Anda di halaman 1dari 19

KEPUTUSAN DIREKTUR RS BUDIASIH SERANG

NOMOR : /SK-RS BUDIASIH/XI/2018

TENTANG
PEDOMAN INTERNAL TENAGA KESEHATAN LAINNYA
RUMAH SAKIT BUDIASIH SERANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDIASIH SERANG

Menimbang : a. bahwa agar pelayanan pendukung kesehatan rumah sakit dapat


efektif, efisien, dan berkualitas diperlukan aturan dasar yang
mengatur kerja tenaga kesehatan lainnya;
b. bahwa untuk terlaksananya maksud pada huruf (a) perlu
menetapkan Keputusan Direktur tentang Pedoman Internal
Tenaga Kesehatan Lainnya pada Rumah Sakit Budiasih Serang

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia.
Tahun 2009 Nomor 153)
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004
Tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116).
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
Tentang Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5612);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014
Tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4502);
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
920/Menkes/Per/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medik;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/l48/I/20 10 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 473);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1796/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 603);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2013 Tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
370/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
tenaga Ahli Laboratonum Kesehatan;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
371/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
Tenaga Teknisi Elektromedis;
15. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
373/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
tenaga Sanitarian;
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
374/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
Tenaga Gizi;
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
375/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
Radiografer;
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
376/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
tenaga Fisioterapis;
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
377/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi bagi
Tenaga Perekam Medis dan Informasi Kesehatan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PEDOMAN INTERNAL


TENAGA KESEHATAN LAINNYA RUMAH SAKIT BUDIASIH
SERANG

PERTAMA Memberlakukan Keputusan Direktur tentang Pedoman Internal


Tenaga Kesehatan Lainnya Rumah Sakit Budiasih Serang
sebagaimana terlampir dalam Keputusan Direktur ini

KEDUA Pedoman Internal Tenaga Kesehatan Lainnya RS BUDIASIH Serang


sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama harus dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan pelayanan di RS BUDIASIH Serang.

KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini
akan diadakan perubahan dan perbaikan kembali sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di Serang
Pada tanggal
Direktur RS Budiasih Serang

Dr. H.R. Asep Hidayat Sugiri, MARS

LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDIASIH


NOMOR : 114/RS-BA/PERDIR/XI/2018
TENTANG : PEDOMAN INTERNAL TENAGA KESEHATAN LAINNYA
RUMAH SAKIT BUDIASIH SERANG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk rnewujudkan derajat kesehatan yang


optimal. Untuk rnencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai
sumber daya, baik oleh pemerintah maupun masyarakat sehingga dapat tersedia
pelayanan kesehatan yang efisien, bermutu dan terjangkau Hal ini memerlukan
dukungan, komitmen, kemauan dan etika disertai semangat pemberdayaan yang
memprioritaskan upaya kesehatan.

Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit
pelayanan penunjang medis, diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan
akurat tentang aspek laboratoris terhadap spesimen sampel yang pengujiannya dilakukan
di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari para
analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa mengembangkan
diri dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya jaminan mutu terhadap hasil
pengujian laboratorium dan tuntutan diberikan pelayanan yang prima.

Pelayanan teknik elektromediko biomedika yang merupakan bagian integral


pelayanan kesehatan, telah mengalami perkembangan yang pesat baik dari sisi keilmuan
maupun teknologi rekayasa pada bidang kedokteran kesehatan seiring dan sejalan
dengan era globalisasi.

Teknisi Elektromedis/biomedika sebagai profesi kesehatan dituntut untuk


melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien. KIien secara
penuh mempercayakan masalahnya untuk mendapatkan pelayanan teknik
elektromediko biomedika yang bermutu dan bertanggung jawab. Teknik elektromediko
biomedika sebagai profesi mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk
menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan ruang lingkup kegiatannya.
Dalam era globalisasi, tuntutan mutu pelayanan kesehatan lingkungan tidak
dapat dielakkan lagi. Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada
kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas tersebut.
Sanitarian/ahli kesehatan lingkungan harus mampu bersaing dengan profesi
sanitarian/ahli kesehatan lingkungan dari negara lain. Untuk itu diperlukan adanya
standar profesi sanitarian/ahli kesehatan lingkungan sebagai pedoman standarisasi bagi
profesi sanitarianlahli kesehatan lingkungan.

Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks sering terjadinya transisi


epidemiologis. Berbagai permasalahan gizi kurang, menunjukkan angka penurunan
seperti prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) sementara itu di lain pihak masalah
gizi lebih dan penyakit degenaratif justru menunjukkan peningkatan bahkan dari
laporan terakhir masalah gizi kurang saat ini cenderung tetap.

Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga


kesehatan dan ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik
profesional yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai
pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan di berbagai bidang termasuk bidang gizi

Tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan bidang radiologi yang


semakin meningkat, mengharuskan setiap Radiografer untuk bekerja secara
profesional. Profesionalisme Radiografer akan di uji dalam kompetisi global yang
akan terjadi di era globalisasi. Oleh karena itu, Radiografer Indonesia dituntut untuk
memiliki kompetensi standar yang wajib dimiliki oleh setiap Radiografer untuk bekerja
di sarana pelayanan kesehatan.

Fisioterapi sebagai salah satu profesi kesehatan dituntut untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien. Hal ini disebabkan oleh karena
pasien/klien fisioterapi secara penuh mempercayakan problematik atau permasalahan
gangguan gerak dan rungsi yang dialaminya untuk mendapatkan pelayanan fisioterapi
yang bermutu dan bertanggung jawab. Fisioterapis mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkup kegiatan profesi
fisioterapi.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk rnewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk rnencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerja sarna yang terarah dan tepat
melalui pelayanan manajemen informasi kesehatan yang berbasis pada data dan
informasi kesehatan yang berkualilas, terintegrasi dengan baik dan benar yang
bersumber dari rekam medis.
Pengelolaan rekam medis dengan format rekaman pada kertas rekam kesehatan
yang berazaskan pada butiran informasi menjadi berbasis komputer yaitu rekam medis
yang berbasis pada informasi yang menerapkan teknologi informasi kesehatan. Perekam
Medis yang profesional wajib memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
standar kompetensi dan kode etik profesi.

B. Visi Rumah Sakit Budiasih

Menjadi Rumah Sakit Syariah rujukan terkemuka di wilayah Banten tahun 2025.

C. Misi Rumah Sakit Budiasih

1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna kepada seluruh pasien sesuai prinsip


syariah dengan unggulan di bidang Kesehatan Ibu dan Anak.
2. Memberikan pelayanan yang amanah, ramah dan sigap kepada seluruh pasien.
3. Senantiasa meningkatkan kualitas seluruh jajaran staf Rumah Sakit dalam
menunjang pelayanan.
4. Senantiasa mengembangkan pelayanan kesehatan sesuai perkembangan mutakhir
menggunakan fasilitas yang memadai.
5. Mengembangkan tata kelola yang amanah dan sesuai prinsip syariah di seluruh
bidang Rumah Sakit.

D. Moto
Selalu Amanah

E. Tujuan Pelayanan Tenaga Kesehatan Lainnya

1. Tujuan Umum
Terwujudnya sistem manajemen pelayanan kesehatan yang terbaik, professional dan
berkualitas.

2. Tujuan Khusus

a. Terselenggaranya pemberian pelayanan tenaga kesehatan lainnya secara


komprehensif dan individual dengan memperhatikan kebutuhan biopsikososial
dan spiritual pasien dan keluarga.
b. Terselenggaranya pelayanan tenaga kesehatan lainnya yang bermutu tinggi
dengan melibatkan pasien dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
c. Terselenggaranya kesempatan semua tenaga kesehatan lainnya untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesionalnya.
d. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim kesehatan
lainnya.
e. Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pertumbuhan dan
perkembangan profesi tenaga kesehatan lainnya..
BAB II
KETENTUAN UMUM

Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan:


