PENDAHULUAN
dihindari. Salah satu penyakit kelainan darah yang biasa ditemukan dimasyarakat
gen tahalssemia mencapai 7% dengan 40% kasus terjadi di Asia. Tingkat insidensi
thalassemia di Indonesia sebesar 6-10%, artinya 6-10 dari 100 orang merupakan
biosintesis globin alfa atau beta yang diwariskan (Guha et al., 2013). Dalam
anemia hingga memerlukan transfusi darah, terapi khalesi besi, dan terapi suplemen
asam folat (Caocci et al., 2012). Jadi thalassemia merupakan penyakit keturunan
kelainan darah karena abnormalnya sintesis globin, akibatnya globin cepat hancur
darah rutin. Tahun 2014 Yayasan Thalassemia Indonesia- Perhimpunan Orang Tua
Barat. Kebanyakan kasus berada di daerah Ciamis dan Tasikmalaya namun tidak
menutup kemungkinan terjadi pada daerah lain, seperti Sumedang yang jika dilihat
Menurut Bank Data Sub. Bag Program RSUD Sumedang penderita rawat
jalan thalassemia sejak 2013 hingga 2017 mengalami peningkatan setiap tahunnya,
terhitung sampai bulan November jumlah penderita mencapai 164. Dalam satu
rawat jalan terdapat penderita thalassemia yang melakukan rawat inap di RSUD
(Caocci et al., 2012). Penanganan dapat berupa transfusi darah, terapi khalesi besi,
dan terapi suplemen asam folat (Caocci et al., 2012). Jenis dan lamanya penanganan
bergantung pada derajat keparahan thalassemia itu sendiri. Namun jika ditinjau dari
seperti anemia kronik, efek kelebihan besi di jaringan, efek samping agen khalesi,
infeksi akibat transfusi, serta munculnya masalah psikososial sebagai akibat dari
tersendiri bagi anak. Wong mengelompokan, anak yang berusia 6-12 tahun kedalam
anak usia sekolah (Wong, 2008). Terdapat karakteristik khas dari periode usia
sekolah, diantaranya pembentukan kelompok teman sebaya, perilaku berbohong,
perilaku curang, ketakutan, stress, pola koping, serta adanya aktivitas pengalih
(Potter & Perry, 2005; Wong, et.al., 2001/2002). Pada anak usai sekolah dengan
dapat terjadi masalah psikologis berupa kualitas hidup rendah, kecemasan terhadap
gejala penyakit, emosional yang mengarah hingga depresi, serta gangguan perilaku,
pada anak thalassemia. Hasil penelitian surilena didukung oleh penelitian Hongally,
perilaku eksternal.
hak orang lain sesuai dengan aturan atau norma kemasyarakatan. Gangguan
perilaku yang umum terjadi pada anak usia sekolah adalah gangguan belajar,
atau melanggar peraturan (Wicks-Nelson & Israel, 2006). Menurut teori yang
masalah, yang sering ditunjukan anak. Gangguan perilaku yang tidak tertangani
itu pembentukan dasar selama masa kanak-kanak turut mempengaruhi anak dalam
dari perasaan dalam diri. Gangguan ini terjadi pada anak thalassemia dengan
Benakappa, & Reena, 2012), perasaan bersalah, perasaan penolakan, serta sistem
diri yang rendah yang sering diabaikan. Anak menjadi merasa sedih putus asa,
saat anak melakukan interaksi dengan orang lain. Sikap agresif merupakan gejala
yang biasa ditunjukan. Hal yang terjadi dapat berupa berkelahi dengan orang lain,
mengambil barang yang bukan miliknya, dan tidak mau mendengarkan orang lain.
Gangguan perilaku perhatian dapat ditemukan saat anak sering terlihat sulit
untuk menerima nasehat, sulit konsentrasi, sering melamun, tidak bisa duduk diam,
perhatian yang mudah dialihkan, serta perilaku anak yang diluar kendali. Ketiga
gejala gangguan perilaku yang dikemukakan oleh Winslow diatas ternyata memiliki
kesesuaian dengan sub variabel pada instrument PSC 17 yaitu mencakup gangguan
perawatan yang tidak murah (Khurana, Katyal, & Marwaha, 2006). Peran aktif
orang tua terhadap perkembangan anak sangat dibutuhkan. Orang terdekat yang
proses perkembangan fisik, psikologis, dan perilaku anak adalah keluarga terutama
orang tua.
