049
BAB I
PENDAHULUAN
1
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
barang atau benda menjadi tidak ada fungsi atau gunanya lagi, sehingga terbuang
dengan percuma.
Dengan semakin tingginya kebutuhan akan suatu barang atau benda oleh
manusia, maka hal tersebut dibarengi juga tingginya timbulan sampah yang ada.
Apalagi terkadang dibarengi juga oleh laju pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat tiap tahunnya, sehingga menambah tinggi timbulan sampah yang ada.
Oleh karena itu diperlukannya suatu sistem pengolahan sampah yang baik untuk
dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan.Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam.Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Praktek
pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.Menurut data
dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta (2011) timbulan sampah di DKI Jakarta
mencapai kurang lebih 6.500 ton/hari, yang terdiri dari sampah organik 55% dan
sampah organik 45%. Berdasarkan data tersebut maka dianggap perlu untuk
memikirkan bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dari sampah dibuang
sampai dengan di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS).
Upaya sederhana untuk dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada
adalah dengan sistem penegelolaan yang tepat pada sektor wilayah yang
sederhana, contohnya wilayah kelurahan. Dengan tata cara pengelolaan yang baik,
mulai dari pewadahan, pengumpulan serta pengangkutan sampah maka hal
tersebut dapat meminimalisir timbulah sampah yang ada, khusunya di wilayah
2
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
kelurahan. Namun disamping itu juga, agar tercipta pengelolaan sampah yang
baik diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, serta
peran masyarakat dalam penangan maupun pengelolaanya.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan
bahwa setiap penghasil sampah wajib mengelola sampahnya, maka aspek penting
yang perlu diterapkan adalah suatu pengelolaan persampahan yang sesuai dengan
karakteristik sampahnya. Pengelolaan sampah merupakan teknik operasional yang
dimulai dari pemisahan sampah dari sumbernya, pengumpulan dari sumber ke
tempat pemindahan, pengangkutan dari tempat pemindahan ke tempat proses
pengelolaan sampah, kemudian sisa dari pengolahan sampah tersebut di angkut ke
tempat pembuangan akhir (TPA).
3
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Tamarin 6.952
Cempaka 13.946
Kasturi 23.991
2.2 Kependudukan
Data jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk
Kecamatan Penduduk
Tamarin 9893 jiwa
Cempaka 11371 jiwa
Kasturi 45517 jiwa
Jumlah kepala keluarga yang terdapat di Kota Bumi Damai Trisakti berjumlah
13356 KK dengan jumlah jiwa per keluarga sebesar 5 jiwa.Laju timbulan sampah
pada Kota Bumi Trisakti Damai adalah sebesar 1,8 Liter/jiwa/hari.
4
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Umum
Sampah adalah buangan padat yang terdiri dari bahan organic dan anorganik,
logam atau non logam yang mudah atau sulit terbakar, bersifat heterogen dan
merupakan hasil sampingan aktivitas manusia atau berasal dari proses alamiah.
Secara fisik sampah mengandung bahan yang sama dengan produk yang
menghasilkannya. Perbedaan terletak pada nilai kegunaannya (Tchobanoglous, et
al.1993).
5
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Sedangkan menurut DPU (1993), sampah adalah limbah yang bersifat padat
atau setengah padat yang terdiri dari zat organic dan anorganik yang berasal dari
kegiatan manusia yang dianggap tidak berguna lagi.Sampah disini tidak termasuk
kotoran manusia yang harus dikelola agar tidak membahayakan kesehatan
masyarakat dan mencemari lingkungan serta untuk menyelamatkan investasi
pembangunan.
Sampah baik bentuk, jenis dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh tingkat
budaya masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia yang terus
bertambah setiap tahunnya akan mempengaruhi laju timbulan sampah. Negara
yang maju sangat peka dalam menghadapi masalah kesehatan lingkungan dalam
hal ini dalam penanggulangan masalah yang ditimbulkan oleh sampah di negara
tersebut.
Sumber sampah atau tempat-tempat penghasil sampah pada umumnya
berkaitan dengan tata guna lahan, misalnya daerah pemukiman, perkantoran,
pertokoan, dan lain-lain.Dengan demikian jumlah sumber sampah dapat
dikembangkan sesuai dengan kategori penggunaan lahannya.Identifikasi sumber-
sumber sampah ini sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan penentuan
prioritas daerah pelayanan dan bobot intensitas pelayanan sampah.
