Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg berumur


65 tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidakapat
ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi, 2000).dalam gerontik terdapat
beberapa masalah yang dapat memengaruhi masalah kesehatan gerontik seperti
tipe gerontik , faktor ekonomi, status kesehatan lingkungan, nutrisi sehari-hari dan
ternyata hal ini juga berpengaruh pada penderita rematik (peradangan sendi), tidak
tertutup kemungkinan masalah lain juga dapat muncul yaitu seperti masalah
nutrisi.penyebab dari rematik bervariasi dan salah satunya adalah masalah dengan
nutrisi yang tidak seimbang dan jika sudah jadi penderita rematik namun tidak
memperhatikan keseimbangan nutrisi nya maka akan timbul masalah lain dapat
berupa kurang nutrisi(gizi buruk) maupun yang lain atau komplikasi dari rematik
itiu sendiri.
Pada laporan ini penulis telah melakukan pengkajian pada 3 gerontik di
desa tuntungan, Pancur Batu yaitu di dusun I, dan telah melakukan prioritas
masalah terhadap masalah tersebut, ditemukan 1 gerontik dengan skor tertinggi
dan dijadikan sebagai gerontik binaan dan dijadikan sebagai laporan asuhan
keperawatan gerontik yaitu Ny. P dengan penderita nyeri akut dan hambatan
komunikasi verbal.
Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan
keperawatan gerontik dengan rematik dan nutrisi pada Ny.P di Tuntungan,
Pancur Batu dusun I.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Mempeoleh gambaran secara nyata dalam memberikan Auhan
Keperawatan gerontik dengan rematik dan nutrisi pada Ny.P.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan gerontik dengan
rematik dan nutrisi pada Ny.P.
2. Melakukan analisa data dari hasil pengkajian asuhan keperwatan
gerontik dengan rematik dan nutrisi pada Ny.P.
3. Mampu membuat perumusan diagnosa keperawatan serta membuat
skala prioritas dari masalah keperawatan yang terdapat pada klien Ny.P
4. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan yang ditemukan.
5. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi
yang telah dibuat pada Ny.P dengan Hipertensi
6. Mampu melakukan evaluasi keperawatan dari tindakan yang telah
dilaksanakan.

1.3 Ruang Lingkup

Penulisan laporan ini merupakan pambahasan dari pemberian asuhan


keperawatan gerontik yaitu Ny.P dengan masalah Hipertensi di dusun I
Tuntungan.

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan Asuhan Keperawatan ini dengan menggambarkan


masalah yang terjadi yang didapat pada saat melaksanakan asuhan keperawatan.
Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Wawancara
Yaitu melakukan tanya jawab langsung ke klien dan perawat
2. Observasi partisipasi aktif
Yaitu mengadakan pengawasan langsung terhadap klien serta
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
3. Studi kepustakaan
Mempelajari literatur yang berhubungan dengan rematik dan
gangguan nutrisi
4. Studi dokumentasi
Pengumpulan data dengan mempelajari catatan medik dan
hasil pemeriksaan klien.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik


2.1.1. Pengertian
Penuaan (proses terjadinya tua) adalah proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahanterhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif.
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, 1999).
Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan
dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang hidup.
Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan (Fatimah, 2010).
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade
(Notoadmojo, 2010)
Menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.
2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penuaan

Meliputi:
 Hereditas : Keturunan/Genetik
 Nutrisi : Makanan
 Status kesehatan
 Pengalaman hidup
 Lingkungan
 Stres
2.1.3. Batasan Lansia

Menurut World Health Organization (WHO) ada beberapa batasan


umur Lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) : 45 – 59 tahun


b. Usia lanjut (fiderly) : 60 – 74 tahun
c. Lansia tua (old) : 75 – 90 tahun
d. Lansia sangat tua(very old) : > 90 tahun
Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :
a. Pralansia: Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia: Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia resiko tinggi: Seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih
2.1.4. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi lansia ini adalah lima klasifikasi pada lansia

1.Pralansia (Prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45 - 59 tahun
2.Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang beresiko 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes
RI,2003) dalam bukunya Rosidawati, 2008).
4. Lansia potensial
Menghasilkan barang/jasa (Depkes RI,2003) dalam bukunya
Rosidawati, 2008). Lansia yang mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat
5. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, dalam bukunya
Rosidawati, 2008).
2.1.5. Karakteristik Lansia
Menurut Anna Keliat (2009), lansia memiliki karakteristik
sebagai berikut.
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No.
13 tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

