Anda di halaman 1dari 8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur candida albicans atau
dari anggota lain genus candida. Organisme menyerang kulit, kuku, membrane
mukosa, traktus gastrointestinal, tapi dapat juga menyebabka ineksi sitemik. 1

2.2 Etiologi

Genus Candida terdiri dari lebih dari 200 spesies ragi. Semua spesies dapat
memproduksi pseudomyselia, kecuali C.Glabarta. 1

C.Albicans adalah ragi dismorfik yang menyebabkan 70-80% infeksi candida,


yang menyebabkan infeksi kandida superfisial maupun sistemik. Sel jamur Candida
berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 2-5,5 x 3-28,5 μm, bergantung pada
umur koloni. Jamur ini memperbanyak diri dengan bertunas (budding) yang disebut
blastospora. Selain membentuk hifa sejati Candida juga membentuk hifa semu
(pseudohifa) yang merupakan rangkaian blastospora, yang juga dapat tumbuh
bercabang-cabang.15-21 Spesies Candida tumbuh dengan baik pada media kultur di
lingkungan aerob dengan pH 2,5-7,5 dan suhu 20-38°C dalam waktu 1-3 hari. Pada
medium padat koloni Candida sedikit menimbul dari permukaan, berwarna putih
kekuningan, dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat dan berbau asam.
Ukuran koloni bergantung pada umur, pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu
sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. 1,2
2.3 Patogenesis

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadi atau tidaknya infeksi Candida


yaitu faktor pejamu (sawar mekanik, flora normal, fagositosis, imunitas selular dan
faktor predisposisi), faktor patogen (faktor aderen dan enzim), dan faktor
lingkungan.3
Beberapa spesies Candida mampu untuk dimorfisme yaitu perubahan bentuk
blastospora menjadi hifa yang terjadi karena perubahan kondisi lingkungan seperti
pH, temperatur, atau nutrisi. Struktur antigen permukaan menjadi berbeda dan ini
berperan dalam patogenisitas dan virulensi Candida. patogenesis infeksi C. albicans
bukan hanya ditentukan oleh bentuk blastospora atau bentuk pseudohifa saja, namun
yang utama adalah kemampuan Candida untuk melakukan perubahan bentuk
morfologi dari blastospora menjadi pseudohifa.Pada awalnya bentuk hifa dianggap
sebagai bentuk patogen dan bentuk blastospora adalah avirulen. Tetapi ternyata
bentuk hifa memiliki peranan penting dalam stadium awal infeksi Candida.
Blastospora lebih berperan dalam proses penyebaran infeksi, sedangkan bentuk hifa
berperan penting dalam proses invasi ke dalam epitel dan jaringan endotel pejamu.1,3

Langkah awal yang penting dalam proses infeksi Candida adalah perlekatan
Candida pada sel epitel pejamu. Galur yang mampu melekat paling kuat pada sel
pejamu memiliki patogenisitas yang tinggi. Di antara spesies Candida yang dapat
menimbulkan infeksi, C. albicans memiliki kemampuan melekat paling kuat, disusul
oleh C. tropicalis dan C. parapsilosis. Beberapa gen berperan dalam proses
perlekatan itu telah berhasil diidentifikasi, antara lain golongan adhesion like
sequence (ALS) yang menyandi cell surface adhesion glycoprotein (x-agglutinin)
dan Hipal wall protein 1 ( HWP-1) yang menyandi protein Hwp I.19 Proses
perlekatan tersebut dipengaruhi adesin pada dinding sel C. albicans yang akan
mengenali protein-protein spesifik di permukaan sel pejamu dengan menghasilkan
komponen permukaan seperti manan, kitin, manoprotein, dan lektin

C.albicans mensekresi berbagai enzim hidrolitik seperti proteinase aspartat,


lipase, dan fosfolipase yang berhubungan dengan virulensinya. Enzim hidrolitik
mendukung tingkat invasif dan proliferasi jamur dengan mendestruksi jaringan
pejamu. Proteinase aspartat atau proteinase keratolitik yang disekresi C. albicans
merupakan enzim utama dalam pertumbuhan jamur pada medium yang mengandung
stratum korneum. Proteinase aspartat ini akan mencerna nutrisi yang didapat C.
albicans serta merusak membran sel pejamu untuk memudahkan adesi dan invasi
Candida ke jaringan. Fosfolipase mendukung virulensi jamur dengan merusak dan
melisiskan sel pejamu. 3,4

Adanya faktor predisposisi tertentu, baik endogen maupun eksogen


berhubungan dengan peningkatan kolonisasi dan insidens infeksi oleh Candida ini.
Faktor endogen antara lain kehamilan, obesitas, debilitas, penyakit keganasan,
HIV/AIDS dan endokrinopati (DM). Sedangkan faktor eksogen antara lain iklim
panas dan kelembaban, kebersihan kulit yang kurang/buruk, kebiasaan berendam kaki
dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya
jamur, trauma dan oklusi lokal.1,2

2.4 Manifestasi klinis

2.4.1 Kandidiasis kutis intertriginosa


Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher, infra mama,
lipat inguinal, intergluteal, umbilikus, lipatan kulit di daerah abdomen, dan
interdigital. Kelainan yang tampak berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik,
basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul
kecil atau bula, yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan tepi yang kasar
dan berkembang seperti lesi primer.Pada sela jari kaki sering terjadi pada sela jari 3
dan 4. Kelainan kulit terlihat sebagai area kulit eritematosa dengan erosi dan
maserasi. 5,6
2.4.2 Onikomikosis kandida / paronikia kandida
Onikomikosis kandida / paronikia kandida merupakan peradangan jaringan di
sekitar lipat kuku yang bersifat kronis, umumnya dimulai dari jaringan sekitar lipat
kuku proksimal. Jaringan sekitar lipat kuku membengkak, eritematosa, dan nyeri.
Pada paronikia kronik biasanya kuku akan terkena sehingga terjadi onikomikosis
kandida. Secara klinis kuku terlihat menebal, mengeras dan permukaannya tidak rata,
berwarna kecoklatan dan tidak rapuh. Pada kasus lanjut kuku dapat hancur /
destruksi.5,6

