Anda di halaman 1dari 16

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Karakteristik Reservoir

Gambar 2.1 Bentuk Lapisan Dalam Reservoir

Reservoir merupakan suatu tempat terakumulasi/terkumpulnya fluida


hidrokarbon, yang terdiri dari minyak dan gas, dan air (Gambar 2.1). Proses bisa
terjadinya akumulasi minyak bumi di bawah permukaan haruslah memenuhi
beberapa persyaratan, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyak bumi.
Unsur-unsur yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :
1. Batuan Reservoir
Sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak bumi, gas bumi atau
keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang porous
dan permeable.
2. Lapisan Penutup (Cap Rock)
Yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat impermeable, yang terdapat pada
bagian atas suatu reservoir, sehingga berfungsi sebagai penyekat fluida
reservoir.

4
3. Perangkap Reservoir (Reservoir Trap)
merupakan suatu unsur pembentuk reservoir yang berupa suatu sinklin,
yakni suatu bentuk cekungan, dimana nantinya akan terisi fluida, yang
secara urutannya dari atas ke bawah adalah fasa gas, minyak dan air.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan
penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu
sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan.

2.2. Karakteristik Batuan Reservoir


Batuan adalah kumpulan dari mineral-mineral sedangkan suatu mineral
dibentuk dari beberapa ikatan kimia. Batuan reservoir adalah wadah di bawah
permukaan bumi yang mengandung minyak, gas dan aquifer. Batuan reservoir
umumnya terdiri dari batuan sedimen yang berupa batu pasir (sandstone) dan
karbonat (sedimen klastik) serta batu lempung (shalestone). Masing-masing
batuan tesebut mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda begitupun
dengan sifat fisiknya. Batuan reservoir mempunyai karakteristik sebagai berikut :
A. Porositas (ϕ)
Dalam reservoir minyak, porositas menggambarkan persentase dari total
ruang yang dapat ditempati oleh suatu cairan atau gas. Porositas juga dapat
didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-pori batuan dengan
volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika dirumuskan :
volume pori
Porositas (ϕ) = x 100% ................................................ (2.1)
volume batuan

Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, dan komposisi mineral pembentuk batuan.
B. Permeabilitas (k)
Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk mengalirkan
fluida. Semakin besar permeabilitas maka semakin mudah fluida untuk mengalir
melalui batuan itu. Permeabilitas dilambangkan dengan simbol “k” dan
dinyatakan dalam satuan Darcy dengan persamaan sebagai berikut:
qµ dL
k= − .......................................................................................... (2.2)
A dP

5
dimana :
k : Permeabilitas (mD)
µ : Viskositas (cp)
A : Luas penampang (cm2)
dL : Panjang (cm)
dP : Pekanan (psi)
C. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi
fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida
atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh
karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi terbagi menjadi
tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So), dan saturasi gas (Sg). Dimana
secara sistematis dapat ditulis:
Volume pori yang terisi air
Sw = ................................................................ (2.3)
volume pori total
Volume pori yang terisi minyak
So = ............................................................ (2.4)
volume pori total
Volume pori yang terisi gas
Sg = .................................................................. (2.5)
volume pori total

2.3. Pengertian Evaluasi Formasi


Evaluasi formasi batuan adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di
bawah tanah dengan menggunakan hasil pengukuran lubang sumur. Evaluasi
formasi membutuhkan berbagai macam pengukuran dan analisis yang saling
melengkapi satu sama lain. Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk
mengidentifikasi reservoar, memperkirakan cadangan hidrokarbon, dan
memperkirakan perolehan hidrokarbon (Harsono, 1997).

