Anda di halaman 1dari 29

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi
1. Pengertian

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam sebuah interaksi

tatap muka yang berisi ide, perasaan, perhatian, makna, serta pikir, yang diberikan

pada penerima pesan dengan harapan si penerima pesan menggunakan informasi

tersebut untuk mengubah sikap dan perilaku (Amirah, 2013).


Pengertian komunikasi yang lain adalah proses sosial dimana

individuindividu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan

menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka (Nursalam, 2011).


Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau

informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga

orang lain tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-

pikiran atau informasi (Amirah, 2011)


2. Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi menurut Nasir et al.(2009) terbagi dalam

beberapa bentuk :
a. Aggressive Communication Komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain

dan cenderung untuk merendahkan/ mengendalikan/ menghukum orang lain.


b. Passive Communication (Submisivve) Komunikasi ini lawan dari komunikasi

agresif, dimana bentuk komunikasi ini cenderung mengalah, dan tidak dapat

mempertahankan kepentingannya sendiri, sehingga hak mereka cenderung

dilanggar, dan terjadi penolakan pasif dimana mereka hanya mengomel

dibelakang.
11

c. Assertive Communication Merupakan komunikasi yang terbuka menghargai

diri sendiri dan orang lain, serta mengedepankan pada hubungan perasaan

antar manusia.
3. Tujuan Komunikasi
Komunikasi memiliki beberapa tujuan. Tujuan utama komunikasi adalah

untuk membangun atau menciptakan pemahaman dan pengertian bersama.

Sebagai mana pendapat yang disampaikan Nasir et al.(2009) dalam Amirah, 2011,

tujuan komunikasi sebagai berikut :


a. Perubahan sikap (attitude change) Pesan yang diterima oleh komunikan

(penerima pesan) menimbulkan pemahanan dan akan menumbuhkan

kesadaran untuk menyetujui apa yang disampaikan oleh komunikator

(pemberi pesan), sehingga mempengaruhi sikap komunikan sesuai keinginan

komunikator.
b. Perubahan pendapat (opinion change) Pemahaman yang timbul dari proses

komunikasi yang dimiliki komunikan dalam menerima pesan secara cermat,

akan menciptakan pendapat yang berbeda-beda.


c. Perubahan perilaku (behavior change) Pengertian dan pemahaman terhadap

suatu pesan memberikan respon pada komunikan untuk merubah perilaku.


d. Perubahan sosial (social change) Membangun dan memelihara ikatan

hubungan dengan orang lain sehingga menjadi hubungan yang makin baik,

dan secara tidak sengaja komunikasi efektif akan meningkatkan keeratan

hubungan interpersonal.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Nasir et al.(2009) dalam Amirah, 2011 mengemukakan beberapa hal yang

mempengaruhi dalam proses komunikasi :


a. Status sosial
Perbedaan setatus sosial, seperti tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jabatan

atau kedudukan perlu diperhatikan untuk mendapatkan komunikasi efektif,


12

karena pergaulan kita sudah bukan pergaulan bersifat tidak pribadi lagi, selalu

dinamis, dan harus menempatkan diri pada pergaulan yang rasional. Hal ini

membuat seseorang harus berfikir ulang dalam bergaul, sehingga dapat

menghambat komunikasi.
b. Sosial budaya
Keberagaman budaya, suku, ras, norma, bahasa, kebiasaan hidup, dan

sebagainya, membuat manusia harus beradaptasi dalam pergaulan dan

berkomunikasi. Hal ini dilakukan guna memahami, menyelami, dan

mengkondisikan diri dalam keterlibatan berkomunikasi.


c. Status psikologis
Seorang komunikator harus mempersiapkan kondisi psikologisnya sehingga

apa yang akan disampaikan sesui dengan isi pesan tersebut. Apabila

komunikan menyampaikan pesan dalam kondisi marah, kecewa, cemas, iri

hati, bingung, pikiran kalut, tidak dikendalikan oleh komunikan dan terutama

oleh komunikator, pesan yang disampaikan akan menimbulkan pemahaman

yang berbeda.
d. Prasangka
Dugaan yang belum menjamin kebenaran dan selalu menjurus pada

kesimpulan yang negatif, karena pandangan yang tidak realistis.


e. Hambatan Semantis
Bahasa yang digunakan seringkali memiliki perbedaan arti dan persepsi

karena adanya perbedaan budaya, sehingga akan mengganggu dalam

mempersepsikan pesan yang diberikan tidak bersahabat akan menghambat

dalam upaya menerjemahkan isi pesan.


f. Lingkungan
Lingkungan yang berisik dan tidak bersahabat akan menghambat upaya

menerjemahkan isi pesan, karena adanya gangguan konsentrasi dalam

mempersepsikan pesan.
g. Hambatan mekanis
13

Penggunaan media dalam berkomunikasi terkadang menimbulkan isi pesan

menjadi tidak jelas karena adanya gangguan/ hambatan pada saluran

komunikasi.

