Anda di halaman 1dari 19

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN KASUS PRE KLINIK

Disusun Oleh :

Hardianty Andi Munawarah Abduh

PO.714241151013

Tingkat III Kelas A

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


PRODI D.IV FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada kartilago sendi


yang banyak ditemukan. OA lutut lebih sering menyebabkan disabilitas
dibandingkan OA pada sendi lain. Penderita OA mengeluh nyeri pada waktu
melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada
derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat
mengganggu mobilitas penderita.

Prevalensi OA pada sendi meningkat secara progresif dengan meningkatnya


usia yang merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya OA. Wanita 2 kali
lebih banyak menderita OA dibandingkan pria, dimana wanita kulit hitam dengan
OA lebih banyak 2 kali dibandingkan wanita kulit putih.

Pada usia lebih dari 65 tahun, baik secara klinik maupun radiologi
didapatkan peningkatan jumlah kasus OA lutut. Menurut The Framingham
Osteoarthritis Study gambaran radiologik OA lutut yang berat (grade III dan IV
menurut kriteria Kellgreen-Lawrence) makin meningkat dengan bertambahnya
umur, yaitu 11,5% pada usia kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur 70-79 tahun
dan 19,4% pada usia lebih dari 80 tahun. Wanita yang mempunyai gambaran
radiologik osteoarthritis berat adalah 10,6% pada umur kurang dari 70 tahun, 17,6%
pada umur 70-79 tahun dan 21,1% pada umur lebih dari 80 tahun; sedangkan pada
laki-laki 12,8% pada umur kurang dari 70 tahun, 18,2% pada umur 70-79 tahun dan
17,9% pada umur lebih dari 80 tahun. Prevalensi radiologik OA akan meningkat
sesuai dengan umur. Pada umur di bawah 45 tahun jarang didapatkan gambaran
radiologik yang berat. Pada usia tua gambaran radiologik OA lutut yang berat
mencapai 20%.2

Dari aspek rehabilitasi medik, penyakit sendi degeneratif, dapat


menimbulkan kecacatan fisik dalam beberapa tingkat, yaitu, tingkat impairmen
(kerusakan sendi, terutama yang menyebabkan keluhan nyeri), tingkat disabilitas
(adanya kecacatan fisik, sehingga terganggunya activity of daily living), dan
handikap (tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, akibat hambatan
psikologis, sosial, dan vokasional oleh karena kecacatan fisik yang dideritanya).3

Sebagian besar manajemen OA bertujuan untuk mengurangi nyeri secara


farmakologis. Pemberian latihan juga sudah umum diberikan pada pasien OA,
tetapi masih banyak difokuskan hanya pada impairmen lokal di sekitar sendi yang
terkena seperti kelemahan otot, keterbatasan luas gerak sendi, dan nyeri. Padahal
manajemen yang efektif seharusnya juga memperhatikan keterbatasan fungsional
dan disabilitas sekunder yang timbul karena impairmen lokal pada OA.4Oleh
karena itu pada tinjauan kepustakaan ini akan dibahas latihan secara holistik untuk
pasien OA lutut
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI FISIOLOGI KNEE JOINT


Knee joint adalah salah satu sendi kompleks dalam tubuh manusia. Femur,
tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu kelompok yang kompleks oleh
ligament. (Ballinger, 2007)
Sendi merupakan pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari
kerangka.Terdapat tiga jenis utama berdasarkan kemungkinan gerakannya yaitu
sendi fibrus, sendi tulang rawan dan sendi sinovial (C Evelyn, 1999).

Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis distalis tulang femur, epiphysis


proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa sendi yang
terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella
disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia dengan
tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang tibia dengan
tulang fibula proximal disebut articulatio tibio fibular proxsimal (De Wolf,
1996).
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa tulang ,
ligament beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu kesatuan yang disebut
dengan sendi lutut atau knee joint. Anatomi sendi lutut terdiri dari:
1. Tulang Pembentuk Sendi Lutut
a. Tulang Femur
Os. Femur merupakan tulang
pipa terpanjang dan terbesar di
dalam tulang kerangka pada
bagian pangkal yang berhubungan
dengan acetabulum membentuk
kepala sendi yang disebut caput
femoris. Di sebelah atas dan bawah
dari columna femoris terdapat taju
yang disebut trochantor mayor dan trochantor minor, di bagian ujung
membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang disebut
condylus medialis dan condylus lateralis, di antara kedua condylus ini
terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut (patella) yang
disebut dengan fosa condylus (Syaifuddin, 1997).
b. Tulang Tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat
pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan tulang
pangkal kaki dan terdapat taju yang
disebut os maleolus medialis.
(Syaifuddin, 1997).
c. Tulang Fibula
Tulang Fibula merupakan
tulang pipa yang terbesar sesudah
tulang paha yang membentuk
persendian lutut dengan os femur pada bagian ujungnya. Terdapat tonjolan
yang disebut os maleolus lateralis atau mata kaki luar. (Syaifuddin, 1997).
d. Tulang Patella
Patella adalah tulang berbentuk segitiga
dan tebal yang akan bersendi dengan tulang
paha(femur). Fungsi patella di samping sebagai
perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai
pengungkit sendi lutut. (Syaifuddin, 1997).

2. Ligamentum pembentuk sendi lutut


Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa
ligamentum yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
a. Ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari depan eminentia
intercondyloidea tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur,
fungsi menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan.
b. Ligamentum crusiatum posterior, berjalan dari facies lateralis
condylus medialis femoris, menuju fossa intercondyloidea tibia,
berfungsi menahan bergesernya tibia, ke arah belakang.
c. Ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus
lateralis ke capitulum fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus
atau samping luar.
d. Ligamentum collateral
mediale tibia (epicondylus
medialis tibia), yang berfungsi
menahan gerakan valgus atau
samping dalam dan eksorotasi,
dan secara bersamaan ligament
collateral juga berfungsi
menahan bergesernya ke depan
pada posisi lutut fleksi 90
derajat.
e. Ligamentum popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis
femoris menuju ke insertio musculus semi membranosus melekat
pada fascia musculus popliteum.
f. Ligamentum transversum genu, membentang pada permukaan
anterior meniscus medialis dan lateralis. Semua ligament tersebut
berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Tranversum genu
di samping ligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan
kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan
gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.

3. Sistem Otot
Otot-otot yang bekerja pada sendi lutut yaitu:
a. Bagian anterior adalah musculus rectus femoris, musculus vastus
lateralis, musculus Vastus medialis, musculus vastus intermedius.
b. Bagian posterior adalah musculus biceps femoris, musculus
semitendinosus, musculus semimembranosus, dan musculus
gastrocnemius.
c. Bagian medial adalah musculus Sartorius
d. Bagian lateral adalah musculus Tensorfacialatae

(Anterior View)
(Lateral View)

(Posterior View)

