soil
Biochar for Environmental management on highly weathered soils
Management: Science and Technology. in the humid tropics, Dalam : N. Uphoff,
Earthscan, London. hlm : 251 – 255, et al. (eds.), Biological approaches to
2009. sustainable soil systems, Florida: CRC
Press, Taylor and Francis Group, H:
12. Dariah, A., N. L. Nurida., dan Jubaedah, 517-530, 2006.
Pemanfaatan pembenah tanah untuk
pemulihan tanah terdegradasi yang 20. Tanaka H, Kyaw K, Toyota K, Motobayashi
didominasi fraksi pasir dan liat, T., Influence of application of rice straw,
Proseding seminar nasional teknologi farmyard manure, and municipal
pemupukan dan pemulihan lahan biowastes on nitrogen fixation, soil
terdegradasi, Badan Penelitian dan microbial biomass N, and mineral N in a
Pengembangan Pertanian Kementrian model paddy microcosm, Biol Fertil
Pertnian, 669-679, Bogor, 2012. Soils, 42, 501–505, (2010).
13. Ponamperuma, F.N., Straw as source nutrient 21. Zwieten V. L., S. Kimber., S. Morris.,
for wetland rice. In: Banta, S., Mendoza, K.Y.Chan., A. Downie., J. Rust., S.
C.V., (eds), Organic matter and rice. Los Joseph., dan A. Cowie, Effect of Biochar
Baños, The Philippines: IRRI, 117-136, from Slow Pyrolysis of Pepper Mill
1982. Waste on Agronomic Performance and
Soil Fertility, Plant and Soil, 327, 235-
14. Zeelie. A., Effect of Biochar on Selected Soil 246, 2010.
Physcal Properties of Sandy Soil With
Low Agricultural Suitability, 22. Russell, AE., C.A. Cambardella., D.A. Laird.,
Stellenbosch University, 2012. D.B. Jaynes., D.W. Meet., Nitrogen
fertilizer effect on soil carbon balances
15. Singh, T. And S.S. Purohit, Biofertilizer in Midwestern U.S. agricultural systems,
Technology, Agrobios, India, hlm : 229- Ecological Application Journal, 19 (5),
240, 2011. 1102-1113, 2009.
16. Widiawati, S., dan Suliasih, Augmentation of 23. Das., S.K., Role of micronutrient in rice
Potential Phosphate Solubilizing cultivation and management starategy in
145
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi
A Scientific Journal for The Applications of Isotopes and Radiation
ISSN 1907-0322
Vol. 12 No. 2 Desember 2016
146