B. Metode Komunikasi SBAR

1. Pengertian Komunikasi SBAR

Komunikasi yang berbasis SBAR merupakan strategi komunikasi yang

dipakai oleh team pelayanan kesehatan dalam melaporkan maupun

menyampaikan keadaan pasien kepada teman sejawat. Komunikasi SBAR

dilakukan pada saat timbang terima (handover), pindah ruang rawat maupun

melaporkan kondisi pasien ke dokter atau tim kesehatan lain (Tim KP-RS RSUP

Sanglah, 2011).

Kerangka komunikasi SBAR memuat informasi pasien tentang Situation,

Background, Assessment dan Recommendation. Komunikasi SBAR adalah cara

sederhana yang secara efekif telah mengembangkan komunikasi dalam setting lain

dan efektif pula digunakan pada pelayanan kesehatan (Ohio’s Medicare, 2010).

2. Tujuan Komunikasi SBAR


SBAR menawarkan solusi kepada rumah sakit dan fasilitas perawatan

untuk menjembatani kesenjangan dalam komunikasi, termasuk serah terima

pasien, transfer pasien, percakapan kritis dan panggilan telepon. Ini menciptakan

harapan bersama antara pengirim dan penerima informasi sehingga keselamatan

pasien dapat tercapai. Menggunakan SBAR, laporan pasien menjadi lebih akurat

dan efisien.
Teknik komunikasi SBAR ini sederhana namun sangat efektif dan dapat

digunakan ketika seorang perawat memanggil dokter (laporan pasien) , perawat


14

melakukan serah terima pasien serta perawat mentransfer pasien ke fasilitas

kesehatan lain atau ke tingkat komunikasi yang efektif antara penyedia layanan

kesehatan sangat penting untuk keselamatan pasien. Kebanyakan perawat kurang

pengalaman dalam berkomunikasi dengan dokter dan penyedia layanan kesehatan

lainnya. Teknik komunikasi SBAR merupakan teknik komunikasi yang

memberikan urutan logis, terorganisir dan meningkatkan proses komunikasi untuk

memastikan keselamatan pasien. perawatan yang lain.

3. Konsep Komunikasi SBAR

Penggunaan standar komunikasi dalam memberikan perawatan di rumah

sakit sangat diperlukan, sehingga kesalahan dan kegagalan komunikasi yang dapat

mengakibatkan medical error dapat diminimalisir. Michael Leonard,MD dalam

Cynthia D. & Gayle (2009) memperkenalkan bentuk komunikasi efektif yang

dilakukan dalam memberikan perawatan dengan kerangka yang berisi Situasi -

Latar Belakang - Assessment- Rekomendasi(Situation-Background-Assessment-

Recommendation/SBAR).

a. Metode komunikasi SBAR

Tehnik komunikasi dengan metode SBAR terdiri dari empat langkah (Arini,

2012):

1) Situasi

Menyampaikan apa yang terjadi dengan pasien. Di mulai dengan

memperkenalkan diri, mengidentifikasi pasien, dan menyatakan masalah.

2) Background
15

Menyampaikan apa latar belakang pada pasien ini. Sampaikan hasil

pemeriksaan penunjang dan catatan perkembangan (jika situasi dan waktu

memungkinkan). Antisipasi pertanyaan yang mungkin diajukan oleh

komunikator (tenaga kesehatan).

3) Penilaian (Assessment)

Menyampaikan hasil pengamatan dan evaluasi dari kondisi pasien.