4. Biomekanik sendi lutut


Aksis gerak fleksi dan ekstensi terletak di atas permukaan sendi, yaitu
melewati condylus femoris. Sedangkan gerakan rotasi aksisnya longitudinal
pada daerah condylus medialis (Kapandji, 1995). Secara biomekanik, beban
yang diterima sendi lutut dalam keadaan normal akan melalui medial sendi
lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral, sehingga
resultannya akan jatuh di bagian sentral sendi lutut.
a. Osteokinematika
Osteokinematika yang memungkinkan terjadi adalah gerakan fleksi
dan ekstensi pada bidang sagital dengan lingkup gerak sendi fleksi antara
120-130 derajat, bila posisi hip fleksi penuh, dan dapat mencapai 140
derajat, bila hip ekstensi penuh, untuk gerakan ekstensi, lingkup gerak
sendi antara 0 – 10 derajat gerakan putaran pada bidang rotasi dengan
lingkup gerak sendi untuk endorotasi antara 30 – 35 derajat, sedangkan
untuk eksorotasi antara 40-45 derajat dari posisi awal mid posision.
Gerakan rotasi ini terjadi pada posisi lutut fleksi 90 derajat (Kapandji,
1995), gerakan yang terjadi pada kedua permukaan tulang meliputi
gerakan rolling dan sliding. Saat tulang femur yang bergerak maka,
gerakan rolling ke arah belakang dan sliding ke arah depan (berlawanan
arah). Saat fleksi, femur rolling ke arah belakang dan sliding ke belakang,
untuk gerakan ekstensi, rolling ke depan dan sliding ke belakang. Saat
tibia yang bergerak fleksi adapun ekstensi maka rolling maupun sliding
bergerak searah, saat fleksi maka rolling maupun sliding bergerak searah,
saat fleksi rolling dan sliding ke arah belakang, sedangkan saat ekstensi
rolling dan sliding bergerak ke arah depan.
b. Artrokinematika
Artrokinematika pada sendi lutut di saat femur bergerak rolling dan
sliding berlawanan arah, disaat terjadi gerak fleksi femur rolling ke arah
belakang dan sliding-nya ke depan, saat gerakan ekstensi femur rolling
kearah depannya sliding-nya ke belakang. Jika tibia bergerak fleksi
ataupun ekstensi maka rolling maupun sliding terjadi searah, saat fleksi
menuju dorsal, sedangkan ekstensi menuju ventral (Kapandji, 1995).

B. PATOLOGI OSTEARTHRITIS (OA)


1. Definisi
Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,
arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya
penderita osteoarthritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami
inflamasi ringan (Koentjoro, 2010).
Osteoarthritis ialah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh
adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya.
Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari
tulang, untuk memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago
akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi (Nur, 2009). Adapun
sendi yang dapat terkena osteoarthritis antara lain Osteoarthritis sendi lutut,
Osteoarthritis sendi panggul, Osteoarthritis sendi-sendi kaki, Osteoarthritis
sendi bahu, Osteoarthritis sendi-sendi tangan, dan Osteoarthritis tulang
belakang.
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
a) Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu
atau beberapa sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit
putih, usia baya, dan umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut
disertai rasa panas pada bagian distal interfalang, yang selanjutnya terjadi
pembengkakan tulang (nodus heberden).
b) Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan
pada sinovia sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder. Beberapa
keadaan yang dapat menimbulkan osteoartritis sekunder sebagai berikut:
a) Trauma /instabilitas.
b) Faktor Genetik/Perkembangan
c) Penyakit Metabolik/Endokrin

2. Etiologi
Beberapa faktor etiologi yang telah diketahui berhubungan dengan
terjadinya osteoarthritis lutut ini antara lain :
a) Usia
Semakin lanjut usia seseorang, pada umumnya semakin besar faktor resiko
terjadinya osteoarthritis lutut. Hal ini disebabkan karena sendi lutut yang
digunakan sebagai penumpu berat badan sering mengalami kompresi atau
tekanan dan gesekan, sehingga dapat menyebabkan kartilago yang
melapisi tulang keras pada sendi lutut tersebut lama-kelamaan akan
terkikis dan rentan terjadi degenerasi.
b) Obesitas
Jelas sekali bahwa kelebihan berat badan atau obesitas bisa menjadi faktor
resiko terjadinya Osteoarthritis lutut. Berat badan yang berlebih akan
menambah kompresi atau tekanan atau beban pada sendi lutut. Semakin
besar beban yang ditumpu oleh sendi lutut, semakin besar pula resiko
terjadinya kerusakan pada tulang.
c) Herediter atau faktor bawaan
Struktur tulang rawan dan laxity pada sendi, serta permukaan sendi yang
tidak teratur yang dimiliki seseorang sebagai faktor bawaan merupakan
faktor resiko terjadi Osteoarthritis lutut.
d) Trauma pada sendi dan kerusakan pada sendi sebelumnya
Terjadinya trauma, benturan atau cedera pada sendi lutut juga dapat
menyebabkan kerusakan atau kelainan pada tulang-tulang pembentuk
sendi tersebut.
e) Kesegarisan tungkai
Sudut antara femur dan tibia yang > 180 derajad dapat berakibat beban
tumpuan yang disangga oleh sendi lutut menjadi tidak merata dan
terlokalisir di salah satu sisi saja, dimana pada sisi yang beban tumpuannya
lebih besar akan beresiko lebih besar terjadi kerusakan.
f) Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
Pekerjaan dan akifitas yang banyak melibatkan gerakan lutut juga
merupakan salah satu penyebab osteoarthritis pada lutut.

