DOSEN PENGAMPU :
Erpendi, S.Th.I., M.A.
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
1. NUR ROKHIM
2. VIVI WULANDARI
PAI V D
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Perang Salib
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
Kelompok VII
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp
Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp
Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara
Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al-Hajr, Perancis Dan Armenia.1
Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-
orang Kristen terhadap umat islam, yang kemudian mencetuskan perang salib.
Kebencian itu bertambah setelah dinasti seljuk dapat merebut Bait Al-Maqdis
pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di
Mesir. Penguasa seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang
berziarah kesana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka.
Untuk memperolehkembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu,
pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa
supaya melakukan perang suci. Perang ini kemudian dikenal dengan nama
Perang Salib.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana timbulnya Perang Salib?
2. Apa penyebab terjadinya Perang Salib?
3. Bagaimana periodisasi Perang Salib?
4. Apa saja pengaruh Perang Salib terhadap peradaban Kristen dan Islam?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk mengetahui timbulnya Perang Salib.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Perang Salib.
3. Untuk mengetahui periodisasi Perang Salib.
4. Untuk mengetahui pengaruh Perang Salib terhadap peradaban Kristen dan
Islam.
1
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm.76
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam (Pekanbaru: Pusaka Riau, 2013), hlm.
2666.
3
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 171.
2
orang Kristen. Tahap ketiga, (1193-1291 M) yang dikenal dengan periode
kehancuran di dalam pasukan perang Salib.4
4
Syamruddin Naution, Op.Cit, hlm. 267
5
Ibid, hlm. 269
6
Ibid, hlm. 270
3
Mereka mayoritas terdiri dari kaum jelata tapi kehidupan mereka sangat
tertindas terhina mereka harus tunduk terhadap aturan mereka sehingga saat
mereka mengambil bagian dari perang salib dengan janji mereka akan di
beri kesejahtraan dan kebebasan mereka menyambutnya dengan sepontan
dan semangat. 7
7
Badri Yatim, Op.Cit, hlm. 76
8
Ibid, hlm. 77.
4
pasukan salib untuk merebut wilayah Kristen di Syiria, akan tetapi gerak
laju mereka dihambat oleh Nuruddin Zanki. Mereka tidak berhasil
memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri
pulang ke Negerinya Nuruddin wafat pada tahun 1174 M. Pimpinan perang
kemudian dipegang oleh Shalah Al-Din Al-Ayyubi yang berhasil
mendirikan dinasti Ayyubiah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan
Shalah Al-Din yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada
tahun 1187 M. Dengan demikian, kerajaan latin di Yerussalem yang
berlangsung selama 88 tahun berakhir.
Jatuhnya Yerussalem ketangan kaum Muslimin sangat memukul
perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini
tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, Raja Jerman, Richard The
Lion Hart, Raja Inggris, dan Philip Augustus, Raja Perancis. Pasukan ini
bergerak pada tahun 1189. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalah
Ad-Din, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadika ibu
kota kerajaan latin. Akan tetapi, mereka tidak berhasil memasuki Palestina.
Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dan
Shalah Ad-Din yang disebut dengan Shuh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini
disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait Al-
Maqdis tidak akan diganggu.9
3. Periode III
Tentara salib pada periode ini dipimpin oleh Raja Jerman, Frederick
II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir terlebih dahulu sebelum ke
Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi.
Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari
dinasti Ayyubiyah waktu itu, Al-Malik Al- Kamil, membuat perjanjian
dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyat,
sementara Al-Malik Al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin
keamanan kaum muslimin disana dan Frederick tidak mengirim kepada
9
Ibid, hlm. 78.
5
Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut
kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1247 M, dimasa pemerintahan Al-
Malik Al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh
dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiah pimpinan
perang dipegang oleh Baybras dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka
dapat direbut kembali oleh kaum muslimin pada tahun 1291 M.
Demikianlah perang salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak
berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat muslim terusir dari sana.
Walaupun umat islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari
tentara salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali, karena
peperangan itu terjadi diwilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan
kekuatan politik umat islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian,
mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti
kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di
Baghdad.10
10
Ibid, hlm. 79.
6
dengan menunggang kuda, serta membangkitkan semangat militer dengan
gendang dan rebana di medan perang.
Dalam bidang perindustrian mereka banyak menemukan kain tenun
sekaligus peralatan tenun di dunia Timur. Untuk itu mereka mengimpor
berbagai jenis kain dari Timur ke Barat. Mereka juga menemukan berbagai
jenis kemenyan dan getah kayu Arab yang dapat mengharumkan ruangan.
