Ratika Febriani
Skenario A
Klarifikasi Istilah
Analisis Masalah
Mudah Lelah
Intake yang inadekuat (makanan yang mengandung Fe berk
urang) Cadangan Fe↓ kekurangan yang berlanjut
Cadangan Fe kosong penyediaan Fe untuk eritropoesis b
erkurang eritropoesis terganggu proses pembentukan e
ritrosit ↓ kadar Hb ↓ pengangkutan oksigen ke mioglo
bin oleh eritrosit ↓ metabolisme aerob ↓ gangguan gli
kolisis penumpukan asam laktat ATP ↓ mudah le
lah
Sering Pusing
Intake yang inadekuat (makanan yang mengandung Fe berk
urang) Cadangan Fe↓ kekurangan yang berlanjut
Cadangan Fe kosong penyediaan Fe untuk eritropoesis b
erkurang eritropoesis terganggu proses pembentukan e
ritrosit ↓ kadar Hb ↓ pengangkutan oksigen ke jaringa
n otak oleh eritrosit menurun ganguan pada saraf di otak
gangguan keseimbangan sering pusing
Mata berkunang-kunang
Mudah lelah
asupan Fe sedikit defisiensi Fe pembentukan hem
(Protoporfirin IX + Fe) menurun HRI (hem–regulated
translated inhibisi) meningkat sintesis globin terganggu
pembentukan hemoglobin menurun pembentukan eritrosit
menurun pengangkutan oksigen ke mioglobin oleh eritrosit
menurun metabolisme aerob menurun ATP menurun
mudah lelah
asupan Fe sedikit defisiensi Fe fungsi dari mioglobin,
enzim sitokrom, gliserofosfat oksidase yang berfungsi dalam
glikolisis menurun gangguan glikolisis ATP menurun
mudah lelah
Sering pusing
asupan Fe sedikit defisiensi Fe pembentukan hem
(Protoporfirin IX + Fe) menurun HRI (hem–regulated
translated inhibisi) meningkat sintesis globin terganggu
pembentukan hemoglobin menurun pembentukan eritrosit
menurun pengangkutan oksigen ke jaringan otak oleh eritrosit
menurun ganguan pada saraf di otak gangguan
keseimbangan sering pusing
Mata berkunang-kunang
Kebutuhan Fe meningkat dan asupan Fe sedikit defisiensi Fe
pembentukan hem (Protoporfirin IX + Fe) menurun HRI
(hem–regulated translated inhibisi) meningkat sintesis globin
terganggu pembentukan hemoglobin menurun pembentukan
eritrosit menurun pengangkutan oksigen ke jaringan mata oleh
eritrosit menurun ganguan pada saraf di mata gangguan
keseimbangan mata berkunang-kunang 2
e. Apa hubungan usia, jenis kelamin dan keluhan yang dialami Ny.Ratna ?
, Hubungan usia
Seiring bertambahnya usia, stamina akan menurun serta organ-
organ yang bekerja pada tubuh mengalami penurunan fungsi
organ secara bertahap. adanya penyakit tertentu yang menjadi
factor predisposisi dari keluhan pasien seperti adanya
osteoarthritis yang memiliki makna tertentu bagi tubuh pasien itu
sendiri (Isselbacher et al, 2000).
Jenis Kelamin
Faktor resiko. Karena perempuan kehilangan darah selama
menstruasi, perempuan pada umumnya berada pada risiko yang
lebih besar anemia kekurangan zat besi. Hormon yang
mempengaruhi proses penuaan adalah estrogen. testosteron, tiroid,
glukokortikoid, tiroid dan hormon pertumbuhan. Dengan adanya
penggantian hormon ini akan membantu pergantian sel-sel tubuh
dan mempertahankan fungsi tubuh (Isselbacher et al, 2000). 5
Usia: untuk anemia bias terjadi pada semua usia,dari anak-anak sampai
usia dewasa
Jenis kelamin
Berdasarkan data diatas, wanita >terjadi anemia, hal ini juga berkaitan
dengan keadaan perempuan yang mengalami menstruasi, kehamilan,
dan menyusui,dan dari faktor2 tersebut meningkatkan prevalensi
anemia pada wanita.
