Lapsus Abortus
Lapsus Abortus
PREEKLAMSIA
Pembimbing :
Disusun Oleh :
KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus stase Obstetri dan Ginekologi dengan
Kediri. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kasus ini, terutama kepada dr. Ananingati,
penulis dalam penyusunan dan penyempurnaan laporan kasus ini. Tidak lupa pula,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Andoko, SpOG atas ilmu yang
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat dalam bidang kedokteran
2
BAB 1
PENDAHULUAN
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dan berusia kurang dari 20
minggu dengan berat badan kurang dari 500 gr. Insiden abortus spontan secara
umum pernah disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Abortus spontan
adalah abortus yang berlangsung tanpa tindakan mekanis atau medis. Abortus
tindakan mekanis tertentu. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan
atas indikasi medik. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi
melalui 707 daur haid didapatkan bahwa 31% kehamilan gagal setelah implantasi.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan
abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor lingkungan,
3
endokrin, factor immunologi, dan penyakit sistemik pada ibu (Cunningham, dkk
2013).
BAB 2
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. SR
Umur : 40 tahun
No RM : 030221
Agama : Islam
Makassar
Pendidikan : SMA
Bangsa : Indonesia
2.2. Anamnesis
4
Keluhan utama : Sakit kepala
Ibu masuk rumah sakit dengan keluhan sakit kepala sejak tadi malam. Nyeri ulu
hati, mual, muntah 2 kali. Penglihatan kabur (-). Nyeri perut tembus ke belakang
Toxo : disangkal
Asma : disangkal
Kejang : disangkal
Alergi : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal
Riwayat Sosial :
Pola makan dan minum baik, pola istirahat baik, pasien tidak konsumsi kopi
Riwayat Menstruasi :
5
Menarche : 12 tahun
Lama : 7 hari
HPHT : 05-11-2017
HPL : 12-08-2018
Riwayat Perkawinan :
Riwayat ANC :
Hamil ini
Riwayat KB : Disangkal
Vital sign :
6
Nadi : 96 x/ mnt
Suhu : 36.6oC
RR : 20x/menit
Status Umum
Konjunctiva anemis - / -
Sclera icterus - / -
Dypsneu -
Thorax :Bentuk normal, gerak simetris, tak tampak sesak, retraksi dinding dada
mammae +/+
Abdomen :Inspeksi : rounded ,cicatrix (+), bekas operasi (+), striae (+)
Palpasi : nyeri tekan (+) ulu hati, Hepar lien tidak teraba
Extermitas : Akral hangat, kering, merah; anemis -, ikterus -, edema tungkai +/+
His : (-)
7
DJJ: 146 x/menit
USG
corpus lateralis kiri grade II, AFI 5.28, EFW 3004 gram, biometri janin sesuai
8
2.6. Diagnosis
2.7. Planning
- MRS
- MgSO4 10g IM (MgSO4 40%) pelan masing masing pada bokong kanan
- Nifedipine 3 x 10 mg tab PO
- CITO SSTP
Planing Monitoring
- TTV
9
- Keluhan Pasien : Nyeri Epigastrium, Nyeri kepala, Nyeri bekas operasi
- TFU
- Bekas operasi
- Lokia
- ASI
- Perdarahan
Follow Up
A: POH 0
P:
Drips MgSO4 40% 6 gram dalam RL 500 cc 28
tpm (lanjut sampai 24 jam post partum)
Drips oxytocin 20 IU dalam 500 cc RL 28 tpm
Inj cefoperazone 1gr/12jam/iv
Inj ketorolac 30 mg/ 8jam/ iv
Inj asam traneksamat 1amp/8jam/iv
Inj ranitidin 50mg/8jam/iv
Nifedipine 3 x 10mg tab
Cek Hb post operasi tunggu hasil
10
24-08-18 S: nyeri luka operasi
06.00
O:
Keadaan umum sedang
Status vitalis :
Tekanan darah : 140/90 mm
Nadi : 90 xmenit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6 ℃
Pemeriksaan luar:
Mammae : tak/tak
ASI : +/+
TFU 2 jari di bawah pusat
Luka operasi : verban kering
Lokia : kruenta
Peristaltik : +
Flatus : +
Bab : belum
Bak : per kateter 35 cc/ jam (650 cc)
Hb post op : 8,5 gr/dL
A:
POH 1
P2 A0 post SSTP a.i PEB
P:
MgSO4 40% 6 gram dalam RL 500 cc 28 tpm
dilanjut dengan
IVFD RL : D5 2:1 28 tpm
Inj cefoperazone 1gr/12jam/iv
Inj ketorolac 30 mg/ 8jam/ iv
Inj asam traneksamat 1amp/8jam/iv
Inj ranitidin 50mg/8jam/iv
Nifedipine 3 x 10mg tab
Makan minum sedikit-sedikit
Mobilisasi bertahap
Konseling KB AKDR
11
Pemeriksaan luar:
Mammae : tak/tak
ASI : +/+
TFU 2 jari di bawah pusat
Luka operasi : kering
Lokia : kruenta
Peristaltik : +
Flatus : +
Bab : sudah
Bak : per kateter 40cc/jam
A:
POH 2
P2 A0 post SSTP a.i PEB
P:
Cefadroxil 2 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
SF 1 x 200 mg tab
Nifedipine 3 x 10mg tab
Diet biasa
Mobilisasi aktif
Konseling KB AKDR
Aff kateter
Pemeriksaan luar:
Mammae : tak/tak
ASI : +/+
TFU 2 jari di bawah pusat
Luka operasi : kering
Lokia : kruenta
Peristaltik : +
Flatus : +
Bab : sudah
Bak : lancar
12
A:
POH 3
P2 A0 post SSTP a.i PEB
P:
Cefadroxil 2 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
SF 1 x 200 mg tab
Nifedipine 3 x 10mg tab
KIE
Boleh pulang
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Menurut new shorter oxford dicionary, definisi abortus secara umum adalah
persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkingkan untuk hidup dan
dalam hal ini bersinonim dengan keguguran. Abortus juga berarti induksi
national center for health stastitic, center for disease control and prevention dan
kehamilan sebelum gestasi 20 minggu atau dengan janin memiliki berat janin kuran
atau setiap perdarahan pervaginam yang tampak adalah paruh pertama kehamilan.