Selain dukungan orang tua dan keluarga, dukungan sistem rumah sakit juga
dibutuhkan. Salah satu dukungan yang diberikan sistem rumah sakit dapat dilihat
strategi yang terdiri atas pemberian pendidikan, konseling, melakukan skrining, dan
kualitas hidup, serta perilaku sosial anak thalassemia lebih buruk dibandingkan
anak yang sehat. Penanganan yang serius pada anak thalassemia sejak dini dari
memberi perhatian kepada pasien tidak hanya terbatas pada adanya perubahan fisik,
perilaku yang terjadi pada anak tahalassemia, membuat penulis tertarik melakukan
anak pra sekolah & usia sekolah penderita thalassemia menurut orang tua di RSUD
Sumedang?”
perilaku anak pra sekolah & usia sekolah penderita thalassemia menurut
pada anak pra sekolah & usia sekolah yang menderita thalassemia menurut
orang tua
1.4.1.1.Bagi Keperawatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber ilmu
dini.
1.4.1.2.Rumah Sakit
optimal.
Beta Minor Pada Siswa Sma Di Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, vol 1,
Caocci, G., Efficace, F., Ciotti, F., Roncarolo, M. G., Vacca, A., Piras, E., … La
https://doi.org/10.1186/1471-2326-12-6
https://doi.org/10.5923/j.nursing.20150504.02
Guha, P., Talukdar, A., De, A., Bhattacharya, R., Pal,S., Dasgupta, G., Ghosal, M.
in Eastern India. Asian J Pharm Ciin Res, Vol 6, Issue 2, 2013, 49-52.
Hongally, C., Benakappa, Da., & Reena, S. (2012). Study of behavioral problems
333. https://doi.org/10.4103/0019-5545.104819
https://doi.org/10.1007/BF02859278
Anwar Sutoyo. 2009. Pemahaman Individu, Observasi, Checklist, Interviu,
PT Rineka Cipta.
PT Rineka Cipta.
Beta Minor Pada Siswa Sma Di Jatinangor. Jurnal Sistem Kesehatan, vol 1,
Behdani, F., Badiee, Z., Hebrani, P., Moharreri, F., Badiee, A. H., Hajivosugh, N.,
Caocci, G., Efficace, F., Ciotti, F., Roncarolo, M. G., Vacca, A., Piras, E., … La
Nasa, G. (2012). Health related quality of life in Middle Eastern children
https://doi.org/10.1186/1471-2326-12-6
https://doi.org/10.5923/j.nursing.20150504.02
Guha, P., Talukdar, A., De, A., Bhattacharya, R., Pal,S., Dasgupta, G., Ghosal, M.
in Eastern India. Asian J Pharm Ciin Res, Vol 6, Issue 2, 2013, 49-52.
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.S.D (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan
Hongally, C., Benakappa, Da., & Reena, S. (2012). Study of behavioral problems
333. https://doi.org/10.4103/0019-5545.104819
https://doi.org/10.1007/BF02859278
Rineka Cipta.
potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Fundamental nursing : Concept, proses, and
practice. Sixth
Rejeki, D., & Nurhayati, N. (2012). Studi Epidemiologi Deskriptif Talasemia.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v7i3.61
Safitri, R., Ernawaty, J., Karim, D. Hubungan Kepatuhan Tranfusi dan Konsumsi
No 2, Oktober 2015
2007; 150(5):516-520
Winslow. 2006. A Social Skill Approach for Children and Adolescent. USA:
Speechmark Publishing.
dihindari. Salah satu penyakit kelainan darah yang biasa ditemukan dimasyarakat
artinya 6-10 dari 100 orang merupakan pembawa sifat thalassemia (Alyumnah,
menyebabkan sel darah (hemoglobin) merah cepat hancur sehingga sel-sel darah
memiliki usia lebih singkat dari normal (120 hari) dan tubuh akan kekurangan
darah. Thalassemia terdiri atas thalassemia alfa, beta, minor serta mayor (Rejeki &
Nurhayati, 2012). Penyebab utama thalassemia adalah kurangnya salah satu zat
kebutuhan tubuh.
