Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anemia adalah kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat mengganggu
kapasitas darah untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Anemia merupakan
indikator untuk gizi buruk dan kesehatan yang buruk. Anemia pada ibu hamil
sangat terkait dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi, termasuk risiko
keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat bayi lahir rendah.1
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sebanyak 52,5%
wanita hamil di Asia Tenggara mengalami anemia. Berbagai negara, termasuk
Indonesia melaporkan bahwa angka kejadian anemia masih tinggi. Menurut Data
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 sekitar 21,7 % penduduk
Indonesia mengalami anemia, dan 37,1% di antaranya terjadi pada ibu hamil
dengan proporsi 36,4% ibu hamil di perkotaan dan 37,8% ibu hamil di
pedesaan.1,2
Pemerintah telah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu
hamil, salah satunya dengan memberikan tablet Fe kepada ibu hamil selama
periode kehamilan, tapi ternyata angka kejadian anemia masih tinggi. Diketahui
faktor yang penyebab anemia pada ibu hamil terbagi menjadi 3 yaitu faktor dasar,
faktor tidak langsung, dan faktor langsung. Faktor dasar meliputi sosial ekonomi,
pendidikan dan pengetahuan. Faktor tidak langsung termasuk kunjungan antenatal
care dan umur ibu. Faktor langsung mencakup kecukupan konsumsi tablet besi,
jarak kehamilan, paritas, dan status gizi.3
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang benar akan
memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa meningkatkan kualitas
kehamilan. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 90
tablet dimana dianjurkan kepada ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet tambah
darah dengan dosis satu kali sehari selama masa kehamilan hingga 40 hari setelah
melahirkan. Prehatin & Ismarwati (2012) menyimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara keteraturan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Jetis. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rizki et al (2017) yang menyatakan terdapat hubungan yang
bermakna antara suplementasi tablet Fe dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang.4,5
Selanjutnya, jarak kehamilan yang terlalu jauh antarkehamilan dapat
mengurangi manfaat yang diperoleh dari kehamilan sebelumnya, seperti uterus
yang sudah membesar dan meningkatnya aliran darah ke uterus. Sedangkan jika
jaraknya terlalu dekat akan membuat ibu tidak memiliki waktu untuk pemulihan,
kerusakan sistem reproduksi atau masalah postpartum lainnya.7 Penelitian
Ningrum (2014) dan Sepduwiana & Sutrianingsih (2017) sama-sama
mennujukkan bahwa ternyata tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan
kejadian anemia.
Paritas juga merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia
zat besi pada ibu hamil. Dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, setiap
kehamilan membawa peningkatan risiko perdarahan sebelum, selama, dan setelah
persalinan. Oleh karena itu, semakin tinggi paritas semakin sering pula wanita
tersebut berada dalam periode risiko tinggi perdarahan. Adanya hubungan yang
signifikan antara anemia dalam kehamilan dengan paritas ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Mirzaie et al (2010) pada populasi di Kerman,
Iran. Penelitian yang dilakukan di Oman oleh AL-Farsi et al (2011) juga
menunjukkan bahwa wanita dengan paritas tinggi (≥5 kehamilan) memiliki risiko
anemia dalam kehamilan lebih tinggi dibandingkan dengan wanita lain yang
memiliki paritas lebih rendah.
Status gizi sendiri sangat berpengaruh terhadap status anemia seseorang,
terutama anemia defisiensi yang ditentukan oleh kecukupan berbagai macam
nutrien yang penting dalam pembentukan hemoglobin. Hal ini sesuai dengan
penelitian Benny & Sambeka (2013) yang menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Tuminting. Ibu hamil dengan status gizi berisiko KEK 3 kali
lipat lebih berisiko terkena anemia daripada ibu hamil dengan status gizi tidak
berisiko KEK.
Mengacu pada uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang gambaran faktor penyebab anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Kediri Kabupaten Lombok Barat Tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Latar belakang rumusan masalah ini adalah ‘Bagaimana gambaran faktor
penyebab anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri tahun
2017’?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 TujuanUmum
Untuk megetahui gambaran faktor penyebab anemia pada ibu hamil di
Wilayah Kerja Puskesmas Kediri tahun 2017.
1.3.2 TujuanKhusus
- Untuk megetahui gambaran anemia berdasarkan kecukupan konsumsi
tablet Fe di Puskesmas Kediri tahun 2017.
- Untuk mengetahui gambaran anemia berdasarkan jarak kehamilan di
Puskesmas Kediri tahun 2017.
- Untuk mengetahui gambaran anemia berdasarkan paritas di Puskesmas
Kediri tahun 2017.
- Untuk mengetahui gambaran anemia berdasarkan status gizi ibu hamil
di Puskesmas Kediri tahun 2017 dengan menggunakan pengukuran
LiLA.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Untuk Peneliti
Memberikan pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti yang kelak
berguna dalam melaksanakan tugas. Penelitian ini juga sarana bagi peneliti
untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama ini.
1.4.2 Untuk Masyarakat
Sebagai masukan dan informasi pada masyarakat untuk mencegah
terjadinya anemia pada ibu hamil.
1.4.3 Untuk Puskesmas Kediri
Sebagai masukan dan informasi dalam membuat perencanaan program
pencegahan anemia pada ibu hamil serta untuk perbaikan status kesehatan
ibu dan anak.
1.4.4 Untuk Peneliti Lain
Sebagai sumber dasar bagi penelitian lain untuk melanjutkan penelitian
terkait anemia pada ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin sehingga
mnyebabkan minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen dalam tubuh
berkurang maka orang tersebut akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah.
Indikasinya penyakit ini bisa diketahui dengan memeriksa kelopak mata bawah
bagian dalam, ujung kuku, tangan dan kaki, jari-jari tangan dan mukosa mulut.6
Menurut WHO, seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin pada
laki-laki dewasa < 13 g/dl, pada anak umur 5-11 tahun < 11.5 g/dl, pada anak
umur 12-13 dan wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, dan pada anak umur 6 bulan
sampai 5 tahun serta wanita hamil < 11 g/dl.1

