FISIKA DASAR
KALORIMETER
Energi termal adalah energi kinetik acak dari partikel yang menyusun suatu sistem.
Panas Q adalah energi termal yang berpindah dari suatu sistem pada suatu temperatur ke
sistem yang lain yang mengalami kontak/bersentuhan dengannya, tetapi benda pada
temperatur yang lebih rendah. Satuan Sinya adalah Joule, satuan-satuan lain yang digunakan
untuk panas adalah kalori (1 kal=4,184 J) dan satuan panas Inggris atau British termal unit (1
Btu= 1054) (Bueche, 2006).
Jumlah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat adalah
sebanding dengan perubahan temperatur suatu zat dan massanya (Giancoli, 1997).
Q=m x c x ∆t =t x ∆t
Dengan C adalah kapasitas panas zat. Kalor jenis c adalah kapasitas panas per satuan
massa
C=
Panas jenis air 1 kal/goC atau 1 kal/kgoC. Dari definisi Btu panas jenis air adalah 1
Btu/16oF. Kapasitas panas air sangat besar dibanding dengan zat lain sehingga air dapat
menyimpan energi termis atau termal dengan baik sekali (Tipler, 2002).
Panas jenis benda dengan mudah dapat diukur dengan memanaskan benda sampai
temperatur tertentu yang mudah diukur dengan menempatkannya dalam bejana air yang
massa dan temperaturnya diketahui dan dengan mengukur temperatur kesetimbangan akhir.
Jika seluruh sistem terisolasi dengan sekitarny, maka panas yang keluar dari benda sama
dengan panas yang masuk ke air dan wadahnya. Prosedur ini disebut dengan kalorimetri dan
wadah air yang terisolasi dinamakan kalorimeter. Misalkan m adalah massa benda, c adalah
kalor jenis dan Toadalah temperatur awal. Jika T1 adalah temperatur akhir benda dalam
nejana air, maka panas yang keluar dari benda adalah
Qkeluar = m x c (To – T1)
Jika To adalah temperatur awal air dan wadahnya dan T1 adalah temperatur akhir
benda dan air, maka panas yang diserap oleh air dan wadahnya adalah
Qmasuk = ma x ca (T1 - To) + mw x cw (T1 - To)
Dengan ma dan ca adalah massa dan panas jenis air dan mw dan cw adalah massa dan panas
jenis wadah. Karena jumlah panas ini sama, panas jenis c benda dapat dihitung dengan
menuliskan panas yang keluar dan yang masuk.
Qkeluar = Qmasuk
Ma (To – T1) = ma x cw (T1 - To) + mw x cw (T1 - To)
Karena hanya beda temperatur yang ada dalam persamaan di atas dan karena kelvin dan
celcius berukuran sama, maka semua temperatur dapat diukur dalam skala celcius maupun
kelvin tanpa mempengaruhi hasil (Muran, 2004).
Bila panas diberikan pada suatu zat pada tekanan konstan, maka biasanya hasilnya
adalah kenaikan temperatur zat. Namun, terkadang zat dapat menyerap panas dalam jumlah
besar tanpa mengalami perubahan apapun pada temperaturnya. Ini terjadi selama perubahan
fasa, artinya ketika kondisi fisis zat itu berubah dari satu bentuk menjadi bentuk lain
(Kardiawarman, 1994).
Untuk zat murni, perubahan fasa pada tekanan tertentu terjadi hanya pada temperatur
tertentu. Contoh, air murni pada tekanan 1 atm berubah dari padatan menjadi cairan pada 0oC
dan dari cairan menjadi gas 100oC.
Sejumlah energi panas tertentu dibutuhkan ntuk mengubah fasa sejumlah zat tertentu.
Panas yang dibutuhkan sebanding dengan massa zat. Panas yang dibutuhkan untuk
mencairkan zat bermassa m tanpa perubahan temperaturnya adalah
Q = m x Lj
Dengan Lj dinamakan panas laten peleburan zat tersebut. Untuk pencairan es menjadi air
pada tekanan 1 atm. Panas laten peleburan adalah 333,5 KJ/kg = 79,7 kkal/kg. Bila
perubahan fasa adalah dari cairan menjadi gas, maka panas yang dibutuhkan adalah
Q = m x Lv
Dengan Lv dinamakan panas laten penguapan. Untuk air pada tekanan 1 atm, panas laten
penguapan adalah 2,26 MJ/kg = 540 kkal/kg (Tipler, 2002).
3.2 Desain
Adapun desain dari percobaan kalorimeter adalah sebagai berikut :
K = 100% - I%
3.4.2 Menentukan Kalor Lebur Es
K = 100% - I%
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Joseph Black
yang dikenal dengan asaz Black “apabila dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur,
maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu
keduanya sama”. Banyaknya kalor yang dilepas benda yang lebih panas sama dengann
banyaknya kalor yanga diterima benda yang lebih dingin. Sebuah benda untuk menurunkan
∆T akan melepaskan kalor yang sama besarnya dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan
benda itu untuk menaikkan suhunya sebesar ∆T juga. Torinya adalah : Q lepas = Qterima. Dalam
kalorimeter hubungan asaz Black terhadap kalorimeter yaitu kalor pada sistem arah konstan
apabila sistem terisolasi sehingga Qmasuk sama dengan Qkeluar.
Kalor merupakan energi maka dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Berdasarkan hukum kekekalan energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor,
begitu sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi kalor. Dalam pembahasan ini
hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan
mengubah energi listrik menjadi kalor adalah pemanas listrik dan lain-lain. Besarnya energi
listrik yang diserap atau diubah sama dengan besar kalor yang dihasilkan. Sehingga secara
matematis dapat dirumuskan W = Q.
Dari hasil percobaab menunjukkan bahwa hubungan antara Tbdengan Tc berbanding
lurus, tampak pada tabel penentuan kalor jenis bahan. Jika Tb dinaikkan maka nilai Tc pun
meningkat. Pada penentuan kalor jenis bahan besi Tb dinaikkan maka nilai Tc naik pula. Pada
penentuan kalor jenis bahan kuningan, jika Tb dinaikkan maka hasil Tctidak stabil/tidak dapat
ditentukan karena pada dinaikkannya hasil angkanya naik turun. Pada penentuan kalor lebur
es Tb konstan dan hasil Tcsemakin meningkat. Hubungan Tb dengan Tc bergerak lurus
vertikal.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini adalah:
1. Hubungan asaz Black terhadap kalorimeter yaitu kalor pada sistem arah konstan apabila
sistem terisolasi sehingga Qmasuk=Qkeluar
2. Hubungan kalor dengan energi listrik, sesuai dengan hukum kekekalan energi bahwa energi
listrik dapat diubah menjadi energi kalor dan energi kalor dapat diubah menjadi energi lisrik
3. Hubungan Tb dengan Tc, semakin Tb besar maka Tc besar pula. Hubungannya berbanding
lurus.
5.2 Saran
Adapun saran bagi para praktkan agar dapat melakukan kegiatan praktikumnya
dengan teliti karena mempengaruhi tingkat kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, Frederick dan Eugene Hectil. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.
Giancoli. 1997. Fisika. Jakarta : Erlangga.
Kardiawarman. 1994. Fisika Dasar II. Jakarta : Universitas Terbuka.
Muran, Michael J dan Howard N Shapiro. 2004. Termodinamika Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga
Tipler, Paul A. 2002. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.