2.4. Metode-metode Evaluasi Formasi


Evaluasi formasi umumnya dilakukan secara berurutan dan sistematis. Daerah
yang dianggap berpotensi mengandung hidrokarbon awalnya ditentukan melalui
survei seismik, gravitasi, dan magnetik. Setelah daerah tersebut dibor selanjutnya
dilakukan Mud Logging dan Measurements While Drilling (MWD), setelah itu

6
bisa dilakukan pengambilan batu inti. Saat mata bor tersebut telah mencapai
kedalaman tertentu maka Logging dapat dilakukan. Penjelasan mengenai metode
– metode yang digunakan dalam evaluasi formasi adalah sebagai berikut :
 Mud Logging
Merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud dan
cutting pada sumur selama pemboran, mud logging biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor lalu
mengindentifikasi zona yang porous dan permeable.
 Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti
(core) dari dalam lubang bor untuk mengkalibrasi model petrofisik.
 Well Logging
Well Logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi
batuan yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor. Data yang
dihasilkan disebut sebagai Well Log. Berdasarkan proses kerjanya,
Logging dibagi menjadi dua jenis yaitu wireline Logging dan Logging
while drilling bor.

2.5. Pengertian Logging


Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang
sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan
meliputi pengukuran data-data properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas
pada berbagai frekuensi), data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur,
pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi, pengambilan
material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama Logging, berbentuk pipa pejal berisi alat
pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja
berisi kabel listrik ke kedalaman yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan
pada saat Logging tool ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu
“sinyal” (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet, partikel
nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan

7
dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di
dalam Logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat
kabel Logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang
diprint pada continuos paper yang dinamakan Log.
Kemudian Log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis
dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik
pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.
Well Logging merupakan pekerjaan penilaian formasi pada saat pemboran
(LWD), sebelum di casing (Open Hole) ataupun setelah dicasing (Cased Hole)
dengan cara menurunkan serangkian alat pendeteksi sifat – sifat fisik batuan
melalui wireline ataupun batang bor (drill string) ke kedalaman yang akan
diinvestigasi. Diameter peralatan Logging convensional umumnya 35/8’’, dengan
panjang tool Logging 20 – 50 ft. Peralatan ini di turunkan kedasar lubang bor
dengan menggunakan wireline cable yang dilengkapi 7 konduktor (2 konduktor
untuk mengirim arus dari permukaan ke Logging tool di bawah permukaan, dan 5
konduktor mentransmisi data dari peralatan Logging bawah permukaan ke ruang
kontrol) seperti terlihat pada Gambar 2.2. Tetapi untuk Logging While Drilling
(LWD) peralatan dirangkai pada rangkaian pemboran yang dilengkapi dengan
peralatan Logging, memori, dan baterai dalam melakukan penilaian formasi saat
pemboran.

Gambar 2.2 Skematik diagram dari pengaturan Wireline Logging

8
2.6. Jenis-Jenis Logging
2.6.1 Log Litologi
Log litologi terdiri dari Log Spontaneous Potensial (SP) dan Log
Gamma Ray (GR). Melalui Log SP dan GR dapat didefinisikan litologi dari
formasi batuan (permeable atau impermeable), dan juga dapat menghitung
kandungan Clay di dalam batuan formasi disetiap kedalaman.

2.6.1.1. Gamma Ray Log


Log Gamma Ray (GR) merupakan Log yang menunjukkan besarnya
intensitas radioaktif yang ada pada formasi. Unsur–unsur radio aktif banyak sekali
terkandung dalam batuan sedimen. Unsur–unsur tersebut meliputi Uranium (U238),
Thorium (Th232), dan Kalium (K40).
Kegunaan Log Gamma Ray :
 Evaluasi kandungan serpih
 Menentukan lapisan permeable
 Evaluasi biji mineral yang radioaktif
 Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
 Korelasi Log pada sumur berselubung
 Korelasi antar sumur
A. Prinsip kerja Log GR
Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah mengandung
radioaktifitas, yaitu Uranium (U), Thorium (Th) dan Kalium (K). Radioaktifitas
GR berasal ketiga unsur radioaktif tersebut yang secara kontinyu memancarkan
GR dalam bentuk pulsa – pulsa energi radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu
menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma yang umumnya berupa
detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa listrik pada
detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per
satuan waktu (cacah GR).
Alat untuk mengukur GR ada dua macam, yaitu :
 Standart Gamma Ray Tool (SGT)
 Natural Gamma Ray Spectometry Tool (NGT)

