Anda di halaman 1dari 28

Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.

049

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia,
diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan
anggapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Hal ini tentunya sangat
berdampak pada peningkatan jumlah penduduk kota yang juga sebanding dengan
limbah yang dihasilkan. Namun, tidak disertai secara langsung dengan penyediaan
sarana dan prasarana yang sebanding oleh pemerintah yang mengakibatkan
pelayanan yang ada tidak maksimal dan terjadi penurunan kualitas lingkungan,
khususnya pada permasalahan pengangkutan sampah kota. Untuk menanggulangi
permasalahan ini, sangat dibutuhkan peranan pemerintah yang didukung oleh
kepedulian masyarakat kota setempat.
Peneglolaan sampah harus semakin diperhatikan karena berhubungan dengan
efisiensi biaya. Transportasi sampah adalah sub-sistem persampahan yang
bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah
secara langsung menuju Tempat Pemroresan Akhir (TPA). Dengan optimasi sub-
sistem ini diharapkan pengangkutan sampah menjadi mudah, cepat, serta biaya
relative murah dengan tujuan akhir meminimalkan penumpukan sampah yang
akan member dampak langsung bagi kesehatan masyarakat dan keindahan kota.
Minimasi jarak dan waktu tempuh merupakan solusi utama dari perencanaan rute
pengangkutan sampah. Rute pengangkutan sampah yang dibuat haruslah efektif
dan efisien sehingga didapatkan rute pengangkutan yang laing optimum.

Semakin berkembangnya zaman maka semakin tinggi pula pola berfikir


setiap manusia. Dengan berkembangnya zaman, maka tingkat kebutuhan pun
semakin tinggi. Kebutuhan pokok yang mesti dimiliki manusia ialah kebutuhan
sandang , pangan, dan papan. Namun dengan semakin majunya zaman terkadang
manusia mempunyai keinginan untuk dapat memiliki sesuatu yang sebenarnya
tidak terlalu dibutuhkan Hal – hal demikianlah yang tekadang membuat suatu

1
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

barang atau benda menjadi tidak ada fungsi atau gunanya lagi, sehingga terbuang
dengan percuma.
Dengan semakin tingginya kebutuhan akan suatu barang atau benda oleh
manusia, maka hal tersebut dibarengi juga tingginya timbulan sampah yang ada.
Apalagi terkadang dibarengi juga oleh laju pertumbuhan penduduk yang semakin
meningkat tiap tahunnya, sehingga menambah tinggi timbulan sampah yang ada.
Oleh karena itu diperlukannya suatu sistem pengolahan sampah yang baik untuk
dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,
pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya
mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya
dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan.Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya
alam.Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif
dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Praktek
pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak
berbahaya dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial
dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.Menurut data
dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta (2011) timbulan sampah di DKI Jakarta
mencapai kurang lebih 6.500 ton/hari, yang terdiri dari sampah organik 55% dan
sampah organik 45%. Berdasarkan data tersebut maka dianggap perlu untuk
memikirkan bagaimana cara pengelolaan sampah yang baik dari sampah dibuang
sampai dengan di Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS).
Upaya sederhana untuk dapat meminimalisir timbulan sampah yang ada
adalah dengan sistem penegelolaan yang tepat pada sektor wilayah yang
sederhana, contohnya wilayah kelurahan. Dengan tata cara pengelolaan yang baik,
mulai dari pewadahan, pengumpulan serta pengangkutan sampah maka hal
tersebut dapat meminimalisir timbulah sampah yang ada, khusunya di wilayah

2
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

kelurahan. Namun disamping itu juga, agar tercipta pengelolaan sampah yang
baik diperlukan kerjasama antara berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, serta
peran masyarakat dalam penangan maupun pengelolaanya.
Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan persampahan
bahwa setiap penghasil sampah wajib mengelola sampahnya, maka aspek penting
yang perlu diterapkan adalah suatu pengelolaan persampahan yang sesuai dengan
karakteristik sampahnya. Pengelolaan sampah merupakan teknik operasional yang
dimulai dari pemisahan sampah dari sumbernya, pengumpulan dari sumber ke
tempat pemindahan, pengangkutan dari tempat pemindahan ke tempat proses
pengelolaan sampah, kemudian sisa dari pengolahan sampah tersebut di angkut ke
tempat pembuangan akhir (TPA).

1.2 Tujuan Perencanaan


Tujuan perencanaan pengelolaan persampahan :
1. Menghitung proyeksi timbulan sampah
2. Menghitung kebutuhan pewadahan individual maupun komunal
3. Menghitung kebutuhan alat pengumpulan untuk individual langsung dan
tidak langsung
4. Merancang rute alat angkut dan menghitung banyaknya alat angkut yang
dibutuhkan
5. Menghitung ritasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pengelolaan Sampah


Kota Bumi Trisakti Damai mempunyai luas 4135,6 Ha. Skala pada peta kota
adalah 1 : 28.000. Kota ini terbagi dengan 3 kecamatan. Kecamatan Tamarin,
Kecamatan Cempaka dan Kecamatan Kasturi.

