TINJAUAN PUSTAKA
Kelinci
populer dan digemari masyarakat. Budidaya kelinci ini sangat mudah, bahkan
juga pembuatan pakan pun sangat mudah. Kelinci termasuk dalam hewan
Selain itu, jenis kelinci sangat beragam mulai dari kelinci potong
(konsumsi), kelinci hias dan kelinci penghasil bulu. Namun, setiap kelinci
Kelinci memiliki struktur badan yang sangat sempurna mulai dari anatomi dan
Kingdom/Kerajaan : Animalia
Genus : Oryctolagus
pegunungan, sebagai penghasil pupuk kandang, pemenuhan gizi atau daging bagi
keluarga dan di kota-kota sebagai ternak hias atau hewan kesayangan (Whendrato
dan Madyana, 1986 yang disitasi Hascaryo 2010). Kelinci adalah hewan herbivora
termasuk binatang malam, oleh karena itu aktivitas hidup seperti makan, minum,
kawin dan lain sebagainya dilakukan pada malam hari, maka bila hari menjelang
malam, pakan atau minum harus disediakan (Ciptadi et al., 1998). Berdasarkan
bobotnya, ternak kelinci dewasa dibedakan atas tiga tipe, yaitu tipe kecil, sedang
dan berat. Kelinci tipe kecil berbobot badan antara 0,9 – 2,0 kg, tipe sedang 2,0 –
4,0 kg dan tipe berat 5,0 – 8,0 kg. Ras kelinci memiliki ukuran, warna dan
bakteri yang hidup di dalam sekumnya (Farrel dan Raharjo, 1984 yang disitasi
penghasil kulit bulu (fur) dan penghasil daging (fryer). Kelinci mampu mengubah
hijauan berprotein rendah, yang berasal dari bahan makanan yang tidak
dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan menjadi protein hewani yang
al., 2014). Selain itu, ternak ini mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi,
baik. Kadar protein daging kelinci cukup tinggi yaitu 20% dan setara dengan
daging ayam (Farrel dan Raharjo, 1984), bahkan proteinnya bisa mencapai 25%
kolesterol dan energinya rendah dibandingkan daging dari ternak lain (Diwyantoet
al., 1985 yang disitasi Lestari 2005). Ouhayoun (1998) yang disitasi Lestari (2005)
menyatakan bahwa daging kelinci mempunyai kadar kolesterol yang rendah yaitu
50 mg/100 g dan lemak kelinci relatif kaya asam lemak esensial. Melalui
50% kadar lisin dari ransum kontrol, mampu menurunkan kadar kolesterol daging
sebesar 8% (Lestariet al., 2005), sedangkan penambahan sebesar 20% lisin dari
ransum kontrol dapat meningkatkan kadar kalsium daging sampai sekitar 27%
Ternak kelinci mempunyai 2 jenis macam feses, yaitu feses normal yang
biasa ditemukan di bawah sangkarnya, dan feses berbentuk lebih kecil dan lunak
pengabsorbsian di dalam usus, artinya berlalu dengan cepat dari caecum langsung
berwarna hijau muda dan memiliki konsistensi lembek. Hal ini memungkinkan
mensintesis vitamin B dan memecah selulosa atau serat menjadi energi. Jadi sifat
mekanik dilakukan dengan cara mastikasi dan kontraksi otot saluran pencernaan.
Pencernaan pakan secara kimia dilakukan dengan bantuan zat-zat kimia, mikrobia
dan enzim yang terdapat pada saluran pencernaan ternak. Pencernaan dimulai
dengan memecah bahan pakan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dan dari
melalui kontraksi otot pada pylorus, kemudian dicerna dalam usus halus. Kelinci
termasuk ternak pseudo ruminant yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat
dari colon) yang kurang lebih merupakan 50 persen dari seluruh kapasitas saluran
mampu mencerna bahan organik dan serat kasar dari hijauan sebanyak yang dapat
Menurut Sandford (1996) yang disitasi Sanusi (2006), ransum yang tidak
tercerna (serat kasar) masuk ke caecum dimana terdapat bakteri perombak yang
akan mencernanya. Caecum merupakan organ yang sangat panjang dengan bagian
bagian pertama pada colon. Hasil akhir adalah feses normal yang dikeluarkan
melalui anus.
terbatas karena populasi bakteri relatif sedikit dan retensi pakan hanya sebentar
dibandingkan ternak ruminansia. Hasil fermentasi dalam lambung (kuda, babi dan
kelinci) terutama adalah asam laktat (Parakkasi, 1986). Menurut de Blas dan
Wiseman (1998) yang disitasi Hascaryo (2010) kelinci adalah hewan yang unik,
karena selain membutuhkan nutrien yang tinggi, kelinci juga membutuhkan serat
kasar yang tinggi guna mendapatkan penampilan yang optimum dan untuk
paling penting dibandingkan spesies lain terletak pada usus besar dan sekum,
aktifitas mikrobia di dalam usus besar dan sekum sangat penting dalam
dilakukan di daalam (caecum) dan usus besarnya, yang kapasitasnya 50% dari
(2003) bahwa asam-asam lemak terbang volatile fatty acid (VFA) hasil fermentasi
menjelaskan bahwa populasi mikrobia yang terdapat di dalam caeum sangat aktif
dalam memanfaatkan nitrogen dari urea darah yang masuk di dalam caecum.
