Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memilki peranan penting dalam
dunia pendidikan dan kehidupan, yaitu sebagai landasan berpikir dan bekal
mendasar dalam menghadapi fenomena dan permasalahan kehidupan yang sangat
kompleks dengan lebih baik (Khomsatun, 2011). Menurut Sumardyono (2004),
Matematika adalah produk dari pemikiran intelektual manusia yang didorong dari
persoalan pemikiran belaka maupun dari persoalan yang menyangkut kehidupan
nyata sehari-hari. Selain itu, matematika juga sebagai proses berpikir itu sendiri.
Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselengarakan oleh guru
untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan
matematika. Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri adalah terbentuknya
kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir
kritis, logis, sistematis dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam
memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain,
maupun dalam kehidupan sehari-hari (PPPG, 2004:1). Dalam prosesnya, beberapa
siswa menganggap bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
rumit. Cara pandang yang seperti ini tidak terlepas dari peran seorang guru dalam
memberikan pembelajaran matematika. Dalam pembelajaran matematika, guru
sering melupakan hal – hal yang penting dalam penyampaian materi. Kebanyakan
guru hanya mengajarkan rumus – rumus yang dianggap rumit.
Selain itu, dalam konteks pelambangan atau penyimbolan rumus dalam
matematika juga sering tidak diperhatikan. Simbol merupakan sebuah obyek yang
berfungsi sebagai sarana untuk mempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak.
Simbol yang seharusnya memudahkan siswa dalam memahami materi matematika
yang sebagian besar abstrak malah menjadikan kebingungan dalam diri siswa,
karena penggunaannya yang tidak efektif dan efisien. Dalam penyimbolan rumus
maupun dalam proses pemecahan masalah, simbol sering disalahgunakan.

1
Beberapa guru menggunakan satu simbol untuk melambangkan lebih dari satu
konsep matematika yang sering membingungkan siswa dalam memahami materi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan pada latar belakang makalah ini, permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan simbol?
2. Apa fungsi-fungsi simbol dalam pembelajaran matematika?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Untuk memperoleh pemahaman tentang pengertian simbol.
2. Untuk memperoleh pemahaman tentang fungsi-fungsi simbol dalam
pembelajaran matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Simbol


Simbol berasal dari kata symballo yang berasal dari bahasa Yunani. Symballo
artinya ”melempar bersama-sama”, melempar atau meletakkan bersama-sama
dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan, sehingga objek tersebut mewakili
gagasan. Simbol dapat menghantarkan seseorang ke dalam gagasan atau konsep
masa depan maupun masa lalu. Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang
mewakili suatu gagasan, benda, ataupun jumlah sesuatu.
Meskipun simbol bukanlah nilai itu sendiri, namun simbol sangatlah
dibutuhkan untuk kepentingan penghayatan akan nilai-nilai yang diwakilinya.
Simbol dapat digunakan untuk keperluan apa saja. Semisal ilmu pengetahuan,
kehidupan sosial, juga keagamaan. Bentuk simbol tak hanya berupa benda kasat
mata, namun juga melalui gerakan dan ucapan. Simbol paling umum ialah tulisan,
yang merupakan simbol kata-kata dan suara.
Simbol dalam matematika adalah suatu bentuk yang mewakili suatu konsep
ataupun ide dalam matematika. Misalnya, simbol “+” digunakan untuk
menyimbolkan konsep penjumlahan, simbol “-“ untuk pengurangan, simbol “ ”
untuk implikasi, dsb. Perlu dipahami bahwa dalam matematika yang disebut
“simbol” tidak hanya terbatas pada lambang atau notasi (“1”, ∏, “%”, …) tetapi
juga peristilahan (“persegi”, “tinggi”, “matriks”, “suku”, “prima”, …). Jadi, istilah
“tinggi” dalam matematika berbeda dengan istilah “tinggi” dalam geofisika (atau
fisika) kita sehari-hari.