2.1.6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia


Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubbahan fisik,
sosial, dan psikologis.
a. Perubahan fisik

Yang termasuk perubahan fisik, antara lain perubahan sel,


kardiovaskuler, respirasi, persarapan, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genitourinaria, vesika urinaria, vagina,
pendengaran, penglihatan, endokrin, kulit, belajar dan memori,
inteligensi, personality dan adjustment (pengaturan), dan
pencapaian (Achievement).
b. Perubahan sosial
Yang termasuk perubahan sosial, antara lain perubahan peran,
keluarga (emptiness), teman, Abuse , masalah hukum, pensiun,
ekonomi, rekreasi, keamanan, transportasi, politik, pendidikan,
agama, panti jompo.
c. Perubahan psikologi

2.1.7. Masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia


akibat perubahan sistem, antara lain:
a. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pernafasan, antara
lain : Penyakit Paru Obstruksi Kronik, Tuberkulosis, Influenza dan
Pneumonia.
b. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem kardiovaskuler,
antara lain : Hipertensi, Penyakit Jantung Koroner, Cardiac Heart
Failure.
c. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem neurologi, seperti
Cerebro Vaskuler Accident.
d. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem musculoskeletal,
antara lain : Faktur, Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis, Gout
Artritis, Osteporosis.
e. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem endokrin, seperti
DM.
f. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem sensori, antara lain :
Katarak, Glaukoma, Presbikusis.
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem pencernaan,
antara lain: Ginggivitis / Periodontis, Gastritis, Hemoroid,
Konstipasi.
h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan
perkemihan, antara lain : Menoupause, BPH, Inkontinensia.
i. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem integumen, antara
lain : Dermatitis Seborik, Pruritus, Candidiasis, Herpes Zoster,
Ulkus Ekstremitas Bawah, Pressure Ulcers.
j. Lansia dengan masalah Kesehatan jiwa, seperti Demensia.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi


2.2.1 Pengertian
Hipertensi didefenisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikitnya 90
mmHg. Istilah tradisional tentang hipertensi “ringan” dan “sedang”
gagal menjelaskan pengaruh utama tekanan darah tinggi pada penyakit
kardiovaskular(Anderson: 2013).
Darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan
darah seseorang berada pada tingkatan diatas normal. Konsekwensi dan
keadaan ini adalah timbulnya penyakit yang menggangu tubuh
penderita. Dalam penyakit hipertensi merupakan masalah kesehatan dan
memerlukan penanggulangan dengan baik. (Sudjaswandi : 2012)

2.2.2 Etiologi
Ada banyak jenis radang sendi dan masing-masing memiliki
penyebab yang berbeda. Penyebab umum arthritis antara lain:
1. Obesitas dan kelebihan berat badan
2. Kondisi di usia sebelumnya
3. Faktor keturunan
4. Perubahan hormonal
5. Perubahan cuaca
6. Asam yang berlebihan di dalam tubuh
7. Kekurangan zat gizi tertentu

