Anda di halaman 1dari 8

 About

 Privacy
 Terms
 Sitemap
 Contact





Coretanzone
Public Opinion and Education

o Opini
o Pendidikan
o Agama
o Lifestyle
o Travel
o Umum

Home / Agama / Etos Kerja / Islam / Tafsir Ayat-ayat Al-Quran Tentang Etos Kerja

Tafsir Ayat-ayat Al-Quran Tentang Etos Kerja


Published by Official Coretanzone Rabu, 30 Agustus 2017
Waktu yang terus berjalan menuntut kita untuk bergerak cepat. Itulah alasan pentingnya kita
mampu menyiasati waktu dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan pribadi
dan sosial. Salah satu caranya dengan bekerja. Bekerja hendaknya diniatkan untuk beribadah
kepada Allah swt, tidak sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, bekerja harus
dilakukan dengan cara yang benar sehingga Allah akan membukakan pintu rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangka. Pembahasan tentang Tafsir Ayat-ayat Al-Quran Tentang Etos Kerja
lebih lanjut akan diuraikan pembahasan kali ini.

Surah Al-Mujadilah Ayat 11

‫ٱَّللُ لَ ُك ۡۖۡم َوإِذَا ِقي َل‬ َ ‫س ُحواْ َي ۡف‬


َّ ِ‫سح‬ َ ‫س ُحواْ ِفي ۡٱل َم َج ِل ِس فَ ۡٱف‬َّ َ‫ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ إِذَا قِي َل لَ ُك ۡم تَف‬
َّ ‫ٱَّللُ ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ ِمن ُك ۡم َوٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِع ۡل َم دَ َر َج ٖۚت َو‬
‫ٱَّللُ بِ َما‬ َّ ِ‫ش ُزواْ يَ ۡرفَع‬ ُ ‫ش ُزواْ فَٱن‬ُ ‫ٱن‬
‫ت َعۡ َملُونَ َخبِير‬
1. Terjemahan

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis",


maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Mujadilah: 11)

2. Kandungan Surah Al-Mujadilah Ayat 11

Asbabun nuzul ayat ini menurut para ahli tafsir adalah berkaitan dengan sikap melapangkan
dalam bermajelis. Ibnu Abbas memberi penjelasan tentang sebab turunnya ayat ini. Menurutnya,
turunnya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw. dan para sahabat sedang berada dalam.
majelis kemudian datang Sabit bin Qais. Oleh karena pendengaran. Sabit sudah agak terganggu,
ia memilih masuk dalam majelis dan mendekati Rasulullah saw . Di antara para sahabat ada yang
secara sukarela memberikan kesempatan, tetapi ada juga yang menolak.

Ar-Razi memberikan penjelasan yang menarik tentang turunnya ayat ini. Ar-Razi menjelaskan
dua hal tentang ayat ini. Pertama, jika kita disuruh berdiri untuk memberikan kesempatan kepada
orang lain yang lebih patut untuk menduduki, segeralah untuk memberikannya. Kedua, jika
disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada
orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.

Berdasarkan keterangan para ahli di atas, seluruhnya menjelaskan tentang tata cara bermajelis,
yaitu dengan memberikan tempat kepada orang lain. Akan tetapi, ayat ini secara luas juga
mengandung pesan yang dapat dipetik tentang tata cara bekerja, sebagai sarana penting dalam
menjalani hidup di dunia ini.

a. Dalam Bekerja Hendaknya Membuat Perencanaan Tertentu

Ketika Rasulullah sedang menyampaikan pesan-pesan hikmah di depan para sahabat tampak
bahwa majelis tersebut sangat padat. Oleh karena itu, Rasulullah segera membenahi cara duduk
para sahabat sehingga jika ada orang yang mau lewat atau ingin mendekati beliau karena
kondisi-kondisi tertentu tidak kesulitan.

Demikian juga dalam bekerja membuat perencanaan tertentu dengan matang untuk diterapkan,
sangat penting. Dalam bekerja, khususnya jika dilakukan bersama orang lain, membutuhkan
manajemen tertentu untuk mencapai target pekerjaan dengan sukses.