2.2 Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sebanyak
52,5% wanita hamil di Asia Tenggara yang mengalami anemia. Berbagai negara,
termasuk Indonesia melaporkan bahwa angka kejadian anemia masih tinggi.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 bahwa sekitar
21,7 % penduduk Indonesia mengalami anemia, dan 37,1% di antaranya terjadi
pada ibu hamil dengan proporsi 36,4% ibu hamil di perkotaan dan 37,8% ibu
hamil di pedesaan.1,2
Salah satu kesakitan pada ibu hamil adalah anemia yang dapat
menyebabkan kematian ibu karena perdarahan pada saat persalinan. Anemia
karena defisiensi zat besi sebagai penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. pada tahun 2016 di
Provinsi NTB, cakupan pemberian tablet Fe-1 mencapai 101,25% dan tablet Fe-3
sebesar 92,07% sehingga dapat diartikan bahwa belum semua ibu hamil
mendapatkan tablet Fe-3 sebanyak 90 tablet. Di Puskesmas Kediri sendiri, angka
kejadian anemia pada ibu hamil adalah 101 kasus pada tahun 2017.

2.3 Klasifikasi Anemia pada Kehamilan


Menurut etiologinya anemia diklasifikasikan menjadi:13
1. Anemia post hemorrhagic, yaitu anemia yang terjadi akibat perdarahan
yang terjadi secara akut maupun kronis.
2. Anemia hemolitik, yaitu anemia yang terjadi akibat lisisnya eritrosit yang
disebabkan oleh berbagai hal:
a. Faktor intrasel misal thalasemia, hemoglobinopati, congenital
spherocytosis, defisiensi enzim eritrosit.
b. Faktor ekstrasel misal intoksikasi, infeksi, dan proses imunologik.
3. Anemia defisiensi, yaitu anemia yang terjadi akibat kekurangan faktor
yang dibutuhkan untuk pematangan eritrosit seperti zat besi, asam folat,
vitamin B12, protein, pyridoxin.
Anemia defisiensi besi adalah penyebab anemia yang sering terjadi pada
wanita usia subur dan ibu hamil (51%) diseluruh dunia. Defisiensi zat besi
dapat mengganggu fungsi vital tubuh yang menyebabkan morbiditas dan
mortalitas. Defisiensi zat besi adalah kekurangan total iron dalam tubuh.
Sebelum terjadi anemia karena kekurangan zat besi terlebih dahulu akan
terjadi beberapa tahapan yaitu:
a. Deplesi zat besi, merupakan permulaan dari kekurangan zat besi
dimana cadangan besi di dalam tubuh berkurang atau tidak ada, tetapi
besi di dalam plasma dan kadar Hb masih dalam batas normal.
b. Defisiensi zat besi, yaitu keadaan dimana selain cadangan zat besi
yang berkurang, zat besi dalam plasma pun sudah mengalami
penurunan, namun kadar Hb masih normal.
c. Anemia defisiensi besi, terjadi bila cadangan zat besi, zat besi dalam
plasma, dan kadar Hb kurang dari normal.
4. Anemia aplastik, yaitu anemia yang disebabkan oleh terhentinya
pembentukan sel darah oleh sumsum tulang.
2.4 Patofisiologi Anemia
Keseimbangan metabolisme besi pada individu sehat terutama
mencerminkan tiga variabel: asupan gizi, kehilangan besi, dan kebutuhan saat ini.
Asupan zat besi berhubungan dengan jumlah besi yang dicerna dalam makanan
dan kemampuan untuk menyerap zat besi dari saluran pencernaan. Jumlah besi