Sumber: ipdl jilid II dan Hoffbrand, Pettit& Moss. 2005 (2)
2. Protein (g) 48
4. Vitamin D(mg) 5
5. Vitamin E(mg) 8
(Anonim, 2012) 1
1) Karbohidrat 130gr/hari
2) Protein :
a. Perempuan 46gr/hari
b. Laki – laki 56gr/hari
3) Vitamin :
a. Vit A :
Laki – laki 900 µg
Perempuan 700µg
b. Vit D 40 IU
c. Vit E 15 mg
d. Vit K :
Laki – laki 120 µg
Perempuan 90µg
e. Vit C :
Laki – laki 90mg
Perempuan 75mg
f. Vit B1 1,1 mg/hari
g. Vit B2 :
Laki – laki 1,3mg
Perempuan 1,1 mg
h. Vit B3 14-16mg
i. Vit B6 1,1-1,7mg/hari
j. Vit B12 2,4 µg/hari
4) Asam folat 400µg
5) Besi 8-18 mg/hari
6) Seng 8-11 mg/hari
7) Yodium 150 µg
8) Serat :
Laki – laki 38gr
Perempuan 25 gr
(2)
e. Apa dampak dari mengkonsumsi hanya nasi dan sayuran dan lauk
pauk ?
Dampak yang akan terjadi apabila Ny. Poniem hanya mengkonsumsi
nasi dan kecap manis tanpa lauk pauk adalah kurangnya asupan nutrisi
yang dibutuhkan Ny. Poniem terutama asupan besi yang tidak sesuai
dengan angka kecukupan gizi sesuai dengan umur Ny. Poniem dan
memungkinkan terjadinya kekurangan darah akibat dari kadar besi
yang menurun dan terganggunya proses pembentukan dari sel darah
merah dan penurunan Hb sehingga dapat menghambat transport
oksigen di dalam tubuh. (1)
Sayuran
Banyak mengandung serat untuk pencernaan, mengikat
kolesterol jahat dalam saluran pencernaan sehingga
menghilangkan lemak dalam tubuh. (Anonim, 2012)1
(2)
3. Satu bulan yang lalu Ny.Ratna pernah dibawa berobat ke dokter praktik
umum dan dikatakan mengalami kurang darah sehingga ia diberi vitamin
penambah darah. Setelah megkonsumsi vitamin penambah darah, nafsu
makan Ny. Ratna agak meningkat. Ny.Ratna masih mengalami menstruasi
rutin setiap bulan.
a. Apa makna kurang darah ? (anemia)
Kurang darah (anemia) adalah berkurangnya sel darah merah hingga
di bawah nilai normal jumlah red blood cells , kuantitas Hb dan
volume packed red cells per 100 ml darah sehingga akan mengganggu
proses transport oksigen ke seluruh tubuh. (Price SA dan Wilson LM,
2005).
Klasifikasi anemia:
1. Anemia Gizi : defisiensi bahan untuk eritropoiesis seperti pada
anemia defisiensi besi
2. Anemia Pernisiosa : tubuh tidak mampu menyerap vitamin B12
3. Anemia Aplastik : kegagalan sumsum tulang menghasilkan
eritrosit
4. Anemia Perdarahan
5. Anemia hemolitik : lisis atau pecahnya eritrosit pada penyakit sel
sabit (sickle cell anemia) dan malaria
(Price SA dan Wilson LM,2012) 5
1. Hipoproliferatif
Hipoproliferatif merupakan penyebab anemia yang
terbanyak. Anemia hipoproliferatif ini dapat disebabkan
karena:
a. Kerusakan sumsum tulang
Keadaan ini dapat disebabkan oleh obat-obatan,
penyakit infiltrative (contohnya: leukemia,
limfoma), dan aplasia sumsum tulang.