Tabel 2.1 Data Kepadatan Penduduk

3
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Nama Kecamatan Kepadatan Penduduk


(jiwa/Ha)

Tamarin 6.952

Cempaka 13.946

Kasturi 23.991

Tingkat kepadatan penduduk mempengaruhi timbulan sampah dari


masyarakat yang tinggal di daerah tersebut.Semakin banyak kepadatan penduduk
di suatu daerah maka timbulan sampah yang ada semakin banyak.Sedangkan jika
semakin sedikit penduduknya maka semakin sedikit pula timbulan sampah yang
dihasilkan.

2.2 Kependudukan
Data jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Data Jumlah Penduduk
Kecamatan Penduduk
Tamarin 9893 jiwa
Cempaka 11371 jiwa
Kasturi 45517 jiwa

Jumlah kepala keluarga yang terdapat di Kota Bumi Damai Trisakti berjumlah
13356 KK dengan jumlah jiwa per keluarga sebesar 5 jiwa.Laju timbulan sampah
pada Kota Bumi Trisakti Damai adalah sebesar 1,8 Liter/jiwa/hari.

4
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Umum
Sampah adalah buangan padat yang terdiri dari bahan organic dan anorganik,
logam atau non logam yang mudah atau sulit terbakar, bersifat heterogen dan
merupakan hasil sampingan aktivitas manusia atau berasal dari proses alamiah.
Secara fisik sampah mengandung bahan yang sama dengan produk yang
menghasilkannya. Perbedaan terletak pada nilai kegunaannya (Tchobanoglous, et
al.1993).

5
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Sedangkan menurut DPU (1993), sampah adalah limbah yang bersifat padat
atau setengah padat yang terdiri dari zat organic dan anorganik yang berasal dari
kegiatan manusia yang dianggap tidak berguna lagi.Sampah disini tidak termasuk
kotoran manusia yang harus dikelola agar tidak membahayakan kesehatan
masyarakat dan mencemari lingkungan serta untuk menyelamatkan investasi
pembangunan.
Sampah baik bentuk, jenis dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh tingkat
budaya masyarakat. Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia yang terus
bertambah setiap tahunnya akan mempengaruhi laju timbulan sampah. Negara
yang maju sangat peka dalam menghadapi masalah kesehatan lingkungan dalam
hal ini dalam penanggulangan masalah yang ditimbulkan oleh sampah di negara
tersebut.
Sumber sampah atau tempat-tempat penghasil sampah pada umumnya
berkaitan dengan tata guna lahan, misalnya daerah pemukiman, perkantoran,
pertokoan, dan lain-lain.Dengan demikian jumlah sumber sampah dapat
dikembangkan sesuai dengan kategori penggunaan lahannya.Identifikasi sumber-
sumber sampah ini sangat diperlukan karena erat kaitannya dengan penentuan
prioritas daerah pelayanan dan bobot intensitas pelayanan sampah.
Sumber-sumber sampah menurut DPU (1993), dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Daerah pemukiman (Rumah tangga)
Bersumber dari aktifitas rumah atau dapur serta aktifitas kerumah tanggaan
lainnya.Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah basah dan sampah
kering.
2. Daerah komersial
Bersumber dari pasar, pertokoan, restoran, perusahaan, dan sebagainya.Di
negara berkembang sebagian besar kategori sampah ini berasal dari pasar dan
kebanyakan berupa sampah organic.
3. Daerah institusi
Sampah yang termasuk kategori ini berasal dari kegiatan penyapuan atau
pembersihan jalan-jalan dan trotoar, taman, lapangan, tempat rekreasi dan

6
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

lain-lain. Jenis sampah biasanya berupa dedaunan, ranting pohon, kertas


pembungkus, punting rokok, dan debu jalanan.
4. Industri
Sumber sampah industry berasal dari perusahaan yang bergerak di bidang
industry berat, industry ringan, pabrik-pabrik dan sebagainya. Jenis sampah
yang dihasilkan tergantung dari bahan baku yang digunakan oleh industry
tersebut. Sampah industry ada yang dapat dikategorikan sebagai sampah
khusus.
5. Tempat pembangunan, pemugaran, dan pembongkaran
Sampah yang dihasilkan adalah sampah material atau bahan-bahan bangunan
yang tidak terpakai, jenisnya tergantung dari bahan bangunan yang dipakai.
6. Rumah sakit dan balai pengobatan
Sampah rumah sakit pengelolaannya ditangani secara khusus, kemungkinan
mengandung kuman penyakit menular. Sampah yang dihasilkan berupa
bekas-bekas operasi, pembalut luka, potongan anatomi, disamping sampah
dapur dan kantor.