3. Tanda dan Gejala


Menurut Australian Physiotherapy Association (APA) (2003) penyakit
osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang biasanya menyulitkan bagi
kehidupan penderitanya. Adapun gejala tersebut antara lain:
a. Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint)
Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering-kali membawa
penderita k 19 sendi sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri
sendi bertambah dikarenakan gerakan dan sedikit berkurang bila istirahat.
Pada gerakan tertentu (misal lutut digerakkan ke tengah) menimbulkan rasa
nyeri. Nyeri pada osteoarthritis dapat menjalar kebagian lain, misal
osteoarthritis pinggang menimbulkan nyeri betis yang disebut sebagai
“claudicatio intermitten”. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan
struktur pada osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut dan jarang
pada tangan dan sendi apofise spinalis.
b. Kekakuan (stiffness)
Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk lama di
kursi, di mobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan penderita
mengeluh kaku setelah berdiam pada posisi tertentu. Kaku biasanya kurang
dari 30 menit.
c. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint)
Kelainan ini biasanya ditemukan pada osteoarthritis sedang sampai berat.
Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi membengkok,
perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya dirasakan pada saat
berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring, menulis atau berjalan.
Semua gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan
sendi yang terkena.
d. Bunyi gemeretak (krepitasi)
Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar
dibandingkan dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus.
Gemeretak yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda yang
signifikan.
e. Pembengkakan sendi (swelling in a joint)
Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang sendi dan
bertambahnya cairan sendi atau keduanya.
f. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak
Hambatan gerak atau perubahan cara berjalan akan berkembang sesuai
dengan beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi dapat konsentris atau
seluruh arah gerakan maupun eksentris atau salah satu gerakan saja
(Sudoyono, 2009).
g. Kemerahan pada daerah sendi (obvious redness or heat in a joint)
Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda peradangan sendi. Hal
ini mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis, dan
biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol dan timbul belakangan
(Sudoyono, 2009)

Gambaran khas pada OA lutut adalah adanya osteofit dan penyempitan


celah sendi.3,7 Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren & Lawrence
menyusun gradasi OA lutut menjadi :

1) Grade 0 : tidak ada OA


2) Grade 1 : sendi dalam batas normal dengan osteofit meragukan
3) Grade 2 : terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan tak
nampak deformitas tulang.
4) Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan
celah sendi.
5) Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai
hilangnya celah sendi.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi pada Osteoarthritis


Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi
disusul ulserasi dan hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang
dengan tulang dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista subkodral,
osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membrane sinovial.
Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta
teregangnya ligament menyebabkan ketidakstabilan dan deformitas. Otot
disekitar sendi menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atropy pada satu
sisi dan spasme otot pada sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan
biokimia dimana terjadi gangguan metabolisme kondrosit, gangguan biokimia
matrik akibat terbentuknya enzim metalloproteinase yang memecah
proteoglikan dan kologen. Meningkatkan aktivitas subtansi sehingga
meningkatkan nociceptor dan menimbulkan nyeri (Suriani, 2013).
BAB III
HASIL OBSERVASI

FOTO X-RAY PADA KASUS OSTEOARTHRITIS


Tanggal : 06-03-2018
Nama : Berta Siska
Tgl. Lahir/J. Kelamin : 9/9/1955
Alamat : DSN Utan Lotong, Luwu Utara

Foto Genu Dextra AP/Lateral :

 Aligment genu dextra intak, tidak tampak dislokasi


 Tidak tampak fraktur dan destruksi tulang
 Osteofit pada eminentia intercondylaris medial, condylus medialis et
lateralis os tibia sinistra
 Mineralisasi tulang berkurang
 Jaringan lunak sekitar genu bilateral kesan swelling.

