1 . Kelas Asteroidea
Asteroidea merupakan kelompok hewan avertebrata yang sering disebut sebagai
bintang laut. Kata Asteroidea berasal kata Yunani, yaitu aster (bintang) dan eiodes (bentuk).
Ciri-ciri Kelas Asteroidea antara lain :
Tubuhnya berbentuk pipih seperti bintang atau pentagonal dan memiliki lima lengan atau
lebih yang tersusun secara simetri radial. Pada setiap ujung lengan terdapat alat sensor
yang bentuknya menyerupai tentakel dengan bintik mata pada ujungnya. Bintik mata ini
mengandung pigmen merah yang peka terhadap cahaya. Lekukan ambulakralnya terbuka
dan didalamnya berisi kaki tabung. Kaki tabung ini biasanya dilengkapi dengan sucker
(batil penghisap). Permukaan tubuh bagian atas (aboral) ditutupi oleh diri-diri tumpul
berbentuk catut (pediselaria). Contoh hewan dari kelas Asteroidea ini adalah bintang laut
biru (Linckia sp.), Astropecten diplicatus, Archaster sp., bintang laut merah (Asterias sp.),
dan Culcita sp.
2. Kelas Echinoidea
Echinoidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga landak laut.
Echinoidea berasal dari kata Yunani yaitu echinos (landak) dan eiodes (bentuk).
Ciri-ciri Kelas Echinoidea antara lain :
Ciri utama Echinoidea adalah memiliki banyak pediselaria di seluruh permukaan tubuh,
berupa duri-duri seperti batang yang panjang. Kerangka tersusun atas lempengan-
lempengan zat kapur dan membentuk cangkang yang kaku dengan bentuk seperti kotak.
Tubuhnya berbentuk globuler dan bulat (oval). Tidak memiliki lengan. Memiliki duri-duri
tubuh yang panjang. Duri ini digerakkan oleh otot dan berfungsi untuk berjalan. Lekukan
ambulakral tertutup dan kaki tabung dilengkapi dengan sukers. Memiliki tiga pediselaria
yang bentuknya seperti rahang.
Mulutnya terletak di tengah dan dikelilingi oleh selaput peristoma.
Contoh hewan dari kelas Echinoidea adalah landak laut (Echinus sp.), bulu babi (Diadema
sp.), dan dolar pasir (Echinarachinus sp.). Struktur tubuh Echinus sp. Landak laut
1
Gambar 1. Struktur tubuh Echinus sp.
3. Kelas Ophiuroidea
Ophiuroidea adalah hewan avertebrata yang sering disebut juga bintang ular.
Ophiuroidea berasal dari kata Yunani yaitu (ular), oura (ekor) dan eidos (bentuk). Ciri-ciri
Kelas Ophiuroidea antara lain :
Bentuk tubuhnya memipih, seperti bintang atau pentamerous dengan lengan yang ramping
dan fleskibel (elastis). Tidak mempunyai kaki amburakral dan anus sehingga sisa makanan
dikeluarkan melalui mulut. Lekukan ambulakralnya tertutup dan kaki tabung tidak
memiliki sucker. Madreporit terdapat pada permukaan oral. Tidak mempunyai pediselaria.
Contoh hewan dari kelas Ophiuroidea adalah Gorgonocephalus sp., Ophiopholis sp., dan
Opiotrix fragilis. bintang ular
FILUM ARTHROPODA
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos yang
berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme yang
tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku. Hewan ini memiliki jumlah
spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000 spesies. Hewan yang tergolong
arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat
ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.
1) Ciri-ciri filum Arthropoda
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali dan
organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas segmen-
segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-laba, lipan,
kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang, lalat / laler,
kecoa.
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki
panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan
bentuk Arthropoda pun beragam.
Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata,
dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar
(eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari spesies
hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan lapisan
kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami
pengelupasan.
Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh
serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang berhubungan
3
dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang susunannya sangat
kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang cepat.
Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada), dan abdomen (perut)
yang bersegmen-segmen. Pada laba-laba dan udang, kepala dan dadanya bersatu
membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara kepala,
toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen tubuh ada yang
dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak.
Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti mata,
penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Tingkat
perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung di bagian dorsal. Sistem peredaran
darahnya merupakan sistem peredaran darah terbuka yang tidak memiliki kapiler darah.
Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Hewan arthropoda yang
hidup di air ada yang bernapas dengan menggunakan insang, sistem trakea, paru-paru
buku, atau pada beberapa spesies melalui permukaan tubuh. Sistem ekskresi
menggunakan saluran malpighi. Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena
terdiri atas dua ganglion dorsal yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf trepi
dihubungkan oleh saraf melintang sehingga merupakan tangga tali. Sistem pencernaan
dimulai dari mulut, usus, dan anus. Mulut ada yang berfungsi untuk menjilat seperti
pada lalat, menusuk dan menghisap seperti pada nyamuk, serta menggigit seperti pada
semut.
Anggota filum arthropoda dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan betina.
Fertilisasi arthropoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung kuning telur
yang tertutup oleh cangkang. Hewan arthropoda ada yang mengalami metemorfosis
sempurna, metemorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga
yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah pembentukan
individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang dihasilkan bersifat
steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda terpisah, masing-masing
menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga bersifat dioseus (berumah
dua). Hasil fertilisasi berupa telur.
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal,
atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya
nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun
pasir, dan padang rumput.
4
Hewan ini memiliki ciri khas, yaitu rangka luar dari kitin yang keras. Rangka
luar ini keras karena mengandung zat kapur. Hewan yang tergolong kelas Crustcea
kebanyakan hidup di laut, sperti kutu air, udang karang, dan kepiting. Selain itu ada
pula yang hidup di air tawar atau di darat pada tanah yang lembab.
5
glands) yang berfungsi membuang zat-zat yang bersifat sampah dari darah. Hewan
ini memiliki system saraf tangga tali. Organ sensoris telah berkembang dengan
baik, seperti mata faset, antenna, dan alat keseimbangan pada dasar antenna yang
dinamakan statocyst.
Udang, lobster,dan kepiting merupakan hewan yang termasuk Malacostraca.
Hewan-hewan tersebut merupakan sepertiga dari keseluruhhan Crustacea. Udang,
lobster,dan kepiting dikelompokan di dalam ordo Decapoda, yaitu hewan yang
memiliki sepuluh kaki. Jenis Malacostraca diantaranya udang karang (Panulirus
sp), udang yuyu (Paratelphusa convexa), kepiting (Astracus cancer), udang
belalang (Squilla sp), kutu kayu di laut (Lymnirua sp), dan lobster (Honarus
americanus).
b. Kelas Arachnida
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga
kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja. Kalajengking
adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies.
Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm
sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup secara
bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora. Tubuhnya
terdiri atas sefalotoraks, abdomen, dan 4 pasang kaki. Tidak memiliki mandibula.
System pencernaan terdiri atas mulut, tenggorokan, lambung, usus halus,
anus, dan kelenjar racun untuk mematikan mangsanya. Respirasi dilakukan dengan
paru-paru buku dan trakea. System ekskresi memiliki saluran Malphigi. System
sarafnya adalah system saraf tangga tali. Hewan ini memiliki mata
tunggal,tubuhnya berbuku dan dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan hewan
betina. Fertilisasi terjadi secara internal dan tidak mengalami metamorfosis.
Pada bagian sefalotoraks dapat dibedakan menjadi dua bagian. Kedua bagian
tersebut dihubungkan oleh pedunkulus. Bagian kepala memiliki kelisera yang
berfungsi menghancurkan mangsanya. Kelisera ini berhubungan dengan kelenjar
racun yang terletak di daerah kepala. Selain itu, terdapat pedipalpus yang
bentuknya menyerupai kaki dengan ujung bercakar. Pedipalpus memiliki fungsi
yang bermacam-macam bergantung pada spesiesnya. Pada kalajengking,
pedipalpus memiliki fungsi sebagai penangkap dan pemegang mangsa. Pada laba-
laba jantan, pedipalpus digunakan untuk menyalurkan sperma.
Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan
Acarina.
Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir,
contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng
( Buthus after).
Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada
kaliseranya (alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa
amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).