2.2 Fungsi Simbol


Menurut Skemp (1979) fungsi dari simbol yaitu:
1. Alat Komunikasi.
Konsep merupakan objek, pola pikir yang murni, tidak dapat didengar dan tidak
dapat dilihat. Karena tidak ada cara untuk mengamati langsung pikiran seseorang.
Harus menggunakan alat-alat yang dapat didengar atau dilihat, seperti

3
mengucapkan kata atau bunyi lainnya, penulisan kata atau tanda lainnya yang
ditulis diatas kertas (cara penulisan).
Simbol adalah suara atau sesuatu yang dapat dilihat, yang secara mental
berhubungan dengan suatu ide. Ide inilah arti simbol itu. Tanpa ada ide yang
melekat padanya, maka simbol tersebut tidak mempunyai arti. Simbol dan
maknanya harus diterima sebagai satu kesatuan.
Harus diingat bahwa simbol dikaitkan pada konsep yang sama dalam pikiran A
dan B, kemudian melahirkan simbol. A dapat memanggil konsep dari memori B
kedalam pengertiannya sendiri. Sekali hubungan ini terbentuk, artinya
diproyeksikan kepada simbol, maka simbol dan maknanya diterima sebagai suatu
kesatuan. Akan tetapi bisa jadi suatu makna yang dilekatkan pada suatu simbol oleh
seseorang berbeda dengan makna yang diterima orang lain sekalipun simbolnya
sama. Misalnya kata “braces” bagi orang Inggris dapat berarti alat untuk menahan
celana (supaya tidak lepas) tetapi bagi orang Amerika diartikan sebagai {kawat
gigi}.
Jika hal ini terjadi maka tidak sedang terjadi komunikasi. Hal inilah yang
seringkali salah dipahami orang. Untuk itu kita perlu memperhatikan konsep awal
berikut ini, bahwa suatu simbol dan konsep yang berhubungan dengan simbol itu
adalah dua hal yang berbeda; perbedaan ini tidak sepele yaitu antara sebuah obyek
dengan nama obyek. Jika kita sebut suatu obyek dengan nama lain, tidak mengubah
obyek itu sendiri, hal ini tetap benar untuk obyek-obyek pikiran dalam konteks ide
matematika. Misalnya : “lima”, “five”, “cink” “5”, “V” , “101” Semuanya
menyatakan bilangan yang sama, tetapi dalam simbol yang berbeda.
Biasanya jika kita menyatakan suatu simbol, kita ingin minta perhatian
penerima (receiver) terhadap ide yang melekat pada simbol itu dari pada terhadap
simbol itu sendiri. Ketelitian atau keseksamaan komunikasi perlu diperhatikan agar
dapat menghasilkan ide yang sama dalam pikiran penerima gagasan dari
komunikator. Untuk itu kita dapat membedakan tiga kategori pendengar atau
pembaca.
Pertama adalah orang-orang yang tidak mengetahui hal-hal yang kita bicarakan
namun mereka ingin tahu. Kepada mereka kita harus memilih simbol-simbol yang

4
paling besar kemungkinannya untuk diperhatikan dan menggunakannya seteliti
mungkin sesuai kemampuan kita dengan tujuan tidak mengkomunikasikan apapun
selain kebenaran.
Kedua adalah orang-orang yang mengerti apa yang kita katakan secara umum.
Disinilah kita coba untuk mengkomunikasikan beberapa hal yang khusus. Bila
mereka menginginkan terus bersama kita sudah semestinya kita menghemat waktu
dan konsentrasi pada hal yang esensial.
Ketiga dari pandengar atau pembaca terdiri dari orang-orang yang mengerti
tentang apa yang kita katakan tetapi ingin menyalahkannya. Seni dalam komunikasi
adalah pertama-tama untuk menangkap maknanya. Sesudah itu suatu ide yang baru
dapat dijadikan subjek sebagai penekanan dari analisis dan dikaji lebih cermat
sehingga kelemahan dapat ditemukan. Ketika suatu skema dapat dibentuk dengan
baik maka kritik yang menyerang akan merangsang manfaat perumusan yang lebih
hati-hati, kesadaran refleksinya lebih besar dan memperkuat skema tersebut.