2.2.3 Tanda dan gejala


a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning
stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak
lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam
dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan
osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c. Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa
terserang,panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan
bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki,
pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali
terkena juga
d. Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan
sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan
ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
e. Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi
sendi metakarpofalangea, deformitas beoutonniere dan leher
angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang
disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi
mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan
bergerak yang total.
f. Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada
1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku
(bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan
bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
g. Lemah, demam, tachikardi, berat badan turun, anemia,
anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga
stadium yaitu:
a) Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada
jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena
kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat
bergerak, bengkak dan kekakuan
b) Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada
jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya
yang ditandai adanya kontraksi tendon
c) Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif
dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi
secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya
sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis
fibrosa dan terakhir ankilosis tulang.
2.2.4 Patofisiologi
Pada stadium permulaan hipertensi hipertrofi yang terjadi adalah
difusi (konsentik). Pada masa dan volume akhir diastolik ventrikel
kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakit berlanjut terus,
hipertrofi menjadi tak teratur dan akhirnya akibat terbatasnya aliran
darah koroner menjadi eksentrik, berkurangnya rasio antara masa dan
volume jantung akibat peningkatan volume diastolik akhir adalah khas
pada jantung dengan hipertrofi eksentrik. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksieleksi)
penigkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistolik peningkatan
konsumsi oksigen ke otot jantung serta penurunan efek-efek mekanik
pompa jantung. Diperburuk lagi bila disertai dengAn penyakit dalam
jantung koroner.
Walaupun tekanan perkusi koroner meningkat, tahanan
pembumluh darah koroner juga meningkat sehingga cadangan aliran
darah koroner berkurang. Perubahan hemodinamik sirkulasi koroner
pada hipertensi berhubungan erat dengan derajat hipertrofi otot
jantung.
Ada 2 faktor utama penyebab penurunan cadangan aliran darah
koroner yaitu :
1. Penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi otot
polar dalam resitensi seluruh badan. Kemudian terjadi valensi
garam dan air mengakibatkan berkurangnya compliance
pembuluh ini dan meningkatnya tahanan perifer.
2. Peningkatan hipertrofi mengakibatkan berkurangnya kepadatan
kapiler per unit otot jantung bila timbul hipertrofi menjadi faktor
utama pada stadium lanjut dan gambaran hemodinamik ini
Jadi faktor koroner pada hipertensi berkembang menjadi
akibat penyakit meskipun tampak sebagai penyebab patologis yang
utama dari gangguan aktivitas mekanik ventrikel kiri. (Arif
Manjoer. 2013)
2.2.5 Penatalaksanaan
Pengobatan dirujukan untuk menurunkan tekanan darah menjadi
normal, pengobatan jantung karena hipertensi, mengurangi morbilitas
dan moralitas terhadap penyakit kardiovascular dan menurunkan
faktor resiko terhadap penyakit kardiovascular semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah, dapat ditujukan 3 faktor fisiologis
yaitu: menurunkan isi cairan intravascular dan non darah dengan
neolistik menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon
kardiovascular terhadap rangsangan tahanan prifer dengan obat
vasediator (Arif Manjoer, 2011).
2.2.6 Pengobatan untuk penderita hipertensi
a. Jenis-jenis pengobatan
1) Arti hipertensi non Farmokologis
Tindakan pengobatan supparat, sesuai anjuran dari natural
cammitoe dictation evalution treatmori of high blood preasure
a. Tumpukan berat badan obesitas
b. Konsumsi garam dapur
c. Kurangi alkohol
d. Menghentikan merokok
e. Olaraga teratur
f. Diet rendah lemak penuh
g. Pemberian kalium dalam bentuk makanan sayur dan buah
2) Obat anti hipertensi
a. Dioverika, pelancar kencing yang diterapkan kurangin
volume input
b. Penyakit beta (B.Blocker)
c. Antoganis kalsium
d. Lanbi ACE (Anti Canvertity Enzyine)
e. Obat anti hipertensi santral (simpatokolim)
f. Obat penyekar ben
g. Vasodilatov
(Arif Mansjoer, 2001, 522)
3. Perubahan gaya hidup
Dilain pihak gaya hidup yang baik untuk menghindari
terjangkitnya penyakit hipertensi dan berbagai penyakit digeneratif
lainnya.
1) Mengkurangi konsumsi garam
2) Melakukan olaraga secara teratur dan dinamik
3) Membiasakan bersikap dinamik seperti memilih
menggunakan tangga dari pada limfa
4) Menghentikan kebiasaan merokok
5) Menjaga kestabilan BB
6) Menjauhkan dan menghindari stress dengan pendalaman
angka sebagai salah satu upayahnya.
2.2.7 Komplikasi
Organ-organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain
masa berupa pendarahan vetria, bahkan gangguan pada penglihatan
sampai kebutahan, gagal jantung, pecahnya darah otak. (Arif
Mansjoer, 2001)
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Hiperetensi
2.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada (Aziz Alimul. 2012)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al
(2001) adalah
1. Aktivitas istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya
hidup
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung
koroner / katup dan penyakit screbiovakuolar, episode
palpitasi, perpirasi.
Tanda : - Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan
TD diperlukan untuk menaikkan diagnosis
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan
regimen otak)
- Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis
- Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat
kuat
- Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia
- Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini)
S4 (pengerasan vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).

3. Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria
atau jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan
serebral ) faktor-faktor inulhfel, hubungan keuangan yang
berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu
perhatian, tangisan yang meledak, gerak tangan empeti
otot muka tegang (khususnya sekitar mata) gerakkan fisik
cepat, pernafasan mengelam peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu
5. Makanan/Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan
tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah,
perubahan berat badan (meningkatkan/menurun) riwayat
pengguna diuretik.
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu)
- Kongestiva
- Glikosuria (hampir 10% hipertensi adalah diabetik).
6. Neurosensori
Gejala : - Keluhan pening/pusing
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun
dan menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
- Episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi
bicara, efek, proses fikir atau memori.
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : - Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
- Nyeri abdomen / massa
8. Pernapasan
Gejala : - Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja
- Riwayat merokok, batuk dengan / tanpa seputum
Tanda : - Distres respirasi
- Bunyi nafas tambahan
- Sianosis
9. Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinas / cara berjalan
- Hipotesia pastural
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan trauma jantung (takipnea)
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis,
penyakit jantung, DM
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang


mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak
dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan
diagnosis aktual
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral
d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan
setelah beberapa waktu
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang
kelebihan atau kelemahan
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan
berlebihan dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20%
lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk
mengatasi atau meminta bantuan
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan
masalah, meminta informasi.

2.3.3 Intervensi keperawatan


Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi masalah pasien (Aziz Alimul. 2013)
Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut
dongoes et al (2000) adalah :
No Diagnosa Intervensi Rasionalisasi
keperawatan
1. Curah jantung,  Pantau TD  Perbandingan dari
penurunan, resiko  Catat tekanan memberi
tinggi terhadap b/d keberadaan gambaran yang lebih
peningkatan  Aukultasi tonus lengkap tentang
afterload, jantung dan keterlibatan/bidang
bunyi nafas masalah kaskuler
vasokontruksi,
 Berikan  Mencerminkan efek
iskemia miorkadia,
lingkungan dari kosakontraksi
hipertrofi b/d tidak yang tenang, (peningkatan SVR 0
dapat diterapkan nyaman, dan kongesti vena)
adanya tanda-tanda kurang  Dapat
dan gejala yang aktivitas/keribu mengidentifikasi
menetapkan tan lingkungan kongesti paru
 Kolaborasi sekunder terhadap
diagnosis actual.
dengan dokter terjadinya atau gagal
dalam jantung kronik
pemberian  Adanya pucat, dingin,
terapi kulit, lembab dan
masa pengisian
kapiler lambat
mungkin keterkaitan
dengan kosokentreksi
atau mencerminkan
kekomposisi/penurun
an curah jantung
 Dapat
mengidentifikasi
gagal jantung,
kerusakan ginjal atau
vaskuler
 Membantu untuk
menurunkan rangsang
simpatis
meningkatkan
relaksasi
 Menurunkan stress
dan ketegangan yang
mempengaruhi TP
dan perjalanan
penyakit hipertensi
 Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulkan stress,
membuat efek tenang
sehingga tak
menurunkan TD
 Karena efek samping
obat tersebut maka
penting untuk
menggunakan obat
dalam jumlah penting
sedikit dan dosis
paling rendah.

2 Nyeri (akut), sakit  Kaji respon  Tekhnik menghemat


kepala b/d pasien terhadap energy, mengurangi
peningkatan tekanan aktivitas penggunaan energy,
vaskuler selebral d/d  Berikan membantu
melaporkan tentang dorongan untuk keseimbangan antara
nyeri berdenyut yang melakukan suplai dan
terletak pada regium aktivitas kebutuhan oksigen
suboksipital. Terjadi  Instruksikan  Kemajuan aktifitas
pada saat bangun dan pasien terhadap berharap mencegah
hilang secara spontan teknik
setelah beberapa penghematan
waktu. energi

3 Intoleran aktivitas  Bicarakan  Meminimalkan


b/d kelemahan pentingnya stimulus /
umum b/d laporan menurunkan meningkatkan
verbal tentang masukan kalori relaksasi
kelebihan atau dan batasi  Tindakan yang
masukan lemak, menurunkan tekanan
kelemahan.
garam dan gula vaskuler serebral
sesuai indikasi dan yang
 Tetapkan memperlambat /
keinginan pasien memblok respon
menurunkan simpatis efektif
berat badan dalam
 Kaji ulang menghilangkan sakit
masukan kalori kepala dan
harian dan komlikasinya
pilihan diet  Aktifitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala adanya
peningkatan tekanan
vaskuler serebral
 Pusing dan
penglihatan kabur
sehingga b/d sakit
kepala
 Menurunkan/
mengontrol nyeri
dan menurunkan
rangsang system
saraf simfatis
 Dapat mengurangi
tegangan dan
ketidak nyamanan
yang diperberat.