Ordo Arcarina adalah kelompok hewan tungau. Anggota ordo ini memiliki
tubuh berbentuk bulat telur tau bundar. Banyak spesies tungau merusak
tumbuh-tumbuhan atau menjadi parasit pada binatang dan manusia. Contoh
6
kelompok ini adalah tungau kudis (Sarcoptes scabei) dan tungau unggas (Argus
sp).
c. Kelas Insecta
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota hewan ini
sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk, lalat, lebah, semut,
capung, jangkrik, belalang,dan lebah. Ciri khususnya adalah kakinya yang
berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga disebut hexapoda. Insecta dapat
hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar, laut dan darat. Hewan ini merupakan satu-
satunya kelompok invertebrata yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas
dan ada yang sebagai parasit. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda.
Heksapoda berasal dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki.
Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari
900.000 jenis yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak
sekali variasi dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan
abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang
antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki
organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan
ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea
merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.
Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.
Hemiptera memiliki dua pasang sayap yang tidak sama panjang. Contohnya
walang sangit (leptocorisa acuta) dan kutu busuk (cymex rotundus).
8
Odonata memiliki dua pasang sayap
seperti jala. Contohnya capung
(pantala).
9
A. Ciri-ciri ordo Diplopoda
Tubuh Diplopoda berbentuk bulat memanjang, memiliki banyak segmen.
Tubuhnya ditutupi lapisan yang mengandung garam kalsium dan warna tubuhnya
mengkilap. Kepala memiliki dua mata tunggal, sepasang antenna pendek, dan
sepasang mandibula. Toraksnya pendek terdiri ats 4 segmen. Setiap segmen
memiliki sepasang kaki, kecuali segmen pertama. Hewan kelompok ini memiliki
abdomen panjang, tersusun atas 25 hingga lebih dari 100 segmen, bergantung pada
spesiesnya. Setiap segmen memiliki 2 pasang spirakel, ostia (lubang), ganglion
saraf, dan 2 pasang kaki yang terdiri atas tujuh ruas.
Hewan yang tergolong Diplopoda tidak memiliki system pencernaan yang
lengkap. System pencernaanya disusun oleh sustu saluran lurus dengan 2 atau 3
pasang kelenjar ludah. Di daerah ujungnya terdapat 2 saluran Malphigi panjang
untuk ekskresi. System peredaran darah pada Diplopoda merupakan system
peredaran darah terbuka. Alat reproduksinya dinamakan gonopod, berada pada
segmen yang ke-7. fertilisasi pada Diplopoda terjadi secara internal. Hewan betina
ordo ini membuat sarang untuk menyimpan telur.
Hewan ordo Diplopoda hidup di tempat gelap yang lembab, misalnya di
bawah batu atau kayu yang terlindungi dari matahari. Memiliki antenna yang
digunakan untuk menunjukkan arah gerak. Kakinya bergerak seperti gelombang
sehingga pergerakkannya sangat lambat. Makanan ordo Diplopoda adalah sisa
tumbuhan atau hewan yang telah mengalami pembusukkan.
Jika ada bahaya, tubuhnya menggulung seperti benda mati sebagai upaya
untuk mempertahankan diri. Ordo ini memiliki kelenjar yang dapat menyemprotkan
cairan yang mengandung sianida dan iodium untuk mengusir musuhnya. Contoh
ordo ini adalah kaki seribu (Spirobolus sp).
Gambar : kelabang
10
Tubuh chilopoda berbentuk pipih memanjang dan berbuku-buku. Pada kepala
terdapat antenna yang beruas-ruas. Alat respirasinya adalah trakea yang bercabang-
cabang ke seluruh bagiab tubuhnya. Contoh hewan ini adalah lipan. Lipan dapat
menaklukkan mangsanya dengan racun yang berasal dari sepasang kaki pertamanya
yang disebut cakar racun. Pada setiap segmen terdapat sepasang kaki.
DAFTAR PUSTAKA
http://amintabin.blogspot.com/2010/01/filum-arthropoda.html
Hadisusanto, Suwarno. 2005. Biologi Kelas X. Jilid Ib SMA. Jakarta: Sunda Kelapa
Pustaka.
Maryati, Sri. 2004. Buku Penuntun Biologi SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga
Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009. Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.
11