2. Merekam (mencatat) Pengetahuan


Ide tidak hanya sesuatu yang tidak dapat dilihat dan tidak dapat didengar tetapi
juga bisa hilang. Bila seseorang meninggal maka pengetahuannya akan mati
bersamanya kecuali dia telah mencatatnya atau mengkomunikasikannya kepada
orang lain. Merekam atau mencatat adalah suatu hal penting dalam komunikasi.
Tujuannya adalah agar ide dapat dilihat atau didengar oleh orang lain baik dalam
waktu singkat maupun dalam waktu lama.
Komunikasi dengan simbol berbeda dengan komunikasi lisan. Komunikasi
lisan berlangsung dalam lingkup dimana pertanyaan dan penjelasan diberikan.
Seorang komunikator menggunakan simbol menghadapi lebih banyak kesulitan
dalam menyampaikan suatu ide atau konsep. Lambang tertulis atau tercetak harus
memberikan semua pengertian yang dimaksud, tanpa adanya pengulangan dari sisi
tertentu. Tapi ada juga keuntungannya karena penerima mempunyai catatan tetap,
untuk merivisi dan memeriksa pokok-pokok yang telah dikemukakan terdahulu.
Seperti telah diketahui bahwa struktur konseptual matematika itu adalah
gudang akumulasi pengetahuan dari generasi-generasi sebelumnya yang ditulis

5
dan dicetak dalam sistem simbol beserta penjelasannya yang memungkinkan
dipelajari oleh generasi baru. Untuk menghilangkan pengertian ganda pada
pemakaian atau mengkomunikasikan simbol, adalah setiap simbol hanya
berhubungan dengan satu konsep dan satu konsep hanya menggunakan satu simbol.
Perhatikan ilustrasi berikut ini:

Diberikan simbol/kata lapangan. Kata ini akan menimbulkan konsep yang


berbeda-beda dalam pikiran masing-masing pendengar di atas. Bagi petani
lapangan dapat dipandang sebagai tempat untuk menggembalakan ternak, bagi
pemain bola lapangan merupakan medan tempur mereka, bagi seorang
matematikawan lapangan merupakan contoh bangun datar yang berbentuk persegi
panjang dengan ukuran tertentu, bagi fisikawan lapangan dapat diartikan sebagai
suatu bidang datar yang menyimpan energi.
Biasanya pendengar mengetahui topik yang sedang dibicarakan, dan hanya ide-
ide dalam topik yang sedang dibahas yang mungkin diterima sebagai makna kata.
Jika tidak, maka pembicara menggunakan satu simbol atau lebih untuk menjelaskan
skema yang relevan secara keseluruhan. Hal ini membentuk sekumpulan pemikiran
di mana konsep mudah dijelaskan dan disebut dengan konteks. Ada tiga aturan
sederhana yang digunakan untuk menyampaikan makna yang diinginkan ketika
satu simbol berhubungan dengan banyak konsep :
a. Pastikan bahwa skema yang digunakan itu dikenal juga dengan baik oleh
pendengar/pembicara.
b. Buatlah setiap simbol/lambang pada skema hanya mewakili satu gagasan saja.
c. Jangan merubah skema-skema tanpa sepengetahuan pendengar/pembaca.
Suatu simbol dapat dipakai dengan baik untuk bermacam-macam konsep.
Untuk menghindari kesalahan konsep biasanya orang melihat konteks dari simbol
tersebut. Simbol yang sama boleh digunakan dalam konteks yang berbeda dengan

6
pengertian yang berbeda pula, namun dalam konteks yang sama suatu simbol harus
mempunyai satu pengertian saja.
Simbol/kata garis biasanya digunakan untuk tiga pengertian :
a. Garis tak terbatas panjangnya, memanjang tanpa batas di kedua arah. Makna
yang tepat untuk kata ini adalah “garis”

b. Garis yang dimulai pada suatu titik tertentu dan memanjang tanpa batas di titik
lainnya. Makna yang sesuai dengan kata ini adalah “sinar”

c. Garis yang panjangnya terhingga, dibatasi oleh dua titik. Makna yang tepat
untuk kata ini adalah “segmen garis”.

Inti dari penjelasan di atas adalah bahwa suatu konteks (baik eksplisit atau
implisit) satu simbol seharusnya hanya mewakili satu konsep. Perhatikan ilustrasi
berikut ini :

Maksud dari gambar di atas adalah arti dari konsep yang dimaksud, dan
ketetapan bahwa satu simbol hanya menggambarkan satu arti.

3. Pembentukan konsep-konsep baru.


Jika konsep yang baru merupakan konsep primer (dasar). Misalnya merah, ini
memungkinkan untuk dilakukan tanpa menggunakan simbol. Kata-kata ini adalah
secara sederhena membantu menarik perhatian. Karena merupakan kata verbal.