Menurut de Blase and Wiseman (1998) yang disitasi Hascaryo (2010) bahwa
karakteristik sistem pencernaan kelinci yang penting adalah sekum dan kolon bila
dibandingkan dengan ternak lain, karena adanya mikrobia yang penting untuk
Kelinci Rex
Kelinci jenis Rex merupakan salah satu jenis kelinci yang dikenal sebagai
penghasil fur. Kelinci jenis Rex juga memiliki proporsi tubuh yang baik sehingga
reproduksi) (Fafarita, 2006). Namun, data tentang performa karkas dari jenis
Rex merupakan salah satu dari berbagai macam jenis kelinci. Jenis Rex
pertama kali ditemukan oleh seorang petani bernama M. Caillon yang berasal dari
Perancis, kemudian diteruskan oleh Pat Abbe pada tahun 1919. Jenis Rex ini
kemudian diketahui sebagai hasil dari mutasi gen. mutasi gen ini menyebabkan
bulu sebelah dalam sama panjang dengan bulu luarnya, sehingga bulunya lebih
padat dan panjangnya seragam. Bulu kelinci Rex sifatnya halus, panjangnya
seragam dan mempunyai variasi warna bulu yang menarik dan beragam sehingga
sangat cocok untuk dijadikan fur (kulit bulu) (Cheeke et al., 1987 yang disitasi
Damron, 2003). Kelinci Rex pertama kali masuk ke Indonesia melalui importasi
oleh Balai Penelitian Ternak Ciawi pada bulan Februari 1988, dengan tujuan
mempunyai panjang tubuh medium, hips yang bulat dan loin yang berisi, sehingga
cocok pula untuk dijadikan sebagai kelinci pedaging. Bobot badan ideal untuk
kelinci Rex jantan adalah 3.6 kg, sedangkan untuk betina adalah 4.08 kg (ARBA,
1996 yang disitasi Murtisari, 2012). Kelinci Rex sangat bervariasi dengan
pada kelinci Rex lebih rendah dibandingkan dengan kelinci pedaging jenis New
Rex yaitu pada rambutnya yang halus seperti beludru, tumbuh tegak, dengan
panjang rambut yang sama antara rambut kasar dan rambut halus (Cheeke at al.,
1987).
Ampas tahu diperoleh dari hasil pembuatan tahu yang dimulai dari
perendaman kedelai selama 24 jam, kemudian dicuci dan digiling. Hasil gilingan
kedelai itu merupakan bubur pada proses pembuatan tahu yang kemudian dimasak
lebih kurang 10 menit dan disaring sehingga diperoleh bagian filtrat yang berupa
susu kedelai dan ampas tahu (Sudigno, 1983 yang disitasi Gustina 2012).
Ampas tahu merupakan limbah dalam bentuk padatan dari bubur kedelai
yang diperas dan tidak berguna lagi dalam pembuatan tahu dan cukup potensial
dipakai sebagai bahan makanan ternak karena ampas tahu masih mengandung gizi
yang baik dan dapat digunakan sebagai ransum ternak besar dan kecil.
Penggunaan ampas tahu masih sangat terbatas bahkan sering sekali menjadi
limbah yang tidak termanfaatkan sama sekali (Wiriano 1985 yang disitasi
Tarmidi, 2009).
Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar 84,5% dari bobotnya.
Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek. Ampas tahu
kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih lama
2009). Ampas tahu basah akan segera menjadi asam dan busuk dalam 2-3 hari
sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat ditanggulangi dengan cara
tahu.Pengolahan kedelai biasanya menimbulkan bau langu yang khas. Bau langu
adalah bau yang khas pada kedelai yang disebabkan oleh oksidasi asam lemak tak
jenuh (PUFA) pada kedelai. Bau langu merupakan salah satu faktor utama yang
Dari hasil penelitian Wansink (2003), bau langu ini telah menjadi stigma bagi
residu hasil perasan kedelai. Umumnya, kandungan protein pada limbah tahu
masih tinggi.Sampai saat ini, ampas tahu hanya digunakan sebagai pakan ternak
(Raharjo, 2004), padahal kandungan protein yang tinggi memungkinkan ampas
tahu diolah menjadi tepung, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Protein ampas tahu mempunyai nilai biologis lebih tinggi daripada protein
biji kedelai dalam keadaan mentah, karena bahan ini berasal dari kedelai yang
telah dimasak. Ampas tahu juga mengandung unsur-unsur mineral mikro maupun
makro yaitu untuk mikro; Fe 200-500 ppm, Mn 30-100 ppm, Cu 5-15 ppm, Co
kurang dari 1 ppm, Zn lebih dari 50 ppm (Sumardi dan Patuan, 1983 yang disitasi
Tarmidi, 2009).
