DASAR TEORI
4
3. Perangkap Reservoir (Reservoir Trap)
merupakan suatu unsur pembentuk reservoir yang berupa suatu sinklin,
yakni suatu bentuk cekungan, dimana nantinya akan terisi fluida, yang
secara urutannya dari atas ke bawah adalah fasa gas, minyak dan air.
Karakteristik suatu reservoir sangat dipengaruhi oleh karakteristik batuan
penyusunnya, fluida reservoir yang menempatinya dan kondisi reservoir itu
sendiri, yang satu sama lain akan saling berkaitan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, dan komposisi mineral pembentuk batuan.
B. Permeabilitas (k)
Permeabilitas didefinisikan sebagai kemampuan batuan untuk mengalirkan
fluida. Semakin besar permeabilitas maka semakin mudah fluida untuk mengalir
melalui batuan itu. Permeabilitas dilambangkan dengan simbol “k” dan
dinyatakan dalam satuan Darcy dengan persamaan sebagai berikut:
qµ dL
k= − .......................................................................................... (2.2)
A dP
5
dimana :
k : Permeabilitas (mD)
µ : Viskositas (cp)
A : Luas penampang (cm2)
dL : Panjang (cm)
dP : Pekanan (psi)
C. Saturasi
Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi
fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida
atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh
karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi terbagi menjadi
tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So), dan saturasi gas (Sg). Dimana
secara sistematis dapat ditulis:
Volume pori yang terisi air
Sw = ................................................................ (2.3)
volume pori total
Volume pori yang terisi minyak
So = ............................................................ (2.4)
volume pori total
Volume pori yang terisi gas
Sg = .................................................................. (2.5)
volume pori total
6
bisa dilakukan pengambilan batu inti. Saat mata bor tersebut telah mencapai
kedalaman tertentu maka Logging dapat dilakukan. Penjelasan mengenai metode
– metode yang digunakan dalam evaluasi formasi adalah sebagai berikut :
Mud Logging
Merupakan proses mensirkulasikan dan memantau perpindahan mud dan
cutting pada sumur selama pemboran, mud logging biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi tipe formasi dan litologi yang dibor lalu
mengindentifikasi zona yang porous dan permeable.
Coring
Coring merupakan metode yang digunakan untuk mengambil batu inti
(core) dari dalam lubang bor untuk mengkalibrasi model petrofisik.
Well Logging
Well Logging merupakan perekaman karakteristik dari suatu formasi
batuan yang diperoleh melalui pengukuran pada sumur bor. Data yang
dihasilkan disebut sebagai Well Log. Berdasarkan proses kerjanya,
Logging dibagi menjadi dua jenis yaitu wireline Logging dan Logging
while drilling bor.
7
dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material
dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di
dalam Logging tool lalu dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat
kabel Logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data yang
diprint pada continuos paper yang dinamakan Log.
Kemudian Log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis
dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk pengambilan keputusan baik
pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.
Well Logging merupakan pekerjaan penilaian formasi pada saat pemboran
(LWD), sebelum di casing (Open Hole) ataupun setelah dicasing (Cased Hole)
dengan cara menurunkan serangkian alat pendeteksi sifat – sifat fisik batuan
melalui wireline ataupun batang bor (drill string) ke kedalaman yang akan
diinvestigasi. Diameter peralatan Logging convensional umumnya 35/8’’, dengan
panjang tool Logging 20 – 50 ft. Peralatan ini di turunkan kedasar lubang bor
dengan menggunakan wireline cable yang dilengkapi 7 konduktor (2 konduktor
untuk mengirim arus dari permukaan ke Logging tool di bawah permukaan, dan 5
konduktor mentransmisi data dari peralatan Logging bawah permukaan ke ruang
kontrol) seperti terlihat pada Gambar 2.2. Tetapi untuk Logging While Drilling
(LWD) peralatan dirangkai pada rangkaian pemboran yang dilengkapi dengan
peralatan Logging, memori, dan baterai dalam melakukan penilaian formasi saat
pemboran.
8
2.6. Jenis-Jenis Logging
2.6.1 Log Litologi
Log litologi terdiri dari Log Spontaneous Potensial (SP) dan Log
Gamma Ray (GR). Melalui Log SP dan GR dapat didefinisikan litologi dari
formasi batuan (permeable atau impermeable), dan juga dapat menghitung
kandungan Clay di dalam batuan formasi disetiap kedalaman.