yang diserap sangat bergantung pada ada atau tidaknya patologi saluran
pencernaan atau komorbiditas (seperti penyakit peradangan kronis) yang dapat
berakibat pada ekspresi protein peregulasi besi dan peptida yang disebut hepcidin,
yang akhirnya menghambat penyerapan zat besi.13
Sumber utama besi pada manusia berasal dari penghancuran eritrosit oleh
makrofag dari sistem retikuloendotelial termasuk limpa atau dengan kata lain,
pasokan besi internal yang didaur ulang. Studi terbaru menunjukkan bagaimana
tubuh meregulasi penyerapan zat besi dalam menanggapi perubahan status zat
besi melalui protein usus dan hati.13
Patofisiologi Anemia dalam Kehamilan
Selama kehamilan, terjadi peningkatan massa sel darah merah dan volume
plasma untuk mengakomodasi kebutuhan pertumbuhan uterus dan janin. Volume
plasma yang bersirkulasi meningkat secara linear hinggausia kehamilan 8 atau 9
bulan. Kenaikannya sekitar 1000 ml, yang sesuai dengan 45% dari volume plasma
pada individu yang tidak hamil. Volume plasmamenurun dengan cepat setelah
melahirkan dan kemudian kembali ke kadar normal saat masa nifas. Namun,
volume plasma meningkat lebih banyak daripada massa sel darah merah yang
menyebabkan konsentrasi hemoglobin rendah, meskipun terjadi peningkatan
jumlah total sel darah merah. Penurunan konsentrasi hemoglobin ini menurunkan
viskositas darah dan diperkirakan hal ini meningkatkan perfusi plasenta yang
menyediakan pertukaran gas dan ibu maternal-fetal yang lebih baik.14
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penurunan fisiologis pada
hemoglobin dikaitkan dengan hasil yang baik untuk bayi. Seorang wanita dewasa
memiliki sekitar 2.000 mg zat besi dalam tubuh, 60–70% di antaranya ada di
eritrosit, dengan sisanya disimpan di dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.
Ketika seorang wanita hamil, kebutuhan akan zat besi meningkat. Secara khusus,
dibutuhkansekitar >1.000 mg, yang terdiri dari 300 mg untuk janin dan plasenta,
500 mg untuk peningkatan hemoglobin ibu, dan 200 mg yang
mengkompensasipengeluaran.14
Selama kehamilan, hepcidin janin mengontrol transfer zat besi plasental
dari plasma ibu ke sirkulasi janin. Ketika konsentrasi hepcidin rendah, besi
memasuki plasma darah pada tingkat yang tinggi. Ketika konsentrasi hepcidin
tinggi, ferroportin diinternalisasi, dan zat besi terperangkap dalam enterosit,
makrofag, dan hepatosit. Kebutuhan harian besi eksternal hanya antara 1-8 mg
setiap hari. Namun, lebih banyak zat besi eksternal diperlukan untuk
menyeimbangkan kebutuhan zat besi yang meningkat terutama selama
pertumbuhan, kehamilan, dan menyusui. Peningkatan kebutuhan zat besi yang
signifikan ini diperlukan untuk perkembangan janin dan plasenta selain untuk
mendukung volume darah ibu. Selanjutnya, wanita hamil mengalami kehilangan
zat besi selama dan setelah melahirkan. Kehilangan zat besi total selama
kehamilan dan menyusui adalah sekitar 1000 mg.13