9
Kurva GR biasanya ditampilkan dalam kolom pertama, bersama kurva SP
dan kaliper dengan skala dari kiri ke kanan 0-100 atau 0-150 gAPI. Log GR
diskalakan dalam satuan API (gAPI), yang telah dilakukan kalibrasi standar oleh
API (Association Petroleum International). Shale menurut standartnya terbaca
berkisar 100 gAPI, tetapi dapat juga bervariasi antara 75 – 150 gAPI, dan
sedangkan untuk shale yang sangat radioaktif maka harga Gamma Ray mencapai
200 – 300 gAPI. Pada Batubara, Garam, dan Gipsum harga Gamma Ray cukup
rendah (Gambar 2.3).
Penentuan besarnya kandungan shale dalam batuan formasi (Vsh) dapat
dilakukan dari persamaan berikut :
GRread  GRmin
Vsh  ........................................................................ (2.6)
GRmax  GRmin
Dimana :
Vshale : Volume shale (besarnya shale pada batuan formasi), %.
GRmin : Nilai minimal dari Gamma Ray pada chart (Clean Formation).
GRmax : Nilai maksimal dari Gamma Ray pada chart (Shale Formation).
GRread : Nilai yang terbaca pada kedalaman yang ditentukan di chart.

Gambar 2.3. Chart Gamma Ray dan Defleksi Kurva di Beberapa Litologi

10
2.6.1.2. Spontaneous Potential (SP)
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektroda tetap di
permukaan dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap
kedalaman lubang bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging
dengan berbagai jenis alat Log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log
Radioaktif serta berbagai jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log
adalah mengenal lapisan permeable dan serpih yang non permeable. Log yang
digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log. Log SP merupakan rekaman
perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan
elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada
sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan non permeable.
Secara alamiah karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya dapat
mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor. Pada lapisan
serpih yang tidak terdapat aliran listrik, potensialnya adalah konstan dengan kata
lain pembacaan log SP nya rata.

2.6.2 Log Listrik


Prinsip dasar dari Log listrik (Electrical Log) adalah mengukur besarnya
tegangan dan arus dari suatu interval batuan dengan ketebalan tertentu. Log listrik
digunakan untuk mengetahui sifat kelistrikan batuan serta jenis kandungan yang
ada dalam pori-porinya. Dari pengukuran arus listrik dan tegangan yang di
lewatkan interval batuan tersebut di atas dapat diketahui resistivitasnya. Jadi alat
yang di masukkan dalam lubang bor berfungsi sebagai elektroda arus dan
elektroda tegangan.

2.6.2.1. Log Lateralog


Prinsip kerja dari lateralog ini adalah mengirimkan arus bolak-balik langsung
ke formasi dengan frekuensi yang berbeda. Alat lateralog (DLT) memfokuskan
arus listrik secara lateral ke dalam formasi dalam bentuk lembaran tipis. Ini
dicapai dengan menggunakan arus pengawal (bucking current), yang fungsinya
untuk mengawal arus utama (measured current) masuk ke dalam formasi

11
sedalam-dalamnya. Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk
menghasilkan arus listrik utama yang besarnya tetap, resistivitas dapat dihitung
dengan hukum ohm. Alat ini biasanya digunakan untuk resistivitas menengah-
tinggi.

2.6.2.2. Log Induction


Prinsip kerja dari induksi yaitu dengan menginduksikan arus listrik ke
formasi. Pada alat memanfaatkan arus bolak-balik yang dikenai pada kumparan,
sehingga menghasilkan medan magnet, dan sebaliknya medan magnet akan
menghasilkan arus listrik pada kumparan. Secara umum kegunaan dari Log
induksi ini antara lain mengukur konduktivitas pada formasi, mengukur
resistivitas formasi dengan lubang pemboran yang menggunakan lumpur
pemboran jenis oil base mud atau fresh water mud. Penggunaan lumpur pemboran
berfungsi untuk memperkecil pengaruh formasi pada zona batu lempung atau
shale yang besar.
Penggunaan Log induksi menguntungkan apabila:
a. Cairan lubang bor adalah insulator misal udara, gas, air tawar atau oil base
mud. Resistivity formasi tidak terlalu besar Rt < 100 0hm
b. Diameter lubang tidak besar.
Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk ke dalam
formasi sehingga membentuk 3 zona yang terinvasi (Gambar 2.4) dan
mempengaruhi pembacaan Log resistivitas , yaitu:
A. Flushed Zone
Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta
terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak komposisi semula (gas, minyak
ataupun air tawar). Meskipun demikian mungkin saja tidak seluruh komposisi
semula terdesak ke dalam zona yang lebih dalam.
B. Transition Zone
Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona ini ditempati oleh
campuran dari air filtrat lumpur dengan komposisi semula.