Menurut Anonim (1989), jenis-jenis sampah dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Berdasarkan karakteristik unsur atau senyawa penyusunnya, sampah dibagi
dalam dua kelompok besar, yaitu:
a. Sampah organic
Yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organic dan mudah
membusuk terdegradasi oleh mikroba yang hidup di alam.Sampah organic
diantaranya daun, kayu, tulang, kertas.
b. Sampah anorganik
Adalah sampah kering dan tidak akan terurai oleh adanya mikroorganisme di
alam. Diantaranya kaca, besi, kaleng, batu baterai.
2. Berdasarkan keadaan fisiknya, sampah terbagi atas 5 kategori :
a. Sampah basah (garbage), yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan
organic dan mempunyai sifat mudah membusuk dan biasanya berasal dari

7
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

sisa makanan. Sifat utama dari sampah basah ini mengandung kadar air yang
tinggi dan cepat membusuk terutama di daerah tropis.
b. Sampah kering (rubbish), yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan
organic mapun anorganik yang sifatnya lembut atau tidak mudah membusuk.
Sampah kering ini terdiri dari dua golongan, yaitu sampah kering logam
(metallic rubbish), misalnya besi tua, kaleng bekas dan sebagainya, serta
sampah kering bukan logam (non-metalic rubbish) seperti kertas, kaca, kayu,
dan sebagainya.
c. Sampah lembut (ash atau dust), yaitu sampah yang terdiri dari partikel-
partikel kecil, ringan, dan mempunyai sifat mudah beterbangan yang dapat
membahayakan dan mengganggu pernapasan serta mata, misalnya debu.
d. Sampah besar (bulky waste), yaitu sampah yang berukuran besar, misalnya
bekas peralatan furniture (kursi,meja), peralatan rumah tangga(kulkas,mesin
cuci).
e. Sampah berbahaya (hazardous waste), yaitu sampah yang berbahaya bagi
manusia, hewan, dan tanaman yang antara lain sampah pathogen, sampah
beracun, sampah radioaktif, sampah ledakan.
3.2 Sistem Pengelolaan Persampahan
Teknis operasional pengelolaan sampah perkotaan terdiri dari kegiatan-
kegiatan yang terpadu, mulai dari kegiatan pewadahan atau pemilahan sampai
dengan pembuangan akhir. Secara skematis keterpaduan antar kegiatan di dalam
teknis operasional pengelolaan sampah tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1
berikut:

8
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Sumber sampah Pewadahan Kegiatan Pengumpulan

Kegiatan Pembuangan Kegiatan


Lingkungan Bersih
Akhir Pengangkutan

Gambar 3.1

Dalam pengelolaan sampah dikenal tiga kegiatan utama yang saling


berkaitan dan saling berkaitan dan saling berinteraksi dalam satu sistem, yaitu
kegiatan pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.Ketiga kegiatan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berhubungan secara timbal balik,
yaitu penduduk, budaya masyarakat dan organisasi pengelola sampah.

3.3 Aspek Teknis Perencanaan Pengelolaan Sampah

Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari


kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat
terpadu dengan melakukan pemilah sejak dari sumbernya.Berikut adalah skema
teknik Operasional Pengelolaan Sampah ditunjukkan pada Gambar 3.2.

9
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

3.3.1 Pengumpulan
Pola pengumpulan umumnya terbagi atas:
1. Individual langsung, yaitu proses penanganan smapah dengan cara
mengumpulkannya dari masing-masing sumber sampah dan diangkut
langsung ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.
2. Individual tidak langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara
mengumpulkannya dari masing-masing sumber sampah dan diangkut ke TPA
dengan saraan pengangkut melalui proses pemindahan. Pola ini dapat
mengurangi ketergantungan akan kebutuhan alat angkut, tetapi membutuhkan

10
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

kemampuan pengendalain personel dan alat lebih kompleks. Pola ini baik
untuk daerah dengan partisipasi masyarakat yang rendah dan alat pengumpul
alat masih mampu menjangkau sumber secara langsung.
3. Komunal langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara
mengumpulkannya dari masing-maisng titik pewadahan komunal, langsung
diangkut menuju ke TPA tanpa melalui proses pemindahan.Komunal tidak
langsung, yaitu proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkannya
dari masing-masing titik pewadahan komunal, dibawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) lalu diangkut ke TPA menggunakan alat angkut truk.