b. Defisiensi besi
c. Stimulasi eritropoietin (EPO) yang inadekuat
Keadaan ini terjadi pada gangguan fungsi ginjal
d. Supresi produksi EPO yang disebabkan oleh sitokin
inflamasi(misalnya: interleukin 1)
e. Penurunan kebutuhan jaringan terhadap oksigen
(misalnya pada keadaan hipotiroid)
Pada jenis ini biasanya ditemukan eritrosit
yang normokrom normositer, namun dapat pula
ditemukan gambaran eritrosit yang hipokrom
mikrositer, yaitu pada defisiensi besi ringan hingga
sedang dan penyakit inflamasi. Kedua keadaan
tersebut dapat dibedakan melalui pemeriksaan
persediaan dan penyimpanan zat besi.
2. Gangguan pematangan
Pada keadaan anemia jenis ini biasanya ditemukan
kadar retikulosit yang “rendah”, gangguan morfologi sel
(makrositik atau mikrositik), dan indeks eritrosit yang
abnormal. Gangguan pematangan dapat dikelompokkan
menjadi 2 macam yaitu:
a. Gangguan pematangan inti
Pada keadaan ini biasanya ditmukan
kelainan morfologi berupa makrositik. Penyebab
dari Gangguan pematangan inti adalah defisiensi
asam folat, defisiensi vitamin B12, obat-obatan
yang mempengaruhi metabolisme DNA (seperti
metotreksat, alkylating agent), dan myelodisplasia.
Alkohol juga dapat menyebabkan gangguan
pematangan inti, namun keadaan ini lebih
disebabkan oleh defisiensi asam folat.
b. Gangguan pematangan sitoplasma
Pada keadaan ini biasanya ditmukan
kelainan morfologi berupa mikrositik dan
hipokromik. Penyebab dari gangguan pematangan
sitoplasma adalah defisiensi besi yang berat,
gangguan sintesa globin (misalnya pada thalasemia),
dan gangguan sintesa heme (misalnya pada anemia
sideroblastik)
Vit. B12, asam folat, Vit. C, Vit. B6, Thiamine, riboflavin, dan asam
phantothenic
untuk metabolisme sel, menjaga sistem saraf dan produksi eritrosit
Komponen Darah :
Darah merupakan komponen esenssial makhluk hidup. Dalam kead
aan fisiologik, darah selelu berada dalam pembuluh darah sehingga
dapat menjelankan fungsinya dengan baik. Darah terdiri atas 2 ko
mponen :
a. Plasma
Plasma berupa cairan yang 90 % adalah air berfungsi sebag
ai medium untuk mengangkut berbagai bahan dalam darah.
Selain tiu plasma mampu menyerap dan mendistribusikan b
anyak panas yang dihasilka oleh metabolism didalam jarin
gan sementara suhu darah itu sendiri hanya mengalami sedi
kit perubahan. Pada plasma terdapat sejumlah zat organic d
an anorganik. Konstituen organic yang paling banyak adala
h protein plasma, yang membentuk 6-8 % dari berat total pl
asma. Sedangkan konstituen anorganik yang membentuk se
kitar 1 % dari berat plasma. Elektrolit yang paling banyak a
dalah Na+ dan Cl-, sedangkan jumlah HCO3-, K+, Ca2+ da
n ion lain lebih sedikit. Fungsi paling menonjol dari ion-ion
cairan ekstrasel adalah dalam ekstibilitas (CES) membrane
, distribusi osmotic cairan antara CES dan sel. Sedangkan si
sa komposisi plasma adalah nutrient (missal glukosa, asam
amino, lemak dan vitamin), produk sisa (kreatinin, bilirubin
, urea) gas-gas larut (O2 dan CO2) dan hormone.