dan Tasikmalaya namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada daerah lain,
seperti Sumedang yang jika dilihat dari budaya dan karekteristiknya memiliki
kemiripan. Rata-rata Kunjungan Ruang Instalasi Gawat Darurat Anak Rumah Sakit
Penanganan dapat berupa transfusi darah, terapi khalesi besi, dan terapi suplemen
asam folat. Jenis dan lamanya penanganan bergantung pada derajat keparahan
thalassemia itu sendiri. Namun jika ditinjau dari penanganan yang diberikan,
terdapat kemungkinan dampak yang akan timbul seperti anemia kronik, efek
kelebihan besi di jaringan, efek samping agen khalesi, infeksi akibat transfusi, serta
tersendiri bagi anak. Masa kanak-kanak terbagi menjadi tiga periode yaitu masa
kanak-kanak awal atau usia pra sekolah (1-6 tahun), pertengahan atau usia sekolah
(6-12 tahun), dan akhir (12-21 tahun) (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein,
& Schwartz 2002). Dari ketiga periode tersebut, penderita tahalassemia di RSUD
Sumedang banyak terdapat pada periode pra sekolah dan usia sekolah yaitu
Periode pertengahan atau sering dikatakan sebagai periode usia sekolah, terdapat
sebaya, perilaku berbohong, perilaku curang, ketakutan, stress, pola koping, serta
adanya aktivitas pengalih (Potter & Perry, 2005; Wong, et.al., 2001/2002).
periode usia pra sekolah dan sekolah. Pada anak usia pra sekolah dan sekolah
dengan penyakit kronik seperti thalassemia, perilaku dapat menjadi suatu masalah.
dengan thalassemia dapat terjadi masalah psikologis berupa kualitas hidup rendah,
hak orang lain sesuai dengan aturan atau norma kemasyarakatan. Gangguan
perilaku.
Penelitian yang dilakukan Hongally, et al 2012 dengan menggunakan
sebagai periode laten, dimana apa yang terjadi dan diperoleh anak saat ini akan
Gunarsa 2006). Selain itu pembentukan dasar selama masa kanak-kanak turut
dari perasaan dalam diri. Gangguan ini terjadi pada anak thalassemia dengan
Benakappa, & Reena, 2012), perasaan bersalah, perasaan penolakan, serta sistem
diri yang rendah yang sering diabaikan. Anak menjadi merasa sedih putus asa,
saat anak melakukan interaksi dengan orang lain. Sikap agresif merupakan gejala
yang biasa ditunjukan. Hal yang terjadi dapat berupa berkelahi dengan orang lain,
mengambil barang yang bukan miliknya, dan tidak mau mendengarkan orang lain.
Gangguan perilaku perhatian dapat ditemukan saat anak sering terlihat sulit
untuk menerima nasehat, sulit konsentrasi, sering melamun, tidak bisa duduk diam,
perhatian yang mudah dialihkan, serta perilaku anak yang diluar kendali. Ketiga
gejala gangguan perilaku yang dikemukakan oleh Winslow diatas ternyata sesuai
dengan sub variabel pada instrument PSC 17 yang mencakup gangguan perilaku
mengatasi stressor sendirian, orang tua, keluarga serta sistem rumah sakit harus
berkembang mengingat biaya perawatan yang tidak murah (Khurana, Katyal, &
Marwaha, 2006). Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat
yang berada dilingkungan anak, yang mampu memberi pengaruh, serta mengetahui
proses perkembangan fisik, psikologis, dan perilaku anak adalah keluarga terutama
orang tua.
Selain dukungan orang tua dan keluarga, dukungan sistem rumah sakit juga
dibutuhkan. Salah satu dukungan yang diberikan sistem rumah sakit dapat dilihat
emosional, kualitas hidup, serta perilaku sosial yang terjadi pada anak thalassemia
lebih buruk dibandingkan anak yang sehat. Penanganan yang serius pada anak
memberi perhatian kepada pasien tidak hanya terbatas pada adanya perubahan fisik,
perilaku yang terjadi pada anak tahalassemia, membuat penulis tertarik melakukan
dihindari. Salah satu penyakit kelainan darah yang biasa ditemukan dimasyarakat
artinya 6-10 dari 100 orang merupakan pembawa sifat thalassemia (Alyumnah,
menyebabkan sel darah (hemoglobin) merah cepat hancur sehingga sel-sel darah
memiliki usia lebih singkat dari normal (120 hari) dan tubuh akan kekurangan
darah. Thalassemia terdiri atas thalassemia alfa, beta, minor serta mayor (Rejeki &
Nurhayati, 2012). Penyebab utama thalassemia adalah kurangnya salah satu zat
kebutuhan tubuh.