4 Kurang pengetahuan  Bela penguatan  Bila pasien tidak


(kebutuhan belajar) pentingnya menerima realities
mengenai kondisi kerjasama dalam bahwa
rencana pengobatan regimen membutuhkan
b/d pengetahuan / pengobatan dan pengobatan
daya ingat d/d mempertahanka kontinyu, maka
menyatakan n perjanjian perubahan perilaku
masalah, menerima tindak lanjut tidak akan
informasi  Jelaskan tentang dipertahanakan
obat yang  Pemahaman bahwa
diresep TD tinggi dapat
bersamaan terjadi tanpa gejala
dengan rasional adalah ini untuk
 Sarankan untuk memungkinkan
sering pasien melanjutkan
mengubah pengobatan
posisi, olaraga meskipun ketidak
kaki saat baring merasa sehat
 Faktor-faktor ini
telah menunjukkan
hubungan dalam
menunjang
hipertensi dan
penyakit
kardiovaskular
 Nikotin
meningkatakan
pelepasan
katekolomamin,
mengakibatkan
peningkatan
frekwensi jantung,
TD fasokontriksi,
mengurangi
oksigenasi jaringan
dan meningkatkan
beban kerja
miokardium.

2.3.4 Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah
direncanakan (Aziz Alimuml. 2011).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping
perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik.
Jika klien mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan
pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan klien tindakan.
Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :
Diagnosa keperawatan I :
 Memantau TD
 Mencatat keberadaan
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas
/ keributan lingkungan
 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Diagnosa keperawatan 2
 Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas
 Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas
 Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan 3
 Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi
prilaku
 Mencatat laporan gangguan tidur
 Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan
kemungkinan strategi untuk mengatasinya
 Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh
Diagnosa keperawatan 4
 Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar
 Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal
 Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko
kardiovaskuler
 Membahas pentingnya menghentikan merokok

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara
menilai sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak.
(Aziz Alimul. 2009 : hi 12)
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan
hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:
1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan
yang ditetapkan)
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien
memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan (lyer,
at al, 1996)
Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan
hipertensi adalah :
Diagnosa 1
 Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja
jantung
 Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat
diterima
 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam
rentang normal pasien
Diagnosa 2
 Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
 Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur
 Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi
Diagnosa 3
 Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan
 Menunjukkan perubahan pola makan
 Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat
seacar individual
Diagnosa 4
 Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya
 Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping
efektif
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Tujuan Penulisan .............................................................................. 3
1.2.1 Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.3. Ruang Lingkup ................................................................................. 4
1.4. Metode Penulisan ............................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Asuhan Keperawatan Gerontik ........................................... 6
2.1.1 Pengertian .............................................................................. 6
2.1.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi penuaan ......................... 6
2.1.3 Batasan lansia ......................................................................... 7
2.1.4 Klasifikasi lansia ..................................................................... 7
2.1.5 Krakteristik lansia ................................................................... 8
2.1.6 Perubahan yang terjadi pada lansia ......................................... 8
2.1.7 Masalah kesehatan yang terjadi pada lansia ............................ 8
2.2 Konsep Dasar Hipertensi
2.2.1 Pengertian ............................................................................... 9
2.2.2 Etiologi .................................................................................. 10
2.2.3 Tanda dan gejala ................................................................... 13
2.2.4 Patofisiologi .......................................................................... 14
2.2.5 Penatalaksanaan .................................................................... 15
2.2.6 Pengobatan untuk penderita hipertensi ................................. 16
2.2.7 Konflikasi .............................................................................. 17
2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Hipertensi
2.3.1 Pengkajian ............................................................................. 17
2.3.2 Diagnosa ............................................................................... 19
2.3.3 Intervensi .............................................................................. 20
2.3.4 Implementasi ......................................................................... 25
2.3.5 Evaluasi ................................................................................. 26

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ...................................................................................... 28
3.2 Diagnosa ......................................................................................... 46
3.3 Intervensi ........................................................................................ 50
3.5 Implementasi ................................................................................... 52
3.6 Evaluasi ........................................................................................... 52
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ...................................................................................... 56
4.2 Diagnosa ........................................................................................ 56
4.3 Intervensi ........................................................................................ 57
4.4 Implementasi ................................................................................... 58
4.5 Evaluasi .......................................................................................... 58

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 59
5.2 Saran ............................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
 ADL
 SAP
 Denah Rumah
 Daftar Konsul

Anda mungkin juga menyukai