12
C. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh dari
lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh komposisi semula.

Gambar 2.4 Profil Sumur Bor Terinvasi Lumpur


2.6.3 Log Porosity
Log porositas bertujuan untuk mengukur porositas batuan formasi melalui
pelepasan energi atau sinar radioaktif ke batuan formasi, lalu dilihat kemampuan
batuan tersebut dalam menghambat energi atau sinar yang dipancarkan. Log
porositas terdiri dari Log Density, Neutron, dan Sonic.

2.6.3.1. Log Density


Log Density merupakan Log yang menunjukkan besarnya densitas (bulk
density) dari batuan yang diukur (Gambar 2.5). Melalui densitas batuan dapat
digunakan dalam menentukan besaran porositas pada batuan tersebut. Log Density
bertujuan untuk menghitung densitas, porositas, batuan formasi , dan juga
menentukan kandungan fluida (jika dilakukan cara cross plot dengan Log
neutron).
Gambaran variasi harga densitas dari beberapa lapangan minyak dan gas bumi
dapat dilihat pada Tabel 2.1 Variasi harga densitas batuan dengan kandungan fluida
tertentu dari beberapa lapangan minyak bumi. Harga-harga pada Tabel 2.1 besifat
tidak mutlak tergantung dari karakteristik batuan setempat, dan untuk meyakinkan
adanya zona-zona air asin, minyak, dan gas masih perlu ditunjang dengan data-data

13
lain seperti kurva SP, resistivitas, dan kurva neutron. Terkecuali lapisan batubara
yang mempunyai harga densitas yang khas yaitu sangat rendah.

Tabel 2.1 Variasi Harga Densitas Batuan Dengan Kandungan Fluida Tertentu
Dari beberapa Lapangan Minyak Bumi
Batuan Kandungan Fluida Densitas (gr/cc)
Shale - 2.20-2.50
Lapisan Clean Air Asin 2.25-2.45
Lapisan Clean Minyak 2.20-2.25
Lapisan Clean Gas 2.00-2.25
Lapisan Batubara - 1.60-1.90

Gambar 2.5 Respon Log Densitas Terhadap Batuan

Prinsip kerja Log density adalah dengan menempelkan pad yang


dilengkapi oleh sumber dan 2 detektor kedinding lubang bor, lalu dari sumber
dipancarkan sinar Gamma yang kuat ke dalam formasi. Sinar Gamma tersebut
akan bertabrakan dengan elektron – elektron, dan dipantulkan kembali. Besarnya
sinar yang kembali di rekam oleh detektor dalam bentuk Log. Banyaknya energi
yang hilang akibat tumbukan dengan elektron – elekktron dalam formasi
menunjukkan densitas elektron dalam batuan.

2.6.3.2. Log Neutron


Log neutron mengukur porositas batuan formasi dengan cara menembakkan
fast neutron (~5 mev) ke dalam formasi melalui sumber dengan segala arah.
Neutron diperlambat oleh benturan pada inti atom/ nuclei sampai mencapai termal

14
energi level sebesar ~ 0.025 ev. Pada kondisi tersebut, partikel – partikel neutron
diserap (absorbed) oleh inti atom.
Atom hidrogen adalah elemen yang paling efektif dalam memperlambat
neutron. Hal tersebut dikerenakan massa hidrogen hampir sama dengan massa
neutron yang ditembakkan. Tetapi pada elemen yang memiliki massa yang lebih
besar dibandingkan neutron (Si, C, Ca, dan O2), maka energi neutron yang
ditembakkan ke formasi akan terpantul saja, tanpa kehilangan energi yang terlalu
banyak.
Log neutron bertujuan untuk menghitung nilai porositas pada batuan formasi
(Gambar 2.6), mengevaluasi litologi (cross plot dengan Log densitas), dan dapat
mendeteksi gas bearing reservoir pada formasi bersih.
Pada Neutron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka
semua partikel neutron akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak
jauh dari sumber radio aktif nya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi tinggi
kedalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber radioaktif.
Neutron Log ini dapat digunakan sebagai porositas tool pada batuan dengan
porositas rendah sampai sedang, dan dapat juga digunakan untuk korelasi batuan.