Protein plasma adalah sekelompok konstituen plasma yang
tidak keluar dari pori-pori didinding kapiler karena berukur
an besar dan berbentuk disperse koloid. Terdapat tiga kom
ponen protein plasma yaitu albumin, globulin dan fibrinoge
n. Dan secara umum plasma darah dapat berfungsi dalam m
enyangga perubahan Ph darah, dapat menentukan viskositas
i darah, dalam keadaan kelaparan dapat diuraikan menjadi e
nergy bagi sel, serta dapat mempertahankan volume plasma
. Adapun konstituen plasma dan fungsinya :
Konstituen Fungsi
Air Medium transfor, membawa panas
Elektrolit Eksitabilitas membrane, distribusi osmotic caira
n antara CES dan CIS, menyangga perubahan p
H
Nutrien, zat sisa, D
iangkut dalam dara
h, gas CO2 darah b
erperan
gas, hormon dalam keseimbangan asam basa
Protein plasma Secara umum menghasilkan efek osmotic yang
penting dalam distribusi CES antara kompartem
en vascular dan intestinum, menyangga perubah
an pH
Albumin Mengangkut banyak bahan, berperan paling bes
ar dalam menentukan tekanan osmotic koloid
Globulin Mengangkut banyak bahan tak larut air, factor p
Alfa dan Beta embekuan, molekul precursor inaktif
Fibrinogen Precursor inaktif untuk jalinan fibrin pada pemb
ekuan darah
(Sherwood, 2012)
b. Unsur sel
Konstituen Fungsi
Eritrosit Menangkut O2 dan CO2 (terutama O2)
Leukosit
Netrrofil Fagosit yang bakteri dan debris
Eosinofil Menyerang cacing parasitic, penting dalam reak
si alergik
Basofil Mengeluarkan histamine yang penting dalam
reaksi alergik dan heparin yang membantu mem
bersihkan lemak dari darah
Monosit Dalam translit menjadi makrofag jaringan
Limfosit
Limfosit B Menghasilkan antibodi
Limfosit T Respon imun seluler
Trombosit hemostasis
Fungsi Darah :
Transportasi O2, CO2, makanan dan hormone
Ekskresi sisa makanana
Turut mengatur suhu tubuh
Mengatur pH
(Sherwood, 2012) 1
3. Anemia makrositer
a. Bentuk megaloblastik
Anemia defisiensi asam folat
Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b. Bentuk non-megaloblastik
Anemia pada penyakit kronik
Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada sindrom mielodisplastik
(Price, 2005).3
< 90 Hipotensi
90 ‒
dan < 80 Normal
119
120 ‒ 80 ‒
atau Prehipertensi
139 90
140 ‒ 90 ‒ Hipertensi
atau
159 99 derajat 1
≥ Hipertensi
atau ≥ 100
160 derajat 2
Takikardi
(Sherwood, Lauralee. 2012) 4
6. Pemriksaan laboratorium
Darah : Hb 8,1 g/dl, RBC 3.800.000/mm3, LED 25mm/jam, hitung jenis
0/1/20/58/20/1 Ht 30vol%
Pemeriksaan lanjutan :
MCV : 78
MCH : 25%
MCHC : 29%
Fe Serum : 12 mg/dl
Iron binding capacity : 540 mg/dl
Serum feritin 14 mg/dl
Gambaran darah tepi : anisositosis, hipokrom mikrositer, poikilositosis.
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium ?
Jawab:
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
Hb 8,1 g/dl Lk: 13-18 g/dl Anemia
Pr: 12-16 g/dl
RBC 3.800.000 4-6 juta Normal
LED25 mm/jam Wintrobe
Perempuan : 0-15
Laki-laki : 0-10
Westergren
Perempuan : 0-20
Laki-laki : 0-15
Hitung jenis Basofil: 0-1 % Peningkatan
0/1/20/58/20/1 Eusinofil: 1-3 % neutrofil
Neutrofil batang: 2-6 % batang dan
MCV : 70 fl : Menurun
OA + intake makanan (sumber Fe) yang rendah →
penggunaan cadangan besi tubuh → cadangan besi menurun
→ cadangan besi kosong, penurunan cadangan besi untuk
eritropoesis → pembentukan heme (protoporfirin IX + Fe2+ )
menurun → sintesis globin terganggu → Pembentukan Hb
rendah → Hb yang rendah + jumlah eritrosit yang rendah→
kompensasi sumsum tulang mengganti kekurangan zat besi
dengan mempercepat pembelahan → menghasilkan eritrosit
berukuran kecil → mikrositik → MCH menurun (Sherwood,
Lauralee. 2012)
