Anda di halaman 1dari 2

Della Juliatum Maharani (D1091161024)

Intoleransi Agama sebagai Peluntur Identitas Indonesia

Salah satu ciri khas maupun identitas nasional bagi bangsa Indonesia yaitu multikulturalisme.
Multikulturalisme merupakan sebuah istilah dari sudut pandang seseorang dalam melihat keberagaman
budaya (multikultural) termasuk agama dan nilai-nilainya yang ada dalam kehidupan manusia. Akibat
multikulturalisme tersebut bangsa Indonesia memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti
berbeda-beda namun tetap satu jua. Semboyan ini bertujuan mengikat tali persaudaraan masyarakat
Indonesia yang berbeda-beda dan menandakan toleransi terhadap keberagaman yang dimiliknya.

Seiring proses pelebaran gaya hidup maupun pemikiran yang datang bersamaan akibat arus
globalisasi mengakibatkan semboyan itu melemah. Globalisasi menghasilkan dampak yang negatif bagi
persatuan Indonesia dan membuat identitas yang perlahan menghilang. Intoleransi salah satu dampak
negatif akibat globalisasi dapat mengancam ciri khas Indonesia yang menerima keberagaman mulai
memudar. Intoleransi merupakan sikap yang tidak terbuka atau tidak menerima terhadap suatu
kepercayaan atau praktik kepercayaan lain. Kini, intoleransi masyarakat Indonesia semakin meningkat
terutama intoleransi bagi umat beragama yang ada di Indonesia.

Permasalahan intoleransi di Indonesia belakangan ini banyak terjadi menciptakan hubungan


antarumat beragama semakin renggang dan canggung. Contoh dari intoleransi agama di Indonesia
misalnya penolakan terhadap fasilitas ibadah untuk sebuah agama seperti penolakan menara masjid yang
terjadi di Jayapura dan penolakan pembangunan gereja di Bekasi Utara. Kemudian, beberapa kasus
intoleransi di Indonesia yang terbaru seperti persekusi terhadap biksu di Tanggerang, serangan gereja di
Sleman, penyerangan terhadap ulama di Lamongan dan lainnya. Kasus-kasus tersebut merupakan
intoleransi yang berakibat dari primodialisme dan mengakibatkan radikalisme.

Primodialisme adalah sikap yang lebih mementingkan kepentingan golongan berdasarkan


identitas daerah, agama, suku, atau golongannya daripada kepentingan umum bangsanya. Atas sikap ini,
individi maupun kelompok yang primodialis cenderung membeda-bedakan atau diskriminasi terhadap
perbedaan yang dimiliki diantara mereka sehingga timbul rasa ingin membela mati-matian demi
kepentingan berdasarkan identitas agama, suku, maupun golongan mereka. Sikap membela mati-matian
ini bisa disebut dengan radikalisme. Biasanya akibat dari radikalisme ini memicu adanya perbuatan yang
anarkis dan mengancama keamanan lingkungan sekitarnya bahkan berujung pada ancaman teror.
Hubungannya dengan globalisasi ialah percepatan informasi dan teknologi yang dapat menciptakan
gerakan dengan sikap diskriminasi dan membela mati-matian pemikiran sesuai golongan mereka.

Sikap saling mementingkan agama maupun suku ini membuat integrasi Indonesia semakin
melemah dan dapat mengancam rasa persatuan sebagai suatu bangsa dan melunturnya identitas nasional
Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah maupun masyarakat harus bisa saling bekerja sama dalam
menjaga persatuan bangsa Indonesia dengan saling menerima perbedaan namun tetap berlandaskan
Pancasila sehingga dapat mengikuti arus positif dari globalisasi secara baik. Berikut ini saran untuk
mencegah dan mengatasi sikap intoleransi.

 Penyediaan fasilitas bertukar informasi dan kreatifitas secara langsung bagi masyarakat Indonesia
terutama anak muda Indonesia. Misalnya pemerintah dapat menyediakan fasilitas ruang terbuka yang
dilengkapi aksesibilitas dalam ilmu pengetahuan dan ruang perjumpaan bagi anak muda Indonesia
dalam bertukar pikiran. Selain itu, pemerintah juga harus mendukung kegiatan kreatifitas bagi
masyarakat Indonesia seperti pagelaran berbagai macam budaya yang dirangkul dalam suatu
pertunjukan seni budaya.
 Pemerintah dapat mengajak masyarakat Indonesia untuk bersikap toleransi sesama bangsa Indonesia
melalui peran tokoh-tokoh besar dari agama maupun suku Indonesia.
 Pemerintah diharapkan terus berupaya menerapkan pemikiran dan pelaksanaan Pancasila melalui
kurikulum pendidikan di Indonesia dengan tidak menutup diri terhadap perkembangan positif dari
globalisasi.
 Penggunaan media sosial yang harus diawasi pemerintah dalaam penyalahgunaan informasi seperti
berita bohong, fitnah, dan ujaran kebencian terkait SARA. Selanjutnya, media juga harus lebih
informatif dalam menanamkan rasa nasionalisme seperti tidak hanya mengulas tentang permasalahan
namun tetap memberikan saran dan langkah sesuai ideologi Indonesia dalam mengatasi permasalahan
tersebut terutama intoleransi dengan selalu mengampanyekan perdamaian dan kerukunan Indonesia.
 Masyarakat harus lebiih bijak dalam menggunakaan media sosial seperti tidak mudah menyebarkan
berita yang tidak diketahui kebenarannya dan mengawasi anak-anak dalam penggunaan teknologi.
 Setiap indvidu termasuk Anda tentunya ingin merasakan kenyamanan dan kententraman dalam
kehidupan oleh karena itu sikap sesuai Pancasila harus diterapkan oleh setiap individu dalam
kehidupannya baik dari sikapa saling menghormati antara agama, suku, dan budaya agar tetap
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta :)

Anda mungkin juga menyukai