7
‘Dasi merah’, ‘buku merah’, ‘pencil merah’, ‘lampu merah’ secara simultan
menyatakan variasi dan contoh-contoh serta konstanta dari suatu konsep.
Secara intuitif, pelajar menggabungkan sifat yang tidak seragam dengan
ketidak-seragaman kata-kata, dan kemudian belajar membuat nama bagi konsep
tersebut sambil membentuknya. Jika suatu konsep merupakan suatu konsep
sekunder seperti semua konsep-konsep matematika, maka cara untuk menyatukan
rangkaian contoh-contoh yang sesuai dengan pikiran orang yang belajar adalah
membawa seluruhnya pada kata yang bersesuaian.
Dalam matematika, urutan konsep yang diberikan harus sesuai dengan tingkat
kesulitannya. Siswa yang mempelajari konsep baru, harus dikenalkan melalui apa
yang sudah diajarkan. Sebagai contoh, siswa dikenalkan dengan konsep layang-
layang. Sebelumnya, siswa harus sudah mengetahui apa itu segiempat, karena
layang-layang adalah segiempat dengan 2 pasang sisi bersebelahan yang sama
panjang. Kemudian, konsep tentang bilangan imajiner. Siswa sebelumnya sudah
harus mengetahui konsep akar pangkat dua dan bilangan negatif.

4. Membuat macam-macam klasifikasi dengan jelas.


Sebuah objek mungin diklasifikasikan dengan cara yang berbeda. Sebagai
contoh seorang pria bisa saja mempunyai banyak panggilan: Pak Achmad, Ayah,
Om Achmad atau Achmad. Begitu juga dengan sudut. Sudut yang sama mungkin
saja disebut sudut diantara dua sisi, atau sudut ketiga dari segitiga, dsb. Bilangan
yang sama bisa saja disebut kuadrat dari 8, pangkat tiga dari 4, atau kuadrat dari 10
dikurangi kuadrat dari 6. Bisa saja ditulis dengan simbol 82, 43, atau 102-62.
Dengan menggunakan simbol yang sudah dipilih, kita mampu berkonsentrasi
memberikan perhatian kita untuk objek yang sama dengan sifat yang berbeda.
Contoh: 4𝑥2 − 12𝑥𝑦 + 9𝑦2, dimana x dan y adalah variabel. Yang kita tahu adalah
simbol-simbol tersebut merepresentasikan beberapa bilangan. Namun, setelah kita
ubah menjadi:
4𝑥2 − 12𝑥𝑦 + 9𝑦2 = (2𝑥 − 3𝑦)2

8
Sekarang kita tahu bahwa deretan simbol tersebut merepresentasikan bilangan
positif. Walaupun ini terlihat mudah dan sederhana, namun ketika kita sudah bisa
mengklasifikasikan sesuatu, kita dapat mengetahui apa yang harus kita lakukan.

5. Penjelasan.
Penjelasan adalah suatu bentuk komunikasi yang disengaja, yang
memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu yang sebelumnya tidak
dipahami. Memahami adalah hasil dari asimilasi terhadap skema yang ada,
sehingga bila terdapat kegagalan, ada tiga kemungkinan penyebabnya, yaitu:
a. Penggunaan skema yang salah.
Dalam keadaan ini diperlukan penjelasan yang sederhana untuk mengaktifkan
skema yang tepat. Di dalam buku skemp, kata-kata seperti: fungsi, bayangan, grup,
dan lain-lain digunakan dalam pengertian sehari-hari, juga dalam pengertian
matematik. Kegagalan dalam memahaminya dapat disebabkan karena pemberian
arti yang berbeda dari yang diharapkan.
b. Kesenjangan antara ide-ide baru dengan skema yang ada terlalu besar.
Coba gunakan contoh dengan menunjukkan notasi seperti berikut :
a2 = a ×a
a3 = a×a×a
Kemudian dilanjutkan dengan :
am × an = am + n
Kemungkinan besar siswa akan mengatakan bahwa ia tidak paham dan
kemungkinan juga mereka akan mengatakan “anda sudah terlalu cepat”.
Pada kejadian ini diperlukan perbaikan tahapan penjelasan yang digunakan,
sehingga dengan demikian kesenjangan akan teratasi. Secara psikologis, seseorang
yang menjelaskan akan mengucapkan simbol-simbol yang cocok untuk
membangkitkan konsep yang berkaitan dengan skema yang telah ada dengan ide-
ide baru.
c. Skema yang sudah ada mungkin tidak mampu menyerap ide-ide baru tanpa
pemberian akomodasi, khususnya dalam kasus generalisasi matematika.