8. DD ?
9.
Anemia Defisiensi Anemia akibat Anemia Sideroblastik
Fe penyakit kronik
Derajat ringan-berat Ringan ringan-berat
anemia
Lelah + + +
Mual + + +
Pusing + + +
Mudah + + +
mengantuk
Pucat + + +
Etiologi Gangguan absorbs Penyakit kronik kongenital
Fe, malabsorbsi,
kebutuhan nutrisi
meningkat
MCV menurun menurun/normal menurun/normal
MCH menurun menurun/normal menurun/normal
MCHC menurun menurun/normal menurun/normal
Fe serum menurun Menurun normal/meningkat
IBC meningkat Menurun normal/menurun
Serum menurun Normal meningkat
feritin
1
11. WD ?
Anemia Defisiensi Besi
12. Epidemiologi ?
Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling banya
k diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk di indonesia. Se
banyak 16-50 % laki-laki dewasa di Indonesia menderita ADB dengan pen
yebab terbanyak yaitu infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%).
25-48 % perempuan dewasa di Indonesia menderita ADB dengan penyeba
b terbanyak menorraghia (33%) , hemoroid (17%) dan infeksi cacing tamb
ang (17%). 46-92 % wanita hamil di Indonesia menderita ADB. (Sudoyo
Aru W, 2009)
13. Etiologi ?
Sintesis :
Pada kasus ini anemia defisiensi besi disebabkan oleh rendahnya masukk
an besi total dalam makanan, atau kualitas besi ( bioavaibilitas ) besi yan
g tidak baik ( makan banyak serat, rendah vitamin C, dan rendah daging )
.
14. Komplikasi ?
Kurangnya konsentrasi, daya tahan tubuh yang berkurang akibatnya
penderita anemia akan mudah terkena infeksi (batuk-pilek, flu atau infeksi
saluran nafas)
Menyebabkan dispnea, nafas pendek dan cepat lelah saat melakukan
aktivitas jasmani
Mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak
Penurunan kecerdasan, terganggunya perkembangan koordinasi mental
maupun motorik
Gagal jantung
(Price, 2012)
15. Tatalaksana ?
Preparat besi oral sebaiknya diberikan pada saat lambung kosong , pada
pasien dengan intoleransi dapat diberikan stelah makan.
efek samping dari obat ini yakni adalah gangguan gastrointestinal yang
dijumpai pada 15-20% kasus , keluhan dapat berupa mual , muntah sampa
i dengan konstipasi. Dosis dapat dikurangi 3x100 mg perhari. Pengobataan
besi dilakukan selama 3-6 bulan , ada juga yang sampai dengan 12 bulan ,
dilakukan sampai pada saat kadar hemoglobin sudah kembali normal , unt
uk dosis pemeloharaan dapat dilakuakan guna mencegah kembalinya anem
ia. Untuk menambah kemampuan penyerapaan dapat diberikan vit c namu
n sering timbul efek samping , lebih dianjurkan diet makanan yang tinggi a
kan kadar besi diantaranya hati dan daging. (Sudoyo, Aru W, 2009 dan Ka
tzung, 2012)
Terapi besi parentral , sanagat efektif namun mahal juga dengan resik
o yang besar oleh karena itu hanya diberikan dengan indikasi tertentu
1. Intoleransi dengan permberian besi scara oral
2. Kepatuhan meminum obat rendah
3. Gangguan penyerapaan biasa berupa kolik
4. Gangguan besi terganggu , misal akibat dari gastrectomy
5. Keadaan dimana kehilangan darah yang sangat banyak sehigga sud
ah tidak mampu dikompensasi
6. Keadaan dimana kebutuhan besi yang besar dalam waktu yang sing
kat , semisal hamil pada trimester ke 3
Preparat yang tersedia yakni Iron Dextran Complex ( mengandung 50 mg
besi/mol) , Iron sorbitol citric complex dan yang terbaru yaitu Iron sacro
se yang lebih aman , dapat diberikan secara intramuskuler , biasanya me
mberikan efek nyeri dan memberikan warna hitam pada permukaan kulit
efek samping yang timbul biasanya , Flebittis , sakit kepala , mual , munt
ah , sinkop , nyeri perut.
