TENTANG
PEDOMAN INTERNAL TENAGA KESEHATAN LAINNYA
RUMAH SAKIT BUDIASIH SERANG
MEMUTUSKAN :
KETIGA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini
akan diadakan perubahan dan perbaikan kembali sebagaimana
mestinya.
Ditetapkan di Serang
Pada tanggal
Direktur RS Budiasih Serang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Fisioterapi sebagai salah satu profesi kesehatan dituntut untuk melaksanakan tugas
dan fungsinya secara profesional, efektif dan efisien. Hal ini disebabkan oleh karena
pasien/klien fisioterapi secara penuh mempercayakan problematik atau permasalahan
gangguan gerak dan rungsi yang dialaminya untuk mendapatkan pelayanan fisioterapi
yang bermutu dan bertanggung jawab. Fisioterapis mempunyai wewenang dan tanggung
jawab untuk menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan lingkup kegiatan profesi
fisioterapi.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk rnewujudkan derajat kesehatan yang
optimal. Untuk rnencapai tujuan tersebut dibutuhkan kerja sarna yang terarah dan tepat
melalui pelayanan manajemen informasi kesehatan yang berbasis pada data dan
informasi kesehatan yang berkualilas, terintegrasi dengan baik dan benar yang
bersumber dari rekam medis.
Pengelolaan rekam medis dengan format rekaman pada kertas rekam kesehatan
yang berazaskan pada butiran informasi menjadi berbasis komputer yaitu rekam medis
yang berbasis pada informasi yang menerapkan teknologi informasi kesehatan. Perekam
Medis yang profesional wajib memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan
standar kompetensi dan kode etik profesi.
Menjadi Rumah Sakit Syariah rujukan terkemuka di wilayah Banten tahun 2025.
D. Moto
Selalu Amanah
1. Tujuan Umum
Terwujudnya sistem manajemen pelayanan kesehatan yang terbaik, professional dan
berkualitas.
2. Tujuan Khusus
1. Tenaga Kesehatan Lainnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan rumah
sakit.
2. Tenaga Kesehatan lainnya rumah sakit bertanggung jawab dan berwenang
menyelenggarakan pelayanan penunjang kesehatan di rumah sakit dalam rangka
membantu pencapaian tujuan pemerintah di bidang kesehatan.
1. Staf PNS, yaitu analis laboratorium, radiografer, fisiotherapis, staf farmasi, staf
rekam medis, staf elektromedis, staf sanitarian, staf gizi tetap, Ahli K3,
Surveilanis dan Refraksionis optionis, berkedudukan sebagai sub- ordinat, bekerja
untuk dan atas nama rumah sakit, dan tanggung gugatnya dapat dialihkan kepada
lembaga tersebut;
E. Kewenangan Klinik
1. Setiap tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di rumah sakit sebagai staf
fungsional, diberikan kewenangan klinik (clinical privilege) oleh Direktur setelah
mempertimbangkan rekomendasi dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya.
2. Penentuan kewenangan klinik didasarkan atas jenis ijasah, sertifikat kompetensi
dan pengalaman dari masing-masing staf yang bersangkutan.
3. Kewenangan klinik sebagaimana dimaksud akan dievaluasi secara terus
menerus untuk ditentukan apakah kewenangan yang telah diberikan dapat
dipertahankan, diperluas, dipersempit atau dieabut seeara keseluruhan.
4. Dalam hal dikehendaki agar kewenangan kliniknya diperluas maka staf tenaga
kesehatan lainnya fungsional yang bersangkutan harus mengajukan permohonan
kepada Direktur dengan menyebutkan alasannya serta melampirkan bukti
pendukung berupa sertifikat pelatihan dan! atau pendidikan dari lembaga yang
berwenang.
5. Direktur berwenang mengabulkan atau tidak mengabulkan permohonan
sebagaimana dimaksud pada point 4 setelah mempertimbangkan rekomendasi
dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya.
6. Setiap permohonan perluasan kewenangan klinik yang disetujui atau ditolak
hams dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur dan disampaikan kepada
pemohon.
7. Kewenangan klinik sementara (temporary clinical previlege) dapat diberikan
kepada Staf Tamu atau Staf Pengganti dengan memperhatikan rekomendasi
dari Panitia Tenaga Kesehatan Lainnya.
8. Dalam keadaan emergensi atau bencana yang menimbulkan banyak korban
maka setiap staf tenaga kesehatan lainnya rumah sakit diberikan kewenangan
klinik darurat (emergency privilege) guna memungkinkan yang bersangkutan
dapat melakukan tindakan penyelamatan di luar kewenangan klinik regulemya,
sepanjang yang bersangkutan mampu melakukan.
F. Pembinaan
H. Penilaian
A. Pembentukan
a. Dalam rangka mewujudkan tata kelola pelayanan yang baik, setiap Rumah Sakit
hams membentuk Komite Tenaga Kesehatan Lainnya.
b. Komite Tenaga Kesehatan Lainnya merupakan organisasi non struktural yang
dibentuk di Rumah Sakit yang keanggotaannya terdiri dari tenaga kesehatan
lainnya.
c. Komite sebagaimana dimaksud pada huruf (a) bukan merupakan wadah
perwakilan dari tenaga kesehatan lainnya.
4. Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etika profesi staf, Komite
Tenaga Kesehatan lainnya memiliki tugas sebagai berikut:
a. melakukan sosialisasi kode etik profesi masing-masing tenaga kesehatan
lainnya;
b. melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi masing-masing tenaga
kesehatan lainnya;
c. merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan masalah
etik dalam kehidupan profesi dan pelayanan kesehatan masing-masing tenaga
kesehatan lainnya;
d. merekomendasikan pencabutan Kewenangan Klinis; dan
e. memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam pelayanan
kesehatan tenaga kesehatan lainnya.