PPL XPL
Keterangan gambar :
1. Quartz
2. Plagioklas
3. Lithik
4. Hornblende
5. Opak
6. Rongga
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Laboratorium Hard Rock STTNAS Yogyakarta
Deskripsi Mikroskopik :
Berdasarkan deskripsi mikroskopik kode sampel BT ps II/SI dengan jenis batuan sedimen
klastik dimana perbesaran okuler 10x dan perbesaran obyektif 4x dengan warna batuan pada
pengamatan PPL di dominasi warna putih dengan kecoklatan , warna pada pengamatan XPL
hitam kecoklatan . Mempunyai tekstur dengan bentuk butirnya sub angular – sub rounded ,
kemas tertutup , sortasinya buruk-sedang . Dijumpai mineral seperti plagioklas , quartz ,
hornblende , lithik , serta opak
Deskripsi Mineral :
1. Quartz
Pada keadaan PPL mineral berwarna putih, reliefnya rendah tidak terlihat pecahan dan
belahan, sedangkan pada keadaan XPL mineral memiliki warna hitam keabuan dan
putih.
2. Plagioklas
PPL dengan warna coklat kehijauan tidak mempunyai pecahan belahan 1 arah dengan
relief sedang , pleokorisme lemah , n>nbalsam , memiliki kembaran albit . Pada XPL
dengan warna coklat kekuningan sudut paemadaman miring.
3. Lithik
Pecahan batuan PPL berwarna gelap serta pada XPL berwarna coklat dengan titik titik
hitam.
4. Hornblenda
Pada pengamatan PPL memiliki warna colourless, bentuknya subhedral – anhedral,
memiliki belahan 1 arah, pleokroismenya tidak terlihat, reliefnya sedang-rendah,
indeks biasnya N > n. lalu pada pengamatan XPL memiliki warna birefringence
orange kekuningan terletak pada orde kedua.
5. Rongga
Pecahan batuan PPL berwarna gelap serta pada XPL berwarna coklat dengan titik titik
hitam.
6. Opaque
Pada opak yang terlihat dapat digolongkan menjadi magnetit karena bentuknya yang
relative membulat.
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Laboratorium Hard Rock STTNAS Yogyakarta
Nama Batuan : LITHIC WACKE (Pettijohn 1971)
Petrogenesa :
Dari hasil pengamatan mikroskopis, ditunjukkan dengan adanya plagioklas , quartz ,
hornblende , lithik , opak serta adanya rongga . Batuan ini terbentuk karena proses
sedimentasi yang berasal dari partikel-partikel kecil yang tertranspot dan terlithifikasikan .
Dengan material penyusunan nya yang lebih dominan yaitu lithik sebesar 61% maka di dapat
nama baatuan ini adalah lithic wacke (pettijohn 1871) .
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Laboratorium Hard Rock STTNAS Yogyakarta
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Laboratorium Hard Rock STTNAS Yogyakarta
KETERANGAN :
Qz Kuarsa
Plg Plagioklas
Hb Hornblend
Ro Rongga
Lt Lithik
Opq Opaque
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Laboratorium Hard Rock STTNAS Yogyakarta
Plagioklas 1 5 5 5 1 1 2 1 2 4 2 - - 1 - 3 3 5 5 3 49 12.25
Hornblende - - - - - - - - - - - - 1 2 - - - - - - 3 0.75
Rongga 10 5 3 4 2 1 - - - - - 3 3 2 2 - - - 2 3 40 10
Lithik 7 7 9 7 12 15 16 12 11 13 16 14 11 11 14 14 15 13 13 14 244 61
Opaque 1 - - - - - 1 1 - - 1 1 1 - - - - - - - 6 1.5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑖𝑛𝑒𝑟𝑎𝑙
Mineral x : 𝑥 100%
400
49
Plagioklas = 400 𝑥 100% = 12.25 %
244
Lithik = 400 𝑥 100% = 61 %
58
Quartz = 400 𝑥 100% = 14.5 %
3
Hornblende = 400 𝑥 100% = 0.75 %
6
Opaque = 400 𝑥 100% = 1.5 %
40
Rongga = 400 𝑥 100% = 10 %
PRAKTIKUM PETROGRAFI
Laboratorium Hard Rock STTNAS Yogyakarta
58
Quartz = 351 𝑥 100% = 16.5 %
244
Lithic = 351 𝑥 100% = 69.5 %
Jadi diperoleh dari hasil pengplotan tersebut nama batuan adalah lithic wacke menurut
klasifikasi Pettijohn (1971).