2.5 Manifestasi Klinis


Gambaran klinis anemia defisiensi besi bergantung pada derajat anemia.
Gejala anemia termasuk lesu, perasaan lelah, lemah, anoreksia, gangguan
pencernaan, palpitasi, sakit kepala, vertigo, kram kaki, intoleransi dingin, dan
pagofagia. Tanda-tanda anemia termasuk mukosa pucat, glositis, stomatitis
angularis, edema kaki, koilonikiasis, dan murmur sistolik halus di daerah mitral.15
Untuk memastikan derajat anemia seseorang harus dilihat %Hb, jumlah
RBC, dan PCV. Anemia ringan Hb 8-10 g%; Anemia sedang Hb <7-8 g%;
Anemia berat Hb <7 g%. Untuk menentukan jenis anemia seseorang harus
memeriksa PBF(Peripheral Blood Film) seperti MCV, MCH, MCHC, dan lain-
lain. Anemia defisiensi besi khas menunjukkan nilai-nilai:15
 Hb <10 g%
 RBC <4 juta / mm3
 PCV <30%
 MCHC <30%
 MCV <75% mikro mole m3 (meter kubik)
 MCH <25 pg.
Serum besi biasanya di bawah 30 mikro gram / 100 ml. Kapasitas pengikatan
besi total meningkat menjadi 400 mikro gram / 100ml. Serum ferritin turun di
bawah 15 mikro gm / L.15
2.6 Kebutuhan Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Masa Kehamilan
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg – 1040 mg.
Kebutuhan ini diperlukan untuk :
- ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
- ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
- ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin
maternal/ sel darah merah.
- ± 200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
- ± 200 mg lenyap ketika melahirkan Perhitungan makan 3 x sehari atau
1000-2500 kalori akan menghasilkan sekitar 10–15 mg zat besi
perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi.9 jika ibu
mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat
diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang
diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian
ibu.
Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan
adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%.4 Hal ini
disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan
sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat.
Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan
meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi
sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak
untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat
kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40
mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang
hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14 ug per
Kg berat badan per hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada laki-laki
dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. 5,9 Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari 0,8 mg/hari,
menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan akan zat besi sangat menyolok
kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat besi pada trimester II dan III tidak
dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun makanan yang dimakan cukup baik
kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi tinggi, namun zat besi juga harus disuplai
dari sumber lain agar supaya cukup. Penambahan zat besi selama kehamilan kira-
kira 1000 mg, karena mutlak dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan
volume darah ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat
besi dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila
simpanan zat besi rendah atau tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari
makanan sangat sedikit maka, diperlukan suplemen preparat besi.7,9 Untuk itu
pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan atau kebutuhan zat
besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :
- Trimester I : kebutuhan zat besi ±1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah
merah.
- Trimester II : kebutuhan zat besi ±5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus
115 mg.
- Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel
darah merah 150 mg dan conceptus 223 mg.