Dalam bidang pertanian mereka menemukan model irigasi yang praktis
dan jenis tumbuhan serta buah-buahan yang beraneka ragam. Dalam bidang
perdagangan mereka melakukan hubungan dagang dengan dunia timur yang
memaksa mereka menggunakan mata uang sebagai alat tukar. Pada hal
sebelumnya mereka menggunakan sistem barter.
Dalam bidang astronomi mempengaruhi lahirnya berbagai
observatorium di Barat. Dalam bidang kesehatan mereka berhasil membawa
dan menerjemahkan berulang kali ke berbagai bahasa yang ada di Eropa
karya Ibnu Sina yang berjudul al-Syifa tentang ilmu kedokteran yang
dijadikan rujukan di berbagai Universitas yang ada di Eropa sampai
sekarang ini. Dan yang tidak kurang pentingnya adalah sikap dan
kepribadian umat Islam di dunia Timur pada waktu itu telah memberikan
pengaruh positif terhadap nilai-nilai kemanusiaan di Eropa yang
sebelumnya tidak mendapat perhatian.11
2. Pengaruhnya Terhadap Dunia Islam
Pengaruh Perang Salib terhadap Islam, adalah lebih memantapkan dan
mengokohkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan umat dalam membela dan
mempertahankan eksistensi agama Islam. Pengaruhnya yang lain adalah
memperkenalkan dunia Islam yang mempunyai kebudayaaan tinggi kepada
dunia Barat.
Bagi umat Islam, Perang Salib tidak memberikan kontribusi bagi
pengebangan kebudayaan, malah sebaliknya kehilangan sebagian warisan
kebudayaan. Peradaban Islam telah diboyong dari Timur ke Barat. Dengan
demikian, Perang Salib itu telah mengembalikan Eropa pada kejayaan,
11
Syamruddin Naution, Op.Cit, hlm. 279
7
bukan hanya pada bidang material, tetapi pada bidang pemikiran yang
mengilhami lahirnya masa Renaisance. Hal tersebut dapat dipahami dari
kemenangan tentara Salib pada beberapa episode, yang merupakan stasiun
ekspedisi yang bermacam-macam dan memungkinkan untuk memindahkan
khazanah peradaban Timur ke dunia Masehi-Barat pada abad pertengahan.
Tidak hanya itu, Perang Salib telah menghabiskan aset kekayaan
bangsa dan mengorbankan putera terbaik. Ribuan penguasa, panglima
perang dan rakyat menjadi korban. Gencatan senjata yang ditawarkan
terhadap kaum muslimin oleh pasukan salib selalu didahului dengan
pembantaian masal. Hal tersebut merusak struktur masyarakat yang dalam
limit tertentu menjadi penyebab keterbelakangan umat Islam dari umat lain.
Walaupun demikian, di sisi lain Perang salib membuktikan kemenangan
militer Islam di abad pertengahan, yang bukan hanya mampu mengusir
Pasukan Salib, tetapi juga pada masa Turki Usmani mereka mampu
mencapai semenanjung Balkan (abad ke-14-15) dan mendekati gerbang
Wina (abad ke-16 dan 17), sehingga hanya Spanyol dan pesisir Timur Baltik
yang tetap berada di bawah kekuasaan Kristen.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa perang salib bukanlah
perang karena agama tetapi perang perebutan kekuasaan daerah. Perang ini
dinamakan perang salib karena angkatan perang tentara Nasrani menggunakan
tanda salib dan mendapat restu dari Paulus di Roma.
Perang Salib yang terjadi sampai pada akhir abad XIII memberi pengaruh
kuat terhadap Timur dan Barat. Di samping kehancuran fisik, juga
meninggalkan perubahan yang positif walaupun secara politis, misi Kristen-
Eropa untuk menguasai Dunia Islam gagal. Perang Salib meninggalkan
pengaruh yang kuat terhadap perkembangan Eropa pada masa selanjutnya.
Pengaruh Perang Salib terhadap Islam, adalah lebih memantapkan dan
mengokohkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan umat dalam membela dan
mempertahankan eksistensi agama Islam. Pengaruhnya yang lain adalah
memperkenalkan dunia Islam yang mempunyai kebudayaaan tinggi kepada
dunia Barat.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan bimbingan dan arahan serta saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan pada penulisan makalah berikutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10