Gambar 2.6 Respon Log Neutron

2.6.3.3. Kombinasi Log Densitas dan Log Neutron


Berdasarkan sifat – sifat defleksi kurva ρb dan 𝜑𝑁 maka dapat memberikan
keuntungan tersendiri pada lapisan – lapisan yang mengandung hidrokarbon. Pada

15
lapisan hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri
(makin kecil harga ρb nya), sedangkan pada Log neutron, harga porositasnya
akan cenderung makin ke kanan (makin kecil harga 𝜑𝑁 nya), dan pada lapisan
shale kedua jenis kurva akan memperlihatkan gejala yang sebaliknya.
Dengan demikian, pada lapisan hidrokarbon akan terjadi separasi antara
kedua kurva, dimana separasi disebut positif, sebaliknya pada lapisan shale terjadi
separasi negatif.

Gambar 2.7 Bentuk Defleksi Kurva Density Log dan Neutron Log

2.7. Reservoir Saturation Tool (RST)


RST dapat digunakan untuk menentukan informasi tentang saturasi minyak
dan gas pada sumur terbuka atau berselubung. Saturasi hidrokarbon pada sumur
terbuka pada umumnya didapat dari Logging resistivitas. Setelah pemasangan
selubung, alat resistivitas konvensional tidak dapat digunakan lagi. Pada kondisi
inilah RST digunakan untuk mengukur saturasi minyak dan gas saat ini.
Dengan pengukuran RST, saturasi minyak diperoleh dengan dua cara yaitu
pengukuran perbandingan karbon-oksigen (C/O) dan pengukuran laju penyerapan
neutron (sigma). Perbandingan karbon-oksigen (C/O) berhubungan langsung
dengan saturasi minyak formasi. Karbon paling banyak terdapat di minyak dan
oksigen paling banyak terdapat di air. Pengukuran saturasi minyak dengan cara ini
tidak dipengaruhi oleh salinitas air formasi. Kelebihan ini sesuai untuk lapangan-
lapangan minyak di Indonesia yang pada umumnya memiliki salinitas kurang dari
40,000 ppm. Untuk lapangan yang memiliki salinitas air formasi yang tinggi,

16
pengukuran laju penyerapan neutron dapat digunakan untuk menghitung saturasi
minyak. Berbeda dengan pengukuran saturasi minyak, untuk mendapatkan
saturasi gas hanya pengukuran laju penyerapan neutron (sigma) yang dapat
digunakan.
Oleh karena rendahnya salinitas air formasi di Indonesia, pengukuran laju
penyerapan neutron hanya dapat digunakan untuk membedakan gas dari cairan
(minyak atau air) formasi. Kemampuan RST untuk menganalisa jenis batuan
sangat bermanfaat dalam pengkajian ulang sumur-sumur tua dengan Logging
yang terbatas. RST memanfaatkan karakteristik sinar gamma yang terinduksi
karena tumbukan neutron dengan inti atom. Berbagai kemajuan dalam teknologi
detektor dan akselarator yang diterapkan pada peralatan ini menghasilkan alat
yang lebih kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam sumur melalui tubing 2-
3/8”. Pengembangan baru pada teknologi pengolahan data memungkinkan
Logging secara cepat dan kontinyu, bahkan pada porositas yang rendah (>10pu).
Hal ini tidak mungkin dilakukan dengan alat sebelumnya. Gamma Ray
Spectroscopy Tool (GST). GST memiliki penampang 3-3/8”, lebih besar dari
RST.
Pemilihan calon sumur perekaman RST untuk workover maupun yang akan
dijadikan data referensi terhadap sumur sekitarnya harus didasarkan pada
beberapa hal, antara lain :
1. Posisinya merupakan sumur kunci (key well) pada suatu blok yang dipilih
berdasarkan hasil korelasi antar sumur yang relatif paling banyak menembus
lapisan prospek, serta posisinya berada diantara batas minyak air terakhir
sampai puncak antiklin.
2. Sumur tidak mempunyai probem mekanis maupun problem dengan kondisi
lubang, yaitu sumur yang tidak bermasalah dengan selubung (casing), washed
out lubang sumur tidak melebihi dari kemampuan penetrasi alat RST untuk
merekam data, tidak ada ikan serta diusahakan tidak ada lubang perforasi
yang terbuka supaya diperoleh gambaran kondisi reservoir yang
sesungguhnya.
3. Data produksi.

