PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam
tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya haemoglobin sehingga
mnyebabkan minimnya oksigen ke seluruh tubuh. Apabila oksigen dalam tubuh
berkurang maka orang tersebut akan menjadi lemah, lesu dan tidak bergairah.
Indikasinya penyakit ini bisa diketahui dengan memeriksa kelopak mata bawah
bagian dalam, ujung kuku, tangan dan kaki, jari-jari tangan dan mukosa mulut.6
Menurut WHO, seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin pada
laki-laki dewasa < 13 g/dl, pada anak umur 5-11 tahun < 11.5 g/dl, pada anak
umur 12-13 dan wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl, dan pada anak umur 6 bulan
sampai 5 tahun serta wanita hamil < 11 g/dl.1
2.2 Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sebanyak
52,5% wanita hamil di Asia Tenggara yang mengalami anemia. Berbagai negara,
termasuk Indonesia melaporkan bahwa angka kejadian anemia masih tinggi.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 bahwa sekitar
21,7 % penduduk Indonesia mengalami anemia, dan 37,1% di antaranya terjadi
pada ibu hamil dengan proporsi 36,4% ibu hamil di perkotaan dan 37,8% ibu
hamil di pedesaan.1,2
Salah satu kesakitan pada ibu hamil adalah anemia yang dapat
menyebabkan kematian ibu karena perdarahan pada saat persalinan. Anemia
karena defisiensi zat besi sebagai penyebab utama anemia pada ibu hamil
dibandingkan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa
kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi. pada tahun 2016 di
Provinsi NTB, cakupan pemberian tablet Fe-1 mencapai 101,25% dan tablet Fe-3
sebesar 92,07% sehingga dapat diartikan bahwa belum semua ibu hamil
mendapatkan tablet Fe-3 sebanyak 90 tablet. Di Puskesmas Kediri sendiri, angka
kejadian anemia pada ibu hamil adalah 101 kasus pada tahun 2017.
Faktor Langsung
a. Kecukupan konsumsi tablet besi
Kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat terutama selama trimester II dan
III disebabkan saat kehamilan terjadi peningkatan volume darah dan volume
plasma. Hal ini akan menyebabkan terjadinya hemodilusi atau pengenceran sel
darah dan penurunan kadar hemoglobin. Jumlah zat besi yang diabsorbsi dari
makanan dan cadangan dalam tubuh biasanya tidak mencukupi kebutuhan ibu
selama kehamilan sehingga diperlukan penambahan asupan zat besi melalui
suplementasi tablet Fe untuk membantu mengembalikan kadar hemoglobin pada
ibu hamil
Suplementasi tablet Fe adalah salah satu program pencegahan dan
penanggulangan anemia defisiensi besi yang paling efektif meningkatkan kadar
hemoglobin pada ibu hamil dan dapat menurunkan prevalensi anemia pada ibu
hamil sebesar 20-25%. Program ini sudah terlaksana di Indonesia sejak tahun
1974. Tablet Fe mengandung 200 mg sulfat ferrosus dan 0,25 mg asam folat yang
diikat dengan laktosa. Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi tablet Fe minimal 90
tablet dengan dosis 1 tablet per hari berturut-turut selama 90 hari masa
kehamilannya. Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang
benar akan memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa meningkatkan
kualitas kehamilan. Namun, banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh
mengkonsumsi zat besi sehingga hal ini perlu mendapat perhatian khusus
terutama dari pemberian pelayanan kesehatan misalnya bidan dan dokter.9
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2016, cakupan pemberian
tablet Fe pada ibu hamil di provinsi NTB sebesar 98,5% dengan 62,6 % TTD > 90
tablet dan 35,9% TTD < 90 tablet. Angka ini melebehi target secara nasional yaitu
85%.10 Di Kabupaten Lombok Barat tahun 2016 cakupan pemberian tablet Fe-1
dan Fe-3 masing-masing sebesar 99,81% dan 94,69%.4 Di Puskesmas Kediri
sendiri tahun 2017, jumlah ibu hamil dengan anemia sebanyak 101 dari 896 ibu
hamil. Cakupan pemberian Fe-1 dan Fe-3 masing-masing 98,36% dan
76,22%.11,12
Penelitian Prehatin (2012) menyimpulkan terdapat hubungan yang
signifikan antara keteraturan mengkonsumsi tablet besi dengan kejadian anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Jetis. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rizki et al (2017) yang menyatakan terdapat hubungan yang
bermakna antara suplementasi tablet Fe dengan kadar hemoglobin pada ibu hamil
trimester III di Puskesmas Air Dingin Kota Padang.