Pengeringan ampas tahu dilakukan dengan cara memeras ampas tahu yang
masih banyak mengandung air kemudian ampas tahu yang sudah diperas lalu
Konsumsi Pakan
hidup pokok, pertumbuhan dan produksi. Jika konsumsi energi berasal dari pakan
pengetahuan tingkat konsumsi dapat ditentukan kadar suatu zat makanan dalam
ransum untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi (Parakkasi, 1999).
dan faktor internal (kondisi ternak sendiri). Faktor eksternal meliputi temperatur
sedangkan faktor internal meliputi selera, status fisiologi (umur, jenis kelamin dan
Ternak yang mempunyai sifat dan kapasitas konsumsi pakan yang tinggi,
produksinya relatif akan lebih tinggi dibandingkan dengan ternak (yang sejenis)
dengan kapasitas sifat dan konsumsi pakan rendah (Parakkasi, 1999). Banyaknya
pakan yang dikonsumsi oleh kelinci tergantung pula pada jenis kelinci, berat
badan kelinci dan umur kelinci. Kelinci jenis sedang memerlukan pakan lebih
banyak dibandingkan jenis kelinci kecil. Pakan kelinci dewasa rata-rata 120-180
hidup, perubahan tinggi atau panjang badan. Pengukuran secara praktis adalah
dengan melakukan penimbangan bobot badan. Makin tinggi kenaikan bobot badan
per hari makin baik pertumbuhannya. Untuk dapat mencapai bobot badan optimal
ditentukan oleh manajemen pada saat periode pertumbuhan. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor genetik, lingkungan, dan manajemen. Dari faktor tersebut yang
mempunyai pengaruh nyata adalah faktor pakan, karena bila pakan yang diberikan
dapat menyediakan zat makanan yang sesuai dengan imbangan dan kebutuhannya,
jumlah pakan yang dimakan dan zat makanan yang dikonsumsi (Mugiyono dan
dikonsumsi atau oleh mutu dan jumlah pakan yang dimakan (Mugiyono dan
kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, dalam waktu 56 hari mencapai berat
badan 1,8 kg. Pertambahan bobot badan kelinci lokal yang ideal sebesar 4 – 21
Konversi Pakan
berat pakan yang diberikan dengan berat daging yang dihasilkan. Hal ini terhitung
mulai dari saat ternak disapih hingga dipotong sampai umur 4 bulan.Konversi
pakan yang terbaik diperoleh ketika berumur 2-3 bulan. Jadi, konversi pakan ini
merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan untung rugi peternakan
dihasilkan (de Blas dan Wiseman, 1998 yang disitasi Hascaryo, 2010).
dengan berat badan yang dicapai pada minggu itu. Konversi ransum digunakan
pakan secara ad libitum meliputi faktor dari kelinci yaitu berat potong dan sifat
genetis dan faktor dari pakan, yang meliputi konsumsi energi, pakan tambahan
dan sebagainya (de Blass dan Wiseman, 1998 yang disitasi Hascaryo, 2010).
Feed costpergain dinilai baik apabila angka yang diperoleh serendah mungkin,
yang berarti dari segi ekonomi penggunaan pakan efisien. Untuk mendapatkan
feed cost per gain rendah maka pemilihan bahan pakan untuk menyusun ransum
harus semurah mungkin dan tersedia secara kontinyu atau dapat juga
menggunakan limbah pertanian yang tidak kompetitif (Basuki, 2002 yang disitasi
Fianti, 2004).
Feed cost per gain apabila dikaitkan dengan kurva pertumbuhan akan
diperoleh angka feed cost per gain yang semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan
dengan bertambahnya umur ternak, dan setelah ternak dewasa maka pertambahan
berat badan menurun, padahal konsumsi pakan relatif tetap (Suparman, 2004).
Secara teknis angka konversi pakan sebenarnya sudah cukup untuk menilai
sejauh mana kemampuan ternak dalam penggunaan pakan. Namun dari aspek
ekonomi juga harus diperhatikan feed cost per gainnya (Cord dan Nesheim, 1973
Hipotesis