9
Kurva GR biasanya ditampilkan dalam kolom pertama, bersama kurva SP
dan kaliper dengan skala dari kiri ke kanan 0-100 atau 0-150 gAPI. Log GR
diskalakan dalam satuan API (gAPI), yang telah dilakukan kalibrasi standar oleh
API (Association Petroleum International). Shale menurut standartnya terbaca
berkisar 100 gAPI, tetapi dapat juga bervariasi antara 75 – 150 gAPI, dan
sedangkan untuk shale yang sangat radioaktif maka harga Gamma Ray mencapai
200 – 300 gAPI. Pada Batubara, Garam, dan Gipsum harga Gamma Ray cukup
rendah (Gambar 2.3).
Penentuan besarnya kandungan shale dalam batuan formasi (Vsh) dapat
dilakukan dari persamaan berikut :
GRread GRmin
Vsh ........................................................................ (2.6)
GRmax GRmin
Dimana :
Vshale : Volume shale (besarnya shale pada batuan formasi), %.
GRmin : Nilai minimal dari Gamma Ray pada chart (Clean Formation).
GRmax : Nilai maksimal dari Gamma Ray pada chart (Shale Formation).
GRread : Nilai yang terbaca pada kedalaman yang ditentukan di chart.
Gambar 2.3. Chart Gamma Ray dan Defleksi Kurva di Beberapa Litologi
10
2.6.1.2. Spontaneous Potential (SP)
SP log merupakan pencatatan perbedaan potensial antara elektroda tetap di
permukaan dengan elektrode yang bergerak di dalam lubang bor, terhadap
kedalaman lubang bor.
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging
dengan berbagai jenis alat Log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log
Radioaktif serta berbagai jenis log lainnya. tahap pertama dalam analisa log
adalah mengenal lapisan permeable dan serpih yang non permeable. Log yang
digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log. Log SP merupakan rekaman
perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan
elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada
sebuah lubang sumur yang terdiri dari lapisan permeable dan non permeable.
Secara alamiah karena perbedaan kandungan garam air, arus listrik hanya dapat
mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor. Pada lapisan
serpih yang tidak terdapat aliran listrik, potensialnya adalah konstan dengan kata
lain pembacaan log SP nya rata.
11
sedalam-dalamnya. Dengan mengukur tegangan listrik yang diperlukan untuk
menghasilkan arus listrik utama yang besarnya tetap, resistivitas dapat dihitung
dengan hukum ohm. Alat ini biasanya digunakan untuk resistivitas menengah-
tinggi.
12
C. Uninvaded Zone
Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh dari
lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh komposisi semula.
13
lain seperti kurva SP, resistivitas, dan kurva neutron. Terkecuali lapisan batubara
yang mempunyai harga densitas yang khas yaitu sangat rendah.
Tabel 2.1 Variasi Harga Densitas Batuan Dengan Kandungan Fluida Tertentu
Dari beberapa Lapangan Minyak Bumi
Batuan Kandungan Fluida Densitas (gr/cc)
Shale - 2.20-2.50
Lapisan Clean Air Asin 2.25-2.45
Lapisan Clean Minyak 2.20-2.25
Lapisan Clean Gas 2.00-2.25
Lapisan Batubara - 1.60-1.90
14
energi level sebesar ~ 0.025 ev. Pada kondisi tersebut, partikel – partikel neutron
diserap (absorbed) oleh inti atom.
Atom hidrogen adalah elemen yang paling efektif dalam memperlambat
neutron. Hal tersebut dikerenakan massa hidrogen hampir sama dengan massa
neutron yang ditembakkan. Tetapi pada elemen yang memiliki massa yang lebih
besar dibandingkan neutron (Si, C, Ca, dan O2), maka energi neutron yang
ditembakkan ke formasi akan terpantul saja, tanpa kehilangan energi yang terlalu
banyak.
Log neutron bertujuan untuk menghitung nilai porositas pada batuan formasi
(Gambar 2.6), mengevaluasi litologi (cross plot dengan Log densitas), dan dapat
mendeteksi gas bearing reservoir pada formasi bersih.
Pada Neutron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka
semua partikel neutron akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak
jauh dari sumber radio aktif nya.
Prinsip kerja dari alat ini yaitu menembakkan partikel neutron berenergi tinggi
kedalam formasi secara terus menerus dan konstan dari suatu sumber radioaktif.
Neutron Log ini dapat digunakan sebagai porositas tool pada batuan dengan
porositas rendah sampai sedang, dan dapat juga digunakan untuk korelasi batuan.
15
lapisan hidrokarbon, kurva densitas akan cenderung mempunyai defleksi ke kiri
(makin kecil harga ρb nya), sedangkan pada Log neutron, harga porositasnya
akan cenderung makin ke kanan (makin kecil harga 𝜑𝑁 nya), dan pada lapisan
shale kedua jenis kurva akan memperlihatkan gejala yang sebaliknya.