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan


Faktor Dasar
a. Sosial Ekonomi
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang
adalah status ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan
keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar
kecilnya pendapatan keluarga dan harga bahan makanan itu sendiri. Keluarga
dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi
kebutuhan makanannya, terutama memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.7
Di negara seperti Indonesia yang pendapatan penduduk sebagian besar
adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak kepada pemenuhan bahan
makanan terutama makanan yang bergizi. Keterbatasan ekonomi berarti tidak
mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya
juga akan terganggu.7
b. Pendidikan dan Pengetahuan
Anemia lebih sering terjadi pada kelompok penduduk yang berpendidikan
rendah. Kelompok ini umumnya tidak dapat memilih bahan makanan yang
mengandung zat besi tinggi dan kurang mempunyai akses mengenai informasi
anemia dan penanggulangannya.7
Informasi yang berhubungan dengan perawatan kehamilan sangat
dibutuhkan sehingga akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil. Penguasaan
pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan seseorang. Penelitian
menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin
baik pula pengetahuannya tentang sesuatu. Ketidaktahuan dapat disebabkan
karena pendidikan yang rendah, atau ketidakpedulian. Berdasarkan penelitian
Chatarina & Hari (2002), terjadi kecenderungan peningkatan anemia sesuai
dengan penurunan status pendidikan.16
Faktor Tidak Langsung
a. Kunjungan Antenatal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu hamil
oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang dilaksanakan sesuai
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan.
Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin
dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi
dini kelainan kehamilan dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.17
b. Usia ibu
Usia ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah pada kelompok umur
20-35 tahun. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
perempuan yang hamil pada usia berisiko tinggi (≥35 tahun) 4,6% tidak pernah
memeriksakan kehamilan, dan yang berusia <20 tahun 5,1% memeriksakan
kehamilan pada dukun.12
Berdasarkan hasil penelitian Simanjuntak (2009) di Badan Pengelola
Rumah Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat diperoleh prevalensi anemia ibu
hamil pada kelompok umur <20 atau >35 tahun adalah 65,5% sedangkan pada
kelompok umur 20-35 tahun 50,4%. 10

Faktor Langsung
a. Kecukupan konsumsi tablet besi
Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat terutama selama trimester II dan
III disebabkan saat kehamilan terjadi peningkatan volume darah dan volume
plasma. Hal ini akan menyebabkan terjadinya hemodilusi atau pengenceran sel
darah dan penurunan kadar hemoglobin. Jumlah zat besi yang diabsorbsi dari
makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu
selama kehamilan sehingga diperlukan penambahan asupan zat besi melalui
suplementasi tablet Fe untuk membantu mengembalikan kadar hemoglobin pada
ibu hamil
Suplementasi tablet Fe adalah salah satu program pencegahan dan
penanggulangan anemia defisiensi besi yang paling efektif meningkatkan kadar
hemoglobin pada ibu hamil dan dapat menurunkan prevalensi anemia pada ibu
hamil sebesar 20-25%. Program ini sudah terlaksana di Indonesia sejak tahun
1974. Tablet Fe mengandung 200 mg sulfat ferrosus dan 0,25 mg asam folat yang
diikat dengan laktosa. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe minimal 90
tablet dengan dosis 1 tablet per hari berturut-turut selama 90 hari masa
kehamilannya. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang
benar akan memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa meningkatkan
kualitas kehamilan. Namun, banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh
mengkonsumsi zat besi sehingga hal ini perlu mendapat perhatian khusus
terutama dari pemberian pelayanan kesehatan misalnya bidan dan dokter.9
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2016, cakupan pemberian
tablet Fe pada ibu hamil di provinsi NTB sebesar 98,5% dengan 62,6 % TTD > 90
tablet dan 35,9% TTD < 90 tablet. Angka ini melebehi target secara nasional yaitu
85%.10 Di Kabupaten Lombok Barat tahun 2016 cakupan pemberian tablet Fe-1
dan Fe-3 masing-masing sebesar 99,81% dan 94,69%.4 Di Puskesmas Kediri
sendiri tahun 2017, jumlah ibu hamil dengan anemia sebanyak 101 dari 896 ibu
hamil. Cakupan pemberian Fe-1 dan Fe-3 masing-masing 98,36% dan
76,22%.11,12
Penelitian Prehatin (2012) menyimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara keteraturan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Jetis. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rizki et al (2017) yang menyatakan terdapat hubungan yang
bermakna antara suplementasi tablet Fe dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang.
b. Jarak Kehamilan
Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan melalui program Keluarga
Berencana ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena pada kenyataannya
masih banyak ibu-ibu yang memiliki jarak kehamilan terlalu dekat. Data di
Indonesia menunjukkan 36% kelahiran memiliki jarak kelahiran kurang dari 2
tahun. Dari kajian selama ini, terlalu dekat jarak antar kehamilan dapat
membahayakan bayi yang akan dilahirkan karena belum sempurna kondisi fisik
alat kandungan ibu. Oleh karena itu, diperlukan jarak optimal antara dua kelahiran
anak, yaitu lebih dari 36 bulan. Sedangkan, jarak yang terlalu jauh antara
kehamilan bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari kehamilan sebelumnya,
seperti uterus yang sudah membesar dan meningkatnya aliran darah ke uterus.
Penelitian Ningrum (2014) dan Sepduwiana & Sutrianingsih (2017)
mennujukkan hal yang sama bahwa tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan
kejadian anemia.
c. Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat
besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (2010), wanita yang sering mengalami
kehamilan dan melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal
ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi yang ada di
dalam tubuhnya.

d. Status Gizi
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu parameter status gizi.
LILA memberikan gambaran jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit
melalui pengukuran dengan menggunakan pita LILA. Bila pada wanita usia subur
ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita
tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR).