Kesan :

 Osteoarthritis genu dextra grade I (klasifikasi Kellgren-Lawrence).


BAB IV

PENUTUP

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif yang mengenai kartilago


sendi yang sangat sering terjadi. Terjadinya penyakit ini dipengaruhi oleh Usia,
Obesitas, Herediter atau faktor bawaan, Trauma pada sendi dan kerusakan pada
sendi sebelumnya, Kesegarisan tungkai, dan Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
OA pada lutut sering terjadi karena lutut merupakan sendi penyangga berat tubuh
yang utama.
Impairmen yang sering timbul pada OA antara lain nyeri yang sering
muncul karena stress mekanik atau aktivitas di lutut yang berlebihan, nyeri waktu
istirahat pada OA stadium lanjut, stiffness sendi, keterbatasan luas gerak sendi,
kelemahan otot (terutama otot quadrisep), gangguan proprioseptif dan
keseimbangan, serta gangguan aktivitas sehari-hari. Jika tidak diatasi bisa timbul
disabilitas sekunder yang timbul karena impairmen lokal pada OA.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.daviddarling.info/encyclopedia/F/femur.html
2. http://healthlifemedia.com/healthy/sv/anatomy-of-the-knee/
3. http://aprilianihidayah.blogspot.co.id/2014/09/ekstermitas-bawah-patella.html
4. https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=700&tbm=isch&sa=1&ei=SAG
gWouSLYGE0wTs96ngDg&q=Anatomi+otot+pada+lutut&oq=Anatomi+otot+pad
a+lutut&gs_l=psy-
ab.3...656813.680867.0.681754.22.19.3.0.0.0.242.4012.0j4j15.19.0....0...1c.1.64.
psy-
ab..0.14.2742...0j0i7i30k1j0i13k1j0i8i13i30k1j0i24k1.0.DwNTPZNB96A#imgdii=1
IojDYujn53iuM:&imgrc=5rTyR6JGm1As5M:
5. https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=700&tbm=isch&sa=1&ei=SAG
gWouSLYGE0wTs96ngDg&q=Anatomi+otot+pada+lutut&oq=Anatomi+otot+pad
a+lutut&gs_l=psy-
ab.3...656813.680867.0.681754.22.19.3.0.0.0.242.4012.0j4j15.19.0....0...1c.1.64.
psy-
ab..0.14.2742...0j0i7i30k1j0i13k1j0i8i13i30k1j0i24k1.0.DwNTPZNB96A#imgrc=5r
TyR6JGm1As5M:
6. https://www.google.co.id/search?biw=1366&bih=700&tbm=isch&sa=1&ei=SAG
gWouSLYGE0wTs96ngDg&q=Anatomi+otot+pada+lutut&oq=Anatomi+otot+pad
a+lutut&gs_l=psy-
ab.3...656813.680867.0.681754.22.19.3.0.0.0.242.4012.0j4j15.19.0....0...1c.1.64.
psy-
ab..0.14.2742...0j0i7i30k1j0i13k1j0i8i13i30k1j0i24k1.0.DwNTPZNB96A#imgdii=y
_u7KKOrS6OZ2M:&imgrc=5rTyR6JGm1As5M:
7. http://digilib.unila.ac.id/7309/15/BAB%20II.pdf
8. http://aretnasih.blogspot.co.id/2013/11/osteoarthritis-radang-sendi.html
9. http://eprints.ums.ac.id/45282/1/NASKAH%20PUBLIKASI%20.pdf

Anda mungkin juga menyukai