4) Rekomendasi

Menyampaikan atau meminta saran berdasar informasi yang ada.

b. Fungsi SBAR dalam proses komunikasi


SBAR merupakan salah satu mekanisme yang mudah digunakan

dalam sebuah percakapan, terutama guna menyampaikan hal yang kritis, dan

membutuhkan perhatian segera seorang dokter untuk memberikan suatu

tindakan.
Alat ini dapat mempermudah dan dijadikan standar oleh tenaga

kesehatan untuk menjelaskan informasi apa yang harus dikomunikasikan

antara anggota tim, dan bagaimana tindakan selanjutnya. Hal ini juga dapat

membantu petugas kesehatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

budaya keselamatan pasien (Arini, 2012).

c. Kelebihan Dokumentasi SBAR

1) Menyediakan cara yang efektif dan efesien untuk menyampaikan

informasi dan timbang terima

2) Menawarkan cara sederhana untuk membakukan komunikasi dengan

menggunakan elemen komunikasi SBAR

3) Menghindari kesalahan dalam proses komunikasi timbang terima pasien.


16

4) Menciptakan metode yang sama dalam proses timbang terima. .

d. Manfaat Dokumentasi SBAR

1) Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat

2) Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya

tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

3) Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi

mengenai pasien telah dicatat

e. Keuntungan Dokumentasi SBAR:

1) Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif

2) Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham

akan kondisi pasien.

C. Operan
1. Pengertian
Operan memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu diantaranya

handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross coverage. Handover

adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang dilakukan oleh perawat

pada pergantian shift jaga. Friesen (2008) menyebutkan tentang definisi dari

handover adalah transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan

tanggung gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang

mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.

Handoffs juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung

jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke perawat yang

akan melanjutnya perawatan.


Nursalam (2010), menyatakan operan adalah suatu cara dalam

menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Handover


17

adalah waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang

pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. Tujuan dari handover adalah

menyediakan waktu, informasi yang akurat tentang rencana perawatan pasien,

terapi, kondisi terbaru, dan perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.

2. Tujuan Operan
1. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
2. Menyampaikan hal - hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan

keperawatan kepada klien.


3. Menyampaikan hal - hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti oleh dinas

berikutnya.
4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
(Arini, 2012)

3. Langkah - langkah dalam Operan

1. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.


2. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal - hal yang akan

disampaikan.
3. Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggung jawab shift

selanjutnya meliputi:
a. Kondisi atau keadaan pasien secara umum
b. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan
c. Rencana kerja untuk dinas yang menerima laporan
4. Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas dan tidak

terburu-buru.
5. Perawat primer dan anggota kedua shift bersama - sama secara langsung

melihat keadaan pasien.


(Nursalam, 2010)

4. Prosedur dalam Operan


1. Persiapan
a. Kedua kelompok dalam keadaan siap
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan
2. Pelaksanaan
18

Dalam penerapannya, dilakukan operan kepada masing – masing

penanggung jawab:

a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan


b. Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang

terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang

masalah keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum

dilaksanakan serta hal - hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.


c. Hal - hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap

sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan

kepada perawat yang berikutnya


d. Hal - hal yang perlu disampaikan pada saat operan adalah :
1) Identitas klien dan diagnosa medis
2) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul
3) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan
4) Intervensi kolaborasi dan dependen
5) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan

selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau

prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.


e. Perawat yang melakukan serah terima dapat melakukan klarifikasi, tanya

jawab dan melakukan validasi terhadap hal - hal yang kurang jelas.

Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas


f. Lama serah terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada

kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.


g. Pelaporan untuk serah terima dituliskan secara langsung pada buku

laporan ruangan oleh perawat (Nursalam, 2010)

Operan memiliki 3 tahapan yaitu:


19

a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung

jawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga

sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang

melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu sendiri yang

berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua

arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada perawat shift yang

datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung

jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari perawat yang

menerima operan untuk melakukan pengecekan data informasi pada medical

record atau pada pasien langsung.

5. Metode dalam Operan


1. Operan dengan metode tradisional

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kassesan dan Jagoo

(2005) disebutkan bahwa operan jaga (handover) yang masih tradisional

adalah:

a. Dilakukan hanya di meja perawat.


b. Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan

munculnya pertanyaan atau diskusi.


c. Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi

secara umum.
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga

proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya

tidak up to date.
2. Operan dengan metode bedside handover
20

Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan

sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover

yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien

atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback.

Secara umum materi yang disampaikan dalam proses operan jaga

baik secara tradisional maupun bedside handover tidak jauh berbeda,

hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan diantaranya:

a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait

kondisi penyakitnya secara up to date.


b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan

perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi

pasien secara khusus.