9
Dalam keadaan ini fungsi penjelasan adalah membantu pelajar untuk
menggambarkan skema yang dipikirkannya, untuk melepaskan contoh-contoh atau
ide-ide murni yang mempunyai pengaruh penyempitan dan untuk memodifikasikan
ide-ide tersebut secara tepat. Perluasan notasi bilangan nol, negatif dan pecahan
merupakan contoh kasus ini.

6. Membuat kemungkinan yang mencerminkan aktifitas


Bagian ini meliputi kesadaran seseorang pada sebuah konsep dan skema,
memperhatikan struktur dan hubungannya, dan menggunakannya dengan berbagai
cara yang bervariasi. Ketiga fungsi sistem tersebut digambarkan pada diagram yang
diberi tanda “Penerima”, “Proses Intervensi Pemikiran” , dan “Pelaksana”.

Dalam konteks sebelumnya intervening processes merupakan aktivitas kognitif


dan membuat kemungkinan semua kegiatan yang disebut sebagai kecerdasan
refleksi. Proses untuk menjadi sadar terhadap konsep yang dimiliknya pertama kali,
terlihat sangat sulit. Proses itu terjadi beberapa tahun pada masa kanak-kanak.
Meskipun demikian bagi orang-orang yang mempunyai pengembangan
kemampuan reflektif yang tinggi masih perlu berusaha dalam mencari bentuk
baru atau ide-ide secara sadar.
Untuk membangun suatu ide-ide sadar dengan sengaja nampak erat
hubungannya dengan mengasosiasikan simbolnya. Hal ini nampak belum banyak
diketahui . Konsep-konsep merupakan objek-objek yang sukar dipahami dan tidak
diperoleh begitu saja, mungkin bahwa simbol-simbol (yang berupa konsep dasar)
sebagian besar merupakan jenis konsep yang abstrak yang dapat diketahui dengan
jelas. Tentu saja beberapa proses pengetahuan dapat meningkatkan kekuatan
berpikir. Pada akhirnya assosiasi telah membentuk sampai tampak sebagai label

10
dan pegangan sehingga kita dapat memilih ( dari memori kita ) dan
memanipulasikan konsep-konsep kita. Hal ini akan lebih leluasa dengan
menggunakan simbol-simbol yang dapat dikontrol oleh pikiran kita.
Berpikir verbal ( yang secara luas dapat meliputi aljabar dan simbol-simbol lain
yang dapat diucapkan) adalah berbicara pada diri sendiri, dapat dikonfirmasikan
dengan mengamati tingkat perubahan pada anak-anak. Penggunaan simbol-simbol
yang dapat diucapkan dalam berpikir berhubungan erat dengan komunikasi, salah
satunya dinyatakan dengan komunikasi dengan diri sendiri. Jadi membangun
pikiran seseorang tampak seperti sirkuit pendek dari proses mendengar dirinya
sendiri, kemudian menceritakannya pada orang lain. Pandangan ini didukung oleh
observasi umum bahwa sesungguhnya berlaku sebagai pendengar yang sabar
(pemikir keras) hampir selalu membantu ketika orang lain sedang menyelesaikan
masalah / problem. Berpikir visual lebih ke hal individual dan berhubungan dengan
dua macam perbandingan yang akan didiskusikan pada bab selanjutnya.

7. Membantu menunjukkan struktur.


Salah satu tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara satu ide dengan ide yang lain, lalu menggabungkannya. Akan tetapi
jangkauan memori kita untuk mengingat informasi pada suatu saat sangatlah
terbatas. Apalagi informasi atau topik lebih sulit, maka akan lebih banyak
membutuhkan konsentrasi dan perhatian lebih, juga membutuhkan ketepatan dalam
mengarahkan lebih cepat sebelum berpikir. Jadi seseorang yang mencatat pikiran
seseorang pada kertas adalah suatu kemajuan. Bentuk ini yang lebih permanen
daripada “berpikir keras” dengan mengurangi ketegangan dalam menjaga informasi
dengan menggunakan notasi matematika yaitu dengan simbol. Bandingkan
beberapa hal berikut:

11
Notasi yang biasa untuk logaritma sebuah bilangan x pada basis a adalah
(baca : logaritma dengan basis a dari x). Dari definisi logaritma, jika logaritma itu
dinotasikan dengan n,
Kemudian x = an
Notasi log a x = n
Mempengaruhi untuk menuliskan a = x n, yang salah
Jika bagaimanapun menuliskan (log x)a = n (log x untuk basis a)
Ini membantu untuk mengingat bahwa x = an.