1. Rumah sakit adalah Rumah Sakit Budiasih Serang
2. Pemilik adalah PT. Budiasih
3. Direksi adalah Pejabat Pengelola Rumah Sakit Budiasih Serang, yang terdiri dari
Direktur dan Wakil Direktur.
4. Tenaga kesehatan Lainya adalah tenaga kesehatan penunjang yang terdiri dari tenaga
analis laboratorium, radiografer, fisiotherapis, farmasi, rekam medis, elektromedis,
sanitarian, gizi, Ahli K3, Surveilanis dan Refraksionis optionis.
5. Profesional kesehatan adalah mereka yang telah mendapat pendidikan formal
sehingga memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu, ketrampilan, dan prilaku sesuai dengan moral, etika, dan hukum.
6. Pelayanan Kesehatan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada perseorangan; terdiri atas upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
7. Pelayanan penunjang kesehatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan lainnya yang dilakukan oleh tenaga analis laboratorium, Ahli K3,
radiografer, fisiotherapis, farmasi, rekam medis, elektromedis, sanitarian, gizi,
Surveilanis dan Refraksionis optionis guna menunjang pelayanan medis.
8. Unit Pelayanan adalah unit yang menyelenggarakan upaya kesehatan; terdiri dari
rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, rawat intensif, kamar operasi, kamar bersalin,
radiologi, laboratorium, rehabilitasi medis dan lain-lain.
9. Kewenangan Klinis tenaga kesehatan lainnya adalah uraian intervensi oleh analis
laboratorium, radiografer, fisiotherapis, farmasi, rekam medis, elektromedis,
sanitarian dan gizi yang dilakukan oleh tenaga oleh tenaga analis laboratorium,
radiografer, fisiotherapis, farmasi, rekam medis, elektromedis, sanitarian dan gizi
di area praktiknya.
10. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan
kelayakan pemberian Kewenangan Klinis.
11. Rekredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga oleh tenaga analis
laboratorium, radiografer, fisiotherapis, farrnasi, rekam medis, elektromedis,
sanitarian dan gizi yang telah memiliki Kewenangan Klinis untuk menentukan
kelayakan pemberian Kewenangan Klinis tersebut.
12. Penugasan Klinis adalah penugasan Direktur Rumah Sakit kepada tenaga analis
laboratorium, radiografer, fisiotherapis, farmasi, rekam medis, elektromedis,
sanitarian dan gizi untuk melakukan pelayanan di Rumah Sakit tersebut berdasarkan
daftar Kewenangan Klinis .
BAB III
PEDOMAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

A. Maksud dan Tujuan

1. Pedoman Tenaga Kesehatan Lainnya dimaksudkan untuk menciptakan suatu


kerangka kerja (framework) agar setiap staf penunjang pelayanan kesehatan dapat
melaksanakan fungsi profesionalnya dengan baik guna menjamin terlaksananya mutu
layanan kesehatan sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak.

2. Pedoman Tenaga Kesehatan lainnya bertujuan:


a. mewujudkan layanan kesehatan bermutu tinggi berbasis keselamatan pasien
(patient safety);
b. memungkinkan dikembangkannya berbagai macam peraturan bagi staf tenaga
kesehatan lainnya guna menjamin mutu profesionalnya;
c. menyediakan forum bagi pembahasan isu-isu menyangkut staf tenaga kesehatan
lainya; dan
d. mengontrol serta menjamin agar berbagai peraturan mengenai staf tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kebijakan pemilik yang dituangkan dalam
Peraturan Internal Korporasi (Corporate Bylaws) serta peraturan perundang-
undangan.

B. Tenaga Kesehatan Lainnya dan Tanggung jawab

1. Tenaga Kesehatan Lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan rumah
sakit.
2. Tenaga Kesehatan lainnya rumah sakit bertanggung jawab dan berwenang
menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan di rumah sakit dalam rangka
membantu pencapaian tujuan pemerintah di bidang kesehatan.