17
2.8. Aplikasi Well Logging Dalam Evaluasi Formasi
2.8.1 Mengidentifikasi Reservoar
Indikator yang paling dapat dipercaya terhadap keberadaan reservoar adalah
dengan melihat pergerakan dari Log densitas dan Log neutron, yaitu ketika Log
densitas bergerak ke kiri (densitas rendah) dan bersinggungan atau bersilangan
dengan kurva neutron. Pada reservoar klastik, hampir tiap keberadaan reservoar
dihubungkan dengan Log Gamma Ray. Pada sejumlah kecil reservoar, Log GR
tidak dapat digunakan sebagai indikator pasir karena kehadiran mineral radioaktif
di dalam pasir. Serpih dapat dengan jelas dikenali sebagai suatu zona ketika Log
densitas berada di sebelah kanan dari Log Neutron, dicirikan dengan nilai unit
porositas sebesar 6 atau lebih. Jadi crossover antara Log Densitas dan Log
Neutron lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi reservoar. Zona gas akan
menunjukkan nilai crossover yang lebih besar daripada zona air dan minyak.

2.8.2 Mengidentifikasi Jenis Fluida Dan Kontak Antar Fluida


Perhitungan porositas tergantung pada jenis fluida yang ada di dalam formasi
sehingga penting bagi kita untuk tahu mengenai prinsip keberadaan dan kontak
fluida tersebut di dalam formasi. Jika tersedia informasi regional mengenai posisi
Gas Oil Contact (GOC) atau Oil Water Contact (OWC), hubungkan kedalaman
OWC atau GWC tersebut terhadap kedalaman sumur yang kita amati lalu tandai
posisinya pada Log.

2.8.3 Menghitung Porositas


Pada batupasir, rhom memiliki kisaran nilai antara 2,65 sampai 2,67 g/cc.
Bila data core regional tersedia, nilai tersebut dapat diambil dari nilai rata-rata
pengukuran pada conventional core plugs. Rhom tergantung pada tipe lumpur
pemboran, sifat fluida yang ada di formasi, dan sebagian invasi yang terlihat pada
Log densitas.

2.8.4 Menghitung Saturasi Air


Saturasi air merupakan fraksi (persentase) volume pori dari batuan reservoar
yang terisi oleh air. Selama ini terdapat asumsi umum bahwa volume pori yang

18
tidak terisi oleh air berarti terisi oleh hidrokarbon. Mendeterminasi saturasi air dan
hidrokarbon merupakan salah satu tujuan dasar dari Well Logging.
Serpih merupakan salah satu batuan paling penting di dalam analisis Log.
Selain efek porositas dan permeabelitasnya, serpih mempunyai sifat kelistrikan
tersendiri yang memberikan pengaruh besar pada penentuan saturasi fluida.
Berdasarkan perhitungan saturasi menggunakan Indonesian Water Saturation
untuk Dispersed Shaly Sand, Dimana :
2
1 𝑛
√𝑅𝑡
𝑆𝑤 = [ ] ......................................................... (2.7)
𝑉𝑠ℎ(1−0,5𝑉𝑠ℎ) ϕ𝑚/2
+
√𝑅𝑠ℎ √𝑎×𝑅𝑤

a = eksponen tortuosity, tanpa satuan


m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
φ = porositas, fraksi
Rt = pembacaan Log deep resistivity (ohm-m)
Rsh = resistivity shale (ohm-m)
Sw = saturasi air (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)

19

Anda mungkin juga menyukai