b) Abortus imminens adalah keguguran membakat, dalam hal ini keluarnya fetus
AB.2001.Hal.147)
14
d) abortous imminensadlah abortus pada tingkat permulaan yaitu peristiwa
terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan sebulum 20 minggu dengan
atau tanpa kontraksi uterus,dengan hasil konsepsi yang masih utuh di dalam uterus
2.2. EPIDEMIOLOGI
Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak
kejadian yang tidak dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena
pertolongan medis dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat.
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12
melalui 707 daur haid didapatkan bahwa 31% kehamilan gagal setelah implantasi.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted ovum dan
2.3.ETIOLOGI
a. Faktor janin
Pada 50-60% mudgah dan janin dini yang mengalami abortus spontan,
kelainan jumlah kromosom adalah penyebab utama, yang terdiri dari:
15
- Abortus aneuploid
- Abortus euploidi
Janin dengan kromosom normal cenderung mengalami abortus lebih
belakangan daruipada janin yang mengalami aneuploid. Insiden abortus
euploid meningkat dratis setelah usia ibu melewati usia tigapuluh lima
tahun.
b. Faktor ibu
- Infeksi
Menurut american college ofobstetricians and gynocologists, infeksi
jarang menjadi penebab abortus dini. Namun beberapa jenis organisme
tertentu berdampak pada kejadian abortus antaralain:
o Bakteri
Listeria monositogeneses
Clyamidia trachomialis
16
Ureaplasma urealitikum
Mycoplasma hominis
Bakterial vaginosis
o Virus
Cytomegallo virus
Rubella
Herpes simpleks virus
HIV
Parvo virus
o Parasit
Tokso plamosis gondhi
Plasmodium falciparum
o Spirokaita
Troponema palidum
17
disebabkan leh penyakit autoimun, tetapi efek hipotiroidisme pada
abortus dini belum diteliti secara mendalam. Data bahwa wanita dengan
keguguran berulang memiliki insiden antibodi antithyroid yang lebih
tinggi daripada kontrol normal masih belum meyakinkan.
- Diabetes melitus
Perempuan dengan diabetes yang dikelola dengan baik resiko
abortusnya tidak lebih jelek jika dibanding perempuan yang tanpa
diabetes. Akan tetapi perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi
pada trimester pertama, resiko abortus dan malformasi meningkat.
Diabetes jenis insulin dependent dengan kontrol glukosa tidak adekuat
mempunyai peluang 2-3 kalilipat mengalami abortus.
- Nutrisi
Defisiensi salah satu nutrient dalam makanan atau defesiensi moderate
semua nutrient tampaknya bukan merupakan penyebab penting abortus.
Bahkan pada tingkat ekstrim, hiperemesis gravidarum disertai dengan
penurunan berat yang signifikanjarang diikuti oleh keguguran.
- Pemakaian obat dan faktor lingkungan
Tembakau
Cigaret rokok diketahui mengandung ratusan unsur toksik, antaralain
nikotin yang telah diketahui mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat utero plasenta. Karbon monoksida juga menurunkan
pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin dengan
adanya ganguan pada sistem sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi
ganguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus.
Alkohol
Kafein
Radiasi
Kontrasepsi
Toksin lingkungan
Barrow dan sullvian, mendapatkan bahwa arsen, timbal, formaldehida,
benzena, dan etilen oksida mungkin menyebabkan keguguran.