Oleh karena setiap pribadi memiliki karakter, keahlian, dan potensi diri yang berlainan, perlu
dibuat aturan-aturan tertentu sehingga masing-masing dapat menyelesaikan tugasnya dengan
baik. Termasuk dalam perencanaan adalah melakukan antisipasi-antisipasi tertentu terhadap
sesuatu atau kondisi yang tidak umum terjadi.

b. Memberikan Kesempatan kepada Orang Lain

Rasulullah menyuruh para sahabat yang telah lama duduk untuk bergantian berdiri dengan
memberikan kesempatan kepada sahabat. lain, yaitu Sabit bin Qais si ahli Badar. Kasus ini
memberi pesan bahwa jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya
memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
kan tentang etos kerja, memberi contoh dalam upaya memberikan kesempatan kepada orang lain.
Telah menjadi tabiat manusia, kita cenderung mengurusi dirinya sendiri dan bersikap masa
bodoh kepada orang lain. Sebagai contoh dalam bidang pekerjaan kita cenderung menutup
kesempatan orang lain untuk mendapatkan kedudukan dan kesempatan kerja seperti yang kita
raih. Kita merasa khawatir jika memberikan kesempatan kepada mereka, rezeki kita menjadi
berkurang. Padahal, Rasulullah memerintahkan untuk bersikap lapang dan bersedia membantu
kepada sesama.

Rasulullah saw. pernah bersabda, Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu
masih bersedia menolong sesama muslim. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi). Demikianlah janji
Allah, jika kita bersedia menolong orang lain, berarti kita akan mendapat pertolongan dari Allah
swt. sehingga tidak perlu takut kalau rezekinya menjadi berkurang. Rezeki yang kita peroleh
justru semakin barokah jika kita dapat membagikan kepada orang lain. Sebaliknya, betapa pun
mendapatkan rezeki yang banyak, hati kita tetap merasa susah jika bersikap egois dengan
mementingkan urusan dirinya sendiri.

Termasuk sikap memberikan kesempatan kepada orang lain adalah menyiapkan regenerasi
secara baik. Dalam sebuah organisasi, kepemimpinan yang baik adalah yang dapat melahirkan
generasi yang berbakat. Generasi yang nantinya siap untuk meneruskan tampuk kepemimpinan.

c. Mematuhi Aturan yang Berlaku

Dalam Surah al-Mujadilah ayat 11 juga ditegaskan, Dan apabila dikatakan, Berdirilah kamu,
maka berdirilah,... Kita dilarang melanggar peraturan yang telah disepakati dengan alasan-alasan
tertentu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ketika para sahabat diperintah untuk
menghormati para ahli Badar karena derajat keistimewaan tertentu kepada mereka, para sahabat
pun patuh pada peraturan tersebut.

Dalam menjalin hubungan kerja dengan orang lain hendaknya kita mematuhi aturan yang
berlaku. Melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan merugikan orang lain dan diri
sendiri. Misalnya target kerja tidak tercapai, hubungan komunikasi kurang harmonis, dan terjadi
perselisihan yang tidak diinginkan.

d. Bekerja dengan Berbekal Iman dan Ilmu

Pada penutup ayat dijelaskan, "Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti
apa yang kamu kerjakan." Dari sini dapat dipahami bahwa seseorang yang memiliki iman dan
ilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Keimanan dan kepahaman merupakan modal
utama untuk dapat meraih kesuksesan di dunia dan akhirat. Dalam dunia kerja misalnya,
seseorang dituntut memiliki dedikasi, menguasai skill, dan profesional. Akan tetapi, itu semua
masih belum sempurna tanpa dilengkapi dengan keimanan kepada Allah yang kukuh. Keimanan
inilah yang akan melahirkan optimisme, kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, dan sifat terpuji
lainnya.

Oleh karena kita telah yakin bahwa Allah Maha Mengetahui terhadap segala sesuatu yang kita
kerjakan, kita hendaknya bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi dalam bekerja juga harus
didasari untuk mencari rida dari Allah swt. tidak sekadar mencari rezeki saja sehingga memiliki
nilai ibadah.

Berikut ini beberapa hikmah pentingnya bekerja keras sebagai berikut.

1. Menjaga kehormatan diri karena dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari
ketergantungan pada orang lain.
2. Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga.
3. Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan ikhlas
sebagai pengabdian kepada Allah.
4. Bekerja berarti akan menciptakan karakter pribadi yang tangguh dan sabar dalam setiap
keadaan.