b. Jarak Kehamilan
Pengaturan jarak kehamilan yang direalisasikan melalui program Keluarga
Berencana ternyata tidak semudah yang dibayangkan karena pada kenyataannya
masih banyak ibu-ibu yang memiliki jarak kehamilan terlalu dekat. Data di
Indonesia menunjukkan 36% kelahiran memiliki jarak kelahiran kurang dari 2
tahun. Dari kajian selama ini, terlalu dekat jarak antar kehamilan dapat
membahayakan bayi yang akan dilahirkan karena belum sempurna kondisi fisik
alat kandungan ibu. Oleh karena itu, diperlukan jarak optimal antara dua kelahiran
anak, yaitu lebih dari 36 bulan. Sedangkan, jarak yang terlalu jauh antara
kehamilan bisa mengurangi manfaat yang diperoleh dari kehamilan sebelumnya,
seperti uterus yang sudah membesar dan meningkatnya aliran darah ke uterus.
Penelitian Ningrum (2014) dan Sepduwiana & Sutrianingsih (2017)
mennujukkan hal yang sama bahwa tidak ada hubungan jarak kehamilan dengan
kejadian anemia.
c. Paritas
Paritas merupakan salah satu faktor penting dalam kejadian anemia zat
besi pada ibu hamil. Menurut Manuaba (2010), wanita yang sering mengalami
kehamilan dan melahirkan makin anemia karena banyak kehilangan zat besi, hal
ini disebabkan selama kehamilan wanita menggunakan cadangan besi yang ada di
dalam tubuhnya.
d. Status Gizi
Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu parameter status gizi.
LILA memberikan gambaran jaringan otot dan lapisan lemak di bawah kulit
melalui pengukuran dengan menggunakan pita LILA. Bila pada wanita usia subur
ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau di bagian merah pita LILA, artinya wanita
tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR).
2.8 Komplikasi
Anemia kehamilan disebut "potential danger to mother and child"
(potensial membahayakan ibu dan anak).. Komplikasi Anemia dalam kehamilan
memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan
maupun dalam nifas dan masa selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat
anemia seperti :20
2.8.1 Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
a) Abortus (keguguran)
b) Persalinan prematurus
c) Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim
d) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%)
e) Mola hidati dosa
f) Mudah terjadi infeksi
g) Hyperemesis gravidarum
h) Perdarahan sebelum persalinan
i) Ketuban pecah dini
2.8.2 Pengaruh Anemia terhadap Persalinan
a) Gangguan his
b) Kala II dapat berlangsung lama dan partus lama
c) Kala uri dapat diikuti retensio placenta dan kelemahan his.
2.8.3 Pengaruh Anemia pada Saat Nifas
a) Terjadi sub involusi uteri menimbulkan pendarahan post partum
b) Memudahkan infeksi puerpuerium
c) Pengeluaran ASI berkurang
d) Terjadinya dekompensasi kordis.
2.8.4 Pengaruh Anemia terhadap Janin
a) Kematian janin dalam kandungan
b) Berat bayi lahir rendah
c) Kelahiran dengan anemia
d) Cacat bawaan
e) Mudah terinfeksi sampai kematian perinatal
f) Inteligensi rendah
2.9 Prognosis
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa pendarahan banyak
atau komplikasi lain. Anemia berat meningkatkan morbiditas dan mortalitas
wanita hamil. Walaupun bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita anemia
defisiensi besi tidak menunjukkan hemoglobin (Hb) yang rendah, namun
cadangan zat besinya kurang, yang baru beberapa bulan kemudian tampak sebagai
anemia infantum.22
Anemia megaloblastik dalam kehamilan mempunyai prognosis cukup baik
tanpa adanya infeksi sistemik, preeklampsi atau eklampsi. Pengobatan dengan
asam folat hampir selalu berhasil. Apabila penderita mencapai masa nifas dengan
selamat dengan atau tanpa pengobatan, maka anemianya akan sembuh dan tidak
akan timbul lagi. Hal ini disebabkan karena dengan lahirnya anak kebutuhan asam
folat jauh berkurang. Anemia megaloblastik berat dalam kehamilan yang tidak
diobati mempunyai prognosis buruk. Angka kematian bagi ibu mendekati 50%
dan bagi janin 90%.22
BAB III
KERANGKA KONSEP
Variabel bebas:
Variabel terikat:
- Kecukupan tablet besi
Anemia pada ibu hamil - Jarak kehamilan
- Paritas
- Status gizi
Kriteria ekslusi:
4.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada wilayah
kerja Puskesmas Kediri tahun 2017 dari bulan Januari sampai Desember.
Tujuan Penelitian
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Sekunder