Sumber-sumber sampah menurut DPU (1993), dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Daerah pemukiman (Rumah tangga)
Bersumber dari aktifitas rumah atau dapur serta aktifitas kerumah tanggaan
lainnya.Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan sampah
kering.
2. Daerah komersial
Bersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan, dan sebagainya.Di
negara berkembang sebagian besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan
kebanyakan berupa sampah organic.
3. Daerah institusi
Sampah yang termasuk kategori ini berasal dari kegiatan penyapuan atau
pembersihan jalan-jalan dan trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan
6
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Menurut Anonim (1989), jenis-jenis sampah dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Berdasarkan karakteristik unsur atau senyawa penyusunnya, sampah dibagi
dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Sampah organic
Yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organic dan mudah
membusuk terdegradasi oleh mikroba yang hidup di alam.Sampah organic
diantaranya daun, kayu, tulang, kertas.
b. Sampah anorganik
Adalah sampah kering dan tidak akan terurai oleh adanya mikroorganisme di
alam. Diantaranya kaca, besi, kaleng, batu baterai.
2. Berdasarkan keadaan fisiknya, sampah terbagi atas 5 kategori :
a. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan
organic dan mempunyai sifat mudah membusuk dan biasanya berasal dari
7
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
sisa makanan. Sifat utama dari sampah basah ini mengandung kadar air yang
tinggi dan cepat membusuk terutama di daerah tropis.
b. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan
organic mapun anorganik yang sifatnya lembut atau tidak mudah membusuk.
Sampah kering ini terdiri dari dua golongan, yaitu sampah kering logam
(metallic rubbish), misalnya besi tua, kaleng bekas dan sebagainya, serta
sampah kering bukan logam (non-metalic rubbish) seperti kertas, kaca, kayu,
dan sebagainya.
c. Sampah lembut (ash atau dust), yaitu sampah yang terdiri dari partikel-
partikel kecil, ringan, dan mempunyai sifat mudah beterbangan yang dapat
membahayakan dan mengganggu pernapasan serta mata, misalnya debu.
d. Sampah besar (bulky waste), yaitu sampah yang berukuran besar, misalnya
bekas peralatan furniture (kursi,meja), peralatan rumah tangga(kulkas,mesin
cuci).
e. Sampah berbahaya (hazardous waste), yaitu sampah yang berbahaya bagi
manusia, hewan, dan tanaman yang antara lain sampah pathogen, sampah
beracun, sampah radioaktif, sampah ledakan.
3.2 Sistem Pengelolaan Persampahan
Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari kegiatan-
kegiatan yang terpadu, mulai dari kegiatan pewadahan atau pemilahan sampai
dengan pembuangan akhir. Secara skematis keterpaduan antar kegiatan di dalam
teknis operasional pengelolaan sampah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut:
8
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Gambar 3.1
9
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
3.3.1 Pengumpulan
Pola pengumpulan umumnya terbagi atas:
1. Individual langsung, yaitu proses penanganan smapah dengan cara
mengumpulkannya dari masing-masing sumber sampah dan diangkut
langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.
2. Individual tidak langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara
mengumpulkannya dari masing-masing sumber sampah dan diangkut ke TPA
dengan saraan pengangkut melalui proses pemindahan. Pola ini dapat
mengurangi ketergantungan akan kebutuhan alat angkut, tetapi membutuhkan
10
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
kemampuan pengendalain personel dan alat lebih kompleks. Pola ini baik
untuk daerah dengan partisipasi masyarakat yang rendah dan alat pengumpul
alat masih mampu menjangkau sumber secara langsung.
3. Komunal langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara
mengumpulkannya dari masing-maisng titik pewadahan komunal, langsung
diangkut menuju ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.Komunal tidak
langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkannya
dari masing-masing titik pewadahan komunal, dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) lalu diangkut ke TPA menggunakan alat angkut truk.
3.3.2 Pengangkutan
Pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan
sampah yang telah dikumpulkan di TPS (transfer depo) atau langsung dari
tempat sumber sampah ke TPA.Keberhasilan kegiatan penanganan sampah
adalah bergantung pada baiknya kegiatan/sistem pengangkutan sampah
yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truk dengan
berbagai jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana
paling besar dibandingkan dengan pengumpulan dan penumbuangan akhir.