C. Pengangkatan Tenaga Kesehatan Lainnya

1. Keanggotaan tenaga kesehatan lainnya merupakan previlege yang dapat diberikan


kepada analis laboratorium, radiografer, fisiotherapis, farmasi, rekam medis,
elektromedis, sanitarian dan gizi yang secara terus menerus mampu memenuhi
kualifikasi, standar dan persyaratan yang ditentukan.
2. Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada nomor 1 diberikan tanpa membedakan ras,
agama atau kepercayaan, warna kulit, jenis kelamin, keturunan, status ekonomi dan
pandangan politisnya.
3. Untuk dapat bergabung dengan rumah sakit sebagai tenaga kesehatan lainnya harus
memiliki kompetensi yang dibuktikan dengan Surat Tanda Registrasi (STR),kesehatan
jasmani dan rohani yang laik (fit) untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawabnya
serta memiliki prilaku dan moral yang baik.
4. Tata laksana pengangkatan tenaga kesehatan lainnya rumah sakit adalah dengan
mengajukan permohonan kepada Direktur, dan selanjutnya Direktur dengan
mempertimbangkan rekomendasi dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya dapat
mengabulkan atau tidak mengabulkan permohonan tersebut.
5. Masa kerja tenaga kesehatan lainnya adalah:
a. Untuk staf Pegawai Negeri Sipil (PNS) sampai memasuki masa pensiun sesuai
ketentuan yang berlaku;
b. Untuk staf Non PNS selama 1 (satu) tahun dan dapat diangkat kembali untuk
beberapa kali masa kerja berikutnya sepanjang yang bersangkutan masih
memenuhi persyaratan;

D. Kategori Tenaga Kesehatan Lainnya

1. Staf PNS, yaitu analis laboratorium, radiografer, fisiotherapis, staf farmasi, staf
rekam medis, staf elektromedis, staf sanitarian, staf gizi tetap, Ahli K3,
Surveilanis dan Refraksionis optionis, berkedudukan sebagai sub- ordinat, bekerja
untuk dan atas nama rumah sakit, dan tanggung gugatnya dapat dialihkan kepada
lembaga tersebut;

2. StafNon PNS, yaitu analis laboratorium, radiografer, fisiotherapis, staf farmasi,


staf rekam medis, staf elektromedis, staf sanitarian, staf gizi, Ahli K3, Surveilanis
dan Refraksionis optionis berkedudukan sebagai sub- ordinat, bekerja untuk
dan atas nama rumah sakit, dan tanggung gugatnya dapat dialihkan kepada
lembaga tersebut;

E. Kewenangan Klinik

1. Setiap tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di rumah sakit sebagai staf
fungsional, diberikan kewenangan klinik (clinical privilege) oleh Direktur setelah
mempertimbangkan rekomendasi dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya.
2. Penentuan kewenangan klinik didasarkan atas jenis ijasah, sertifikat kompetensi
dan pengalaman dari masing-masing staf yang bersangkutan.
3. Kewenangan klinik sebagaimana dimaksud akan dievaluasi secara terus
menerus untuk ditentukan apakah kewenangan yang telah diberikan dapat
dipertahankan, diperluas, dipersempit atau dieabut seeara keseluruhan.
4. Dalam hal dikehendaki agar kewenangan kliniknya diperluas maka staf tenaga
kesehatan lainnya fungsional yang bersangkutan harus mengajukan permohonan
kepada Direktur dengan menyebutkan alasannya serta melampirkan bukti
pendukung berupa sertifikat pelatihan dan! atau pendidikan dari lembaga yang
berwenang.
5. Direktur berwenang mengabulkan atau tidak mengabulkan permohonan
sebagaimana dimaksud pada point 4 setelah mempertimbangkan rekomendasi
dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya.
6. Setiap permohonan perluasan kewenangan klinik yang disetujui atau ditolak
hams dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur dan disampaikan kepada
pemohon.
7. Kewenangan klinik sementara (temporary clinical previlege) dapat diberikan
kepada Staf Tamu atau Staf Pengganti dengan memperhatikan rekomendasi
dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya.
8. Dalam keadaan emergensi atau bencana yang menimbulkan banyak korban
maka setiap staf tenaga kesehatan lainnya rumah sakit diberikan kewenangan
klinik darurat (emergency privilege) guna memungkinkan yang bersangkutan
dapat melakukan tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinik regulemya,
sepanjang yang bersangkutan mampu melakukan.