3.3.2 Pengangkutan
Pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan
sampah yang telah dikumpulkan di TPS (transfer depo) atau langsung dari
tempat sumber sampah ke TPA.Keberhasilan kegiatan penanganan sampah
adalah bergantung pada baiknya kegiatan/sistem pengangkutan sampah
yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truk dengan
berbagai jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana
paling besar dibandingkan dengan pengumpulan dan penumbuangan akhir.
Pekerjaan pengangkutan pada pokonya membawa smapah makin
menjauhi daerah sumber. Masalah yang ada pengangkutan biasanya timbul
seiring dengan keharusan truk melewati jalan dalam kota. Kenyataan
memperlihatkan bahwa tidak semua jalan mampu melewati truk tanpa
menimbulkan masalah pada kelancaran lalu lintas.Jalan yang tidak sesuai
dari segi lebarnya biasanya ditambah dengan tingkat kepadatan lalu lintas
yang cukup tinggi.Kondisi truk, terutama saat melewati jalan ramai, cukup
berpengaruh terhadap kenyamanan di sekitarnya.Kesan truk kotor biasanya
terjadi karena tetesan air dan hamburuan material sampah selama
perjalanan.

3.3.3 Penimbulan Sampah (solid waste generated)

11
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu


tidak diproduksi, tetapi di timbulkan.Oleh karena itu dalam menentukan
metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah
sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya.
Idelanya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi,
harus dilakukan dengan suatu studi.Tetapi untuk keperluan praktis, telah
ditetapkan suatu standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Salah satunya adalah SK SNI S-04-1993-03 tentang Spesifikasi timbulan
sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan
sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2.75-3.25 liter/orang/hari atau
0.7-0.8 kg/orang/hari.

3.3.4 Pengolahan (treatment)


Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah.
Berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya
adalah :
a. Transformasi fisik : meliputi pemisahan komponen sampah dan
pemadatan yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan
pengangkutan.
b. Pembakaran : teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah
sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang
hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan
merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena teknik
tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos : untuk proses pengolahan sampah, proses
pembuatan kompos baik bahan baku, tempat pembuatan maupun
cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d. Energy recovery : transformasi sampah menjadi energi, baik energi
panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak berkembang di
negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan
kapasitas ±300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit tenaga

12
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

listrik sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang


dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk menekan biaya proses
pengelolaan.

3.3.6 Pembuangan Akhir


Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-
syarat kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan
adalah dengan open dumping, dimana sampah yang ada hanya ditempatkan di
tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat
berpotensi menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah sanitary landfill.Di mana pada lokasi TPA
dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat
perhatian serius dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi
sampah, disisi lain masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah. Seperti
kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan.Gangguan yang
ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika
lingkungan. Beberapa permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan
sampah sistem yang terjadi selama ini adalah :
a Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai
dari sumber sampah sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah
belum dipilah-pilah sehingga jika akan diterapkan teknologi lanjutan
berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk pemilahan
menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan
memerlukan dana maupun menyita waktu.
b Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :
Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya
cocok bagi kota yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak
terpakai. Bila kota menjadi semakin bertambah jumlah penduduknya
maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik jumlah dan

13
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi
TPA.
Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri
serta bibit penyakit lain juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat
tercium dari puluhan bahkan ratusan meter yang pada akhirnya akan
mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

14
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

3.4 Kriteria Perencanaan


Kriteria Perencanaan yang dapat digunakan dalam perencanaan
pengelolaan sampah :
1. Membangun TPA dan TPS, sampah dikumpulkan di suatu tempat dan
diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan serta diawasi
agar tidak menimbulkan bencana akibat gas yang ditimbulkan
2. Metoda Pembuangan Sampah
a. Opean Dumping
Pembuangan sampah secara terbuka, cukup dihamparkan disuatu
lokasi dan tidak diamankan. Cara ini tidak direkomendasikan,
karena:
 Perkembangan faktor penyakit seperti lalat, tikus dll
 Polusi udara akibat baud an gas yang ditimbulkan
 Polusi air akibat lindi (cairan sampah) yang timbul
 Esstetika yang buruk karena timbunan sampah yang kotor
b. Control Landfill
Sampah yang ditimbun dengan tanah atau diratakan serta
dipadatkan untuk alasan efisiensi tempat pembuangan dan tidak
menimbulak gangguan. Untuk melaksanakan metode ini diperlukan:
 Saluran Drainase untuk mengalirkan air hujan
 Saluran pengumpu lindi dengan kolam penampungan
 Pos pengendalian operasional
 Fasilitas pengendalian gas metan
 Alat berat
c. Sanitay Landfill
Ini adaah metode standar yang berlaku secara internasional dimana
penutupan sampah di suatu lokasi dilakukan setiap hari, namun
diperlukan sarana dan prasarana yang cukup mahal, dan baru
dianjurkan di kota besar.

