TUBERCULOSIS PARU
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Patologi dengan judul
“TUBERCULOSIS PARU” dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan
makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam rangkaian seminar mata ajar
Patologi.
1. Ns. DWS Dewi Arga, SKM, M. Kep.,Sp Kep.MB selaku Direktur Akademi
Keperawatan Fatmawati Jakarta.
2. Ns. Lisnawati Nur Farida S. Kep selaku wali kelas Angkatan XVI Akademi
Keperawatan Fatmawati Jakarta.
3. Ns. Lisnawati Nur Farida S. Kep selaku Penanggung Jawab Mata Ajar patologi
4. Ns.Ayuda Nia Agustina,S.Kep selaku dosen pembimbing mata ajar patologi
5. Orangtua yang selalu mendukung kami, serta rekan mahasiswa/i , serta pihak-pihak
lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Upaya perawat adalah perawat selain sebagai care provider, tapi juga sebagai
edukator. Sebagai pihak yang memberi pendidikan kesehatan pada klien. Dalam
kasus Tuberculosis ada beberapa hal yang harus disampaikan pada penderita
mengenai penyakit ini sehingga perawat bisa menjalankan perannya sebagai
edukator yaitu sifat
1.2. Tujuan
1. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertam, mempunyai 2 lubang ( kavum
nasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi 89) didalamnya tedapat bulu
bulu yang berguna sebagai menyaring udara debu dan kotor kotaran yang masuk
kedalam hidung.
a) Bagian luar dinding terdiri dari kulitt
b) Lapisan tengah terdiri dari otot otot otot dan lubang rawan
c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis ) yang berjumlah 3 buah :
1) Konka nasalis inferior
2) Konka nasalis media
3) Konka nasalis superior
2. Tekak (faring)
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut ,
sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ organ lain :
keatas berhubungan dengan rongga hidung , dengan perantara lubang hidung
dengan perantara lubang lubang yang bernama koana. Dapat berhubungan
dengan rongga mulut, tempat ubungan ini istmus fausim, rongga tekak dibagi
dalam 3 bagian :
a) Bagian setelah atas yg sama tingginya dengan koara yang disebut nasofaring
b) Bagian tengah yg sama tingginya dengan istmus fausim disebut orofaring
c) Bagian bawah dinamakan laringofaring
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi
membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri
atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikekelingi oleh makrofag seperti dinding.
Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian
tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas magrofag
dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang
penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi
dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non-aktif.
Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka penyakit akan
menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau
bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle
mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus.
Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut.
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus di fagosit atau
berkembang biak di dalam sel. Magrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh
limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan
granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon
berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi
oleh tuberkel.
Skema Patofisiologi Penyakit TB Paru
a. Awitan tersembunyi.
Mereka yang paling berisiko terpajan dengan basil adalah mereka yang tinggal
berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif. Kelompok ini antara lain tunawisma
yang tinggal di tempat penampungan yang terdapat kasus tuberculosis, serta anggota
keluarga pasien. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan. Tenaga
kesehatan yang merawat pasien tuberculosis, dan mereka yang menggunakan fasilitas
klinik perawatan atau rumah sakit yang juga digunakan oleh penderita tuberculosis
juga berisiko terpajan dan terjangkit penyakit TB. Di antara mereka yang terpajan
basil, individu yang sistem imunnya tidak adekuat, seperti mereka yang kekurangan
gizi, individu lanjut usia atau bayi dan anak-anak, individu yang mendapat obat
imunosupresan, dan mereka yang mengidap virus imunodefisiensi manusia (HIV)
kemungkinan besar akan terinfeksi..
1) Komplikasi dini
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan yang masuk
kedalam antara paru dan dinding dada
c. Emfisema
d. Laringitis
e. Terjadinya penyebaran infeksi ke organ lain seperti usus, tulang dan otak
2) Komplikasi lanjut
c. Bronkiectasis dan fibrosis pada paru yang disebabkan oleh karena tekanan
balik akibat kerusakan paru
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya
c. Siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG.
a. Bayi di bawah 5 tahun dengan hasil test tuberkulin positif karena risiko timbulnya
TB milier dan meningitis TB.
b. Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil test tuberkulin positif yang
berdekatan erat dengan penderita TB yang menular.
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil test tuberkulin dari negatif menjadi
positif.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan setelah mengetahui penyakit tuberculosis
paru adalah kita sebagai tenaga keperawatan dapat lebih menjaga kesehatan kita
yaitu dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan.
Selain itu, pendidikan atau penyuluhan kesehatan perlu di tingkatkan dan
dilaksanakan secara intensif kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat,
tentang cara penularan dan cara pencegahan tuberculosis paru. Mengingat
penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematian
cukup tinggi.