Surah Al-Jumu'ah Ayat 9-10

‫ٱَّللِ َوذَ ُرواْ ۡٱلبَ ۡي ٖۚ َع‬ ۡ َ‫ص َلو ِة ِمن َي ۡو ِم ۡٱل ُج ُم َع ِة ف‬


َّ ‫ٱس َع ۡواْ ِإ َلى ذ ِۡك ِر‬ َٰٓ
َّ ‫ِي ِلل‬ َ ‫َيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ إِذَا نُود‬
‫ض َو ۡٱبتَغُواْ ِمن‬ ِ ‫صلَوة ُ فَٱنتَش ُِرواْ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ َ‫ضي‬ ِ ُ‫ فَإِذَا ق‬٩ َ‫ذَ ِل ُك ۡم خ َۡير لَّ ُك ۡم إِن ُكنت ُ ۡم ت َعۡ لَ ُمون‬
َّ ْ‫ٱَّللِ َو ۡٱذ ُك ُروا‬
١٠ َ‫ٱَّللَ َكثِ ٗيرا لَّعَلَّ ُك ۡم ت ُ ۡف ِل ُحون‬ َّ ‫ض ِل‬ ۡ َ‫ف‬

1. Terjemahan

(9) Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum´at, maka bersegeralah
kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui (10) Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (Q.S.
Al-Jumu'ah: 9-10)

2. Kandungan Surah Al-Jumu'ah Ayat 9-10

Para fukaha (ahli fikih) menjadikan ayat dalam Surah al-Jumuah ini sebagai dalil tentang hukum
melaksanakan salat Jumat. Salat Jumat hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim sehingga
ketika seseorang sedang berjual beli, dianjurkan untuk meninggalkan sejenak dan segera
menunaikan salat Jumat. Jika Surah al-Jumu'ah ayat 9-10 dikaitkan dengan tema etos kerja,
penjelasannya sebagai berikut.

a. Perlunya Keseimbangan antara Urusan Dunia dan Akhirat

Pada saat kita menyelesaikan pekerjaan jenis apa pun yang menyangkut urusan duniawi, tetap
diharuskan meninggalkannya jika mendengar panggilan azan. Perintah ini menunjukkan
pentingnya menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi.

Kita dibolehkan mengejar kehidupan duniawi, tetapi tidak boleh terlena sehingga lupa pada
kehidupan akhirat. Hal ini karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari rida Allah sehingga
jika ada panggilan untuk ibadah kepada-Nya, tidak boleh enggan mengerjakan. Jika shalat telah
dikerjakan, kita pun diperbolehkan untuk kembali melanjutkan aktivitas. Ada juga pesan yang
sangat populer dari Abdullah bin Umar r.a. yang artinya:

"Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah
untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok." (H .R. Baihaqi)

Bekerja dengan sungguh-sungguh dan profesional dalam ajaran Islam sangat diutamakan.
Demikian juga khusyuk dalam ibadah sangat penting agar dapat membekas pada amaliah sehari-
hari, termasuk dalam bekerja.

b. Bekerja Harus Selalu Ingat Allah

Dalam bekerja kita, harus mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melakukan
perbuatan yang tidak diridai oleh-Nya. Kita dibolehkan mencari karunia Allah sebanyak
mungkin, asal dilakukan dengan cara yang benar. Dengan demikian, Allah pun akan meluaskan
rezeki kepada kita dan memberikan keberuntungan yang berlipat ganda.

c. Meningkatkan Produktivitas Kerja

Setelah mengerjakan shalat Jumat, kita diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas kerja lainnya.
Melakukan ibadah tidak berarti menghambat produktivitas kerja. Guna mendukung produktivitas
kerja, ada hal-hal tertentu yang penting untuk diperhatikan.

1) Bersikap rajin, ulet, dan tidak mudah putus asa.


2) Meningkatkan inovasi dan kreativitas.
3) Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa datang.
4) Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis.
5) Berdoa dan bertawakal kepada Allah.

d. Tidak Boleh Menyerah dalam Bekerja

Dalam kondisi bagaimana pun kita tidak boleh menyerah dan berputus asa. Jika kita berusaha,
Allah pasti akan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Rasulullah saw. lebih bangga kepada
umatnya yang bekerja keras daripada yang bermalas-malasan. Orang yang bekerja keras juga
menunjukkan sikap syukur terhadap nikmat Allah swt. Dari Zubair bin Awwam r.a., Rasulullah
saw. bersabda yang artinya:

Hendaklah salah seorang di antara kamu mengambil talinya kemudian ia membawa seikat kayu
bakar di punggungnya dan menjualnya, maka Allah dengan hasil itu mencukupkan kebutuhan
hidupnya, itu lebih baik baginya dari pada ia meminta-minta kepada orang, baik mereka
memberi atau tidak memberinya. (H.R. Bukhari)

Dalil-Dalil Lain tentang Etos Kerja

Ada beberapa dalil lain yang menjelaskan tentang pentingnya bekerja, di antaranya sebagai
berikut.