15
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

3. Persyaratan lokasi TPA dan TPS sesuai dengan rincian di SNI dan
undang-undang mengenai Tata cara pemilihan lokasi tempat
pembuangan akhir sampah
4. Jenis dan fungsi TPA
5. Teknik Operasional TPA

16
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

BAB IV
DISKRIPSI TUGAS

4.1 Menghitung Timbulan Sampah Kota


Dalam perencanaan pengelolaan sampah, sangat penting untuk mengetahui
proyeksi timbulan sampah yang akan dihasilkan oleh suatu kota tersebut.
Dalam perhitungan tugas ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
yaitu :
1. Luas daerah tiap blok kota Bumi Damai Trisakti untuk mencari data
jumlah penduduk pada akhir tahun perencanaan.
2. Perhitungan proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan.
3. Volume timbulan sampah sesuai dengan jumlah penduduk pada tahun
perencanaan.
Untuk mencari jumlah penduduk, diperlukan data luas daerah tiap blok
pada kota Bumi Damai Trisakti dengan mengetahui kepadatan penduduk tiap
kecamatan. Sehingga rumus mencari kependudukan adalah sebagai berikut:
Penduduk (Jiwa) = Luas Daerah (Ha) . Kepadatan Penduduk (Jiwa/Ha)

Perlu diperhatikan untuk tiap satuan pada perhitungan mencari kepadatan


penduduk tersebut, agar tidak terjadi kesalahan perhitungan dan data yang
dihasilkan akan salah sehingga dalam merencanakan pengelolaan
persampahan ini dapat berjalan dan memenuhi kriteria yang ada.
Timbulan sampah (L/Hari) = Penduduk (Jiwa) . Laju Timbulan Sampah
(L/Jiwa/Hari)

Jika data kependudukan sudah tersedia, untuk mencari timbulan sampah


berikut yang perlu menjadi bahan pertimbangan :
1. Untuk penduduk >1.000.000 jiwa atau kota besar/ metropolitan, maka
asumsi untuk laju timbulan sampah antara 2-2.5 liter/orang/hari.
2. Untuk penduduk < 1.000.000 jiwa atau kota kecil/sedang maka untuk
asumsi laju timbulasn sampah antara 1.5 hingga 1.7 liter/orang/hari.

17
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

4.2 Menghitung Kebutuhan Wadah


Dalam tugas ini untuk merencakan teknis operasional persampahan dengan
mengitung :
1. Kapasitas di sumber dengan asumsi pengambilan sampah dilakukan 3
kali sekali.
2. Untuk menghitung kapasitas di sumber, data yang harus dilengkapi
adalah data penduduk dalam satuan /kk.Hal tersebut menandakan
bahwa pada satu rumah terdapat berapa jiwa dalam 1 kepala keluarga.
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, diasumsikan dalam satu
kepala keluarga beranggotakan 5 orang. Berikut adalah rincian
perhitungan kependudukan:
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 (𝑗𝑖𝑤𝑎)
Penduduk (/kk) =
5 𝑗𝑖𝑤𝑎/𝑘𝑘

3. Setelah mendapatkan data penduduk (/kk) yang menandakan jumlah


rumah dalam satu kecamatan/ kot lalu dapat menghitung kapasitas
wadah di tiap sumber:
𝑇𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑙⁄ℎ𝑎𝑟𝑖)
Kapasitas (L/kk) = 𝑥𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛(ℎ𝑎𝑟𝑖)
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 ( ⁄𝑘𝑘)

Jumlah wadah yang dibutuhkan, jika diasumsikan pewadahan untuk


daerah domestik:
a. 50% wadah berkapasitas 40 liter
b. 25% wadan bekapasitas 100 liter
c. 25% wadah berkapasitas 250 liter
Untuk wilayah non domestik:
a. 70% wadah berkapasitas 100 liter
b. 15% wadah berkapasitas 250 liter
c. 15% wadah berkapasitas 500 liter

18
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Untuk dapat mengetahui jumlah wadah yang dibutuhkan berikut


perhitungannya:
𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 (𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖)𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%)
𝑊𝑎𝑑𝑎ℎ (𝑢𝑛𝑖𝑡) =
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
Perhitungan jumlah wadah tersebut untuk dua jenis daerah yaitu daerah
domestik dan daerah non domestik.Dimana persentase timbulan sampah
domestik 70% dari timbulan sampah dan presentase sampah non domestik
sebesar 30% dari timbulan sampah.

4.3 Merancang Pola Pengakutan


Pola pengangkutan atau pola pengumpulan terdiri dari beberapa jenis,
yaitu:
1. Individual Langsung
Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari
masing-masing sumber sampah dan diangkut langsung ke TPA tanpa
proses pemindahan. Dengan prasyarat kondisi topografi bergelombang
dan kondisi jalan cukup besar dan operasi tidak menggangu pemakaian
jalan lainnya.Timbulan sampah yang diangkut dalam jumlah besar.
2. Individual Tidak Langsung
Proses penanganan sampah dengan cara mengumpulkan sampah dari
masing-masing sumber dan diangkut ke TPA dengan sarana pengakut
melalui proses pemindahan. Pola ini dapat mengurangi ketergantungan
terhadap alat angkut dan cocok untuk daerah yang masyarakatnya
kurang berpartisipasi dan alat pengumpul masih mampu menjangkau
sumber secara langsung.
3. Komunal Langsung
Proses penangan sampah dari masing-masing titik pewadahan sampah
dari masing-masing titik pewadahan komunal langsung diangkut
menuju TPA tanpa melalui proses pemindahan. Untuk memilihi pola ini
harus dengan adanya peran aktif masyarakat dan wadah komunal