Bedside handover juga tetap memperhatikan aspek tentang

kerahasiaan pasien jika ada informasi yang harus ditunda terkait adanya

komplikasi penyakit atau persepsi medis yang lain.

Operan memiliki beberapa metode pelaksanaan diantaranya:

a. Menggunakan Tape recorder

Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan

kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu

berupa one way communication.

b. Menggunakan komunikasi oral atau spoken


Melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
c. Menggunakan komunikasi tertulis – written
21

Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record

saja atau media tertulis lain.

Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk

dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode

untuk dikombinasi.

Menurut Joint Commission Hospital Patient Safety, menyusun

pedoman implementasi untuk operan, selengkapnya sebagai berikut :

1. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya

pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.


2. Informasi tentang pasien yang disampaikan harus up to date meliputi

terapi, pelayanan, kodisi dan kondisi saat ini serta yang harus

diantipasi.
3. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh

perawat penerima dengan melakukan pengecekan dengan membaca,

mengulang atau mengklarifikasi.


4. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk

perawatan dan terapi sebelumnya.


5. Handover tidak disela dengan tindakan lain untuk meminimalkan

kegagalan informasi atau terlupa.


2. Faktor - faktor dalam Operan
a. Komunikasi yang objective antar sesama petugas kesehatan.
b. Pemahaman dalam penggunaan terminology keperawatan.
c. Kemampuan menginterpretasi medical record
d. Kemampuan mengobservasi dan menganalisa pasien.
e. Pemahaman tentang prosedur klien
22

3. Efek Operan dalam Shift Jaga

Serah terima atau operan jaga memiliki efek - efek yang sangat

mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien.

Efek - efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:

a. Efek Fisiologi
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur

selama kerja malam.


b. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis

hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan

mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat.


c. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek

fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan

kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku

kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.


d. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung

terjadi pada usia 50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap

keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

e. Efek Terhadap Keselamatan Kerja


Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang

dilakukan Smith et. Al (dalam Adiwardana, 1989), melaporkan bahwa

frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam)

dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja..

4. Dokumentasi dalam Operan


23

Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam

komunikasi keperawatan.

Yang perlu di dokumentasikan dalam operan antara lain:

a. Identitas pasien.

b. Diagnosa medis pesien.

c. Dokter yang menangani.

d. Kondisi umum pasien saat ini.

e. Masalah keperawatan.

f. Intervensi yang sudah dilakukan.

g. Intervensi yang belum dilakukan.

h. Tindakan kolaborasi.

i. Rencana umum dan persiapan lain.

j. Tanda tangan dan nama terang.

Manfaat pendokumentasian adalah:

a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.

b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan lainnya

tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai informasi

mengenai pasien telah dicatat.

(Ahmad, 2012)

5. Mekanisme Kegiatan Operan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana


24

Pra Operan a. Kedua kelompok dinas sudah 10 menit Nurse Karu

siap dan berkumpul di Nurse Station PP

Station PA

b. Karu mengecek kesiapan

timbang terima tiap PP

c. Kelompok yang akan bertugas

menyiapkan catatan (Work

Sheet), PP yang akan

mengoperkan, menyiapkan

buku timbang terima &nursing

kit

d. Kepala ruangan membuka

acara timbang terima

dilanjutkan dengan doa.


Pelaksanaan PP dinas pagi melakukan serah 20 menit Nurse Karu

Operan terima kepada PP dinas sore. Hal- Station PP

hal yang perlu disampaikan PP Disampi PA

pada saat serah terima : ng

1. Identitas klien dan diagnosa tempat

medis termasuk hari rawat tidur

keberapa atau post op hari klien

keberapa.

2. Masalah keperawatan.

3. Data yang mendukung.


25

4. Tindakan keperawatan yang

sudah/belum dilaksanakan.

5. Rencana umum yang perlu

dilakukan: Pemeriksaan

penunjang, konsul, prosedur

tindakan tertentu.

6. Karu membuka dan memberi

salam kepada klien, PP pagi

menjelaskan tentang klien, PP

sore mengenalkan anggota

timnya dan melakukan validasi

data.

7. Lama serah terima setiap klien

kurang lebih 5 menit, kecuali

kondisi khusus yang

memerlukan keterangan lebih

rinci

Post Operan 1. Klarifikasi hasil validasi data 5 menit Nurse Karu

oleh PP sore. station PP

2. Penyampaian alat- alat PA

kesehatan

3. Laporan timbang terima

ditandatangani oleh kedua PP


26

dan mengetahui Karu (kalau

pagi saja).