2.5 Pemeriksaan Penunjang


2.5.1 Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan dari bahan kerokan kulit atau kuku, diperiksa dengan larutan
KOH 10% atau 20%, akan didapatkan hifa semu (pseudohifa) dengan atau tanpa
blastospora.1
2.5.2 Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam pada agar Sabouraud dekstrosa (ASD),
dengan antibiotika (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Inkubasi
dalam suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni mukoid tumbuh setelah 2-5 hari,
berupa yeast like colony. 1
2.6 Pengobatan
Pengobatan kandidiasis kutis terdiri dari pencegahan, pengobatan lokal dan
pengobatan sistemik. Pencegahan dilakukan dengan menekan perkembangan jamur,
dimana infeksi jamur umumnya diperberat oleh cuaca panas, basah dan lembab. Jika
faktor-faktor ini dapat dicegah maka perkembangan jamur dapat berkurang. Selain itu
kepada pasien juga dianjurkan untuk memakai pakaian nyaman dan tidak terlalu tebal
atau ketat dan sering mengganti pakaian jika sudah basah.1,7
Pengobatan lokal infeksi jamur pada lesi yang meradang disertai vesikel dan
eksudat terlebih dahulu dengan kompres basah secara terbuka, topikal anti jamur
dapat yang diberikan yaitu nistatin, derivat imidazol,toksiklat, haloprogin dan
tolnaftat.1,4
Daftar pustaka

1.Wolff K. Goldsmith LA. et all. Fitzpatrick’s Dermatoloy in General Medicine.


Edisi 7. Volume 2. New York. Mc Graw Hill Medical. 2008. p 1822-1828

2. Wolff K. Goldsmith LA. et all. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. Edisi 8. Newyork. Mc Graw Hill.2017. p 594-598

3. Kuswadji, Djuanda A, Hamzah M, &Aisah S. Kandidosis. In: Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin edisi ke 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2013.p. 106-109.

4. Vyas.SP, Gupta M. Development, characterization and in vivo assessment of effective


lipidic nanoparticles for dermal delivery of fluconaole against cutaneous candidiasis.
Chemestry and physics of lipids 2012; 165: 454-61
5. Havlickova B, Czaika VA, Friedrich M. Epidemiological trends in skin mycoses
worldwide. Mycoses 2008; 51 (4): 2-15
6. Verma S, Heffernan MP. Superficial fungal infection. In: Wolf K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchesrt BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine.7thed. New York: McGraw-Hill Companies Inc, 2008.p.1807-44
7. Brasch J. Pathogenesis of tinea. J Dtsch Dermatol Ges 2010; 8(10): 780-6
Bab 4

DISKUSI

Seorang pasien perempuan berumur 57 tahun datang ke poliklinik Kulit dan


Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 03 Juli 2018 datang dengan
keluhan utama gatal di sela-sela jari kaki kiri sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya,
keluhan kulit bersisiknya hanya pada sela-sela jari jempol dan telunjuk kaki kiri, lalu
menyebar ke seluruh jari kaki kiri. Rasa gatal dirasakan bertambah setelah pasien
mencuci pakaian. Rasa gatal tidak mengganggu aktivitas.

Pasien biasanya menggaruk daerah sela-sela jari kaki kiri untuk mengurangi
rasa gatalnya. Pasien punya kebiasaan tidak mengeringkan kaki setelah mencuci
pakaian. Pasien memiliki kebiasaan memakai sepatu tertutup dalam waktu yang lama.
Kuku jempol kaki kiri menghitam sejak 1,5 tahun yang lalu. Awalnya warna kuku
yang baru tumbuh terlihat biasa, namun warna kuku berubah kusam kehitaman.

Kuku jempol kaki kiri rapuh, tidak rapi, menjadi tebal, mengeras, dan
permukaan kuku menjadisejak 1,5 tahun yang lalu. Riwayat kontak dengan orang
yang menderita penyakit yang sama tidak ada. Riwayat menggunakan obat jangka
panjang tidak ada. Riwayat keluhan gatal dan kulit kering pada saat kontak dengan
bahan-bahan kimia tertentu tidak ada.

Pemeriksaan fisik didapatkan pada sela jari kaki 3 dan 4 dan sela jari kakai 4
dan 5 skuama, plak eritem tanpa adanya pseudomembra, dan pada kuku jari kaki 1
kiri dan kanan didapatkan onikolisis, depresi lempeng kuku lateral dan lipatan sekitar
kuku edem eritem.

Pemeriksaan penunjang pasien dengan menggunakan KOH 10% ditemukan


adanya pseudohifa dan blastospora.
Dari ananesis, pemeriksaan fisik dan penunjang dapat disimpulkan pasien
menderita kandidiasis intertrigenosa dan onikomikosis kandida. Pasien ditatalkasana
dengan.

Edukasi penceahan dengan mengerinkan kaki setelah kaki basah dan


mengunakan sepatu terbuka.Pasien juga ditatalaksana dengan Flukonazole 150 mg
setiap minggu selama 3 bulan, Krim Mikonazole 2% 2Xsehari, Cetirizine 10 mg
1Xsehari

Anda mungkin juga menyukai