2.8 Komplikasi
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child"
(potensial membahayakan ibu dan anak).. Komplikasi Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan
maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat
anemia seperti :20
2.8.1 Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematurus
c) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
e) Mola hidati dosa
f) Mudah terjadi infeksi
g) Hyperemesis gravidarum
h) Perdarahan sebelum persalinan
i) Ketuban pecah dini
2.8.2 Pengaruh Anemia terhadap Persalinan
a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
c) Kala uri dapat diikuti retensio placenta dan kelemahan his.
2.8.3 Pengaruh Anemia pada Saat Nifas
a) Terjadi sub involusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
b) Memudahkan infeksi puerpuerium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadinya dekompensasi kordis.
2.8.4 Pengaruh Anemia terhadap Janin
a) Kematian janin dalam kandungan
b) Berat bayi lahir rendah
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi sampai kematian perinatal
f) Inteligensi rendah

2.9 Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak
atau komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia
defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin (Hb) yang rendah, namun
cadangan zat besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai
anemia infantum.22
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik
tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan
asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan
selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak
akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak kebutuhan asam
folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik berat dalam kehamilan yang tidak
diobati mempunyai prognosis buruk. Angka kematian bagi ibu mendekati 50%
dan bagi janin 90%.22
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep

Variabel bebas:
Variabel terikat:
- Kecukupan tablet besi
Anemia pada ibu hamil - Jarak kehamilan
- Paritas
- Status gizi

Kriteria ekslusi:

Faktor perancu: - Mengalami penyakit


infeksi selama hamil
- Sosial ekonomi - Mengalami penyakit
- Pengetahuan penyebab perdarahan
- Pendidikan selama hamil
- Kunjungan ANC

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Ket : :variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

Penelitian ini akan meneliti gambaran faktor penyebab terjadinya


anemia pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kediri tahun 2017.
BAB IV
DATA PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional.

4.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada wilayah
kerja Puskesmas Kediri tahun 2017 dari bulan Januari sampai Desember.

4.3 Variabel Penelitian


4.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas adalah kecukupan konsumsi tablet besi, jarak kehamilan,
paritas, dan status gizi.
4.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah ibu hamil yang mengalami anemia.

4.4 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Sumber Data Pengkategorian
Penelitian Indikator
1. Anemia Anemia pada ibu Data kohort 1.1 Anemia: jika Hb
pada ibu hamil adalah keadaan tahun 2017 pada trimester I dan
hamil konsentrasi Hb yang III <11 g/dl atau
terdapat di dalam trimester II <10,5
darah ibu hamil g/dl
dalam satuan g/dl 1.2 Tidak anemia: jika
berdasarkan hasil Hb pada trimester I
pemeriksaan darah. dan III ≥11 g/dl
atau trimester II
≥10,5 g/dl
2. Kecukupan Kecukupan tablet Data kohort 1.1 Baik: ≥90 tablet
tablet besi besi adalah jumlah tahun 2017 1.2 Kurang baik: <90
tablet Fe yang tablet
dikonsumsi oleh ibu
hamil selama
kehamilan.
3. Jarak Jarak kehamilan Data kohort 1.1 Risiko tinggi: <2
kehamilan adalah selang waktu tahun 2017 tahun atau ≥10
antara mulai tahun
kehamilan dengan 1.2 Risiko rendah: ≥2
persalinan tahun - <10 tahun
sebelumnya.
4. Paritas Paritas adalah jumlah Data kohort 1.1 Paritas tinggi: ≥4
anak yang pernah tahun 2017 1.2 Paritas rendah: <4
dilahirkan responden
baik lahir hidup
maupun lahir mati.
5. Status gizi Status gizi adalah Data kohort 1.1 Tidak berisiko
ukuran keberhasilan tahun 2017 KEK: ≥23,5 cm
dalam pemenuhan 1.2 Berisiko KEK:
nutrisi ibu hamil <23,5cm
yang diindikasikan
oleh lingkar lengan
atas (LiLA) dalam
satuan sentimeter.
4.5 Tahapan dan Prosedur Penelitian