- Faktor imunologis
18
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun. Misalnya pada Systematic Lupus Erihematosus (SLE)
- Faktor hematologi
- Trauma
- Defek uterus
- Servik inkompeten
c. Faktor ayah
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling
terkait. Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama, lalu
insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada trimester
ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil adalah infeksi,
kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan penyakit sistemik pada
ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum diketahui hingga sampai saat ini
a. Abnormalitas kromosom
Kelainan kromosom yang tersering menyebabkan kelainan
kromosom seperti aneuploidy ( kelainan jumlah kromosom ) pada
Turner’s syndrome, Monosomy X, trisomi 16, dan triploidy yang
menyebabkan sekitar 20 % dari seluruh abortus. Konsepsi poliploid
menghasilkan yolk sacs yang kosong atau blighted ovum dengan
perubahan ke arah mola hidatidiosa.
19
b. Maternal infection
Infeksi pada ibu dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus.
Organisme yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
Treponema Pallidum, Chlamydia Trachomatis, Nisseria
Gonorrhoeae, Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus,
Cytomegalovirus, dan Listeria monocytogenes. Walaupun
organisme tersebut sering ditemukan pada wanita hamil yang
mengalami abortus, patofisiologi dari infeksi tersebut hingga
menyebabkan abortus belum dapat diketahui sampai saat ini.
c. penyakit lain
Gangguaan pada system endokrin seperti hyperthyroid dan diabetes
mellitus yang tidak terkontrol; penyakit cardiovascular seperti
hipertensi; dan penyakit jaringan ikat seperti sistemik lupus
erithematosus, mungkin berhubungan dengan kejadian abortus.
e. Immunologic Disorders
Golongan darah ABO, Rh, Kell, atau lainnya mempunyai antigens
yang memiliki hubungan dengan abortus spontan. Pada kejadian
abortus yang disebabkan factor immunologic dapat ditemukan
Human Leukocyte Antigens (HLA) ibu pada janin.
20
f. Malnutrition
Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan
g. Toxic Factors
h. Trauma
Patofisiologi
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan
fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses
abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua
dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian
dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis
servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi.
Pada kehamilan 8-14 minggu
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput
ketuban telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering
menimbulkan perdarahan pervaginam banyak.
21
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol (Mochtar, 2007).
Gambaran k.liniks abortus imminens
Riwayat menstruasi
Pada abortus spontan biasanya disertai dengan perdarahan pervaginam dengan atau
tanpa rasa mules. Perdarahan pervaginam dapat hanya berupa flek (bercak-bercak
22
darah) hingga perdarahan banyak. Hal in sangat penting untuk menilai apakah
darah atau jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila
ditemukan nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut berlangsung
(Sastrawinata, 2008).
toucher , tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina, permukaan serviks atau
karenanya bila nyeri pada pergerakan serviks (+), maka kemungkinan terjadinya
komplit. Pemeriksaan pada uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar, konsistensi
uterus serta pada adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila didapatkan adanya
2004).
1. - HCG
23
5. USG (Saifudin, 2002)
24
Terbuka Lunak dan Mual/muntah Abortus Evakuasi
lebih besar Kram perut mola tatalaksana
dari usia bawah mola
gestasi Sindroma mirip
preeklamsia
Tak ada janin
keluar jaringan
seperti anggur
a). Perdarahan impiantasi (tanda Hartman ) dapat timbul sekitar saat haid
yang diperkiran. Biasa jumlah nya tidak lebih dari darah haid hari pertama
b). Abortus insipiens ditandai oleh perdarahan yang lebih hebat serta
c). Missed abortion : uterus lebih kecil dari yang diperkirakan untuk lama
nyeri pelviks unilaterai dan korpus yang lebih kecil dari yang
lateum.
25
USG akan didapatkan gambaran seperti badai salju ( snowform like
f) Lesi serviks atau trauma vagina : polip yang tampak diostium uteri
Istirahat rebah tidak boleh melebihi 48 jam, kalau telur masih baik,
pasien harus menjaga diri, jangan banyak bekerja dan koitus dilarang
selama 2 minggu.
3) Vitamin B kompleks
26
4) Hormonal progesteron
c) Evaluasi
3) Konsultasi pada dokter ahli untuk penanganan lebih lanjut dan USG
(Manuaba IBG. Hal. 218)
Prognosis
mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika kehamilan terus
berlanjut, maka sering diikuti dengan persalinan preterm, plasenta previa, dan
lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks menandakan prognosis yang
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak
Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah :
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa – sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian transfusi darah erforasi
2. Perforasi uterus
27
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika ditemukan
tanda – tanda abdomen akut perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka operasi atau perlu
dilakukan histerektomi.
3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya
Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau sepsis
dapat disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan antibiotik
pilihan dan dilakukan laparotomi
4. Syok
Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan ( syok hemoragik
) dan karena infeksi berat ( syok septik ) (Saifuddin, 2004)
28