F. Pembinaan

1. Dalam hal analis laboratorium, , radiografer, fisiotherapis, staf farmasi, staf


rekam medis, staf elektromedis, staf sanitarian dan staf gizi dinilai kurang
mampu atau melakukan tindakan klinik yang tidak sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional atau kewenangan kliniknya sehingga menimbulkan cidera,
kecacatan, kematian, atau kerugian pada pasien maka Sub-Panitia Etik dan
Disiplin Profesi dapat melakukan penelitian.
2. Bilamana hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 membuktikan
kebenarannya maka Sub-Panitia Etik dan Disiplin Profesi melaporkan kepada
Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya dan selanjutnya Panitia tersebut dapat
mengusulkan kepada Direktur untuk mengenakan sanksi administratif
3. Pemberlakuan sanksi sebagaimana dimaksud pada nomor 2 harus dituangkan
dalam bentuk Keputusan Direktur dan disampaikan kepada staf tenaga kesehatan
lainnya yang bersangkutan dengan tembusan kepada Panitia Tenaga Kesehatan
Lainnya.
4. Dalam hal analis laboratorium, radiografer, fisiotherapis, staf farmasi, staf rekam
medis, staf elektromedis, staf sanitarian dan staf gizi tidak dapat menerima
sanksi sebagaimana dimaksud pada nomor 2 maka yang bersangkutan dapat
mengajukan sanggahan secara tertulis dalam waktu 15 (lima belas) hari sejak
diterimanya Surat Keputusan, dan selanjutnya Direktur memiliki waktu selama
15 (lima belas) hari untuk memutuskan secara adil dan seimbang dengan
mengundang semua pihak yang terkait.
5. Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada nomor 4 bersifat final dan mengikat.
G. Pengorganisasian Tenaga Kesehatan Lainnya

1. Semua tenaga kesehatan lainnya yang melaksanakan pelayanan di unit-unit


pelayanan rumah sakit, termasuk unit-unit pelayanan yang melakukan kerjasama
operasional dengan rumah sakit, wajib menjadi anggota staf tenaga kesehatan
lainnya rumah sakit.

2. Dalam melaksanakan tugasnya, yaitu analis laboratorium, radiografer,


fisiotherapis, staf farmasi, staf rekam medis, staf elektromedis, staf sanitarian dan
staf gizi dikelompokkan sesuai bidang spesialisasil keahliannya atau
dikelompokkan menurut cara lain berdasarkan pertimbangan yang bersifat khusus.

3. Sub Panitia Tenaga kesehatan lainnya rumah sakit bertugas:


a. Melaksanakan kegiatan profesi yang komprehensif meliputi upaya kesehatan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif;
b. Membuat catatan pelayanan sesuai fakta, tepat waktu dan akurat;
c. Meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui program pendidikan dan!
atau pelatihan berkelanjutan;
d. Menjaga agar kualitas pelayanan sesuai standar profesi ; dan
e. Menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan pemantauan
indikator mutukerja.

4. Panitia tenaga kesehatan lainnya rumah sakit bertanggungjawab:


a. Melakukan evaluasi atas kinerja tenaga kesehatan lainnya berdasarkan data
yang komprehensif;
b. Memberikan rekomendasi melalui Ketua Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya
kepada Direktur terhadap permohonan penempatan ulang staf tenaga
kesehatan lainnya di rumah sakit untuk mendapatkan surat keputusan Direktur;
c. Memberikan masukan melalui Ketua Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya
kepada Direktur mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pelayanan tenaga
kesehatan lainnya; dan
d. melakukan perbaikan standar prosedur operasional serta dokumen-dokumen
terkait.

5. Panitia tenaga kesehatan lainnya rumah sakit berwenang:


a. melakukan anamnesis untuk memperoleh riwayat kesehatan pasien yang akurat;
b. memeriksa dengan semua indera serta alat bantu guna memastikan status
kesehatan pasien;
c. mengevaluasi dan membuat kesimpulan yg valid kaitannya dg aset dan
potensi kesehatan individu;
d. merawat pasien selama periode ketergantungan;
e. merujuk dokter, atau dokter gigi, atau profesional lainnya;
f. berkolaborasi dengan profesi kesehatan lainnya; dan
g. bekerjasama dengan pasien, keluarga pasien, provider, dan pembuat kebijakan.