8. Membuat pengerjaan rutin secara otomatis


Berfikir merupakan suatu pekerjaan yang berat. Sekali kita mempunyai
pemahaman tentang proses matematika maka hal itu merupakan suatu keuntungan
besar karena kita dapat bekerja dengan cepat pada kesempatan berikutnya, tanpa
harus mengulang-ulang setiap waktu konsep-konsep yang rumit. Pada berbagai
tingkatan kita juga dapat membedakan antara manipulasi-manipulasi rutin dan
aktivitas pemecahan masalah, kecuali kalau yang dikerjakan dengan perhatian
minimal, tidak mungkin akan mencurahkan perhatian secara penuh pada beberapa
kesulitan yang dihadapi. Kondisi ini juga dijumpai pada berbagai keterampilan
yang dipelajari. Tidak seorangpun dapat mengendara secara baik sampai ia dapat
memindahkan persneling tanpa berpikir. Seorang ahli violing tidak dapat
menafsirkan suatu teknik bermain musik tanpa mengalami suatu kesulitan.

12
Dalam matematika hal ini dikerjakan dengan melepaskan simbol-simbol dari
konsepnya dan memanipulasi menurut bentuk-bentuk yang biasa dipakai tanpa
menghiraukan artinya. Kegitan otomatis dari tugas-tugas rutin harus jelas
perbedaannya dari simbol-simbol tak berarti dari manipulasi mekanik, yang bukan
matematika. Seorang matematikawan bekerja sercara otomatis, setiap saat dapat
menunda kehendaknya dan memanggil kembali artinya dari simbol-simbol, dan dia
harus dapat dengan mudah dari suatu bentuk aktivitas kelain aktivitas sesuai dengan
syarat-syarat dan tugas-tugas yang dikerjakan.
Hasil karya ekonomi merupakan contoh yang bagus. Pertama kita belajar
memanipulasi konsep-konsep sebagai ganti obyek real, kemudian memberikan
nama konsep, selanjutnya memanipulasi nama tersebut (dan jika manipulasi dapat
disederhanakan menjadi proses mekanik kita dapat menggunakan komputer untuk
mengerjakannya). Akhirnya kita dapat menarik kembali proses dengan cara
mengambil kembali konsep-konsep pada simbol-simbol, kemudian mewujudkan
konsep itu dalam tindakan nyata dengan objek nyata yang telah diabstraksikan pada
saat awal.
Kekuatan matematika adalah sangat luas dan pada semua tingkatan, simbol
simbol memberikan sumbangan yang cukup besar di dalamnya. Tapi tanpa
kemampuan dari matematikawan untuk menanamkan pengertian, semua tak ada
gunanya.

9. Mengungkap kembali informasi dan pemahaman.


Fungsi simbol yang akan dijelaskan kali ini hampir sama dengan pembahasan
sebelumnya, yakni simbol untuk merekam pengetahuan dan simbol–simbol juga
digambarkan sebagai gabungan label untuk mengidentifikasi dan memanipulasi
konsep. Dengan bantuan simbol-simbol seseorang dapat merumuskan kembali
konsep-konsep yang pernah dipelajarinya di masa lampau dengan lebih mudah.
Sebagai contoh, apabila siswa ditanya mengenai suatu bentuk yang memiliki
sifat reflektif, simetri dan melengkung, maka mareka akan segera menjawab
‘parabola’, daripada menjawab dengan mendeskripsikan sifat-sifat parabola dengan
kalimat yang panjang. Contoh yang lain adalah persamaan kuadrat. Apakah

13
memiliki akar-akar real? Untuk menjawab soal tersebut, biasanya yang pertama kali
muncul dalam ingatan adalah ‘diskriminan’ atau simbol b2 – 4ac. Kemudian diikuti
dengan munculnya ingatan tentang metode hitung tentang diskriman tersebut.

Simbol dalam matematika sangat membantu untuk mengingat kembali konsep


yang sudah tersimpan dalam pikiran kita, karena dalam matematika ingatan kita
merupakan kombinasi antara struktur konsep dan simbol-simbol yang terkait.