1. Menyeimbangkan antara Kebutuhan Dunia dan Akhirat

Perintah untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sebagaimana ditegaskan dalam
ayat yang berbunyi:

َ ‫َصيبَ َك ِمنَ ٱلد ُّۡنيَ ۖۡا َوأ َ ۡحسِن َك َما َٰٓ أ َ ۡح‬
َّ َ‫سن‬
ُ‫ٱَّلل‬ ِ ‫نس ن‬َ َ ‫َّار ۡٱۡل َٰٓ ِخ َر ۖۡة َ َو ََل ت‬ َّ ‫َو ۡٱبت َغِ فِي َما َٰٓ َءاتَى َك‬
َ ‫ٱَّللُ ٱلد‬
َ‫ٱَّللَ ََل يُ ِحبُّ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬
َّ ‫ض ِإ َّن‬ ۡۖ ِ ‫سادَ فِي ۡٱۡل َ ۡر‬ َ َ‫ِإلَ ۡي ۖۡ َك َو ََل ت َ ۡبغِ ۡٱلف‬
Terjemahan: Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. ”(Q.S. al-Qasas: 77)

2. Allah Meluaskan Rezeki kepada Kita

Kita harus meyakini bahwa Allah pasti akan selalu meluaskan rezeki kepada kita. Dengan
demikian, kita tidak boleh bersikap pesimis dalam menjalani hidup. Perhatikan ayat yang
berbunyi:

‫سونَ َه ۖۡا َوت َ َرى‬ َ ‫س َّخ َر ۡٱلبَ ۡح َر ِلت َ ۡأ ُكلُواْ ِم ۡنهُ لَ ۡح ٗما‬
ُ َ‫ط ِر ٗيا َوت َ ۡست َ ۡخ ِر ُجواْ ِم ۡنهُ ِح ۡليَ ٗة ت َ ۡلب‬ َ ‫َو ُه َو ٱلَّذِي‬
َ‫ض ِلِۦه َولَعَلَّ ُك ۡم ت َ ۡش ُك ُرون‬
ۡ َ‫اخ َر فِي ِه َو ِلت َ ۡبتَغُواْ ِمن ف‬ ِ ‫ۡٱلفُ ۡل َك َم َو‬
Terjemahan: Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu
pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-
Nya, dan agar kamu bersyukur. (Q.S. an-Nahl: 14)
Dalam ajaran Islam bekerja bukan hanya sebagai sarana untuk mencari rezeki, tetapi juga jalan
mendapatkan ridha dari Allah swt. Dengan cara bekerja seseorang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya sehingga ia tetap dapat mengerjakan ibadah kepada Allah swt. Dengan demikian,
bekerja harus dilakukan dengan cara yang benar. Kita tidak boleh bekerja dengan cara yang
melanggar aturan syariat sehingga akan merugikan kehidupan kita sendiri di akhirat kelak. (Husi
Thoyar, Pendidikan Agama Islam: 2011)
Agama Etos Kerja Islam
1
3
0
0
2

 Next Iman kepada hari akhir Menurut Pandangan Islam


 Previous Tafsir Ayat-ayat Al-Quran Tentang Toleransi Umat Beragama

Coretan Populer
 5 Ayat Al-Quran tentang Kejujuran
 6 Hadis Rasulullah Tentang Kejujuran
 Ayat-ayat Al-Quran tentang Larangan Riba
 Tafsir Ayat-ayat Al-Quran tentang Akhlak (Perilaku) Manusia
 Keberadaan Jin Menurut Islam sesuai dengan Al-Quran
 Ayat-ayat Al-Quran tentang Ikhlas

Coretan Terkini

Inilah 7 Manfaat Berkebun untuk Kesehatan


Tubuh Anda
7 Ketentuan Makanan Sehat Yang Bisa Masuk Ke
Tubuh Anda

Kategori
 Al-Quran
 Belajar
 Blogger
 Fashion
 Kesehatan
 Sejarah
 Teknologi
 Tips dan Trik

 Kirim Artikel
 Pasang Iklan
 Timur Times

Copyright © 2018 · Coretanzone All Right Reserved

Anda mungkin juga menyukai