Anda di halaman 1dari 4

IT’S ABOUT ALBANIA PRAY’S

(Bagaimana Albania Berdoa, Berkepercayaan, dan Bertoleransi)


Published on 7 November 2018 – in Jakarta, Indonesia

Albania (secara resmi Republika e Shqiperise (Republik Albania)) adalah


sebuah negara yang terletak di Eropa bagian Tenggara dengan mayoritas
penganut agama islam terbanyak (mengecualikan Turki: negara lintas
benua). Albania di dalam bahasanya dipanggil Shqiperia, yang berarti Tanah Air
Burung Elang. Nama "Albania" pula berasal dari perkataan Indo-
Eropa albh(putih). Tidak banyak yang mengetahui sejarah tentang negara ini
karena mungkin khusus nya masyarakat kita (Indonesia) hanya senang dengan
negara – negara yang familiar seperti Korea Selatan, Jepang, atau negara bagian
Asia Tenggara lainnya. Etnis Albania adalah etnis tertua di Eropa Tenggara.
Nenek moyang mereka, ialah orang-orang Illyria merupakan masyarakat Indo-
Eropa yang sudah tinggal di tanah Balkan (nama historis atau geografis Eropa
Tenggara) jauh hari sebelum orang-orang Yunani. Hanya 5% saja masyarakat
Albania yang bukan etnis Albania, sisanya adalah orang-orang Yunani.

Seperti negara lainnya, Albania pun memiliki beragam kebudayaan atau adat
istiadat serta kepercayaan setempat yang sudah mengakar sejak awal mula
terbentuknya negara. Yang unik dari Albania ialah negara dengan tingkat
toleransi tinggi khususnya dalam beragama, masyarakat Albania selalu
mengedepankan visi misi untuk hidup bersama, hidup berdampingan selayaknya
menghirup oksigen bersama – sama tanpa keegoisan dalam hak bernafas itu
sendiri. Bagi mereka (masyarakat Albania) tinggal bernegara bukan tentang
“Religion or Who is people (?)” yang paling utama adalah mau untuk menetap
dalam suatu wilayah bersama dan menjalin kerukunan. Karena agama
merupakan hak individualis seseorang terhadap keyakinan atau keimanan
kepada Tuhan Nya masing – masing, mereka menekankan bahwa setiap agama
pun mengajarkan untuk saling mengasihi terhadap sesama tanpa memandang
apapun.
Akan tetapi, menurut penelitian tahun 2010, Albania adalah salah satu negara
yang paling tidak beriman di dunia, hanya 39% dari jumlah populasi yang
menganggap agama memainkan peran penting dalam kehidupan mereka. Hal ini
disebabkan karena setelah kemerdekaan dari Kesultanan Usmaniyah (sistem
pemerintahan yang diterapkan pada negara Turki dan beberapa wilayah Albania
yaitu Balkan), republik dan kerajaan yang memerintah di Albania dari tahun 1912
hingga 1945 tidak menetapkan agama resmi dan melemahkan peran ulama dan
klerus dalam kehidupan sehari - hari. Kebijakan ini dibawa semakin jauh pada
pemerintahan komunis setelah kemerdekaan Albania dari Jerman Nazi (Jerman
Nazi (kadang-kadang disebut Nazi Jerman) atau Reich Ketiga
(Bahasa Jerman: Drittes Reich; Bahasa Inggris: Third Reich) merujuk terutama
pada masa dari tahun 1933 sampai 1945, ketika Adolf Hitler memimpin
negara Jerman sebagai diktator dan menyebarkan ideologi nasional-sosialisme
(Nationalsozialismus)), di mana pemerintah melarang praktik agama dengan
ancaman hukuman penjara, menghancurkan tempat-tempat ibadah, dan
menyatakan Albania sebagai "Negara Ateis" pertama di dunia. Alhasil, setelah
kejatuhan komunisme pada tahun 1991, sebagian besar penduduk Albania bisa
dibilang hanya mengidentifikasi agama mereka pada nama saja, sementara
dalam kehidupan sehari - hari mereka ateis. Mereka yang masih mempraktikkan
agama juga memisahkannya dengan negara (sekularisme). Menurut sensus
tahun 2011, 58.79% dari jumlah penduduk beragama Islam Sunni, sementara
2% lainnya mengikuti Bektashisme, salah satu tarekat (metode) dari Sufisme.
17.06% penduduk beragama Kristen, menjadikannya agama terbesar kedua di
Albania, sementara sisa penduduk mengikuti agama lain atau tidak beragama.
Sebelum Perang Dunia II, 70% dari jumlah populasi beragama Islam, 20%
Kristen Ortodoks, dan 10% Kristen Katolik. Persebaran Islam di Albania (dan di
daerah Balkan secara keseluruhan) disebabkan oleh pemerintahan Kesultanan
Usmaniyah dari abad ke 15 hingga 20 yang menguasai daerah Balkan hingga
bangkitnya nasionalisme daerah Balkan setelah kemerdakaan Yunani.
Sebelumnya, mayoritas penduduk Albania beragama Kristen Ortodoks.
Dapat dipahami dari sejarah tentang perjalanan keagamaan di Albania bahwa
agama (keyakinan) merupakan hal yang sensitif untuk di ikut sertakan dalam
bermasyarakat bagi sebagian orang, mungkin ini juga yang mempengaruhi
masyarakat Albania menjunjung toleransi tinggi untuk hal ini. Seandainya jika
semua negara merujuk terhadap komitmen yang di buat oleh masyarakat Albania
isu – isu yang berdasar pada ‘SARA’ akan terhindarkan. Tidak heran jika di
Albania banyak di temukan Masjid atau Gereja yang berada dalam satu jalan
yang sama, serta berbagai lukisan Kristiani dengan bangunan masjid sebagai
latar belakang nya dan di sanjung sebagai simbol keharmonisan agama yang
terkenal di Albania. Sikap multikultural (keragaman) dalam beragama ini adalah
hal yang akan berdampak positif untuk kelanjutan hidup bernegara, sebab
apabila seseorang memiliki agama maka akan lebih terarah dan tentunya
melahirkan perilaku baik dalam berkehidupan sehari – hari, semua ini ada dan di
ajarkan oleh setiap agama. Pemerintah Albania sendiri bukan tanpa alasan
menerapkan kebebasan dalam paham beragama ini, semua telah berdasar pada
kesepakatan bersama masyarakat Albania, dan penghormatan mereka dalam
mengusung kebebasan atas kepercayaan yang dianut oleh orang lain. Dewasa
ini, banyak orang yang mempermasalahkan atau berbeda pandangan terhadap
keyakinan seseorang mereka berpikir bahwa agama mereka yang paling dapat
di percaya banding agama lain, meskipun konteks nya mereka menginginkan
kebaikan untuk bersama tetapi tetap saja perihal keimanan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa merupakan hak pribadi seseorang, hal terpenting nya adalah kita tidak
membebani siapapun atas agama yang kita percayai. Meliputi tentang
keberagaman agama yang ada tentunya harus menjadi referensi kita mengenai
toleransi dalam berpandangan beragama, sehingga menempatkan kita sebagai
seseorang yang bijak dalam hal ini.
Salam,
Yth Panitia Seleksi OPREK ARI 2018

Septi Fitriya
septifitriya@yahoo.com
Jakarta, Rabu / 7 November 2018
Mengusung tema “ Keberagaman Agama “
Artikel Seleksi Oprek ARI Tahap II.

Anda mungkin juga menyukai