6. Tenaga Kesehatan Lainnya rumah sakit berkewajiban:


a. Menyusun standar prosedur operasional tenaga kesehatan lainnnya meliputi
bidang administrasi, manajerial dan bidang pelayanan kesehatan;
b. Menyusun indikator mutu kinerja dan indikator keselamatan pasien;
c. Menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggota.

7. Pemimipin Komite Tenaga Kesehatan Lainnya


a. Tenaga Kesehatan Lainnya dipimpin oleh seorang Ketua.
b. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya dapat dijabat oleh salah satu dari
staf tenaga kesehatan lainnya.
c. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya ditetapkan dengan keputusan
Direktur.

H. Penilaian

1. Penilaian kinerja yang bersifat administratif dilakukan oleh Direktur sesuai


ketentuan yang berlaku.
2. Evaluasi yang menyangkut keprofesian dilakukan oleh Komite sesuai ketentuan
yang berlaku.
3. Tenaga kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan dan menetap di unit kerja
tertentu secara fungsional menjadi tanggungjawab Kepala Intalasinya masing-
masing, khususnya dalam pembinaan masalah keprofesian.
BAB IV

KOMITE TENAGA KESEHATAN LAINNYA

A. Pembentukan

a. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pelayanan yang baik, setiap Rumah Sakit
hams membentuk Komite Tenaga Kesehatan Lainnya.
b. Komite Tenaga Kesehatan Lainnya merupakan organisasi non struktural yang
dibentuk di Rumah Sakit yang keanggotaannya terdiri dari tenaga kesehatan
lainnya.
c. Komite sebagaimana dimaksud pada huruf (a) bukan merupakan wadah
perwakilan dari tenaga kesehatan lainnya.

B. Susunan Organisasi dan Keanggotaan

1. Komite Tenaga Kesehatan Lainnya dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur.


2. Susunan organisasi Komite Tenaga Kesehatan Lainnya sekurang-kurangnya terdiri
dari:
a. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya;
b. Sekretaris Komite; dan
c. Anggota.
3. Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi Komite Tenaga
Kesehatan Lainnya sekurang-kurangnya dapat terdiri dari ketua dan sekretaris
merangkap anggota.
4. Keanggotaan Komite Tenaga Kesehatan Lainnya ditetapkan oleh direktur Rumah
Sakit dengan mempertimbangkan sikap profesional, kompetensi, pengalaman
kerja, reputasi dan perilaku.
5. Jumlah personil keanggotaan Komite Tenaga Kesehatan Lainnya disesuaikan
dengan jumlah tenaga kesehatan lainnya di Rumah Sakit.
6. Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya ditetapkan oleh Direktur dengan,
memperhatikan masukan dari tenaga kesehatan lannya yang bekerja di Rumah
Sakit.
7. Sekretaris Komite Tenaga Kesehatan Lainnya dan anggota ditetapkan oleh
Direktur berdasarkan rekomendasi dari Ketua Komite Tenaga Kesehatan Lainnya
dengan memperhatikan masukan dari tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di
Rumah Sakit.
8. Sub Komite terdiri dari:
a. Sub-Komite kredensial;
b. Sub-Komite mutu profesi; dan
c. Sub-Komite etik dan disiplin profesi.
9. Sub-Komite kredensial bertugas merekomendasikan Kewenangan Klinis yang
adekuat sesuai kompetensi yang dimiliki setiap tenaga kesehatan lainnya
10. Sub-Komite mutu profesi bertugas melakukan audit dan merekomendasikan
kebutuhan pengembangan profesional berkelanjutan bagi tenaga kesehatan lainnya.
11. Sub-Komite etik dan disiplin profesi bertugas merekomendasikan pembinaan etik
dan disiplin profesi.