Dengan demikian, pada lapisan hidrokarbon akan terjadi separasi antara
kedua kurva, dimana separasi disebut positif, sebaliknya pada lapisan shale terjadi
separasi negatif.
Gambar 2.7 Bentuk Defleksi Kurva Density Log dan Neutron Log
16
pengukuran laju penyerapan neutron dapat digunakan untuk menghitung saturasi
minyak. Berbeda dengan pengukuran saturasi minyak, untuk mendapatkan
saturasi gas hanya pengukuran laju penyerapan neutron (sigma) yang dapat
digunakan.
Oleh karena rendahnya salinitas air formasi di Indonesia, pengukuran laju
penyerapan neutron hanya dapat digunakan untuk membedakan gas dari cairan
(minyak atau air) formasi. Kemampuan RST untuk menganalisa jenis batuan
sangat bermanfaat dalam pengkajian ulang sumur-sumur tua dengan Logging
yang terbatas. RST memanfaatkan karakteristik sinar gamma yang terinduksi
karena tumbukan neutron dengan inti atom. Berbagai kemajuan dalam teknologi
detektor dan akselarator yang diterapkan pada peralatan ini menghasilkan alat
yang lebih kecil sehingga dapat dimasukkan ke dalam sumur melalui tubing 2-
3/8”. Pengembangan baru pada teknologi pengolahan data memungkinkan
Logging secara cepat dan kontinyu, bahkan pada porositas yang rendah (>10pu).
Hal ini tidak mungkin dilakukan dengan alat sebelumnya. Gamma Ray
Spectroscopy Tool (GST). GST memiliki penampang 3-3/8”, lebih besar dari
RST.
Pemilihan calon sumur perekaman RST untuk workover maupun yang akan
dijadikan data referensi terhadap sumur sekitarnya harus didasarkan pada
beberapa hal, antara lain :
1. Posisinya merupakan sumur kunci (key well) pada suatu blok yang dipilih
berdasarkan hasil korelasi antar sumur yang relatif paling banyak menembus
lapisan prospek, serta posisinya berada diantara batas minyak air terakhir
sampai puncak antiklin.
2. Sumur tidak mempunyai probem mekanis maupun problem dengan kondisi
lubang, yaitu sumur yang tidak bermasalah dengan selubung (casing), washed
out lubang sumur tidak melebihi dari kemampuan penetrasi alat RST untuk
merekam data, tidak ada ikan serta diusahakan tidak ada lubang perforasi
yang terbuka supaya diperoleh gambaran kondisi reservoir yang
sesungguhnya.
3. Data produksi.
17
2.8. Aplikasi Well Logging Dalam Evaluasi Formasi
2.8.1 Mengidentifikasi Reservoar
Indikator yang paling dapat dipercaya terhadap keberadaan reservoar adalah
dengan melihat pergerakan dari Log densitas dan Log neutron, yaitu ketika Log
densitas bergerak ke kiri (densitas rendah) dan bersinggungan atau bersilangan
dengan kurva neutron. Pada reservoar klastik, hampir tiap keberadaan reservoar
dihubungkan dengan Log Gamma Ray. Pada sejumlah kecil reservoar, Log GR
tidak dapat digunakan sebagai indikator pasir karena kehadiran mineral radioaktif
di dalam pasir. Serpih dapat dengan jelas dikenali sebagai suatu zona ketika Log
densitas berada di sebelah kanan dari Log Neutron, dicirikan dengan nilai unit
porositas sebesar 6 atau lebih. Jadi crossover antara Log Densitas dan Log
Neutron lebih baik digunakan untuk mengidentifikasi reservoar. Zona gas akan
menunjukkan nilai crossover yang lebih besar daripada zona air dan minyak.
18
tidak terisi oleh air berarti terisi oleh hidrokarbon. Mendeterminasi saturasi air dan
hidrokarbon merupakan salah satu tujuan dasar dari Well Logging.
Serpih merupakan salah satu batuan paling penting di dalam analisis Log.
Selain efek porositas dan permeabelitasnya, serpih mempunyai sifat kelistrikan
tersendiri yang memberikan pengaruh besar pada penentuan saturasi fluida.
Berdasarkan perhitungan saturasi menggunakan Indonesian Water Saturation
untuk Dispersed Shaly Sand, Dimana :
2
1 𝑛
√𝑅𝑡
𝑆𝑤 = [ ] ......................................................... (2.7)
𝑉𝑠ℎ(1−0,5𝑉𝑠ℎ) ϕ𝑚/2
+
√𝑅𝑠ℎ √𝑎×𝑅𝑤
19