19
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

dirancang sesuai dengan kondisi ditempatkan sesuai dengan kebutuhan


dan di lokasi yang mudah dijangkau oeh alat pengangkut.
4. Komunal tidak Langsung
Proses penanganan sampah dengan caa mengumpulkan sampah dari
masing-masing titik pewadahan di bawa ke lokasi pemindahan
(menggunakan gerobak) setalh itu diangkut menggunakan alat angkut.
Dalam pemilihan pola ini, peran masyarakat harus tinggi.Wadah
komunal dan alat pengumpul dirancang sesuai dengan kondisi dan
memungkinkan pengadaan lokasi pemindahan.
Pada pentahapan pengakutan hanya perlu diketahui atau asumsi
persentasi pelayanan sehingga mendapat data timbulan sampah yang
terlayani dan sehingga mendapat data mengenai timbulan pengumpulan
yang akan diangkut.
𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 (𝑙/ℎ𝑎𝑟𝑖)𝑥 % 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙𝑎𝑛
Setelah mengetahui jumlah timbulan yang dikumpulakan, maka
dapat ditentukan dan diasumsikan setiap daerah dalam tiap kecamatan
pola pengangkutannya masing-masing.

4.4 Menghitung Alat Angkut


Untuk perhitungan alat angkut, tiap alat angkut baik gerobak, truck,
container maupun armroll tentukan dan asumsikan kapasitas, total
waktu pengangkutan dan total jam kerja serta kecepatan dan jarak
tempuh untuk mengetahui ritasi dari tiap-tiap alat angkut. Setelah
diketahui ritasinya, lalu dapat mencari tiap unit alat angkut yang akan
disediakan untuk dapat melayani samaph penduduk terlayani.

20
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

BAB V
HASIL PERHITUNGAN

5.1 Menghitung timbulan sampah


5.1.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Tabel 5.1.1 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Tamarin
 Domestik
Tamarin
Volume
Jumlah
Luas Luas Timbulan Timbulan
Kode Kepadatan Penduduk
(cm) (Ha) Sampah(l/org/hari) Sampah
(jiwa)
(l/org/hari)
A1 9.00 70.56 6.952 491 1.8 882.960
A18 29.00 227.36 6.952 1581 1.8 2845.092
A19 16.00 125.44 6.952 872 1.8 1569.706
A20 10.00 78.40 6.952 545 1.8 981.066
A21 9.00 70.56 6.952 491 1.8 882.960
A22 9.00 70.56 6.952 491 1.8 882.960
A23 2.00 15.68 6.952 109 1.8 196.213
B1 3.50 27.44 6.952 191 1.8 343.373
B2 4.00 31.36 6.952 218 1.8 392.426
B3 3.00 23.52 6.952 164 1.8 294.320
B4 6.00 47.04 6.952 327 1.8 588.640
B5 4.00 31.36 6.952 218 1.8 392.426
B6 10.00 78.40 6.952 545 1.8 981.066
 Non Domestik
Tamarin
Volume
Jumlah
Luas Luas Timbulan Timbulan
Kode Kepadatan Penduduk
(cm) (Ha) Sampah(l/org/hari) Sampah
(jiwa)
(l/org/hari)
I1 15 117.6 6.952 817.56 1.8 1471.60
I2 10 78.4 6.952 545.04 1.8 981.07
SB 8 62.72 6.952 436.03 1.8 784.85
H2 4 31.36 6.952 218.01 1.8 392.43
M2 5 39.2 6.952 272.52 1.8 490.53
K3 4 31.36 6.952 218.01 1.8 392.43
K4 4 31.36 6.952 218.01 1.8 392.43
P1 2 15.68 6.952 109.01 1.8 196.21