10. Aktifitas mental yang kreatif.


Pembentukan konsep yang terdiri dari formasi ide-ide baru dari ingatan
masing masing individu merupakan faktor-faktor kreatif. Oleh karena itu
mempelajari dengan cara ini, matematika adalah suatu pencarian yang menantang.
Tapi penjelasan yang digunakan lebih mengutamakan pada kreasi ide-ide, dimana
tidak seorangpun yang dapat mengerjakan sebelumnya, baik untuk memulai sesuatu
atau untuk menyelidiki keberadaan sesuatu. Sekali pemahaman baru diperoleh hal
itu dapat dikomunikasikan dalam cara-cara yang siap didiskusikan satu sama lain,
dimana skema-skema sudah cukup jauh dikembangkan dalam arah yang benar
untuk dapat diasimilasikan.
Bagaimanapun diakui bahwa sebuah proses aktivitas memerlukan permulaan
yaitu diperlukan untuk berkonsentrasi dengan sunggunh-sungguh pada suatu
masalah. Maksudnya ada suatu periode tertentu dimana suatu problem
dikesampingkan, jadi sejauh ini kesadaran ingatan yang diperhatikan adalah saat
pelemasan, situasi releks, kegiatan mental atau kegiatan jasmani lain atau istirahat.
Selama pada tingkat pusat dimana keberadaan ide-ide secara tiba-tiba cocok
dengan cara baru untuk menghasilkan ide baru. Tidak mungkin untuk mengatakan
berapa besar simbol-simbol memainkan peran yang penting atau mempunyai andil
disini. Pada bagian terdahulu dan pada tingkatan berikutnya bagaimanapun juga
fungsi mereka cukup penting. Tahap pertama adalah kuatnya konsentrasi pada

14
problem dimana semua ide yang relevan dibawa bersama dan dipertimbangkan
dari beberapa aspek dan dalam kombinasi-kombinasi yang berbeda dan
hubungannya satu sama lain. Selama periode dari refleksi ini simbol memainkan
suatu bagian dasar, untuk itu kita mengontrol secara sengaja pemikiran kita. Hal
ini bisa terjadi dengan baik jika pada tahap ini kontribusi konsep dimunculkan pada
tingkatan yang lebih tinggi dari aktivitas untuk sintesa berikut pada level bawah
sadar.
Jika pemahaman telah terjadi, hal itu memungkinkan mengingat simbol-simbol
yang sesuai secara spontan untuk menunjukan adanya assosiasi dengan proses
membuat kesadaran. Tetapi hal ini muncul tidak komplit, dan simbol-simbol
diteruskan dengan sengaja sadar, membuat kemungkinan komunikasi dan rekaman
terhadap hasil-hasil dari proses kreatif. Formulasi dan rekaman yang dengan secara
teliti diasosiasikan proses sadar secara penuh, sering dideskripsikan sebagai usaha
yang susah payah.
Celakanya tidak semua ide-ide diperoleh dengan cara-cara demikian dapat
memenuhi kesanggupan mereka. Setelah pemahaman seharusnya diikuti dengan
pemeriksaan atas kebenarannya. Dalam sains ini berarti menguji ide dengan
eksperimen. Dalam matematika ini berarti analisa logika, menguji konsistensi
internal, dan menerima pengetahuan. Sekali lagi bahwa sebuah proses refleksif
untuk simbol-simbol adalah hal yang essensial. Jika pemilihannya dengan hati-hati
berkontribusi secara langsung untuk menyatakan sebuah struktur baru.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan :
1. Simbol adalah gambar, bentuk, atau benda yang mewakili suatu gagasan, benda,
ataupun jumlah sesuatu. Simbol dalam matematika adalah suatu bentuk yang
mewakili suatu konsep ataupun ide dalam matematika.
2. Fungsi-fungsi simbol dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Alat Komunikasi
b. Merekam (mencatat) Pengetahuan
c. Pembentukan Konsep-konsep Baru
d. Membuat Macam-macam Klasifikasi dengan Jelas
e. Penjelasan
f. Membuat Kemungkinan yang Mencerminkan Aktifitas
g. Membantu Menunjukkan Struktur
h. Membuat Pengerjaan rutin secara otomatis
i. Mengungkap Kembali Informasi dan pemahaman
j. Aktifitas Mental yang Kreatif

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Skemp,R.Richard. (1971). Pshycology of Learning Matematics. Harmondsworth:


Penguin Books Ltd.

18

Anda mungkin juga menyukai