4. Reward Karu terhadap perawat

yang akan dan selesai

bertugas.

5. Penutup oleh karu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift.

2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab atau penanggung

3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas

4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan

menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.

5. Serah terima harus berorientasi pada permasalahan pasien.

6. Pada saat serah terima di kamar pasien, menggunakan volume yang cukup

sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang rahasia bagi

klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara

langsung di dekat klien.

7. Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan shock sebaiknya

dibicarakan di nurse station

(Nursalam, 2010)

6. Evaluasi dalam Operan


a. Evaluasi Struktur
27

Pada serah terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah tersedia

antara lain : Catatan serah terima, status klien dan kelompok shift timbang

terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan timbang terima yang

dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke sore. Sedangkan kegiatan

serah terima pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer.

b. Evaluasi Proses

Proses serah terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan

oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengganti shift.

Perawat primer malam menyerahkan ke perawat primer berikutnya yang akan

mengganti shift. Serah terima pertama dilakukan di nurse station kemudian

ke bed klien dan kembali lagi ke nurse station. Isi serah terima mencakup

jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan

yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan

serah terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.

c. Evaluasi Hasil

Serah terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap perawat

dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi antar perawat berjalan

dengan baik

(Arini, 2012)

D. Pengetahuan
1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2012).

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni : indera


28

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).

2. Pentingnya Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru didalam

diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni:

a. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).


b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap

subjek sudah mulai timbul

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.


d. Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatusesuai dengan

apa yang kehendaki oleh stimulus.


e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru

atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh

pengetahuan, kesadara dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan

bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak

didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akantidak berlangsung lama. Jadi,

pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah

perilaku (Notoatmodjo, 2012).


29

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan ( Notoatmodjo, 2012), yaitu

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik, dan seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.Oleh sebab itu, "tahu" ini

adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain :

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramaikan

dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi

disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum- hokum, rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam penghitungan-


30

penghitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus

pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah

kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian-penilaian

ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau


31

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden.Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan- tingkatan diatas.

(Notoatmodjo, 2012)

4. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

bersangkutan.Perilaku manusia adalah suatu aktivitas daripada manusia itu

sendiri.Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.Blum (1986)

menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia

yaitu genetic (hereditar), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku.

(Notoatmodjo, 2012).

Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3

faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok

sebagai berikut:

a. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor) yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang

terdapat dalam diri individu maupun masyarakat.


b. Faktor pendukung (Enabling factor) antara lain umur, status sosial

ekonomi, pendidikan, dan sumber daya manusia.


c. Faktor pendorong (Reinforcing factor) yaitu factor yang memperkuat

perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang

tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.


5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
32

a. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman

pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu

cara untuk memperoleh kebenaran suatu pengetahuan.


b. Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila

dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang

termasuk kedalam kebutuhan sekunder.

c. Lingkungan sosial ekonomi

Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih

banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi.

d. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian

respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan

tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang

datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang akan mereka

dapatkan.

e. Paparan media massa atau informasi

Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai

informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih

sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lain-lain) akan
33

memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang

tidak pemah terpapar informasi media massa.

f. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan

Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya

akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2012)

E. Sikap
1. Pengertian

Sikap merupakan reaksi / respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek. (Notoatmodjo, 2012). Sedangkan menurut Widayatun,

1999 dalam (Arini, 2011), sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan

yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik/terarah

terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Dari berbagai batasan tentang sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap

itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

prilaku tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu. Sedangkan New Comb salah seorang ahli psikologi

sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan suatu kesiapan/kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2012).


34

2. Komponen Sikap
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude ). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting. Pengetahuan akan merangsang seseorang

untuk berfikir dan berusaha untuk mencari penyelesaian sehingga sikap seseorang

terhadap obyek menjadi baik. Sikap yang didasari dengan pengetahuan akan

bertahan lebih lama daripada sikap yang tidak didasari oleh pengetahuan.

3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo ( 2012 ), tingkatan sikap terbagi menjadi 4 yaitu:
a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon ( Responding )

Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap.Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas

dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide itu.

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu

masalah / suatu indikasi sikap tingkat 3.

d. Bertanggung jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


35

F. Konsep Motivasi

1. Pengertian
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi

pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktorfaktor yang

menyebabkan, menyalurkan, dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam

arah tekad tertentu (Nursalam, 2011).


Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk

mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut

untuk memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Meskipun secara umum motivasi

merujuk ke upaya yang dilakukan guna mencapai setiap sasaran, disini kita

merujuk ke sasaran organisasi karena fokus kita adalah perilaku yang berkaitan

dengan kerja (Robbins & Coulter, 2007). Oleh sebagian besar ahli, proses

motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan atau hasil yang dicari

karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang. Memotivasi

orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia

berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Suarli dan

Bahtiar, 2010).
Menurut Suarli dan Bahtiar (2010), menurut bentuknya motivasi terdiri

atas:
a. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu.
c. Motivasi terdesak, yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan

munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali.


2. Motivasi Kerja
Bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan

kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental (As’ad, 2001). Bekerja
36

merupakan proses fisik maupun mental manusia dalam mencapai tujuannya

(Gilmer, 1971 dalam Nursalam 2011).


Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk

membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan

dengan lingkungan kerja (Nursalam, 2011).


a. Prinsip-prinsip dalam motivasi kerja
Menurut Nursalam (2011), terdapat beberapa prinsip dalam memotivasi kerja

pegawai yaitu:
1) Prinsip partisipatif Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu

diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang

akan dicapai oleh pemimpin.


2) Prinsip komunikasi Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang

berhubungan dengan usaha pencapaian tugas. Dengan informasi yang

jelas, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.


3) Prinsip mengakui andil bawahan Pemimpin mengakui bahwa bawahan

(pegawai) mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan. Dengan

pengakuan tersebut, pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.


4) Prinsip pendelegasian wewenang Pemimpin akan memberikan otoritas

atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat

mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan

membuat yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan

yang diharapkan oleh pemimpin.


5) Prinsip memberi perhatian Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa

yang diinginkan pegawai bawahannya, sehingga bawahan akan termotivasi

bekerja sesuai dengan harapan pemimpin.


G. Kerangka Teori
Pengetahuan
- Notoatmodjo (2012)

Penerapan
Komunikasi SBAR
37

Sikap
- Notoatmodjo (2012)

Motivasi
- Nursalam (2011)

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Penelitian

 = garis penghubung

H. Penelitian Terkait

Penelitian yang penulis lakukan belum ada yang meneliti disini, adapun

penelitian yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan adalah:

1. Hasil Penelitian Suharmanto (2015) dengan judul Identifikasi Efektif SBAR

(Situation, Background, Assesment, Recomendation) Di RSUD Kota

Mataram menunjukkan bahwa pada komponen komunikasi situation (S)

sebagian besar dalam kategori efektif, pada komponen komunikasi

background (B), assesment (A) dan recommendation (R) sebagian besar

dalam kategori tidak efektif. Secara umum, sebagian besar komunikasi

perawat dalam kategori efektif, sehingga diharapkan bagi pihak rumah sakit

dapat meningkatkan komunikasi efektif sehingga dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan, mengadakan pelatihan komunikasi serta pemberian

modul komunikasi efektif sehingga pasien dapat merasakan kepuasan dalam

pelayanan di rumah sakit.

2. Hasil penelitian Eko (2014) dengan judul Hubungan Motivasi Dengan

Pelaksanaan Komunikasi SBAR dalam Handover (Operan jaga) pada Perawat

Di RSUD Salatiga Kota Salatiga menunjukkan bahwa ada hubungan motivasi


38

dengan pelaksanaan komunikasi SBAR dalam handover pada perawat di

RSUD Salatiga.

3. Berdasarkan Penelitian yang di lakukan oleh Nurfitria (2013) yang

mengindentifikasi efektifitas pelatihan komunikasi SBAR dalam

meningkatkan motivasi dan fisikomotor perawat diruang medikal bedah RS

PKU Muhammad Diah Surakarta. Hasil penelitian diperoleh responden yang

mempunyai pengalaman kerja dari 10 tahun sebanyak 22,5%. Nilai rata-rata

motivasi perawat ada peningkatan dari pre test sebesar 87,15 menjadi 93,15

dengan kategori nilai tersebut menujukan perawat mempunyai motivasi yang

tinggi. Gambaran motivasi perawat sebelum dan sesudah pelatihan

komunikasi SBAR mempunyai nilai yang termasuk kategori tinggi dengan

ada peningkatan dari 84,45 menjadi 86,40.

Anda mungkin juga menyukai