diantaranya berasal dari Jawa Barat. Kebanyakan kasus berada di daerah Ciamis
dan Tasikmalaya namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada daerah lain,
seperti Sumedang yang jika dilihat dari budaya dan karekteristiknya memiliki
kemiripan. Rata-rata Kunjungan Ruang Instalasi Gawat Darurat Anak Rumah Sakit
Penanganan dapat berupa transfusi darah, terapi khalesi besi, dan terapi suplemen
asam folat. Jenis dan lamanya penanganan bergantung pada derajat keparahan
thalassemia itu sendiri. Namun jika ditinjau dari penanganan yang diberikan,
terdapat kemungkinan dampak yang akan timbul seperti anemia kronik, efek
kelebihan besi di jaringan, efek samping agen khalesi, infeksi akibat transfusi, serta
tersendiri bagi anak. Masa kanak-kanak terbagi menjadi tiga periode yaitu masa
kanak-kanak awal atau usia pra sekolah (1-6 tahun), pertengahan atau usia sekolah
(6-12 tahun), dan akhir (12-21 tahun) (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein,
& Schwartz 2002). Dari ketiga periode tersebut, penderita tahalassemia di RSUD
Sumedang banyak terdapat pada periode pra sekolah dan usia sekolah yaitu
Periode anak dengan usia pra sekolah diketahui bahwa anak sangat terikat
sebaya, perilaku berbohong, perilaku curang, ketakutan, stress, pola koping, serta
adanya aktivitas pengalih (Potter & Perry, 2005; Wong, et.al., 2001/2002).
periode usia pra sekolah dan sekolah. Pada anak usia pra sekolah dan sekolah
dengan penyakit kronik seperti thalassemia, perilaku dapat menjadi suatu masalah.
dengan thalassemia dapat terjadi masalah psikologis berupa kualitas hidup rendah,
hak orang lain sesuai dengan aturan atau norma kemasyarakatan. Gangguan
perilaku.
sebagai periode laten, dimana apa yang terjadi dan diperoleh anak saat ini akan
Gunarsa 2006). Selain itu pembentukan dasar selama masa kanak-kanak turut
dari perasaan dalam diri. Gangguan ini terjadi pada anak thalassemia dengan
Benakappa, & Reena, 2012), perasaan bersalah, perasaan penolakan, serta sistem
diri yang rendah yang sering diabaikan. Anak menjadi merasa sedih putus asa,
saat anak melakukan interaksi dengan orang lain. Sikap agresif merupakan gejala
yang biasa ditunjukan. Hal yang terjadi dapat berupa berkelahi dengan orang lain,
mengambil barang yang bukan miliknya, dan tidak mau mendengarkan orang lain.
Gangguan perilaku perhatian dapat ditemukan saat anak sering terlihat sulit
untuk menerima nasehat, sulit konsentrasi, sering melamun, tidak bisa duduk diam,
perhatian yang mudah dialihkan, serta perilaku anak yang diluar kendali. Ketiga
gejala gangguan perilaku yang dikemukakan oleh Winslow diatas ternyata sesuai
dengan sub variabel pada instrument PSC 17 yang mencakup gangguan perilaku
mengatasi stressor sendirian, orang tua, keluarga serta sistem rumah sakit harus
berkembang mengingat biaya perawatan yang tidak murah (Khurana, Katyal, &
Marwaha, 2006). Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat
yang berada dilingkungan anak, yang mampu memberi pengaruh, serta mengetahui
proses perkembangan fisik, psikologis, dan perilaku anak adalah keluarga terutama
orang tua.
Selain dukungan orang tua dan keluarga, dukungan sistem rumah sakit juga
dibutuhkan. Salah satu dukungan yang diberikan sistem rumah sakit dapat dilihat
strategi yang terdiri atas pemberian pendidikan, konseling, melakukan skrining, dan
emosional, kualitas hidup, serta perilaku sosial yang terjadi pada anak thalassemia
lebih buruk dibandingkan anak yang sehat. Penanganan yang serius pada anak
memberi perhatian kepada pasien tidak hanya terbatas pada adanya perubahan fisik,
perilaku yang terjadi pada anak tahalassemia, membuat penulis tertarik melakukan