Tujuan Penelitian

Studi Pustaka

Pengumpulan Data
Sekunder

Kompilasi dan Ekstraksi


Data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. Ending Preventable Maternal, Newborn and


Child Deaths in South-East Asia Region; 2016. Available at:
<http://www.searo.who.int/>
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013. Available at:
<www.depkes.go.id>
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Kerja Pembinaan
Gizi Masyarakat Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.
4. Prehatin & Ismarwati. Hubungan Antara Keteraturan Mengkonsumsi
Tablet Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas
Jetis II Bantul Yogyakarta; 2012. [online] Available at:
<http://digilib.unisayogya.ac.id/>
5. Rizki, et al. Hubungan Suplementasi Tablet Fe dengan kadar Hemoglobin
pada Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang; 2017.
[online] Available at: <http://jurnal.fk.unand.ac.id/>
6. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Laporan Perkembangan
Pencapaian Millennium Development Goals Indonesia 2007. Jakarta:
BAPPENAS; 2007.
7. FKM UI. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2007.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Operasional
Penanggulangan Anemia Gizi Di Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 1996.
9. Sadikin, M., 2001. Biokimia Darah. Widya Medika, Jakarta.
10. Simanjuntak, N.A., 2009. Hubungan Anemia Pada Ibu Hamil Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Badan Pengelola Rumah
Sakit Umum (BPRSU) Rantauprapat Kabupaten Labuhan Batu Tahun
2008. Skripsi FKM USU.
11. Supariasa, I.D.N., dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
12. Balitbangkes RI., 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta.
13. Kemenkes RI. (2016) Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta :
Kemenkes RI. Diakses : 12 Mei 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf
14. Dinas Kesehatan Provinsi NTB. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Mataram: Dikes Provinsi NTB. Diakses : 12 Mei 2018,
dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROV
INSI_2016/18_NTB_2016.pdf
15. Puskesmas Kediri, 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Kesdiri Tahun 2017.
Diakses 8 Mei 2018, dari http://puskesmaskediri-
dikes.lombokbaratkab.go.id/include/downlot.php?file=91PROFIL_2017.ra
r
16. Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing; 2009.
17. Khalafallah AA, Dennis AE. Iron Deficiency Anemia in Pregnancy and
Postpartum Pathophysiology and Effect of Oral versus Intravenous Iron
Therapy. Journal of Pregnancy: Hindawi Publishing Corporation; 2012.
18. Prakash S, Yadav K. Maternal Anemia in Pregnancy: An Overview.
International Journal of Pharmacy & Pharmaceutical research: Human
Journal; 2015.
19. Chowdhury S, Rahman M, Moniruddin ABM. Review article Anemia in
Pregnancy. Medicine Today volume 26 no 01; 2014.
20. Chatarina, U.W., Hari, B.N., 2002. Peranan Pola Makan Terhadap Anemia
Gizi Pada Remaja Putri Pondok Pesantren Di Surabaya. Info Kesehatan
Vol. VI, No. 2 September 2002.
21. Aritonang, E., 2010. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil. IPB Press. Bogor.
22. Arisman, 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
23. Sutkin G, Isada N.B, Stewart M, Powell S. Hematologic complications. In:
Evans A.T, Seigafuse S, Shaw R. et al, eds. Manual of obstetrics. 7th
edition. Texas : Lippincott Williams & Wilkins, 2007; 328, 330-
24. Samuels P. Hematologic complications of pregnancy. In Gabbe S.G,
Niebyl J.R, Simpson J.L et al, eds. Obstetrics normal and problem
pregnancies. 5th edition. Tennessee : Mosby Elsevier, 2007; 1050, 1052
25. Notoatmodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
26. Puspitaningrum dan Fratika. Hubungan Pengetahuan tentang Anemia,
Pendidikan Ibu, Konsumsi Tablet, Fe dengan Kadar Hb pada Ibu Hamil
Trimester III di RB Bhakti Ibu Kota Semarang. Semarang: UNIMU; 2014.