Pengobataan lain :
1. Diet , sebaiknya diberikan makanan bergizi tiggi protein terutama p
rotein hewani
2. Vitamin C , diberikan 3x100 mg perhari untuk meningkatkan absor
bsi besi.
3. Transfusi darah , dengan indikasi salah satunya yakni anemia yang
simptomatik dan pasien yang memerlukan peningkatan kadar Hb y
ang cepat semisal pasien yang hamil pada trimester terakhir.
Jenis darah yang diberikan adalah PCR (Pack Red Cell) hal ini diamksud
kan agar tidak terjadi overload.
Transfusi Darah
Farmakokinetik:
Sintesis :
Mencari factor penyebab dan mengobati sesuai standar profesi
Memberi makanan yang banyak banyak mengandung Fe seperti Da
ging dan hati
Pemberian preparat besi oral sebagai pengganti besi yang hilang, y
akni Sulfas Ferrous dengan dosis anjuran 3 x 200 mg yang dimana
disetiap 200 mg sulfas fennosus mengandug 66 mg besi elemental,
atau , preparat lain seperti Ferrous Gluconate , Ferrous Fumarat d
an Ferrous saccinate namun rata rata lebih mahal
Transfusi. Diberikan PRC (Packed Red Cell). Apabila terdapat gan
gguan oksigenasi/ kadar Hb < 4 gr/dl dengan dosis 2-3 ml/KgBB p
ersatukali pemberian disertai pemberian diuretic seperti ferosemid.
(Mehta, 2008)
16. Prognosis ?
Dubia at bonam
Prognosis baik apabila penyebab anemianya karena kekurangan besi saja d
an diketahui penyebabnya serta kemudian dilakukan penanganan yang ade
kuat. Gejala anemia dan manifestasi klinis lainnya akan membaik dengan
pemberian preparat besi.
Jika terjadi kegagalan dalam pengobatan, perlu dipertimbangkan beberapa
kemungkinan sebagai berikut :
Diagnosis salah
Dosis obat tidak adekuat
Perparat Fe yang tidak tepat dan kadaluarsa
Perdarahan yang tidak teratasi atau perdarahan yang tidak tampak
berlangsung menetap
Disertai penyakit yang mempengaruhi absorbs dan pemakaina Fe
(seperti ; infeksi, keganasan, penyakit hati, penyakit ginjal, penyait
tiroid, penyakit karena defisiensi Vitamin B12 dan asam folat)
Gangguan absorbsi saluran cerna (seperti pemberian antacid yang b
erlebihan pada ulkus peptikus dapat menyebabkan pengikatan terha
dap Fe)
(Bambang Permono, dkk.2005)
17. KDU ?
4A. lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas. Kompetensi
yang dicapai pada saat lulus dokter.
18. NNI ?
“dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan) dan kamu mengeluarkan
dari lautan itu perhiasan yang dapat kamu pakai dan kamu melihat bahtera
berlayar diatasnnya supaya kamu mencari dari karunianya dan agar kamu
bersyukur” (An-Nahl:14)
Hipotesis
Kerangka Konsep
Anemia