Pekerjaan pengangkutan pada pokonya membawa smapah makin
menjauhi daerah sumber. Masalah yang ada pengangkutan biasanya timbul
seiring dengan keharusan truk melewati jalan dalam kota. Kenyataan
memperlihatkan bahwa tidak semua jalan mampu melewati truk tanpa
menimbulkan masalah pada kelancaran lalu lintas.Jalan yang tidak sesuai
dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat kepadatan lalu lintas
yang cukup tinggi.Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai, cukup
berpengaruh terhadap kenyamanan di sekitarnya.Kesan truk kotor biasanya
terjadi karena tetesan air dan hamburuan material sampah selama
perjalanan.
11
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
12
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
13
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi
TPA.
Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri
serta bibit penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada akhirnya akan
mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.
14
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
15
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
3. Persyaratan lokasi TPA dan TPS sesuai dengan rincian di SNI dan
undang-undang mengenai Tata cara pemilihan lokasi tempat
pembuangan akhir sampah
4. Jenis dan fungsi TPA
5. Teknik Operasional TPA
16
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
BAB IV
DISKRIPSI TUGAS
17
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
18
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
19
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
20
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
BAB V
HASIL PERHITUNGAN
21
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
22
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
23
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Keb wadah
Kapasitas 40l 50 l
Jumlah anggota/KK 5
Jumlah KK 13357
Tabel 5.2.3
Kebutuhan Wadah Domestik
Kebutuhan wadah domestik 40 l 42072.08
Kebutuhan wadah domestik 100 l 21036.04
Kebutuhan Wadah Domestik 250 l 21036.04
Kebutuhan Wadah Non Dom
Kebutuhan wadah non dom 100 l 25243.25
Kebutuhan wadah non dom 250 l 5409.267
Kebutuhan wadah non dom 500 l 5409.267
24
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Banyaknya waktu muat pada sejumlah unit KK= waktu muat tiap sumber x
banyaknya jumlah KK
25
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Jarak tempuh sesungguhnya (m)= (Jarak tempuh pada peta (cm) x skala)/100
2. Rute Ritasi dengan Truk
Penetapan rute ritasi perhari didasarkan dari kapasitas truk serta total
waktu yang dipakai. Rute ritasi ditetapkan dengan volume timbulan sampah
yang diangkut tidak melebihi daya tampung maksimum truk.Selain itu, total
waktu yang digunakan juga tidak melebihi waktu kerja yang ditetapkan. Total
waktu yang digunakan untuk satu ritasi meliputi waktu muat tiap sumber dan
TPS, waktu bongkar di TPA, waktu istirahat, dan waktu tempuh yang dilalui
truk dari sumber dan/atau TPS menuju TPA hingga pool.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ritasi ialah
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
=
(𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑎𝑡 + 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑜𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 + 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡) (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Rumus yang digunakan untuk menentukan waktu muat pada sejumlah unit
KK ialah
Banyaknya waktu muat pada sejumlah unit KK= waktu muat tiap sumber x
banyaknya jumlah KK
Setelah menentukan kapasitas yang mempengaruhi rute, selanjutnya
menentukan waktu tempuh yang dilalui. Cara perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Waktu tempuh (mnt)= Jarak tempuh sesungguhnya (m)/Kecepatan (m/menit)
Jarak tempuh sesungguhnya (m)= (Jarak tempuh pada peta (cm) x skala)/100
5.6 Perhitungan Kebutuhan Alat Angkut
1. Kebutuhan Gerobak
Perhitungan kebutuhan gerobak dilakukan dengan rumus sebagai berikut
26
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
Kebutuhan gerobak
Volume timbulan sampah
= × faktor pemadatan
(ritasi × kapasitas gerobak)
Faktor pemadatan dihitung dengan cara sebagai berikut:
densitas wadah
Faktor Pemadatan =
densitas gerobak
2. Kebutuhan Truk
Perhitungan kebutuhan gerobak dilakukan dengan rumus sebagai berikut
Volume timbulan sampah d
Kebutuhan truk = (
(ritasi × kapasitas truk)
27
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049
DAFTAR PUSTAKA
28