21
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

S1 6 47.04 6.952 327.02 1.8 588.64


T1 9 70.56 6.952 490.53 1.8 882.96

Tabel 5.1.2 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Cempaka


 Domestik
Cempaka
Volume
Jumlah
Luas Luas Timbulan Timbulan
Kode Kepadatan Penduduk
(cm) (Ha) Sampah(l/org/hari) Sampah
(jiwa)
(l/org/hari)
A15 19.00 148.96 13.946 2077 1.8 3739.313
A16 18.00 141.12 13.946 1968 1.8 3542.507
A17 2.00 15.68 13.946 219 1.8 393.612
B7 8.00 62.72 13.946 875 1.8 1574.448
B8 5.00 39.20 13.946 547 1.8 984.030
B9 9.00 70.56 13.946 984 1.8 1771.254
B10 4.50 35.28 13.946 492 1.8 885.627
B11 7.50 58.80 13.946 820 1.8 1476.045
 Non Domestik
Cempaka
Volume
Jumlah
Luas Luas Timbulan Timbulan
Kode Kepadatan Penduduk
(cm) (Ha) Sampah(l/org/hari) Sampah
(jiwa)
(l/org/hari)
P2 3 23.52 13.946 328.01 1.8 590.42
M3 5 39.2 13.946 546.68 1.8 984.03
S2 4 31.36 13.946 437.35 1.8 787.22
RS 7 54.88 13.946 765.36 1.8 1377.64
K1 12 94.08 13.946 1312.04 1.8 2361.67

Tabel 5.1.3 Perhitungan Proyeksi Penduduk Kecamatan Palem


 Domestik
Kasturi
Volume
Jumlah
Luas Luas Timbulan Timbulan
Kode Kepadatan Penduduk
(cm) (Ha) Sampah(l/org/hari) Sampah
(jiwa)
(l/org/hari)
A2 22.00 172.48 23.991 4138 1.8 7448.342
A3 22.00 172.48 23.991 4138 1.8 7448.342
A4 12.00 94.08 23.991 2257 1.8 4062.732

22
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

A5 16.00 125.44 23.991 3009 1.8 5416.976


A6 6.00 47.04 23.991 1129 1.8 2031.366
A7 6.00 47.04 23.991 1129 1.8 2031.366
A8 5.00 39.20 23.991 940 1.8 1692.805
A9 13.00 101.92 23.991 2445 1.8 4401.293
A10 16.00 125.44 23.991 3009 1.8 5416.976
A11 12.00 94.08 23.991 2257 1.8 4062.732
A12 10.00 78.40 23.991 1881 1.8 3385.610
A13 3.00 23.52 23.991 564 1.8 1015.683
A14 16.00 125.44 23.991 3009 1.8 5416.976
B12 9.00 70.56 23.991 1693 1.8 3047.049
B13 7.00 54.88 23.991 1317 1.8 2369.927
B14 7.00 54.88 23.991 1317 1.8 2369.927
 Non Domestik
Kasturi
Volume
Jumlah
Luas Luas Timbulan Timbulan
Kode Kepadatan Penduduk
(cm) (Ha) Sampah(l/org/hari) Sampah
(jiwa)
(l/org/hari)
Alun-
alun 30 235.2 23.991 5642.68 1.8 10156.83
K2 8 62.72 23.991 1504.72 1.8 2708.49
H1 4 31.36 23.991 752.36 1.8 1354.24
M1 4 31.36 23.991 752.36 1.8 1354.24
T2 12 94.08 23.991 2257.07 1.8 4062.73
S3 2 15.68 23.991 376.18 1.8 677.12

Total Timbulan sampah = Jumlah Penduduk x Laju Timbulan Sampah

= 66781 Jiwa x 1,8 l/jiwa/hari


= 120205,8 l/hari

5.2 Kapasitas Wadah di sumber


Tabel 5.2.1
Sumber domestik 70%
Non domestik 30%
Domestik :
Jumlah anggota kelompok 5jiwa/kk
Frek.pengumpulan 3 hari sekali

23
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Keb wadah
Kapasitas 40l 50 l

Rumus dan perhitungan :

1. Timbulan sampah domestik (l/hari) = 75% x total timbulan sampah kota


2. Timbulan sampah non domestik (l/hari) = 25% x total timbulan sampah kota
3. Kebutuhan wadah (unit) = (timbulan sampah/% pewadahan) x kapasitas
wadah
Tabel 5.2.2

Volume timbulan domestik 84144.15

Volume timbulan non dom 36061.78

Jumlah anggota/KK 5

Jumlah KK 13357

Volume timbulan/KK 6.3

Volume timbulan/org 1.26

Ukuran wadah/KK 18.9

Tabel 5.2.3
Kebutuhan Wadah Domestik
Kebutuhan wadah domestik 40 l 42072.08
Kebutuhan wadah domestik 100 l 21036.04
Kebutuhan Wadah Domestik 250 l 21036.04
Kebutuhan Wadah Non Dom
Kebutuhan wadah non dom 100 l 25243.25
Kebutuhan wadah non dom 250 l 5409.267
Kebutuhan wadah non dom 500 l 5409.267

5.3 Pengumpulan dan Pengangkutan


 Besarnya sampah yang didaurulang di sumber
=% usaha 3R di sumber x volume timbulan sampah yang ditimbulkan

24
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Volume sampah diangkut =


(Vol timbulan sampah semula- Vol timbulan hasil 3R) x 98%

Volume sampah diangkut


= (Vol timbulan sampah semula- Vol timbulan hasil 3R)