Anda mungkin juga menyukai

  • Ispa
    Ispa
    Dokumen38 halaman
    Ispa
    Giovanni Anggasta
    83% (6)
  • PHBS Penyuluhan Dikonversi Dikonversi
    PHBS Penyuluhan Dikonversi Dikonversi
    Dokumen32 halaman
    PHBS Penyuluhan Dikonversi Dikonversi
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan PHBS Prapen
    Penyuluhan PHBS Prapen
    Dokumen4 halaman
    Penyuluhan PHBS Prapen
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Glaukoma Tinjauan Pustaka
    Glaukoma Tinjauan Pustaka
    Dokumen14 halaman
    Glaukoma Tinjauan Pustaka
    ansharbalap
    Belum ada peringkat
  • JVHGKJBHJKB
    JVHGKJBHJKB
    Dokumen48 halaman
    JVHGKJBHJKB
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • HDNHGVCFCGTD
    HDNHGVCFCGTD
    Dokumen29 halaman
    HDNHGVCFCGTD
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Sfdbhs
    Sfdbhs
    Dokumen4 halaman
    Sfdbhs
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Penelitian Yang Dilakukan Oleh Sumirat Et Al Bagian
    Penelitian Yang Dilakukan Oleh Sumirat Et Al Bagian
    Dokumen1 halaman
    Penelitian Yang Dilakukan Oleh Sumirat Et Al Bagian
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Program KIA
    Program KIA
    Dokumen2 halaman
    Program KIA
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • XJCBSDHZSNDBMSJH
    XJCBSDHZSNDBMSJH
    Dokumen2 halaman
    XJCBSDHZSNDBMSJH
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • KSHFGJZRFZGJD
    KSHFGJZRFZGJD
    Dokumen8 halaman
    KSHFGJZRFZGJD
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Hgcnhgcmut
    Hgcnhgcmut
    Dokumen6 halaman
    Hgcnhgcmut
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • HGFNGFDCG
    HGFNGFDCG
    Dokumen13 halaman
    HGFNGFDCG
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Ketik Laptut
    Ketik Laptut
    Dokumen1 halaman
    Ketik Laptut
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Mekanisme TA
    Mekanisme TA
    Dokumen3 halaman
    Mekanisme TA
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • GFHNGFCH
    GFHNGFCH
    Dokumen7 halaman
    GFHNGFCH
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • NGC HGD
    NGC HGD
    Dokumen13 halaman
    NGC HGD
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • KSHFGJZRFZGJD
    KSHFGJZRFZGJD
    Dokumen8 halaman
    KSHFGJZRFZGJD
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Jhajhcbsdj
    Jhajhcbsdj
    Dokumen4 halaman
    Jhajhcbsdj
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Perbaikan Gizi Masyarakat
    Perbaikan Gizi Masyarakat
    Dokumen22 halaman
    Perbaikan Gizi Masyarakat
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Gizi Seimbang
    Penyuluhan Gizi Seimbang
    Dokumen19 halaman
    Penyuluhan Gizi Seimbang
    Ahmad Haviz
    Belum ada peringkat
  • JGFHGTF
    JGFHGTF
    Dokumen74 halaman
    JGFHGTF
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Kwbcfhjmsdbcjawgecdmuawfgycm
    Kwbcfhjmsdbcjawgecdmuawfgycm
    Dokumen11 halaman
    Kwbcfhjmsdbcjawgecdmuawfgycm
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Hsbdchjs
    Hsbdchjs
    Dokumen1 halaman
    Hsbdchjs
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • JGCFHGC
    JGCFHGC
    Dokumen5 halaman
    JGCFHGC
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • JGCHGC
    JGCHGC
    Dokumen1 halaman
    JGCHGC
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • JTDGNF
    JTDGNF
    Dokumen1 halaman
    JTDGNF
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat
  • Reference
    Reference
    Dokumen4 halaman
    Reference
    Arie Krisnayanti Ida Ayu
    Belum ada peringkat
  • Faktor
    Faktor
    Dokumen2 halaman
    Faktor
    Intania Rosati
    Belum ada peringkat