C. Fungsi, Tugas, Kewenangan, dan Tanggungjawab

1. Komite Tenaga Kesehatan Lainnya mempunyai fungsi meningkatkan


profesionalisme staf tenaga kesehatan lainnya fungsional di rumah sakit dengan
cara:
a. melakukan kredensialing bagi seluruh tenaga kesehatan lainnya yang akan'
melakukan pelayanan kesehatan di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf keperawatan; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi perawat dan bidan.

2. Dalam melaksanakan fungsi kredensialing Komite Tenaga Kesehatan lainnya


memiliki tugas sebagai berikut:
a. menyusun daftar rincian Kewenangan Klinis;
b. melakukan verifikasi persyaratan kredensialing;
c. merekomendasikan Kewenangan Klinis tenaga kesehatan lainnya;
d. merekomendasikan pemulihan Kewenangan Klinis;
e. melakukan Kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang ditetapkan;
f. melaporkan seluruh proses Kredensial kepada Ketua Komite Tenaga Kesehatan
lainnya untuk diteruskan kepada Direktur rumah sakit;

3. Dalam melaksanakan fungsi memelihara mutu profesi, Komite Tenaga Lainnya


memiliki tugas sebagai berikut:
a. menyusun data dasar profil tenaga kesehatan lainnya sesuai lokasi kerja;
b. merekomendasikan perencanaan pengembangan profesional berkelanjutan
Tenaga Kesehatan Lainnya;
c. melakukan audit kinerja; dan
d. memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan.

4. Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi staf, Komite
Tenaga Kesehatan lainnya memiliki tugas sebagai berikut:
a. melakukan sosialisasi kode etik profesi masing-masing tenaga kesehatan
lainnya;
b. melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi masing-masing tenaga
kesehatan lainnya;
c. merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan kesehatan masing-masing tenaga
kesehatan lainnya;
d. merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis; dan
e. memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam pelayanan
kesehatan tenaga kesehatan lainnya.

5. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Tenaga Kesehatan lainnya


berwenang:
a. memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis;
b. memberikan rekomendasi perubahan rincian Kewenangan Klinis;
c. memberikan rekomendasi penolakan Kewenangan Klinis tertentu;
d. memberikan rekomendasi surat Penugasan Klinis;
e. memberikan rekomendasi tindak lanjut audit masing-masing tenaga kesehatan
lainnya memberikan rekomendasi pendidikan masing-masing tenaga kesehatan
lainnya berkelanjutan; dan
f. memberikan rekomendasi pendampingan dan memberikan rekomendasi
pemberian tindakan disiplin.

6. Komite Tenaga Kesehatan lainnya bertanggungjawab kepada Direktur rumah sakit


mengenai pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan terhadap staf Tenaga
Kesehatari lainnya

D. Hubungan Komite Tenaga Kesehatan Lainnya dengan Direktur

1. Direktur menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan


untuk menjalankan fungsi dan tugas Tenaga Kesehatan lainnya.
2. Komite Tenaga Kesehatan lainnya bertanggungjawab kepada Direktur.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP

1. Perubahan terhadap Pedoman Internal Tenaga Kesehatan lainnya dapat


dilakukan sesuai dengan kebutuhan.
2. Perubahan dapat dilakukan, apabila ada permohonan secara tertulis dari salah
satu pihak yang terkait dengan Pedoman Internal Tenaga Kesehatan lainnya.
3. Usulan untuk merubah hanya dapat dilaksanakan apabila ada pemberitahuan
tertulis dari salah satu pihak ke pihak lainnya, yang disampaikan paling lambat 3
(tiga) minggu sebelumnya.
4. Perubahan dilakukan dengan menambah nomor baru (Addendum) dan/atau
merubah urutan yang telah ada (amandemen) dalam Pedoman Internal Komite
Tenaga Kesehatan lainnya.
5. Addendum dan/atau Amandemen, merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari Pedoman Tenaga Kesehatan lainnya ini.

Direktur Rumah Sakit Budiasih


Serang

Dr. H.R. Asep Hidayat Sugiri,


MARS

Anda mungkin juga menyukai