5.4 Perhitungan Kebutuhan Pewadahan


Kebutuhan pewadahan dibagi menjadi dua yatiu pewadahan domestik dan
non domestik. Untuk menghitung kebutuhan pewadahan, dapat dilakukan
sebagai berikut:
Kebutuhan wadah = % banyaknya wadah sampah x Jumlah timbulan sampah
*terlampir

5.5 Perhitungan Ritasi dan Rute Pengumpulan dan Pengangkutan


1. Rute Ritasi dengan Gerobak
Penetapan rute ritasi perhari didasarkan dari kapasitas gerobak serta total
waktu yang dipakai. Rute ritasi ditetapkan dengan volume timbulan sampah
yang diangkut tidak melebihi daya tampung maksimum gerobak.Selain itu,
total waktu yang digunakan juga tidak melebihi waktu kerja yang ditetapkan.
Total waktu yang digunakan untuk satu ritasi meliputi waktu muat tiap
sumber, waktu bongkar di TPS, waktu istirahat, dan waktu tempuh yang
dilalui gerobak dari sumber menuju TPS hingga pool.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ritasi ialah
𝑩𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒓𝒊𝒕𝒂𝒔𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒊
𝑾𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
=
(𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒎𝒖𝒂𝒕 + 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒃𝒐𝒏𝒈𝒌𝒂𝒓 + 𝒘𝒂𝒌𝒕𝒖 𝒊𝒔𝒕𝒊𝒓𝒂𝒉𝒂𝒕) (𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕)
Rumus yang digunakan untuk menentukan waktu muat pada sejumlah unit
KK ialah

Banyaknya waktu muat pada sejumlah unit KK= waktu muat tiap sumber x
banyaknya jumlah KK

25
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Setelah menentukan kapasitas yang mempengaruhi rute, selanjutnya


menentukan waktu tempuh yang dilalui. Cara perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Waktu tempuh (mnt)= Jarak tempuh sesungguhnya (m)/Kecepatan (m/menit)

Jarak tempuh sesungguhnya (m)= (Jarak tempuh pada peta (cm) x skala)/100
2. Rute Ritasi dengan Truk
Penetapan rute ritasi perhari didasarkan dari kapasitas truk serta total
waktu yang dipakai. Rute ritasi ditetapkan dengan volume timbulan sampah
yang diangkut tidak melebihi daya tampung maksimum truk.Selain itu, total
waktu yang digunakan juga tidak melebihi waktu kerja yang ditetapkan. Total
waktu yang digunakan untuk satu ritasi meliputi waktu muat tiap sumber dan
TPS, waktu bongkar di TPA, waktu istirahat, dan waktu tempuh yang dilalui
truk dari sumber dan/atau TPS menuju TPA hingga pool.
Rumus yang digunakan untuk menghitung ritasi ialah
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 ℎ𝑎𝑟𝑖
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
=
(𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑚𝑢𝑎𝑡 + 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑏𝑜𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟 + 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑖𝑠𝑡𝑖𝑟𝑎ℎ𝑎𝑡) (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
Rumus yang digunakan untuk menentukan waktu muat pada sejumlah unit
KK ialah
Banyaknya waktu muat pada sejumlah unit KK= waktu muat tiap sumber x
banyaknya jumlah KK
Setelah menentukan kapasitas yang mempengaruhi rute, selanjutnya
menentukan waktu tempuh yang dilalui. Cara perhitungannya adalah sebagai
berikut:
Waktu tempuh (mnt)= Jarak tempuh sesungguhnya (m)/Kecepatan (m/menit)

Jarak tempuh sesungguhnya (m)= (Jarak tempuh pada peta (cm) x skala)/100
5.6 Perhitungan Kebutuhan Alat Angkut
1. Kebutuhan Gerobak
Perhitungan kebutuhan gerobak dilakukan dengan rumus sebagai berikut

26
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

Kebutuhan gerobak
Volume timbulan sampah
= × faktor pemadatan
(ritasi × kapasitas gerobak)
Faktor pemadatan dihitung dengan cara sebagai berikut:
densitas wadah
Faktor Pemadatan =
densitas gerobak

2. Kebutuhan Truk
Perhitungan kebutuhan gerobak dilakukan dengan rumus sebagai berikut
Volume timbulan sampah d
Kebutuhan truk = (
(ritasi × kapasitas truk)

× faktor pemadatan individual langsung)

Volume timbulan sampah


+ (
(ritasi × kapasitas truk)

× faktor pemadatan individual tidak langsung)

Faktor pemadatan dihitung dengan cara sebagai berikut:


densitas wadah
Faktor Pemadatan =
densitas gerobak

27
Persampahan/ Wulan Novitasari/ 082.11.049

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati Dwi, Pramiati. Diktat kuliah Pengelolaan Persampahan. Jakarta : 2011

UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

28

Anda mungkin juga menyukai